Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi.
Biasanya disebut dengan kanker indung telur yang bersal dari sel epitel merupakan 90% kasus
dari seluruh kanker indung telur.
Kanker epitel ovarium jarang didapatkan pada wanita berusia <40 tahun. Puncaknya terjadi
pada wanita usia 40-60 tahun.
Menurut WHO pada tahun 2013, kanker ovarium merupakan penybab kematian ke-5
terbanyak di amerika serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering diseluruh
dunia. Di Indonesia data dari Dep Kes menyebutkan sekitar 3% atau 6,6 juta jiwa menderita
kanker ovarium. Provinsi jawa timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
mempunyai jumlah kasus kanker ovarium yang tinggi, sebanyak 5,6 % wanita menderita kanker
ovarium. Berdasarkan data Dinas kesehatan provinsi jawa timur pada tahun 2014 dengan
jumlahtotal 1.026 kasus.
Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan
menyabar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor ini disebut penyakit yang
tumbuh dengan diam-diam namun mematikan (silent killer). Kanker ovarium umunya baru
menimbulakan keluhan apabila telah menyebar kerongga peritoneum.
Dalam hal ini tindakan pembedahan dan terapi sering kali tidak menolong; penderita kan
meninggal karena malnutrisi dan obstruksi otot halus akibat tumor intraperitoneal, maka dari itu
kemoterapi saat ini dianggap salah satu dalam mengupayakan kesembuhan.
Berdasarakan fenomena diatas penulis tertarik mengambil kasus kanker ovarium dengan
judul “ ​Asuhan Kebidanan pada Ny “” umur tahun Ca ovarium​ dengan kemoterapi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada pasien dengan CA Ovarium dengan
kemotrapi secara komprehensif sesuai dengan Asuhan Kebidanan 7 Varney

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengumpulkan data dasar, baik data Subjektif maupun data Objektif pada pasien dengan
CA Ovarium dengan kemotrapi.
2. Menginterpretasi data pada pasien dengan CA Ovarium dengan kemotrapi.
3. Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial pada pasien dengan CA Ovarium
dengan kemotrapi.
4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera dan kolaborasi pada pasien Ca ovarium
dengan kemoterapi
5. Merencanakan Asuhan kebidanan pada pasien Ca ovarium dengan kemoterapi
6. Melakukan pelaksanaan Asuhan kebidanan pada pasien Ca ovarium dengan kemoterapi
7. Melakukan evluasi Asuhan kebidanan pada pasien Ca ovarium dengan kemoterapi
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan Asuhan Kebidanan dengan SOAP pada pasien
dengan CA Ovarium dalam kemotrapi
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung
sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama di akademik, serta
menambah wawasan dalam penerapan proses manajemen Asuhan Kebidanan pada pasien
dengan CA Ovarium dalam kemotrapi.
1.3.2 Bagi Institusi Kesehatan
Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan pengetahuan serta
informasi dan sebagai bahan masukan institusi pendidikan dalam penerapan proses
manajemen Asuhan Kebidanan pada pasien dengan CA Ovarium dalam kemotrapi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kanker ovarium


2.1.1 Pengertian
Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang di sel-sel yang menunjang ovarium,
termasuk sel epitel permukaan, sel germinal dan sel setroma. Sel-sel yang bermetastasis dari
organ lain menuju ovarium. Tidak dikatakan sebagai kanker ovarium. ( Safiudin. 2011 )

2.1.2 Etiologi
Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ca mamae diduga
memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita
yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4 Kali lipat
Factor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah :
1. Obat kesuburan
2. Merokok dan alcohol
3. Infertilitas
4. Riwayat Ca mamae, kolon dan endometrium
5. Terjadi mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 gen penyebab kanker ovarium
6. Nullipara (Dr Taufan 2014 )

