Anda di halaman 1dari 13

HIGEIA 3 (3) (2019)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Reparasi Elektronik

Bayu Christyono Eko Atmojo 1, Herry Koesyanto 1

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia
1

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Di Indonesia, penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta orang, sebanyak 53,09 juta orang
Diterima 8 Mei 2019 (41,78%) bekerja pada sektor formal dan 73,98 juta orang (58,22%) bekerja pada sektor informal
Disetujui 21 Juli 2019 (BPS, 2018). Besarnya angka pekerja yang ada tidak diikuti dengan membaiknya standar
Dipublikasikan 31 Juli keamanan yang diterapkan di lingkungan perusahaan tersebut. Tujuan diadakannya penelitian ini
2019 adalah untuk memperbaiki standar keamanan yang belum memenuhi standar yang berlaku di
________________ dunia kerja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber informasi
Keywords: menggunakan data primer dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini
work safety, danger, risk, dilakukan pada Februari 2019. Bahaya yang teridentifikasi di bengkel reparasi alat elektronik
informal sector company sejumlah 45 bahaya sedangkan pengendalian risiko/bahaya yang sudah direncanakan sejumlah 23
____________________ tindakan dan pengendalian risiko/bahaya yang belum direncanakan sejumlah 22 tindakan. Masih
DOI: terdapat banyak sekali bahaya yang ada di perusahaan sektor informal dan masih belum ditangani
https://doi.org/10.15294 dengan baik dan benar, terdapat juga bahaya yang sebenarnya sangat beresiko namun masih
/higeia/v3i3/31000 dianggap sepele oleh pihak perusahaan yang terkait.
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
In Indonesia, people who worked as workers, namely 127,07 million people, 53,09 million people (41,78%)
worked in the formal sector while in the informal sector namely 73,98 million people (58,22%) (Central
Statistics Agency, 2018). The number of worker was not followed along with the increase of safety standart that
applied in the workplace. The purpose of this research was to repair safety standart that not done belong the
standart that was applied on the work world. This study used descriptive qualitative method. The source of
information using primary data was done by observation, interviews, documentation. This research was done
at February 2019. Hazards identified in electronic repair workshops are 45 hazards while the planned risk /
hazard controls are 23 actions and risk / hazard controls that have not been planned for 22 actions. There were
still many dangers that exist in the informal sector companies and still not handled properly and correctly, there
were also dangers that are actually very risky but still trivial by the relevant companies.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: bayucea5@gmail.com

394
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

PENDAHULUAN perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunya


undang-undang ini jelas ditentukan oleh 3 unsur
Indonesia merupakan negara yang yaitu tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi
memiliki jumlah penduduk yang tergolong suatu usaha, adanya tenaga kerja yang bekerja
tertinggi di dunia, sebagian besar dari penduduk disana, adanya bahaya di tempat kerja itu.
Indonesia bermata pencaharian sebagai pekerja Tempat kerja atau usaha-usaha yang dimaksud
yaitu 127,07 juta orang, sebanyak 53,09 juta dalam undang-undang tidak harus selalu
orang (41,78%) bekerja pada sektor formal dan mempunyai motif ekonomi atau motif
73,98 juta orang (58,22%) bekerja pada sektor keuntungan, tetapi dapat merupakan usaha-
informal (Badan Pusat Statistik, 2018). Menurut usaha sosial seperti sekolah kejuruan, usaha
International Labour Organization (ILO), setiap rekreasi dan dirumah-rumah sakit, dimana
tahun dua juta orang meninggal dan 270 juta dipergunakan instalasi-instalasi listrik dan
orang cidera akibat kecelakaan kerja yang mekanik yang berbahaya (Kemenakertrans,
terjadi di seluruh dunia. Banyaknya industri 1970).
padat karya menjadi penyebab kecelakaan kerja Berdasarkan penelitian Sukawati (2014)
yang terjadi di negara berkembang, termasuk menjelaskan bahwa ada hubungan bermakna
Indonesia sehingga banyak pekerja yang antara umur (nilai p=0,011; PR=1,965); masa
terpapar potensi bahaya (ILO, 2013). Data kerja >5 tahun (nilai p=0,000; PR=9,257) dan
diatas menunjukan bahwa bidang informal lama merokok (nilai p=0,024; PR=1,878)
memiliki jumlah pekerja yang lebih tinggi dari dengan gangguan fungsi paru. Hasil penelitian
sektor formal, namun pada kenyataannya sektor yang dilakukan oleh Sulistomo (2017)
informal memiliki kontrol keamanan kerja yang menunjukkan variabel yang berhubungan
lebih longgar daripada sektor formal dengan ganguan fungsi paru adalah penggunaan
(Syakbania, 2017). APD (masker) dan status merokok. Menurut
Tingginya pekerja dibidang informal penelitian Wahyuni (2013) menunjukan adanya
maka diperlukan penerapan Keselamatan dan hubungan antara masa kerja dan pengetahuan
Kesehatan Kerja (K3), K3 merupakan salah satu dengan konjungtivitis fotoelektrik. Hasil dari
bidang kesehatan masyarakat yang penelitian Febrianto (2015) adalah ada
memfokuskan perhatian pada masyarakat hubungan antara gangguan faal paru dengan
pekerja baik yang berada disektor formal debu asap las, karakteristik individu berupa
maupun yang berada disektor informal. umur, lama paparan, masa kerja, kebiasaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja memiliki tiga merokok dan jumlah konsumsi rokok.
komponen utama yaitu kapasitas kerja, Sedangkan penelitian yang mengarah pada
lingkungan kerja dan beban kerja. Ketiga bengkel pematrian jarang sekali ditemukan dan
komponen tersebut memiliki hubungan resiko yang dialami oleh pekerja dapat berupa
interaktif yang baik dan serasi untuk gangguan saluran pernafasan karena menghirup
menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. asap hasil peleburan zat Tnol yang digunakan
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang pada saat proses pematrian. Pengawasan dan
cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, pengendalian keselamatan kerja pada pekerja di
peliharaan moral kerja serta perlakuan yang perusahaan sektor informal jarang sekali
sesuai dengan martabat manusia dan moral diperhatikan. Menurut Rahmayanti (2015)
agama. Tenaga Kerja harus memperoleh gejala kelelahan mata dapat terjadi akibat indera
perlindungan pada dirinya dari berbagai soal di penglihatan digunakan secara maksimal dalam
sekitarnya yang dapat mengganggu dan jangka waktu yang lama selain itu gejala yang
menimpa dirinya dan juga pada pelaksanaan paling banyak dirasakan yaitu mata terasa
pekerjaannya (Hidayat, 2014). mengantuk dan nyeri pada bahu atau leher
Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun dengan persentase sebesar 80% dan 63%. Hal
1970 ayat 1 menunjukan bahwa dengan tersebut dapat disebabkan oleh kondisi

