Abstract
___________________________________________________________________
There are 43 cases of accidents that occurred in the construction of PT X Semarang part of the iron fabricator.
Based on the results of the accident survey on the workers caused by not obedient in the use of personal
protective equipment at work. This study aims to determine the factors associated with compliance of the use of
personal protective equipment, on the work of iron parts assembly PT X Semarang development project. This
research use cross sectional approach. The number of samples in this study using the total population of 50
workers of the assembly of iron. Instruments used in the form of questionnaires and observation. The result of
chi-fisher test shows that the unrelated variable isthe knowledge level (p = 653). The existence of the
relationship is the attitude of the workers (p = 0,001), the level of education (p = 0,001) and the working period
(p = 0,001). The conclusion of this study is that there is a relationship between attitude, education level and
years of service.
Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: lidiafairyo@gmail.com
80
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
81
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
kasus, cacat sebagian sebanyak 2.616 kasus, pelindung diri ini sangat penting bagi pekerja itu
cacat total sebanyak 43 kasus, dan meninggal sendiri dimana sangat berpengaruh terhadap
sebanyak 2.375 kasus. Pada akhir tahun 2015 keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja.
telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 Kedisiplinan pekerja saat memakai alat
kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak pelindung diri tergolong masih rendah sehingga
2.375 orang (Badan Penyelenggara Jaminan risiko terjadinya kecelakaan kerja sangatlah
Sosial Ketenagakerjaan, 2015). Setiap besar. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena di
kecelakaan mempunyai penyebab yang banyak, sebabkan beberapa faktor antara lain adanya
faktor penyebab kecelakaan yang langsung faktor lingkungan dan manusia. Faktor
maupun tidak langsung berkaitan dengan lingkungan terkait dengan peralatan, kebijakan,
kecelakaan. pengawasan, peraturan, lokasi kerja, dan
Keselamatan dan kesehatan kerja prosedur kerja mengenai pelaksanaan K3.
harus dikelola sebagaimana dengan aspek Sedangkan faktor manusia yaitu sikap, umur,
lainnya dalam perusahaan, aspek K3 tidak akan pengetahuan, pendidikan dan perilaku atau
bisa berjalan tanpa adanya intervensi dari kebiasaan kerja yang tidak aman. PT X
manajemen dengan upaya terencana untuk Semarang merupakan salah satu BUMN yang
mengelolanya (Waruwu, 2016). Terdapat tiga bergerak di bidang perencanaan dan konstruksi
kelompok kecelakaan: (1) Kecelakaan akibat bangunan. Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi
kerja diperusahaan dan perkantoran; (2) pada proyek pembangunan gedung ini tahun
Kecelakaan lalu lintas; (3) Kecelakaan dirumah. 2015 adalah sebanyak 9 kasus, sedangkan pada
Ada tiga penyebab utama Kecelakaan Kerja tahun 2016 sebanyak 11 kasus dan 5 kasus
yaitu: (1) Peralatan kerja dan perlengkapannya; nearmiss, pada bulan September 2017 terjadi 7
(2) Tidak tersedianya alat pengaman dan kasus kecelakaan.