2.1.3 Tanda Dan Gejala


Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari kanker ovarium yang terdeteksi
Pada stadium awal. Keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai dengan keluhan :
1. Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
2. Gangguan system gastrointestinal : konstipasi, mual, hilangnya nafsu makan dll
3. Gangguan system irinaria : inkontinensia uri
4. Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
5. Menstruasi tidak lancer
6. Lelah
7. Keluarnya cairan abnormal pervaginam ( vaginal discharge)
8. Nyeri saat berhubungan seksual
9. Penurunan berat badan ( Anwar, 2011 )

2.1.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta
pemerikasaan penunjang.
a) Riwayat
Dalam melakukan anamnesis perlu diperhatikan umur penderita dan factor resiko terjadinya kanker
ovarium.
b) Pemeriksaan fisik ginekologi
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan bimanual yang akan membantu dalam memperkirakan
ukuran ,lokasi, konsistensi dan mobilitas dari masa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal
untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum, sakrouterina, parametrium,
kavum dauglas dan rectum.
c) Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan dengan :
1) CT scan abdomen pelvis
2) MRI
3) Tumor marker CA – 125 ( Elizabeth. 2011 )
Stadium Keterangan Penatalaksanaan
2.1.5 Klalifikasi Stadium
a. Stadium surgical pada kanker ovarium
1) IA : tumor pada satu ovarium, tidak ada tumor diluar permukaan, kapsul utuh tidak ada cairan
asites pada sel kanker
2) IB : tumor pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor didaerah permukaan, tidak ada cairan
asites pada sel kanker
3) IC : tumor pada satu / dua ovarium dengan satu dari tanda-tanda sebagai berikut : - kapsul pecah
- Tumor diluar permukaan kapsul
- Sr positive sel kanker positif pada cairan asites
b. Tumor mengenai satu / dua dengan perluasan ke pelvis
1) II A : perluasan atau implant ke uterus atau tuba fallopi, tidak ada sel kanker pada cairan asites
2) II B : perluasan keorgan pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker di cairan asites
3) II C : tumor pada stadium II A / II B dengan sel kanker positive pada cairan asites
c. Tumor mengenai satu atau dua ovarium dangan metastasis ke peritoneum yang dipastikan
secara mikroskopik diluar pelvis dan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional.
1) III A : metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis
2) III B : metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis dengan diameter terbesar 2 cm atau kurang
3) III C : metastasis peritoneum diluar pelvis dengan diameter +_ 2 cm dan atau metastasis kelenjar
getah bening regional.
4) IV : metastasis jauh diluar rongga peritoneum, bila terdapat efusi pleura, maka cairan pleura
mengandung sel kanker positif. Termasuk metastasis pada parenkim hati. (Anwar, 2011)

2.1.6 Derajat Keganasan kanker ovarium


1. Derajat 1 : Differensiasi baik
2. Derajat 2 : Differensiasi sedang
3. Derajat 3 : Differensiasi buruk

2.1.7 Jenis Kanker Ovarium


1) Tumor epiletial
Berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitel
adalah jinak
2) Tumor germinal
Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi pada remaja dan wanita usia muda
pada umur 16-20 tahun. Kurang lebih 10% penderita menunjukan gejala akut abdomen akibat
pendarahan intrakapsuler, torsi dan atau rupture
Jenis – jenis dari tumor germinal :
a. Disgerminoma
b. Yolk sac tumor
c. Teratoma
d. Karsinoma embrional
e. Koriokarsinoma
f. Poliembrioma
g. Mixed germ cell tumor
3) Tumor Stronal
Berasal dari jaringan penyongkong ovarium yang memproduksi hormone estrogen dan
progesterone, jenis tumor ini jarang ditemukan. ( Faisal, 2011 )
2.1.8 Penalaksanaan Kanker Ovarium
a) Operasi
b) Radioterapi
c) Kemoterapi
1) Kanker ovarium epitelial
Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi
salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai
histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan
hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium Ic
pilihan terapi berupa :
a) Radioterapi
b) Kemoterapisisremik
c) Hisrektomi total abdominal dan radioterapi
Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi
ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %.
Stadium III dan IV: Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat
(sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan
usus, jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan
kemoterapi dan atau radioterapi.
2) Kanker ovarium germinal :
Tumor sel germinal : pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi.