395
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

pencahayaan yang kurang memadai, posisi kerja minggu dengan cara mengamati cara kerja
yang tidak ergonomis, dan pengaruh utama pekerja dan mewawancarai merka dan pemilik
beban kerja dari responden pada posisi kerja bengkel, serta menilai peralatan maupun
yang sama dalam waktu 8 jam kerja dengan lingkungan kerja yang ada di lokasi penelitian.
waktu istirahat 1 jam perhari. Berdasarkan studi Sumber data yang digunakan pada penelitian ini
pendahuluan yang dilaksanakan pada beberapa adalah menggunakan data primer yang
bengkel reparasi alat elektronik terdapat 7 dari merupakan hasil wawancara dan observasi
10 pekerja di wilayah Kecamatan Pedurungan terhadap pekerja dan pemilik bengkel, serta
Kota Semarang mengalami gangguan kelelahan hasil pengamatan pada kondisi bengkel apakah
fisik dan merasakan gangguan pernafasan sesuai dengan peraturan yang berlaku atau
Menurut Rahmayanti (2015) belum. Teknik sampling menggunakan random
pencahayaan yang kurang memadahi dapat sampling. Instrumen penelitian menggunakan
menyebabkan penyakit akibat kerja yang lembar observasi dan pedoman wawancara.
berakibat berkepanjangan berupa mata minus da Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
beberapa penyakit penglihatan lainnya dengan observasi (pengamatan) interview
tergantung lama kerja dan intensitas cahaya (wawancara), dokumentasi. Teknik analisis
yang ada di ruang kerja tersebut. data, yaitu dengan reduksi data, penyajian data,
Perbedaan penelitian ini dengan dan penarikan simpulan.
penelitian sebelumnya adalah lokasi dan waktu
penelitian berbeda dengan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelumnya, ruang lingkup di bengkel reparasi
elektronik di Kecamatan Pedurungan, Kota Penduduk Kecamatan Pedurungan
Semarang. Penelitian ini menggunakan studi mayoritas bekerja sebagai buruh baik buruh
deskriptif dengan pendekatan observasional. pabrik, tani, dan industri. Sektor industri
Pada penelitian ini bertujuan untuk informal merupakan mata pencaharian tertinggi
memperbaiki standar keamanan yang belum bagi penduduk Kecamatan Pedurungan dan
memenuhi standar yang berlaku di dunia kerja. banyak dari mereka yang sangat
menggantungkan biaya hidup sehari-hari dari
METODE sektor tersebut, namun hal ini tidak diimbangi
dengan standar kerja yang baik dalam sektor
Desain yang digunakan pada penelitian keamanan maupun kenyamanan pekerja dalam
ini adalah deskriptif kualitatif, deskriptif berarti bekerja, peningkatan mutu dari keselamatan dan
menggambarkan sesuatu, dan kualitatif berarti kesehatan kerja pada sektor industri informal
secara mendalam atau terperinci, jadi yang memang sangat perlu dilakukan agar
dimaksud penelitian deskriptif kualitatif adalah masyarakat dapat bekerja dengan baik dan tetap
penelitian yang menggambarkan tetang sesuatu aman dalam bekerja. Keselamatan kerja yang
secara mendalam dan mengupas secara rinci kurang diperhatikan bersumber pada kurangnya
apa saja informasi yang dapat digali dari objek pengetahuan pemilik maupun pekerja dalam
penelitian sehingga meminimalisir adanya hal menerapkan sikap kerja dan standar keamanan
yang tidak terbahas pada penelitian tersebut, kerja yang baik.
Tempat penelitian yaitu di Kecamatan Pengambilan data tentang kondisi
Pedurungan, Kota Semarang, tepatnya di bengkel dilaksanakan pada bulan Februari 2019.
Pedurungan di salah satu bengkel alat elektronik Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah
yang ada di Kecamatan tersebut namun karena guna meningkatkan kesejahteraan pekerja di
alasan tertentu kami tidak dapat secara rinci sektor informal kesejahteraan di Kecamatan
menyebut tempat karena alasan kerahasiaan Pedurungan Kota Semarang. Pengambilan data
objek penelitian. Waktu penelitian yaitu bulan tentang kondisi bengkel menggunakan lembar
Februari 2019, penelitian dilakukan selama dua observasi, foto dokumentasi kondisi

396
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

Tabel 1. Hasil Lembar Observasi (Check List)


Jawaban
No. Indikator Jumlah Butir
YA TIDAK
1. Penanganan dan penyimpanan material 12 8 4
2. Penggunaan perkakas tangan 11 4 7
3. Pengamanan mesin 17 13 4
4. Desain tempat kerja/bengkel 15 10 5
5. Pencahayaan 6 5 1
6. Cuaca kerja 7 4 3
7. Kebisingan dan getaran 3 1 2
8. Fasilitas pekerja 11 5 6
9. Organisasi bengkel 6 4 2
JUMLAH 88 54 34