pelindung bagi tenaga kerja; (3) Keadaan tempat Berdasarkan studi pendahuluan pada
kerja yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor proyek pembangunan gedung di Semarang oleh
fisik dan faktor kimia yang tidak sesuai dengan PT X tanggal 22 Februari 2017 menggunakan
persyaratan yang tidak diperkenankan. 4) metode wawancara dengan Safety Health and
Pekerja kurangnya pengetahuan dan Environment (SHE), didapatkan bahwa proyek
pengalaman tentang cara kerja dan keselamatan pembangunan gedung ini merupakan salah satu
kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang proyek pembangunan gedung yang
kurang baik. Dengan memberikan perlindungan dilaksanakan oleh PT X Semarang sejak tahun
K3 diharapkan pekerja dapat bekerja dengan 2015. Proyek ini merupakan proyek 24 lantai
aman, sehat, dan produktif (Kani, 2013). yang akan digunakan sebagai bangunan mall,
Sebagaimana peraturan dan ketentuan hotel, rumah sakit, dan sekolah. Program
keselamatan dan kesehatan kerja sudah diatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
juga telah banyak diterapkan oleh perusahaan, terdapat pada proyek ini meliputi safety
salah satunya adalah penggunaan alat pelindung induction, toolbox meeting, safety talk, safety patrol,
diri, Pemakaian APD yang benar dan sesuai senam, emergency respon plan, dan training and
jenis pekerjaan di area konstruksi akan refresh yang dilakukan secara rutin. Program K3
memaksimalkan fungsi dari APD itu sendiri tersebut dilakukan guna menunjang
serta kepatuhan dari tenaga kerja dalam keselamatan tenaga kerja. Selain itu terdapat
menggunakan APD sangat diperlukan untuk juga Standard Operating Procedure (SOP) pada
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Peran setiap jenis pekerjaan yang bertujuan agar
keselamatan kerja sangat dibutuhkan dalam pekerja dapat bekerja sesuai dengan standar.
pencegahan kecelakaan kerja karena jika suatu Meskipun pada proyek pembangunan gedung
perusahaan atau usaha jasa sudah mengalami oleh PT X Semarang sudah menerapkan
kecelakaan kerja, akan menimbulkan banyak program K3 secara rutin dan SOP pada setiap
kerugian (Saputri, 2014). Pemakaian alat jenis pekerjaan, namun kecelakaan kerja masih
82
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
83
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
Dalam penelitian ini menggunakan uji fisher tersebut. APD harus dianggap sebagai tingkat
karena hasil uji variabel tidak memenuhi kaidah terakhir dari perlindungan ketika semua metode
uji chi square. lainnya tidak tersedia atau memungkinkan.
Pemakaian APD harus dianggap sebagai garis
HASIL DAN PEMBAHASAN pertahanan terakhir dan hanya akan digunakan
ketika pengendalian mesin menjadi sulit dan
PT. X Semarang adalah Badan Usaha tidak efektif, namun APD dapat digunakan
Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Persero. sesuai dengan potensi bahaya yang ada di
Bidang usaha utama PT. X Semarang adalah tempat kerja dan lingkungan kerja (Arifin,
Jasa Kontraktor, meliputi pekerjaan bangunan 2013).
gedung bertingkat tinggi (high rise building) dan Pembangunan gedung yang dilaksanakan
bangunan sipil lainnya seperti pekerjaan irigasi, oleh PT X Semarang sejak tahun 2015 dengan
pelabuhan, bandar udara, jalan, jembatan, jumlah pekerja 185 orang. Proyek ini
bendungan, pembangkit listrik, jasa konstruksi, merupakan proyek 24 lantai yang akan
retail, properti, pembuatan komponen digunakan sebagai bangunan mall, hotel, rumah
alumunium untuk bangunan, pemborongan sakit, dan sekolah.
bidang instalasai mekanikal, elektrikal dan Salah satu proses pekerjaan bangunan ini
persewaan peralatan. Selain bidang konstruksi, adalah perakitan besi, berdasarkan hasil
PT. X Semarang juga berperan sebagai wawancara dengan HSE proyek pembangunan
pengembang (developer), khususnya dalam PT X Semarang, kecelakaan yang sering terjadi
pengembangan Asset Idle Perusahaan. PT. X ini adalah pada bagian perakit besi karena dalam
telah memiliki sertifikat akreditasi dunia seminggu terdapat 5 sampai 6 kasus kecelakaan
internasional yaitu Serifikat ISO 9002, Sebagai seperti kaki dan tangan terobek atau tergores
perusahaan yang bergerak dalam usaha jasa sehingga memperlambat proses pekerjaan.