3) Kanker ovarium stromal


Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi. Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP
(paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC
(cyclophosphamide + carboplatin).

2.2 Tinjauan Pustaka Kemoterapi


Pengertian
Komoterapi adalah penggunaan obat-obatan sintostatika dalam terapi kanker (Otto, 2005).
Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan cepat dan aplikasi
baru, bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotostik yang bekerja dalam berbagai cara pada
sel-sel spesifik selama berbagai fase kehidupan sel, sebagai obat digunakan hanya untuk
menghancurkan jenis sel kanker tertentu ( Gruendemen, 2006).

Tujuan
a) Pengobatan.
b) Mengguranggi masa tumor selain pembedahan
c) Menguranggi komplikasi akibat metostase
d) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup
2.2.3 Cara Pemberian
Kemoterapi dapat diberikan dengan 5 cara antara lain injeksi. Injeksi diberikan melalui
suntikan diotot, lengan, paha kiri, perut dsb.
a) Intra ateri (IA) diberikan langsung keateri.
b) Intra peritoneal (IP) diberikan langsung ke rongga perut.
c) Intra vena (IV) diberikan langsung kevena
d) Topical berupa krim yang digosokkan ke perut
e) Oral berupa pil kapsul atau cairan

2.2.4 Macam-Macam
Ada 4 macam kemoterapi berdasarkan cara penggunaannyayaitu :
a) Kemoterapi induksi, yaitu pemberian obat kemoterapi sebagai terapi primer untuk posten yang
tidak memiliki alternative terapi lain.
b) Kemoterapi neoadjuvan yaitu pembarian untuk mengngecilkan ukuran sel tumor atau kanker.
Sebelum dilakukan pembedahan pengangkatan tumor atau kanker.
c) Kemoterapi adjuvan yaitu seri kemoterapi yang digunakan sebagai tambahan dengan
modialitas terapi lainnya (pembedahan, nidasi, dan bioterapi) dan bertujuan untuk mengobati
mikrometostosis.
d) Kemoterapi kombinasi yaitu pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapikanker
yang menyebabkan aksi obat lainya atau bertindak secara sinergis.

2.2.5 Persiapan dan Syarat kemoterapi


1. Persiapan
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
 Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
 Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
 Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serim creatinin meningkat.
 Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
 EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
2. Syarat :
a. Keadaan umum cukup baik.
b. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
c. Faal ginjal dan hati baik.
d. Diagnosis patologik
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
g. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000 /mm³,
trombosit > 150 000/mm³.
2.2.6 Efek Samping
Pada umumnya efek samping kemoterapi dibagi menjadi empat yaitu :
a) Efek samping kemoteapi segera terjadi (immediate side effect) yang timbul dalam 24 jam pertama
pemberian, misalnya :
1) Gejala gastrointestinal, seperti mual muntah, diare, konstipasi, foringiris, esophogiris dan
mukositis.
2) Supresi sumsum tulang, penurunan jumlah sel darah putih (leucopenia) sel trombosit
(trombositopenia) dan sel darah merah (anemia)
3) Kerontokan rambut (alopecia)
b) Efek samping yang awal terjadi (early eide effecte) yang timbul dalam beberapa hari sampai
beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, reuroparti.
c) Efek samping yang terjadi belakang (delayed side effects) yang timbul dalam beberapa hari
sampai beberapa bulan misalnya neuropati ferifer, neuropati.
d) Efek samping yang terjadi kemudian (late side effets) yang timbul dalam beberapa bulan sampai
beberapa tahun, misalnya keganasan sekunder.