bengkel dan wawancara dengan informan. form HIRA (Hazard Identification & Risk
Informan atau narasumber untuk wawancara ini Assessment). Hal ini sekaligus untuk memenuhi
yaitu pemilik bengkel dan pekerja bengkel. kelengkapan bengkel yang belum mempunyai
Setelah dilakukan penelusuran lembar dokumen HIRA. Sejumlah 45 bahaya dan
observasi, pengamatan yang mendalam dan potensi insiden yang teridentifikasi di bengkel
wawancara dengan informan, dapat diperoleh reparasi alat elektronik X, terdapat tingkat
gambaran kondisi bengkel yang meliputi 9 keseringan dan keparahan bahaya yang berbeda-
indikator dengan 88 item pernyataan di tabel 1. beda. Rentang untuk tingkat keseringan antara 1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sampai dengan 4 tingkatan. Sedangkan tingkat
berapa kasus yang berpotensi menimbulkan keparahan antara 1 sampai dengan 4 tingkatan.
bahaya dan kasus yang tidak berpotensi Risk Ranking atau tingkat risiko bahaya dan
menimbulkan bahaya dari setiap indikator. potensi bahaya berkisar antara 1 sampai dengan
Jawaban “YA” mewakili kasus yang berpotensi 8 tingkatan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
menimbulkan bahaya. Jawaban “TIDAK” pada gambar 2 dan 3.
mewakili kasus yang tidak berpotensi Action Plan pengendalian bahaya atau
menimbulkan bahaya. Grafik pada gambar 1 risiko dan potensi insiden di bengkel reparasi
menunjukkan jumlah kasus di bengkel reparasi alat elektronik X terdiri dari pengendalian yang
alat elektronik X. sudah direncanakan dan pengendalian yang
Hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan belum direncanakan. Pengendalian yang sudah
pengendalian risiko dipaparkan menggunakan direncanakan oleh manajemen bengkel

Gambar 1. Jumlah Kasus Mengenai Kondisi Bengkel Reparasi Alat Elektronik X

397
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

Gambar 2. Jumlah Bahaya Berdasarkan Tingkat Keseringan dan Jumlah Bahaya Berdasarkan
Tingkat Keparahan

sejumlah 23 tindakan. Sedangkan pengendalian Area yang sempit memang menjadi


yang belum direncanakan sejumlah 22 tindakan. kendala bagi bengkel reparasi. Penambahan
Presentase dari action plan dapat dilihat pada mesin-mesin baru tidak dibarengi dengan
gambar 4. perluasan area bengkel. Hal ini yang
Hal yang terkait dengan penanganan dan menyebabkan pemilik dan pekerja bengkel
penyimpanan material adalah penyimpanan menggunakan tempat seadanya walaupun hal
material, penanganan material, dan keteraturan, tersebut dapat merugikan dan menimbulkan
kerapian dalam penggunaan rak penyimpanan. bahaya.
Selain itu, rute transportasi menjadi hal yang Sebenarnya pemilik dan pekerja bengkel
penting dalam penanganan dan penyimpanan dapat mengurangi permasalahan dengan
material. Dari indikator tersebut, penanganan memisahkan atau menyingkirkan dapur listrik
dan penyimpanan material di bengkel reparasi dan dapur pembakaran yang sudah lama tidak
alat elektronik X terdapat 4 kasus yang terpakai. Selain itu dapat membongkar bilik las
berpotensi menimbulkan bahaya. yang dalam kenyataannya hanya digunakan
Bengkel reparasi alat elektronik X hanya untuk penempatan barang-barang bekas. Tidak
menggunakan area kosong yang tidak terpakai digunakan sebagai tempat mengelas. Area yang
untuk penyimpanan material. Oleh karena itu, sempit juga menyebabkan kendala dalam
area penyimpannya menjadi sempit. Area yang pemotongan bahan. Pemotongan tidak dapat
sempit tentunya sangat mengganggu dan dilakukan di area penyimpanan bahan sehingga
berisiko terjadiya kecelakaan kerja atau bahaya harus mencari tempat lain. Tempat yang
saat penanganan material seperti saat biasanya digunakan adalah di sekitar area kerja
pengambilan dan penataan material. bangku, rute transportasi, dan di luar bengkel.

Gambar 3. Jumlah Bahaya Berdasarkan Tingkatan Risiko

398
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

Gambar 4. Jumlah Action Plan

Hal ini akan menimbulkan risiko baru. Apalagi bengkel. Tidak tersedianya tempat limbah
jika bahan yang akan dipotong berat dan berdampak pada kebersihan di area tersebut. Di
panjang sehingga harus membutuhkan tenaga area bengkel reparasi hanya tersedia satu tempat
yang besar dan waktu yang lama untuk sampah yang berada di luar area bengkel.
memindahkan bahan tersebut. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
Dari segi penggunaan rak penyimpanan, bahwa penanganan dan penyimpanan material
bengkel tersebut sudah menggunakan rak di bengkel reparasi alat elektronik X masih perlu
bertingkat dan bertujuan untuk mengatasi perbaikan. Pemilik dan pekerja bengkel
permasalahan keterbatasan ruang. Namun mempunyai pekerjaan rumah agar penanganan
penggunaan rak bertingkat juga belum dan penyimpanan material dapat lebih baik.
maksimal karena masih ada material yang Kasus yang perlu diperbaiki antara lain (1)
dicampur dan tidak diatur dengan baik. kejelasan rambu dan kebersihan rute
Beberapa material yang tidak terpakai masih transportasi, (2) area penyimpanan material
disimpan dan memakan tempat. Material sisa yang sempit, (3) pemilahan dan penataan
hasil lasan masih banyak yang berserakan di material, (4) tempat sampah atau limbah, dan
lantai area penyimpanan. (5) form penggunaan bahan.
Rute transportasi di bengkel reparasi Hampir setiap pekerjaan di bengkel
sudah cukup lebar dan rata untuk membantu menggunakan perkakas tangan. Perkakas
dalam penanganan material. Namun kebersihan tangan menjadi faktor penting dalam
dan kondisi yang tidak bersih pada beberapa melakukan pekerjaan. Oleh karena itu
tempat akan menimbulkan potensi bahaya bagi perawatan, kondisi, dan pemakaiannya harus
pemakai. Hal ini akan semakin bahaya karena selalu dijaga. Hal ini juga berkaitan dengan
penandaan rute transportasi yang tidak jelas. aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jika
Penandaan yang jelas akan memberikan perkakas tangan rusak dan masih digunakan,
informasi kepada pemakai atau pekerja tentang maka akan menimbulkan risiko dan kecelakaan
area mana yang menjadi area kerja dan area kerja.
transportasi. Terdapat 7 kasus yang berpotensi
Dalam hal pemindahan bahan, bengkel menimbulkan bahaya pada penggunaan
reparasi sudah menyediakan hand truck dan perkakas tangan di bengkel reparasi alat
perangkat beroda. Namun, alat tersebut sangat elektronik X. Hal yang terkait dalam
jarang digunakan. Pemindahan bahan lebih penggunaan perkakas tangan antara lain kondisi
banyak dilakukan secara manual atau secara alat, penggunaan alat dan penyimpanan serta
gotong royong. Pekerjaan seperti itu sangat perawatan perkakas tangan. Sebagian besar
berpotensi terjadinya bahaya atau risiko di kondisi perkakas tangan seperti alat-alat bantu