konstruksi. Pekerja bagian perakit besi berjumlah 50
Rencana Keselamatan dan Kesehatan pekerja, yang tidak memakai alat pelindung diri
Kerja adalah kunci sebagai acuan kinerja dalam pada saat bekerja berjumlah 42 pekerja (84%)
keamanan pekerjaan pada proyek konstruksi dan yang memakai APD berjumlah 8 pekerja
yang ingin melindungi para pekerjanya, (16%). Berdasarkan tabel 1, hasil analisis
personel yang ada dilapangan, seperti peraturan univariat tingkat pengetahuan tinggi berjumlah
umum yang memberikan petunjuk bagaimana 40 orang (80%) dan responden yang memiliki
mengurangi kecelakaan dan memberikan tingkat pengetahuan rendah berjumlah 10
perlindungan terhadap aset atau properti orang (20%). Responden yang memiliki sikap
(Dharma, 2017). negatif berjumlah 45 orang (90%) dan
Ketika bahaya tidak dapat dihilangkan responden yang memiliki sikap positif
atau dikontrol secara memadai, maka Alat berjumlah 5 orang (10%). Responden yang
Pelindung Diri (APD) dapat digunakan pada memiliki tingkat pendidikan SD berjumlah 43
saat melakukan pekerjaan di area berbahaya orang (86%) dan responden yang memiliki
84
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
tingkat pendidikan SMP berjumlah 7 orang Oleh karena itu, pengetahuan selalu
(14%). Responden yang memiliki masa kerja <5 menuntut adanya subjek yang mempunyai
tahun berjumlah 41 orang (82%) dan responden kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu
yang memiliki masa kerja ≥5 tahun berjumlah 9 dan objek yang merupakan sesuatu yang
orang (18%). dihadapinya sebagai hal yang diketahuinya. Jadi
Berdasarkan data hasil penelitian, bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil
diperoleh hubungan antara tingkat pengetahuan pengetahuan manusia terhadap sesuatu, atau
dengan pemakaian alat pelindung diri dapat segala perbuatan manusia untuk memahami
dilihat pada tabel 2 diketahui bahwa dari 10 suatu objek yang dihadapinya,atau hasil usaha
responden yang memiliki pengetahuan rendah manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
terdapat 8 orang (80%) tidak memakai APD dan Seiring perkembangan ilmu pengetahuan
2 orang (20%) yang memakai APD. Pada 40 dan teknologi canggih serta munculnya inovasi-
responden yang memiliki pengetahuan tinggi inovasi baru dibidang teknik produksi, telah
terdapat 34 orang ( 85%) yang tidak memakai mendorong perusahaan untuk meningkatkan
APD dan 6 orang (15%) yang memakai APD. pengetahuan dan keterampilan sumber daya
Dari hasil uji statistik dengan uji fisher, diperoleh manusianya, agar dapat menghasilkan produk
hasil p-value 0,653 (p>0,05) sehingga Ho yang berkualitas tinggi, sumber daya manusia
diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan sebagai karyawan tidak lepas dari masalah yang
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat berkaitan dengan keselamatan dan kesehan
pengetahuan dengan pemakaian Alat Pelindung kerja sewaktu bekerja, dengan menjamin
Diri pada pekerja perakit besi proyek keselamatan dan kesehatan kerja dapat
pembanguan PT X Semarang. Berdasarkan hasil menumbuhkan semangat kerja pada karyawan
penelitian yang dilakukan, pengetahuan tentang (Ilfani, 2013).
