Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN dan KESEHATAN KERJA

Pengendalian Resiko Terpapar Bahaya Melalui Eliminasi, Substitusi Engineering Control


Warning Sistem dan APD Tepat Guna
Kelas A

Dosen Pengampu: Prof. drg. Dwi Prijatmoko, Ph.D

Disusun Oleh:

Rachel Octaviari Altruisa


212520102042

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Semua orang perlu memiliki pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Semua bidang pekerjaan memiliki potensi bahaya mulai dari ringan, sedang

hingga berat (Roga et al, 2015). Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan

dan tidak diketahui kapan terjadinya, tetapi dapat dicegah (Kurnianingsih & Yuantari,

2015). Setiap tenaga kerja dituntut memiliki pengetahuan yang cukup, terampil dan

disiplin, serta paham tentang cara-cara kerja aman dan selamat (Roga et al, 2015).

Petani sawah termasuk pekerja yang harus diproteksi dari bahaya kecelakaan (Roga

et al, 2015). Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani mengalami kejadian

kecelakaan kerja paling sering adalah terpeleset (52,9%), terkena cangkul (38,2%), terjatuh

(35,3%), terkena sabit (32,4%), dan yang paling jarang terjadi adalah terkena alat pembajak

sawah (14,7%) (Kurnianingsih & Yuantari, 2015). Hal ini menjadi penting mengingat

petani sawah erat kaitannya dengan penyediaan beras yang menjadi sumber makanan utama

sebagian besar bangsa Indonesia (Roga et al, 2015).

Kejadian kecelakaan kerja yang tinggi disebabkan oleh manusia, pekerjaan,

dan lingkungan tempat kerja. Dampak dari kecelakaan kerja ini berupa kerugian yang

dapat dihitung langsung seperti biaya pertolongan pertama kecelakaan dan

kerugian yang tidak terlihat seperti hilangnya waktu dan tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan. Salah satu yang termasuk dalam faktor manusia ialah tingkat pengetahuan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karena dengan menciptakan lingkungan kerja

sehat, aman, tidak tercemar dan bebas kecelakaan kerja akan meningkatkan

produktivitas dan efisiensi para pekerja (Hedaputri et al, 2021).


BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Kecelakaan Kerja

Pengertian Kecelakaan Kerja ada beberapa macam menurut para ahli. Pada

dasarnya, Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada

penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya

dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif

lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali

(Biantoro, 2018).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja

karena hubungan kerja di tempat kerja. Secara umum, faktor penyebab terjadinya

kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi :

1. Faktor pekerja itu sendiri

2. Faktor metoda konstruksi

3. Peralatan

4. Manajemen

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tidak diduga dan

tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan

akibat kerja adalah berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja
disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu

pekerjaan berlangsung (Biantoro, 2018).

Oleh karena itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok,

yakni:

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Bennett Silalahi dan Rumondang Silalahi menyatakan bahwa kecelakaan kerja

adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Adapun pengertian kecelakaan kerja menurut yang lazim berlaku di perusahaan-perusahaan

Indonesia diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak direncanakan, tidak

diharapkan terjadi diperusahaan yang dapat menimbulkan penderitaan bagi pekerja

(Biantoro, 2018).

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja

adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan

proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban

manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan

sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang

biasa atau wajar dilalui (Biantoro, 2018).


Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) Dari beberapa teori tentang

faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering digunakan adalah teori

tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut teori ini disebutkan bahwa ada tiga

faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut dapat

diuraikan menjadi :

Faktor Manusia

Umur

Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental,

kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh Undang-

Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1. Karyawan

muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan,

kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya rendah. Umum

mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan

kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih

berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja

usia muda. (Biantoro, 2018).

Jenis kelamin

Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja secara

sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang diterima

orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih banyak daripada
pria. Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan

sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja,

diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan penyesuaian

kebijakan yang khusus (Biantoro, 2018).

Masa kerja

Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu

tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi

pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin

berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif

apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal

ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang. Masa

kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1. Masa Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa Kerja

sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa Kerja lama : < 10 tahun (Biantoro, 2018).

Penggunaan Alat Pelindung Diri

Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang digunakan

tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya

atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan

dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Penggunaan alat pelindung diri

dapat mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek

pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri (Biantoro, 2018).


Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan

bentukbentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial

yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol

(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami

perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Pendidikan

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk

menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan (Biantoro,

2018).