2.2.7 Obat-Obat Sitotasika


a) Methorexat
b) Cyclophos pamida
c) Cisplatin
d) Carboplotin
e) Acrynomycin
f) Bleomyein
g) Vincristiane
h) Vinblastine
i) Eroposide
j) Parlitakxel

2.2.8 Lama Kemoterapi


Dalam sebagian besar kasus kanker, untuk memperoleh hasil terbaik maka kemoterapi
dilakukan dalam jangka waktu tertentu.Kemoterapi bisa saja hanya dilakukan dalam satu hari,
atau dapat juga berlangsung selama beberapa minggu.Hal ini tergantung pada jenis dan stadium
kanker. Jika pasien membutuhkan lebih dari satu pengobatan, maka akan ada masa jeda/istirahat
agar tubuhnya pulih kembali. Misalnya kemoterapi satu hari diikuti dengan waktu istirahat satu
minggu, diikuti dengan pengobatan di satu hari lain yang diikuti masa istirahat tiga minggu, dan
lain-lain. Hal ini dapat dilakukan berulang kali.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


2.3.1 Pengkajian
A. Data subyektif
1. Identitas
Data diambil dari pasien yang didapat dari anamnesa antara petugas kesehatan dan pasien antra
lain :
a. Nama : untuk identfikasi pasien
b. Umur : menetukan factor resiko terjadi pada wanita usia muda sebelum umur 20 tahun
dan wanita umur >40 tahun
c. Suku/bangsa : mengetahui pola kehidupan pasien
d. Agama : untuk mengetahui agama yang dianut ibu agar lebih mudah dalam melakukan
pendekatan
e. Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu sebagai dasar dasar pemberian KIE.
f. Alamat : mengetahui tempat tinggal pasien, menjaga kemungkinan bila ada pasien
yang namanya sama
Identitas suami
a. Nama Suami : Nama suami klien
Umur : Untuk mengetahui usia suami klien
b. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan suami klien sebagai dasar
dalam memberikan KIE
c. Pekerjaan : Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan suami klien
dalam aktifitasnya.
d. Suku/ bangsa : Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut suami klien, untuk
memudahkan dalam memberikan asuhan dan pendekatan.
e. Agama : Untuk mengetahui agama yang dianut oleh suami klien sehingga
memudahkan dalam melakukan asuhan pendekatan.
f. Alamat : Untuk mengetahui daerah mana suami klien tinggal dan adat
kepercayaan serta budaya sebagai kemudahan berkomunikasi.
2. Anamnesa
a. Keluhan utama : Klien datang untuk kemoterapi yang ke-3
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Menceritakan kronologi klien, sejak kapan klien merasakan tanda gejala Ca ovarium sehingga
klien di rawat di RSUD Soetomo Surabaya
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Menanyakan apakah pernah menderita penyakit Ca mammae, kolon, endometrium dan penyakit
melular seperti HIV, AIDS, TBC. Menurun seperti hipertensi dan penyakit manahun seperti
jantung.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit menular seperti HIV, AIDS,
TBC. Penyakit menurun seperti hipertensi dan penyakit menahun seperti jantung
c. Riwayat Kebidanan
a) Riwayat Haid
Mengetahui faal system reproduksi seperti menarce, siklus, lamanya, banyaknya, dan gangguan
haid
b) Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui suami keberapa, umur nikah dan berapa lama
c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan yang lalu melahirkan dimana ditolong oleh siapa dengan usia kehamilan
berapa minggu, persalinan terakhir mengalami perdarahan, melahirkan spontan, SC, VE, pernah
abortus atau tidak, nifas mengalami penyulit atau tidak.
d) Riwayat KB
Alat kontrasepsi apa yang pernah digunakan, lamanya, dan alasan mengapa klien menggunakan
alat kontrasepsi tersebut serta keluhannya.
3. Pola Kebiasaan sehari-hari
g. Pola istirahat
ada atau tidak gangguan, berapa jam waktu istirahat.
h. Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan sehari – hari, ada tidaknya keluhan yang dirasakan ibu sehubungan
dengan aktivitas yang dilakukan.
i. Pola Eliminasi
Ada gangguan atau tidak saat BAK dan BAB
j. Pola nutrisi
Porsi makan, frekuensi, nafsu makan dan adakah pantangan makanan
k. Pola kebersihan
Mandi berapa kali, frekuensi gosok gigi dan berapa kali ganti baju.
l. Pola seksual
Ada gangguan atau tidak
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 110/70 – 120/80 MmHg
Nadi : 80 – 100 x/menit
Pernapasan : 16 – 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0​​ C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut lurus tidak ada ketombe
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mata : Konjugtiva merah muda, sclera putih.
Telinga : Simetris, bersih,tidak ada sekrit.
Mulut : Tidak ada stomatitis, gigi tidak caries.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara : Bentuk simetris tidak ada, benjolan abnormal, dan tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Tampak besar (berisi cairan) dan tidak ada nyeri tekan
Geretalia : tampak flour albus
2.3.2 Interpretasi Data
Diagnosa : Asuhan Kebidanan pada NY “L”CA ovarium dengan kemotrapi.
Masalah :-
Kebutuhan :
Ds : Klien datang untuk kemoterapi yang ke-3
Do : Keadaan umum : Baik
Tekanan darah: 110/70 – 120/80 MmHg
Nadi : 80 – 100 x/menit
Pernapasan : 16 – 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0​​ C
2.3.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial : Diagnosa potensial yang kemungkinan terjadi dari diagnosa awal
Masalah Potensial : -
2.3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Konsultasi, kolaborasi, rujukan.
2.3.5 MERENCANAKAN ASUHAN KEBIDANAN
Diagnose : Ny ”L” P2002 Ca Ovarium dengan kemoterapi
Tujuan : Setelah di lakukan asuhan kebidanan selama 24 jam, di harapkan kemoterapi dapat berjalan
dengan lancar
Kriteria hasil :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
TTV
Tekanan darah : 110/80 – 120/80 MmHg
0​
Suhu : 36,5 – 37,5 C
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
Nadi : 80 – 100 x/menit
1. Pendekatan dengan keluarga pasien
R/ Terjalinnya hubungan yang baik dan terciptanya rasa saling percaya antara keluarga pasien
dengan petugas kesehatan.
2. Fasilitasi ibu dengan infom consent
R/ Persetujuan keluarga sangat penting untuk setiap melakukan tindakan
3. Lakukan observasi
R/ memantau perkembangan ibu
4. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kemoterapi
R/ kemoterapi dapat membantu pengobatan Ca ovarium
5. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang efek samping dari kemoterapi
R/ Mendeteksi efek samping kemoterapi

2.3.6 PELAKSANAAN
No Tanggal/jam Tindakan TTD
1 Melakukan Pendekatan personal kepada keluarga
pasien dengan menyapa keluarga pasien dengan
sopan, ramah dan selalu menjadi pendengar yang
baik
2 Menfasilitasi pasien dengan infom consent

3 Melakukan observasi

4 Menjelaskan pada ibu tentang kemoterapi Tindakan


kemoterapi ini dilakukan dengan tujuan pengobatan,
mengurangi masa tumor selain pembedahan, dan
memperbaiki kualitas hidup

5 Menjelaskan efek samping kemoterapi seperti mual,


muntah, konstipasi, diare, penurunan jumlah sel
darah merah, dan kerontokan rambut. Efek samping
ini terjadi segera setelah kemoterapi. Dan efek
samping neoropati terjadi beberapa bulan kemudian
dan efek samping keganasan sekunder terjadi di
kemudian hari

2.3.7 EVALUASI
1. Terjalin kerjasama yang baik antara petugas dengan ibu dan keluarga pasien.
2. Persetujuan untuk dilakukan tindakan kemoterapi
3. Tekanan darah : 110/80 – 120/80 MmHg
0​
Suhu : 36,5 – 37,5 C
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
Nadi : 80 – 100 x/menit
4. Ibu mengerti dengan penjelasan petugas dan dapat menjelaskan kembali
5. Ibu mengerti dengan penjelasan petugas

Anda mungkin juga menyukai