K3 tidak ada hubungannya dengan kepatuhan Berdasarkan data hasil penelitian,
pemakaian APD karena sebanyak 34 responden diperoleh hubungan antara tingkat pengetahuan
yang tidak memakai APD memiliki tingkat dengan pemakaian alat pelindung diri dapat
pengetahuannya tinggi. Pengetahuan dilihat pada tabel 2 diketahui bahwa dari 10
merupakan faktor yang sangat penting untuk responden yang memiliki pengetahuan rendah
terbentuknya perilaku seseorang. terdapat 8 orang (80%) tidak memakai APD dan
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, 2 orang (20%) yang memakai APD.
kesadaran, dan sikap yang positif akan Pada 40 responden yang memiliki
bersifat langgeng, sebaliknya apabila pengetahuan tinggi terdapat 34 orang ( 85%)
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan yang tidak memakai APD dan 6 orang (15%)
dan kesadaran maka tidak berlangsung lama. yang memakai APD. Dari hasil uji statistik
Dalam penelitian ini pengetahuan pekerja dengan uji fisher, diperoleh hasil p-value 0,653
sangatlah tinggi, mereka mendapatkan materi (p>0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
tentang K3. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan
Mereka juga mendapatkan safety talk antara tingkat pengetahuan dengan pemakaian
seminggu sekali. Namun kesadaran mereka Alat Pelindung Diri pada pekerja perakit besi
untuk pemakaian APD masih rendah hal proyek pembanguan PT X Semarang
ini ditunjukkan hasil sikap responden yang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
masih kurang baik. Pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang K3 tidak ada
istilah yang dipergunakan untuk menuturkan hubungannya dengan kepatuhan pemakaian
apabila seseorang mengenal sesuatu. Suatu APD karena sebanyak 34 responden yang tidak
hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu memakai APD memiliki tingkat
terdiri atas unsur yang mengetahui dan pengetahuannya tinggi. Pengetahuan
yang diketahui serta kesadaran mengenai hal merupakan faktor yang sangat penting untuk
yang ingin diketahuinya itu. terbentuknya perilaku seseorang.
85
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
86
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
tabel 2 diketahui bahwa dari 45 responden yang dilingkungan tertentu sebagai suatu
memiliki sikap negatif terdapat 42 orang penghayatan terhadap obyek. Responden dalam
(93,3%) tidak memakai APD dan 3 orang penelitian ini sebagian besar bersikap negatif,
(6,7%) yang memakai APD. Pada 5 responden sehingga membuat responden untuk tidak
yang memiliki sikap positif terdapat 1 orang memakai APD, hal ini dipengaruhi karena
(20%) yang tidak memakai APD dan 7 orang ketidaknyamanan pekerja dalam pemakaian alat
(14%) yang memakai APD. Dari hasil uji pelindung diri. Untuk terwujudnya sikap
statistik dengan uji fisher, diperoleh hasil p-value menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha faktor pendukung atau suatu kondisi yang
diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada memungkinkan, antara lain adalah motivasi. Di
hubungan antara sikap dengan pemakaian Alat samping motivasi juga diperlukan faktor
Pelindung Diri pada pekerja bagian perakit besi dukungan (support) dari pihak lain, misalnya
proyek pembanguan PT X Semarang. keluarga dalam mendukung memakai APD
Berdasarkan hasil penelitian yang memiliki dengan lengkap pada saat bekerja.
sikap negatif terhadap kepatuhan pemakaian Pendapat-pendapat tersebut dapat
alat pelindung diri akan bertindak kurang baik disimpulkan bahwa perilaku dapat terbentuk
dalam bekerja, banyak pekerja yang merasakan dengan adanya sikap. Pekerja yang memiliki
kurang nyaman pada saat bekerja karena sikap terhadap kepatuhan pemakaian APD yang
mereka sudah terbiasa bekerja tanpa memakai positif cenderung akan sadar berperilaku K3
APD, apabila mereka bekerja memakai APD karena dia sepenuhnya menerima aturan-aturan
maka akan memperlambat pekerjaannya. Sikap yang harus dipenuhi agar tercipta keselamatan.