Perilaku

Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang mempengaruhi

tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang aman

bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh

pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian

karyawan. Pada satu waktu, pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya dianggap

memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun demikian, asumsi ini telah

dipertanyakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun kepribadian, sikap karyawan, dan
karakteristik individual karyawan tampaknya berpengaruh pada kecelakaan kerja, namun

hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan (Biantoro, 2018).

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam

waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada

teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja.

Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau

perusahaan. Adapun kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya kerusakan mesin atau

kerusakan produk, sering tidak diharapkan perusahaan maupun tenaga kerja. Namun tidak

mudah menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan kerusakan. Apabila

sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling tepat dan harus dilakukakan manajemen

tenaga kerja adalah melakukan pelatihan. Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar

pemeliharaan terhadap alat-alat kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin

dicapai adalah mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan

pemeliharaan terhadap alat-alat kerja (Biantoro, 2018).

Faktor Lingkungan

Suhu Udara

Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan

mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot. Suhu panas

terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi kelincahan,

memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan

kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk

dirangsang. Sedangkan menurut Grandjean dkondisi panas sekeliling yang berlebih akan

mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah

angka kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk

menghasilkan panas dengan jumlah yang sangat sedikit (Biantoro, 2018).

Infeksi

Petani adalah salah satu pekerjaan yang paling rentan terhadap infeksi, infeksi yang

sering terjadi adalah kecacingan. Trichuris trichiura dan infeksi cacing tambang merupakan

contoh cacing yang dapat menginfeksi petani. Petani saat bekerja tidak menggunakan alat

pelindung diri seperti sarung tangan, alas kaki seperti sandal atau sepatu yang secara

langsung kontak dengan tanah, selain itu para petani juga sering mengonsumsi makanan

tanpa terlebih dahulu mencuci tangan. Petani dapat terinfeksi cacing baik melalui oral yaitu

melalui makanan dan minuman yang tercemar dan melalui penetrasi kulit dengan adanya

kontak langsung dengan kotoran hewan ataupun manusia yang biasanaya digunakan

sebagai pupuk tanaman (Bangun, 2017).


2.2. Antisipasi Kecelakaan Kerja

Pembuatan Rencana/Langkah Mengantisipasi Adanya Potensi Bahaya Dan

Kecelakaan Kerja

Hasil identifikasi potensi kecelakaan kerja akan menjadi acuan bagi para pekerja

pekerjaan sipil dan juga para mekanik pada setiap tahapan kegiatan telah teridentifikasi

potensi kecelakaan yang mungkin terjadi (Putuhena, 2017).

1. Siapkan catatan hasil identifikasi dan daftar simak potensi kecelakaan kerja;

2. Interpretasikan potensi kecelakaan kerja hasil identifikasi dan yang tercantum dalam

daftar simak ke dalam rencana/langkah mengantisipasi adanya potensi bahaya dan

kecelakaan kerja;

3. Pendeteksian potensi kecelakaan kerja dan selanjutnya dijadikan bahan dalam

pembuatan rencana mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja, akan menghasilkan

suatu kondisi kerja tanpa kecelakaan kerja atau zero accident.

Kebutuhan Peralatan/Perlengkapan K3

Suatu rencana mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja harus ditindak lanjuti

dengan penyediaan perlengkapan K3 yang meliputi Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat

Pengaman Kerja (APK). Penyusunan kebutuhan perlengkapan K3 dibuat secara lengkap

sesuai kondisi kerja, sehingga pada saat akan mulai melaksanakan pekerjaan, perlengkapan

K3 tersebut dapat diperiksa dan dipakai atau digunakan sesuai dengan prosedur (Putuhena,

2017).
1) Buat daftar kebutuhan APD sesuai dengan kondisi kerja, antara lain:

a. Pelindung tubuh (baju kerja/protective overall);

b. Pelindung kaki (sepatu keselamatan/safety shoes);

c. Pelindung mata (kaca mata keselamatan/safety glasses);

d. Pelindung tangan (sarung tangan/safety gloves);

e. Pelindung pernafasan (masker/dust mask);

2) Buat kebutuhan alat pengaman kerja (APK) sesuai dengan kondisi kerja, antara

lain:

a. Alat pemadam kebakaran ringan (APAR);

b. Obat P3K.