399
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

perbaikan, hand tools, maupun hand power tools di di bengkel reparasi alat elektronik X.
bengkel reparasi sudah baik dan aman Pengamanan mesin biasanya berkaitan dengan
digunakan. Walaupun ada beberapa yang sudah fungsi tombol-tombol operasional pada mesin,
rusak, tetapi pekerja lebih memilih perlindungan bagian-bagian mesin dan
menggunakan yang masih baik. penempatan serta pemeliharan mesin.
Dari segi penggunaannya, pekerja belum Pengamanan mesin yang baik akan mengurangi
dapat menggunakan perkakas tangan baik yang risiko terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu,
manual maupun yang menggunakan tenaga pekerja atau pemakai bengkel akan merasa
listrik. Pekerja belum dilatih dalam penggunaan aman jika mesin-mesin yang ada sudah terkover
perkakas tangan, sehingga risiko kesalahan dengan baik dan aman.
penggunaan perkakas tangan semakin tinggi. Tombol operasional pada sebagian besar
Terkadang masih ada pekerja yang mesin masih berfungsi dengan baik. Kejelasan
menggunakan alat tidak sesuai prosedur yang dan penempatan tombol-tombol operasional
benar. mudah dijangkau dan dipahami oleh pekerja.
Penempatan alat belum baik karena tidak Mesin las yang lama pun masih berfungsi
disediakan rak atau box dan lemari alat. dengan normal walaupun tidak dapat 100%
Penyediaan rak atau box dan lemari alat normal.
bertujuan untuk mempermudah dalam Dalam hal perlindungan bagian-bagian
penyimpanan dan pengambil. Hal yang menjadi mesin, ada beberapa mesin dengan kabel-kabel
perhatian dalam penempatan alat yaitu alat-alat koneksi belum tertata dengan rapi. Penempatan
bantu reparasi masih dicampur. Hal ini akan mesin juga mengganggu mobilitas pemakai
membuat alat menjadi cepat rusak. bengkel. Selang-selang gas tidak tertata degan
Agar perkakas tangan awet dan dalam rapi dan mengganggu mobilitas pekerja,
kondisi baik saat digunakan, maka perlu sehingga dapat menimbulkan risiko atau
dilakukan pemeliharaan secara rutin. Hal ini kecelakaan kerja. Namun secara keseluruhan
yang belum dilakukan di bengkel tersebut. mesin-mesin di bengkel tersebut sudah aman.
Pemeliharaan hanya sebatas perbaikan jika Perawatan mesin belum dilaksanakan
terjadi kerusakan. Selain itu, ada beberapa alat secara rutin. Mesin hanya diperbaiki jika
rusak yang masih dicampur dengan alat yang mengalami kerusakan. Jika mesin tidak
masih baik. Tidak disediakan pengaman pada mengalami kerusakan maka mesin tersebut akan
alat-alat yang menggunakan sumber listrik yang terus digunakan tanpa adanya perawatan secara
besar. Hal tersebut dapat menimbulkan potensi berkala. Hal ini akan membuat biaya perawatan
bahaya dan menimbulkan kecelakaan kerja mesin menjadi lebih besar. Tidak terdapat
tersengat listrik. poster-poster K3 tentang APD, potensi bahaya,
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan dan pengendalian bahaya.
bahwa ada 7 kasus yang harus diperbaiki antara Dari uraian di atas dapat disimpulkan
lain (1) penempatan perkakas tangan yang bahwa ada beberapa kondisi yang perlu
mudah dijangkau pekerja, (2) penyediaan alat- perbaikan antara lain (1) dilakukan inspeksi,
alat untuk perbaikan ringan pada peralatan perawatan dan menjaga kebersihan mesin,
elektronik, (3) penyediaan wadah atau box untuk terutama pada koneksi kabel-kabel, (2)
setiap alat, (4) perawatan alat secara rutin, (5) penempatan mesin yang tidak mengganggu
pelatihan kepada pekerja sebelum menggunakan mobilitas pemakai bengkel, (3) penataan selang-
hand power tools, (6) penggunaan sarung tangan selang gas yang rapi agar tidak mengganggu
saat memegang alat dan bahan, (7) penyediaan mobilitas pemakai bengkel, (4) menyediakan
pengaman pada alat-alat yang menggunakan poster-poster K3 tentang APD, potensi bahaya,
sumber listrik yang besar. dan pengendalian bahaya.
Terdapat 4 kasus yang berpotensi Desain tempat kerja atau bengkel di
menimbulkan bahaya pada pengamanan mesin bengkel reparasi alat elektronik X masih dalam

400
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

tahap pengembangan. Hal ini dikarenakan bersih. Hal ini perlu dijadikan perhatian oleh
pengembangan bengkel di perusahaan sektor pemilik dan pekerja bengkel agar pencahayaan
informal sifatnya bertahap dan juga di bengkel dapat terpenuhi dengan baik.
menyesuaikan dengan ketersediaan dana yang Kondisi cuaca kerja menjadi
ada. Desain bengkel selalu berubah-ubah permasalahan di bengkel reparasi alat elektronik
mengikut perkembangan mesin yang ada. Dari X. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
indikator ini terdapat 5 kasus yang berpotensi yang menunjukkan bahwa cuaca kerja di
menimbulkan bahaya. bengkel pengelasan terdapat 3 kasus yang
Tempat kerja tidak mengakomodasi berpotensi menimbulkan bahaya. Oleh karena
kebutuhan bagi pekerja yang lebih kecil maupun itu, perlu penanganan dari semua pihak agar
lebih tinggi. Tempat kerja yang sering tercipta cuaca kerja yang baik. Cuaca kerja yang
digunakan untuk bahan, alat, dan kontrol juga baik akan membuat pekerja menjadi nyaman
tidak mudah dijangkau oleh pekerja bengkel. saat bekerja. Jika cuaca kerjanya tidak kondusif,
Dari segi penataan dan pemeliharaan bengkel akan membuat pekerja tidak fokus bekerja yang
sebagian besar sudah dalam kondisi baik dan nantinya dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
aman. Meja kerja, meja las, lemari tertata Di area bengkel tidak ada penghisap asap
dengan rapi. yang dihasilkan oleh proses penyolderan,
Jika meninjau penerapan K3 di dunia sehingga asap akan cenderung menyebar ke area
industri, area tempat kerja menjadi sesuatu yang bengkel. Ventilasi udara di area bengkel masih
berharga. Area kerja sedapat mungkin kurang. Tidak adanya blower maupun sistem
dimanfaatkan untuk menghasilkan profit dan ventilasi yang berfungsi dengan baik.
aman bagi pengguna tempat kerja. Apalagi jika Penanganan sampah yang belum dikelola
area kerja hanya digunakan untuk penempatan dengan baik akan menimbulkan bau tak sedap
material atau mesin yang sudah tidak dipakai di area kerja. Namun di bengkel reparasi alat
maka akan mengakibatkan kerugian bagi elektronik X sudah mengelola sampah dengan
industri. Mesin atau material yang tidak dipakai baik. Ruang kerja atau bengkel juga tidak terlalu
sebaiknya dipisahkan dari area bengkel dan panas. Untuk mengatasi jika terjadi kebakaran
tempatnya dapat digunakan untuk keperluan di bengkel, pemilik bengkel belum menyediakan
lain. Hal lain yang perlu diperhatikan di bengkel APAR dengan cukup dan tidak mudah
reparasi alat elektronik X yaitu jalur evakuasi dijangkau oleh semua pemakai bengkel. Namun
bengkel harus jelas, pemisahan mesin atau tidak semua pemakai bengkel mengetahui
material yang tidak terpakai, dan pemenuhan bagaimana cara menggunakan APAR tersebut.
tempat sampah. Terkait kebisingan dan getaran, bengkel
Bengkel reparasi alat elektronik X sudah reparasi alat elektronik X termasuk dalam
menggunakan penerangan dari cahaya kondisi yang belum layak digunakan. Pemilik
matahari. Penggunaan warna dinding yang bengkel belum mengisolasi atau menutup atau
terang juga meningkatkan intensitas bagian mesin yang berisik. Namun perawatan
penerangan. Selain meningkatkan intensitas alat dan mesin secara teratur untuk mengurangi
penerangan juga mampu menciptakan suasana kebisingan sudah dilakukan oleh pemilik
kerja yang nyaman. Penerangan di bengkel bengkel. Penggunaan mesin dan alat terkadang
sudah dapat merata. Namun jendela dan kaca mengganggu komunikasi di bengkel.
lampu penerangan dalam kondisi yang tidak Fasilitas pekerja yang ada di bengkel
bersih sehingga mengganggu intensitas cahaya. reparasi alat elektronik X masih terdapat 6 kasus
Dari hasil penelitian tentang yang berpotensi menimbulkan bahaya. Tidak
pencahayaan, kondisi pencahayaan di bengkel tersedia ruang istirahat, ruang briefing atau
reparasi alat elektronik X terdapat 1 kasus yang pelatihan, tidak menandai daerah yang
berpotensi menimbulkan terjadi bahaya, yaitu membutuhkan penggunaan APD dengan jelas,
jendela dan kaca lampu penerangan yang tidak tidak menyediakan APD yang memadai, tidak

401
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

membersihkan dan memelihara APD dengan rak penyimpanan masih menempel dengan
baik, serta tidak terdapat jalur evakuasi yang dinding, tidak ada tempat limbah. Bahaya
jelas dan dimengerti oleh pemakai bengkel. dengan nilai risiko sedang juga tidak ada.
Namun sudah ada pemeliharaan tempat kerja, Bahaya dengan nilai risiko rendah teridentifikasi
penyediaan fasilitas minum dan makan pada sejumlah 3 bahaya antara lain penyimpanan
area higienis, penyediaan akses mudah ke kotak material masih ada yang tecampur, material
P3K dan fasilitas pelayanan kesehatan bagi atau hasil kerja masih berserakan, tempat
pekerja, pekerja menggunakan APD dengan penyimpanan bahan dekat dengan dapur listrik
instruksi yang tepat, serta penyimpanan pribadi dan terlalu sempit.
untuk APD. Meskipun beberapa fasilitas di Pengendalian bahaya untuk rute
tempat kerja sudah memadai, namun kondisi transportasi terhalangan material dilakukan
tersebut termasuk kondisi yang belum layak dengan memindahkan material yang
untuk fasilitas di tempat kerja. menghalangi tersebut ke area yang sesuai. Jika
Organisasi kerja di bengkel reparasi sudah material sudah tidak terpakai, maka segera
cukup baik. Namun masih terdapat 2 kasus ditempatkan pada area sempit dapat dilakukan
yang dapat berpotensi menimbulkan bahaya. dengan memindahkan rak ke tempat yang luas
Organisasi kerja dapat berjalan baik jika atau dapat dengan merekayasa penempatan rak
ditetapkan tugas piket untuk bertanggung jawab penyimpanan. Sedangkan pengendalian untuk
pada kebersihan bengkel, melibatkan pemilik penyimpanan material yang dicampur dan
dan pekerja bengkel dalam melakukan penilaian material yang masih berserakan, dapat
risiko ergonomik terkait sebagai bagian dari disediakan tempat khusus atau box untuk
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan penempatan material dan memisahkan material
kerja. Namun kondisi tersebut belum sesuai dengan jenis dan ukurannya.
dilaksanakan di bengkel reparasi alat elektronik Pengendalian untuk tempat pemotongan
X yang jauh dari area penyimpanan material dapat
Kondisi organisasi kerja yang termasuk dilakukan dengan memperluas area
baik yang sudah dilaksanakan di bengkel penyimpanan sehingga pemotongan dapat
reparasi alat elektronik X meliputi dilakukan di area tersebut. Namun jika
penginformasian dan menghargai hasil pengendalian tersebut tidak memungkinkan,
pekerjaan pekerja, pengkoordinasian dengan maka dapat dilakukan pemotongan di area yang
pekerja tentang pemeliharaan dan kebersihan sesuai atau luas dengan pemindahan material
bengkel, memberi kesempatan bagi pekerja menggunakan alat pemindah yang tersedia.
untuk memudahkan dalam berkomunikasi dan Penggunaan alat pemindah dapat mengurangi
saling mendukung di tempat kerja, melatih risiko cidera otot atau kesleo.
pekerja untuk bertanggung jawab pada Rak penyimpanan yang dekat sekali
pekerjaan masing-masing. dengan dapur listrik dapat di atasi dengan
Dari hasil identifikasi bahaya dan memindahkan dapur listrik tersebut. Dapur
penilaian risiko dapat diketahui bahwa bahaya listrik tersebut juga sudah lama tidak digunakan.
dengan nilai risiko ekstrim teridentifikasi Rak penyimpanan yang menempel dengan
sejumlah 1 bahaya antara lain rute transportasi dinding sebaiknya digeser sedikit agar tidak
terhalang material yang berserakan. Bahaya terlalu menempel di dinding. Selain itu,
dengan nilai risiko tinggi teridentifikasi perbaikan mesin sebaiknya tidak di area
sejumlah 6 bahaya antara lain penempatan rak penyimpanan karena jelas mengganggu aktivitas
penyimpanan material di tempat yang sempit, di area tersebut. Perbaikan mesin dapat
tempat pemotongan bahan yang jauh dari dilakukan di area khusus atau menggunakan
tempat penyimpanan, sekitar area penyimpanan area yang tidak terpakai.
digunakan untuk perbaikan mesin, penggunaan Tidak adanya tempat sampah di area
alat pemindah belum maksimal, penempatan penyimpanan, mengharuskan manajemen

402
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

bengkel untuk segera menyediakan tempat Pengendalian untuk penggunaan mesin


sampah. Tempat sampah sebaiknya diadakan yang masih menggunakan area transportasi,
antara sampah organik, sampah anorganik, dan dapat dilakukan dengan memindahkan proses
sampah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Hal kerja yang menggunakan mesin tersebut ke
ini untuk menjaga area penyimpanan selalu tempat yang luas. Jika tidak memungkinkan
bersih dan rapi. dapat menggunakan area kerja yang sedang
Dari hasil identifikasi bahaya dan tidak digunakan. Penggunaan mesin solder juga
penilaian risiko dapat diketahui bahwa bahaya harus memperhatikan kondisi sekitar.
dengan nilai risiko ekstrim teridentifikasi Pengendalian untuk koneksi kabel pada mesin
sejumlah 3 bahaya antara lain perkakas tangan yang belum tertata rapi yaitu dengan merapikan
yang rusak dipisahkan dengan yang masih dapat koneksi kabel-kabel tersebut.
dipakai, masih ada hand power tools yang rusak Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko
dan belum dipisahkan, masih ada peralatan dapat diketahui bahwa bahaya dengan nilai
listrik yang tidak ada pelindung atau isolator. risiko ekstrim teridentifikasi sejumlah 1 bahaya
Bahaya dengan nilai risiko tinggi teridentifikasi antara lain tidak adanya pengaman/pengikat
sejumlah 1 bahaya antara lain peralatan yang pada tabung gas las. Bahaya dengan nilai risiko
tidak terawatt dan belum sesuai dengan standar. tinggi teridentifikasi sejumlah 3 bahaya antara
Bahaya dengan nilai risiko rendah teridentifikasi lain tidak ada pengaman di area penyolderan,
sejumlah 3 bahaya antara lain perkakas tangan tempat untuk memanasi solder belum ada tanda
masih dicampur, penggunaan alat bantu pengaman, belum adanya petunjuk pemakaian
reparasi yang tidak sesuai SOP, koneksi kabel pada mesin-mesin tertentu. Bahaya dengan nilai
pada mesin belum tertata rapi. Bahaya dengan risiko sedang teridentifikasi sejumlah 1 bahaya
nilai risiko rendah teridentifikasi sejumlah 2 antara lain mesin-mesin belum tertata dengan
bahaya antara lain penggunaan mesin di rute rapi. Bahaya dengan nilai risiko rendah tidak
transportasi dan penggunaan peralatan atau ada.
mesin seperti solder digunakan tanpa alat. Pengendalian bahaya untuk tidak adanya
Pengendalian bahaya peralatan yang pengaman di area penyolderan yaitu dengan
belum terawat dan masih sangat sederhana atau memasang sekat atau pembatas pada area
belum sesuai dengan standar dapat dilakukan penyolderan. Pengendalian bahaya untuk tidak
dengan memperbaiki peralatan yang sudah adanya pengikat pada tabung gas dapat diatasi
rusak dan disesuaikan dengan standar. dengan memasang rantai pengikat atau
Pengendalian untuk perkakas tangan rusak yang menggunakan pengaman pada tabung gas.
masih dicampur yaitu perlu dilakukan Tempat untuk memanasi solder juga harus
pemisahan perkakas tersebut ke tempat khusus diberi tanda pengaman dan memindahkan
perkakas yang rusak. Tetapi akan lebih baik jika mesin tersebut ke tempat yang aman. Pemberian
perkakas tersebut diperbaiki atau diganti baru. lembar SOP pada mesin-mesin tertentu yang
Hal ini juga berlaku pada alat bantu yang masih belum ada petunjuk pemakaian pada mesin-
dicampur dan ditumpuk. Alat bantu tersebut mesin tertentu tersebut. Pengendalian bahaya
harus disediakan tempat khusus sehingga alat untuk mesin-mesin yang belum tertata dengan
tersebut dapat tertata dengan rapi. rapi yaitu dengan memastikan penempatan
Peralatan listrik yang belum ada mesin-mesin agar tertata dengan rapi.
pelindung atau isolator, sebaiknya segera Dari hasil identifikasi bahaya dan
dipasang isolator dan diperbaiki agar aman saat penilaian risiko dapat diketahui bahwa bahaya
digunakan oleh pekerja. Selain itu pemilik dengan nilai risiko ekstrim teridentifikasi
bengkel harus memastikan pekerja sejumlah 4 bahaya antara lain rute transportasi
menggunakan APD saat bekerja. Pemilik dijadikan tempat kerja bagi pekerja sehingga
bengkel dapat berperan juga dalam hal kabel, mesin, dan material berserakan di rute
perbaikan alat dan mesin. tersebut; hanya terdapat satu kotak kontak

403
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

listrik; tabung gas tidak diletakkan di area dengan membersihkan kaca jendela dan langit-
khusus; tidak adanya jalur evakuasi yang jelas. langit yang kotor. Jendela yang tidak bersih
Bahaya dengan nilai risiko tinggi tidak ada. akan mengurangi intensitas cahaya yang masuk.
Bahaya dengan nilai risiko sedang teridentifikasi Sedangkan tempat kerja yang kurang terang
1 bahaya yaitu banyak terdapat debu di meja dapat diatasi dengan memasang lampu dan
kerja. Bahaya dengan nilai risiko rendah merekayasa sistem pencahayaan seperti
teridentifikasi sejumlah 1 bahaya antara lain mengaktifkan lagi jendela di tempat kerja.
tidak ada sekat atau pembatas antar meja las. Pengendalian bahaya untuk bilik penyolderan
Pengendalian bahaya seperti tidak adanya yang kurang terang, pencahayaan yang tidak
sekat pembatas pada meja las dapat dilakukan merata dapat dilakukan dengan menambahkan
dengan memberi sekat pembatasantar meja las. lampu yang sesuai agar pencahayaan di area
Pengendalian bahaya rute transportasi yang kerja dapat merata dan nyaman untuk bekerja.
digunakan untuk tempat kerja dapat diatasi Selain itu dapat juga dengan mengganti warna
dengan memindahkan kegiatan proses kerja ke dinding atau bilik las dengan warna yang cerah.
area kerja yang tidak sedang digunakan. Selain Dari hasil identifikasi bahaya dan
itu memastikan rute transportasi bebas dari penilaian risiko dapat diketahui bahwa bahaya
hambatan. Kejelasan rute untuk jalur evakuasi dengan nilai ekstrim teridentifikasi sejumlah 1
harus jelas sehingga jika terjadi kecelakaan atau bahaya antara lain masih ada pekerja yang
kebakaran, pekerja mudah menyelamatkan diri. belum bisa menggunakan alat pemadam
Tabung yang ditempatkan di area yang kebakaran, bahaya dengan nilai risiko tingi
belum sesuai dapat dipindahkan ke area yang teridentifikasi sejumlah 2 bahaya antara lain
jauh dari area pengelasan dan harus diberi sistem ventilasi yang belum maksimal dan
pengaman atau pengikat tabung, serta penanganan sampah yang tidak maksimal
merapikan tabung gas pada area yang jarang sehingga menimbulkan bau, bahaya dengan
dijangkau oleh pekerja. Pengendalian bahaya nilai risiko sedang teridentifikasi sejumlah 1
untuk kurangnya kontak listrik di area kerja, bahaya antara lain sistem ventilasi yang masih
pemilik bengkel dapat menambahkan kontak kurang, bahaya dengan nilai risiko rendah
listrik di area bengkel. Bahaya debu yang masih teridentifikasi sejumlah 1 bahaya antara lain
banyak di meja kerja dapat dikendalikan dengan tidak berfungsinya penghisap asap.
memastikan pekerja selalu membersihkan area Penghisap asap pada area kerja yang
kerja setelah selesai bekerja dan mengadakan tidak berfungsi dapat diatasi dengan cara
kegiatan bersih-bersih bengkel seminggu sekali. memperbaiki penghisap asap tersebut dan
Dari hasil identifikasi bahaya dan menyediakan penghisap asap di area kerja atau
penilaian risiko dapat diketahui bahwa bahaya mengganti sistem penghisap asap yang baru.
dengan nilai risiko ekstrim teridentifikasi Pengendalian bahaya tersebut bertujuan agar
sejumlah 2 bahaya antara lain pencahayaan asap solder dan las tidak terhirup langsung oleh
yang kurang merata, kaca jendela dan kaca pekerja dan menyebabkan iritasi mata. Sistem
lampu tidak bersih sehingga mengganggu ventilasi di area kerja yang belum maksimal
intensitas cahaya yang masuk, bahaya dengan dapat diatasi dengan memperbaiki sistem
nilai risiko tinggi tidak ada, bahaya dengan nilai ventilasi yang rusak di area kerja. Dalam hal
risiko sedang teridentifikasi 1 bahaya antara lain penanganan sampah, pemilik bengkel
pencahayaan dari luar yang kurang diharapkan untuk menyediakan tempat sampah
maksimal,bahaya dengan risiko rendah yang baik dan memastikan sampah selalu
teridentifikasi sejumlah 2 bahaya antara lain dikelola dengan baik. Pekerja yang belum
tempat kerja yang kurang terang dan bilik mampu menggunakan APAR dapat diatasi
penyolderan yang kurang terang. dengan melakukan pelatihan penggunaan
Pengendalian bahaya untuk pencahayaan APAR dan menyediakan instruksi pemakaian
dari luar yang kurang maksimal dapat dilakukan pada APAR tersebut. Hal ini sangat penting

404
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

agar jika terjadi kebakaran pemakai bengkel yaitu risiko/bahaya dengan tingkat risiko
sudah siap siaga. rendah sejumlah 9 bahaya, risiko/bahaya
Dari hasil identifikasi bahaya dan dengan tingkat risiko sedang sejumlah 8 bahaya,
penilaian risiko dapat diketahui bahwa bahaya risiko atau bahaya dengan tingkat risiko tinggi
dengan nilai risiko ekstrim tidak ada, bahaya sejumlah 16 bahaya, dan risiko/bahaya dengan
dengan nilai risiko tinggi teridentifikasi tingkat risiko ekstrim sejumlah 12 bahaya.
sejumlah 4 bahaya antara lain fasilitas minum Pengendalian risiko atau bahaya di bengkel
dekat dengan area penyolderan atau pengelasan, reparasi elektronik X meliputi: pengendalian
tidak adanya area cuci tangan yang memadai, risiko atau bahaya yang sudah direncanakan
tidak ada tanda untuk area yang memerlukan sejumlah 23 tindakan dan pengendalian risiko
APD khusus, alat pelindung diri tidak atau bahaya yang belum direncanakan sejumlah
digunakan dengan baik, bahaya dengan nilai 22 tindakan. Pengendalian yang sudah
risiko sedang teridentifikasi sejumlah 1 bahaya direncanakan yaitu: penanganan dan
antara lain beberapa APD sudah rusak dan penyimpanan material terdapat 5 tindakan,
tidak terawat, bahaya dengan nilai risiko rendah penggunaan perkakas tangan terdapat 4
tidak ada. tindakan, pengamanan mesin terdapat 2
Pengendalian untuk fasilitas umum yang tindakan, desain tempat kerja atau bengkel
dekat dengan area penyolderan atau pengelasan terdapat 4 tindakan, pencahayaan terdapat 3
dapat dilakukan dengan memindahkannya ke tindakan, cuaca kerja terdapat 2 tindakan dan
area yang higienis atau jauh dari area kerja. Hal fasilitas pekerja atau siswa terdapat 3 tindakan.
ini untuk menghindari air minum Saran kepada manajemen bengkel yaitu
terkontaminasi debu dan asap hasil penyolderan menghilangkan atau mengurangi bahaya yang
atau pengelasan. Pengendalian lain mengenai sudah teridentifikasi di bengkel reparasi alat
APD yang rusak dan tidak dipergunakan sesuai elektronik X, mengurangi tingkat risiko/bahaya
prosedur dapat dilakukan dengan mengganti yang ada di bengkel, segera bertindak dalam
APD yang sudah rusak sekaligus memberikan pengendalian bahaya yang sudah direncanakan
pelatihan penggunaan APD dengan benar serta dengan mengacu pada hasil HIRA. Pada
memastikan pekerja agar selalu memakai APD peneliti ini belum meneliti persentasi volume
di area kerja. Tidak adanya rambu untuk area dan lama merokok pada pekerja yang
dengan APD khusus dapat diatasi dengan diwawancarai, maka saran pada peneliti
memberikan tanda atau informasi mengenai selanjutnya adalah mereduksi variabel perancu
area tersebut dan memberikan info APD apa dengan mengobservasi pekerja yang tidak
saja yang harus digunakan di area tersebut. merokok.

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian dan Badan Pusat Statistik. 2018. Keadaan Ketenagakerjaan
pembahasan, diperoleh simpulan bahwa bahaya Indonesia Februari 2018. Jakarta: Badan Pusat
yang teridentifikasi di bengkel reparasi alat Statistik.
Febrianto, A. A., Sujoso, A.D.P., Hartanti, R.I. 2015.
elektronik sejumlah 45 bahaya meliputi:
Hubungan antara Karakteristik Individu,
penanganan dan penyimpanan material terdapat
Paparan Debu Asap Las (Welding Fume) dan
10 bahaya, penggunaan perkakas tangan Gas Karbon Monoksida (CO) dengan
terdapat 9 bahaya, pengamanan mesin terdapat Gangguan Faal Paru pada Pekerja Bengkel
5 bahaya, desain tempat kerja/bengkel terdapat Las (Studi di Kelurahan Ngagel Kecamatan
6 bahaya, pencahayaan terdapat 5 bahaya, Wonokromo Surabaya). e-Jurnal Pustaka
cuaca kerja terdapat 5 bahaya dan fasilitas Kesehatan, 3(3): 515-521.
pekerja terdapat 5 bahaya. Penilaian Hidayat, S., Putranto, E.H.D., Syarifudin, N. 2014.
risiko/bahaya di bengkel reparasi elektronik X Pengaruh Penerapan Keselamatan dan

405
Bayu, C. E. A., Herry, K. / Potensi Bahaya Keselamatan / HIGEIA 3 (3) (2019)

Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kualitas Pengelasan Di Kecamatan Mertoyudan


Hasil Kerja dan Kenyamanan Pekerja Pada Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Proyek Pembangunan Gedung di Lingkungan Indonesia, 13(2): 45-50.
Probolinggo. Jurnal Info Manpro, 5: 27-36. Sulistomo, A., & DH, M. J. (2017). Gambaran
ILO. 2013. Health and Safety in Work Place for Fungsi Paru dan Faktor-Faktor yang
Productivity. Geneva: International Labour Berhubungan pada Pekerja Terpapar Debu
Office. Bagasse di Pabrik Gula X Kabupaten
Kemenakertrans. 1970. Undang-Undang Republik Lampung Tengah. Journal of The Indonesian
Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Medical Association, 67(10): 576-583.
Keselamatan Kerja. Jakarta: Kemenakertrans. Syakbania, D. N., & W, A. S. 2017. Program
Rahmayanti, D., Artha, A. 2015. Analisis Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Fisik: Hubungan Tingkat Pencahayaan dan Laboratorium Kimia. HIGEIA (Journal of
Keluhan Mata Pekerja pada Area Perkantoran Public Health Research and Development), 1(2):
Health, Safety, and Environmental (HSE) PT 49-57.
Pertamina RU VI Balongan. Jurnal Optimasi Wahyuni , T. 2013. Faktor Risiko yang Berhubungan
Sistemn Industri, 14(1): 71-98. dengan Konjungtivitis pada Pekerja
Sukawati, E., Setiani, O., Nurjazuli. 2014. Kajian Pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah.
Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1).

406

Anda mungkin juga menyukai