merupakan reaksi atau respon yang masih Pekerja yang memiliki sikap yang negatif
tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau cenderung acuh tak acuh dengan perilaku
obyek. keselamatan. Mereka beranggapan bahwa
Sikap secara nyata menunjukkan keselamatan dan kesehatan merepotkan dan
konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat cenderung kurang praktis. Berdasarkan hasil
emosional terhadap stimulus sosial. Pendapat penelitian ini dapat dijelaskan bahwa semakin
Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial positif sikap pekerja terhadap kepatuhan
dalam Notoatmodjo (2014). menyatakan bahwa pemakaian alat pelindung diri akan semakin
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan baik kepatuhan pemakaian APD pada pekerja
untuk bertindak. Penyataan ini sejalan dengan bagian perakit besi proyek pembagunan PT X
pendapat Robert Kreitner yang menyatakan Semarang.
bahwa sikap diterjemahkan ke dalam perilaku Berdasarkan data hasil penelitian,
melalui tujuan-tujuan dari perilaku. diperoleh hubungan antara tingkat pendidikan
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dengan penggunaan alat pelindung diri dapat
yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo dilihat pada tabel 2 diketahui bahwa dari 43
(2003), yang menerangkan bahwa sikap responden yang memiliki tingkat pendidikan SD
merupakan suatu kecenderungan untuk terdapat 43 orang (100%) tidak memakai APD.
mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, Pada 7 responden yang memiliki
dengan suatu cara yang menyatakan adanya tingkatpendidikan SMP terdapat 7 orang (100%)
tanta-tanda untuk menyenangi atau tidak yang memakai APD. Dari hasil uji statistik
menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah dengan uji fisher, diperoleh hasil p-value 0,001
sebagian dari perilaku manusia. Sikap belum (p<0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. antara tingkat pendidikan dengan pemakaian
Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan Alat Pelindung Diri pada pekerja perakit besi
merupakan reaksi terbuka dan merupakan proyek pembanguan PT X Semarang.
kesiapan untuk beraksi terhadap obyek Pendidikan seseorang sangat penting
87
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
88
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
tugasnya, pada umumnya petugas dengan yang luas mengenai analisis kejadian
pengalaman kerja yang banyak tidak kecelakaan kerja di kontruksi.
memerlukan bimbingan dibandingkan dengan
petugas yang pengalamanya sedikit contohnya DAFTAR PUSTAKA
semakin lama seseorang bekerja pada suatu
organisasi maka akan semakin berpengalaman, Anwar, F. N. Farida, I. dan Ismail, A. M. 2014.
sehingga cara kerjanya akan semakin baik. Analisis Manajemen Risiko Keselamatan dan
Menurut Balai Pustaka Departemen kesehatan Kerja (K3) pada pekerja Upper
Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan Structure Gedung bertingkat (Studi kasus
proyek Skyland City-Jatinangor). Jurnal
bahwa masa kerja (lama bekerja) merupakan
Kontruksi. 13(1)272-420
pengalaman individu yang akan menentukan
Apriluana, G. Khariyati, L. dan Setyaningrum, R.
pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. 2016. Hubungan Antara Usia, Jenis kelamin,
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Lama kerja, Pengetahuan, Sikap dan
Pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh dengan Perilaku Penggunaan APD pada
seseorang ketika mencari nafkah untuk Tenaga Kesehatan. Jurnal Publikasi
memenuhi kebutuhan hidupnya, masa kerja Kesehatan Masyarakat Indonesia. 3(3):82-87
menunjukkan berapa lama seseorang bekerja Arifin, A. B. dan Susanto, A. 2013 Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan pekerja
pada masing-masing pekerjaan atau jabatan,
dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
apabila seseorang bekerja semakin lama, maka
di bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4
akan berpengalaman dalam melaksanakan Kabupaten Jepara Tahun 2012. Jurnal
tugasnya, maka akan memberikan pengaruh Kesehatan Masyarakat. 2(1)
positif pada kinerja. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Namun sebaliknya jika pekerja yang baru Ketenagakerjaan. 2015. Angka Kecelakaan
bekerja maka pekerja tersebut akan menunjukan Kerja Karyawan di Indonesia Tahun 2007 –
sikap negatif pada saat bekerja. Pengalaman 2015. Jakarta
yang dilalui seseorang akan membantu yang Christina, W. Y. Djakfar, L. dan Thoyib, A. 2012
Pengaruh Budaya Keselamatan dan kesehatan
bersangkutan untuk menentukan langkah-
Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek
langkah tertentu yang dapat menunjang
Kontruksi. Jurnal Rekayasa Sipil, 6(1):193-425
keberhasilan kerja demikian juga hal-hal yang Dharma, A. A. B. Putra, IG. A. A. dan Parami, A.
harus dihindari karena akan menjadi A. D. 2017. Manajemen Keselamatan dan
penghambat dan berujung pada kegagalan. Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek
Pembangunan Jambuluwuk Hotel dan Resort
PENUTUP Patitenget. Jurnal Spektran. 5(1):1-87
Fridayanti, N. dan Kusumasmoro, R. 2016.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan
di PT Ferron Par Pharmanceuticals. Jurnal
bahwa Tidak ada hubungan antara tingkat
Administrasi Kantor. 4(1): 211-234
pengetahuan dengan kepatuhan pemakaian alat Ilfani, G. dan Nugraheni, R. 2013. Analisis Pengaruh
pelindung diri pada pekerja bagian perakit besi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap
proyek pembangunan PT X Semarang dan ada Karyawan. Jurnal Studi Manajemen dan
hubungan antara sikap, tingkat pendidikan dan Organisasi. 10(2):160-166
masa kerja dengan kepatuhan pemakaian alat ILO. 2015. Good Practices and Challenges in Promoting
pelindung diri pada pekerja bagian perakit besi Decent Work in Construction and infrastructure
proyek pembangunan PT X Semarang. Projects. Ganeva: ILO
Kani, B.R., Mandagi, R.J.M., Rantung, J.P. dan
Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu
Malingkas, G.Y. 2013. Keselamatan da
dapat mengembangkan penelitian serupa
Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek
dengan mengganti subjek atau menambah Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil. 1(6):430-433
variabel penelitian agar diperoleh gambaran
89
Lidia S. F. dan Anik S. W./Kepatuhan Pemakaian APD/HIGEIA 2 (1) (2018)
Piri, S. Sompie, B. F. dan Timboeleng, J. A. 2012. Sepang, B. A. W, Tjakra, J. Langi. Dan Walangitan,
Pengaruh Kesehatan Pelatihan dan D. R. O. 2013. Manajemen Risiko
Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Kecelakaan kerja pada pekerja Kontruksi di Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion
Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah Media Manado. Jurnal Sipil Statik. 1(4):282-288
Engineering. 2(4): 219-231 Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku
Saputri, D. A. I. dan Paskarini, I. 2014. Faktor-faktor Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Jakarta
yang Berhubungan dengan kepatuhan Suyono, K. Z. dan Nawawinetu, E. D. 2013.
penggunaan APD pada pekerja kerangk Hubungan antara Faktor Pembentukan
bangunan (Proyek Hotel Mercure Grand Budaya Keselamanat Kerja dengan Safety
Mirama Extention di PT Jagat Kontruksi Behavior di PT Dok dan Perkapalan Surabaya
Abdipersada). The Indonesian Journal of Unit Hull Contruction. The Indonesian Journal
Occupatioanal Safety Health and Evironment. of Occupational Safety and Health. 2(1): 67-74
1(1): 120-131 Waruwu, S. dan Yuamita, F. 2016. Analisis Faktor
Sindonews.com. 18 februari 2014. 192.911 Peserta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Yang
Jamsostek Alami Kecelakaan Kerja Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan Kerja
Septiana, N. R dan Widowati E. 2017. Gangguan Pada Proyek Pembangunan Apartement
Pendengaran Akibat Bising. HIGEIA, 1(1):73- Student Castle. Spektrum Industri, 14(1): 1-108
82
90