Gambar-gambar Alat Pelindung Diri (APD)

a) Pelindung Tubuh (Baju Kerja/ Protective Overall);

Gambar 3-1. Baju Kerja

b) Pelindung Kaki (Sepatu Keselamatan/Safety Shoes);

Gambar 3-4. Sepatu boot


c) Pelindung Mata (Kaca Mata Keselamatan/Safety Glasses);

Gambar 3-6. Pelindung Mata

d) Pelindung Tangan (Sarung Tangan/Safety Gloves);

Gambar 3-7. Pelindung Tangan

e) Pelindung Pernafasan (Masker/Dust Mask);

Gambar 3-8. Masker Pelindung Pernapasan Terhadap Pestisida


BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pengendalian Resiko Terpapar Bahaya Melalui Eliminasi, Substitusi


Engginering, Control Warning Dan APD Tepat Guna Untuk Bahaya Fisik Dan
Mekanik

Bahaya kerja yang dihadapi kelompok petani terdiri dari bahaya bilogi, kimia,
psikologis, ergonomi dan fisik. Bahaya fisik terdiri dari bahaya mekanik, bising, getar, suhu
ekstrem panas dan dingin, cahaya, tekanan, radiasi pengion dan non pengion. Dalam
pertanian bahaya fisik ini berhubungan dengan penggunaan alat maupun keadaan alam di
lahan pertanian. Pekerjaan petani yang berada di luar ruangan bersentuhan langsung dengan
cuaca. Tubuh yang kepanasan bisa menimbulkan penyakit hingga meninggal. Pekerjaan
petani yang berat dalam area yang lembab ditambah sinar matahari yang menyengat
memudahan penyakit untuk menyerang para petani. Dengan kondisi lingkungan yang
kurang sehat juga bisa menjadi pemicu permasalahan kesehatan petani. Pengendalian resiko
yang dapat dilakukan petani yaitu dengan minum air putih yang cukup untuk menghindari
dirinya dari dehidrasi, menjaga kebersihan diri, tidak menahan buang air kecil agar tidak
mengalami resiko infeksi saluran kencing dan penyakit lainnya. Hal lain yang dapat
dilakukan petani yaitu dengan beristirahat di tempat yang teduh saat lelah, menggunakan
alat pelindung diri seperti topi capil agar matahari tidak langsung terpapar ke tubuh petani.

Bahaya mekanik merupakan bahaya yang berasal dari benda atau proses yang dapat
menimbulkan dampak seperti benturan, terpotong, tertusuk, tersayat, tergores, jatuh dan
terjepit. Bahaya mekanik yang dapat dialami petani yaitu tertusuk atau tersayat cangkul,
pisau atau mesin dimana alat-alat ini memiliki ujung yang sangat tajam sehingga bisa
melukai tangan atau anggota tubuh yang lain. Pengendalian resiko yang dapat dilakukan
petani yaitu dengan menggunakan pelindung diri yang tepat serta tidak menggunakan
pakaian yang terlalu longgar untuk menghindari terkena sambaran peralatan pertanian.
Selanjutnya traktor juga bisa menimbulkan bahaya mekanik pada petani, tidak sedikit
petani yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan kecacatan permanen hingga
meninggal dunia karena penggunaan traktor. Kendaraan seperti traktor harus dirawat dan
dioperasikan dengan sangat hati-hati. Parkir kendaraan di lokasi yang aman dan mudah
dijangkau untuk mengurangi resiko kecelakaan. Upaya yang dapat dilakukan untuk
menghindari resiko kecelakaan adalah tidak memperbolehkan sembarangan orang
memasuki area pertanian bahkan mengemudikan kendaraan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, A. B. 2017. Hubungan Penggunaan Sarung Tangan Pada Petani Dengan Infeksi
Cacing Trichuris Trichiura Di Desa Selandi, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

Biantoro, Agung Wahyudi. 2018. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3):


Investigasi Kecelakaan Kerja. MODUL E Learning Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia
(ASTTI), LP2K TTI Seri K3.

Hedaputri, D. S., Indradi, R., & Illahika, A. P. 2021. Kajian literatur: hubungan tingkat
pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) dengan kejadian kecelakaan kerja.
CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal, 1(3),
185-193.

Kurnianingsih, S., & Yuantari, M. C. 2015. FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PETANI
DI DUSUN LENDOH DESA LEBAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL
TAHUN 2015.

Putuhena F.J. 2017. Modul 03 Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3). Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi.

ROGA, A. U., PD, S., & KES, M. 2015. MANAJEMEN K3 SEKTOR PERTANIAN: Kajian
Pada Petani Sawah Desa Sinduharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai