Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENGAWASAN DENGAN

PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BEKISTING PT BETON


KONSTRUKSI WIJAKSANA TAHUN 2020

M Fadli Sheh Akbar 1, Eka Cempaka Putri2 , Fierdania Yusvita3 , Mirta


Dwi Rahmah Rusdy4
1
Universitas Esa Unggul, Jakarta, Indonesia
Email:1 fadli.muhammad532@yahoo.co.id
2,3,4
Universitas Esa Unggul, Jakarta, Indonesia
Email: eka.putri@esaunggul.ac.id , 3 fierdania@esaunggul.ac.id
2
4
dwimirta@gmail.com
.

ABSTRAK

Perilaku tidak aman merupakan kesalahan manusia dalam suatu pengambilan


sikap dan tindakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku tidak aman antara
lain Faktor Predisposisi yaitu Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi. Faktor
Pemungkin yaitu Ketersediaan APD dan Peraturan Keselamatan. Faktor Penguat
yaitu Pengawasan dan Rekan Kerja. Berdasarkan hasil observasi pada bulan
september di lapangan yang dilakukan pada Pekerja Bekisting PT Beton
Konstruksi Wijaksana, ditemukan beberapa perilaku tidak aman (unsafe action)
yang dilakukan oleh karyawan, seperti tidak menggunakan APD dengan benar
seperti tidak menggunakan body harness saat bekerja di ketinggian dan tidak
menggunakan pelindung tangan saat menggunakan mesin potong, mengangkat
beban dengan metode yang salah mengobrol dan bercanda pada saat bekerja di
tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton
Konstruksi Wijaksana tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan yaitu
kuantitatif dengan teknik penelitian cross sectional. Untuk memperoleh data
sebanyak 46 responden dilakukan dengan cara pengisian kuesioner melalui google
formulir dengan teknik total sampling. Hasil penelitian uji Chi Square didapatkan
Ada hubungan antara pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman
pada pekerja yang ada di Departemen Operasional Bekisting PT Beton Konstruksi
Wijaksana (P value 0,000). Diharapkan Perusahaan dapat segera melakukan
evaluasi program K3 yang telah dibuat serta membuat perencanaan program K3
yang baru serta memberikan pelatihan khusus mengenai fungsi dan cara
penggunaan APD kepada seluruh karyawan mengingat pentingnya penggunaan
APD dalam pekerjaan bekisting ini.

Kata kunci : Perilaku tidak aman, pengetahuan, sikap, peran pengawas


ABSTRACT

Unsafe behavior is a human error in taking attitudes and actions. Factors that
influence unsafe behavior include predisposing factors, namely knowledge,
attitudes, and motivation. Enabling Factors are Availability of PPE and Safety
Regulations. Reinforcing Factors are Supervision and Colleagues. Based on the
results of observations in September in the field conducted on Formwork Workers
of PT Beton Konstruksi Wijaksana, it was found that some unsafe actions were
carried out by employees, such as not using PPE properly such as not using a
body harness when working at heights and not using PPE. hand protection when
using cutting machines, lifting weights in the wrong method chatting and joking
while working at work. This study aims to determine the relationship between
knowledge and supervision with unsafe behavior in Formwork Workers of PT
Beton Konstruksi Wijaksana in 2020. The research method used is quantitative
with cross sectional research techniques. To obtain data for 46 respondents, it was
done by filling out a questionnaire through google forms with a total sampling
technique. The results of the Chi Square test showed that there was a relationship
between knowledge and supervision with unsafe behavior among workers in the
Formwork Operations Department of PT Beton Konstruksi Wijaksana (P value
0.000). It is expected that the Company can immediately evaluate the K3 program
that has been made and plan a new K3 program and provide special training on
the function and how to use PPE to all employees considering the importance of
using PPE in this formwork work.

Keyword: Unsafe behavior, knowledge, the role of supervisors


LATAR BELAKANG kecelakaan kerja. Faktor manusia
memegang peranan penting di
Berdasarkan UU No.2 Tahun dalam sistem keselamatan kerja
2017 Tentang Jasa Konstruksi pasal dan juga sebaliknya, dalam
52 menyebutkan bahwa penyedia menentukan terjadinya kecelakaan
jasa dan sub-penyedia jasa dalam kerja.
penyelenggaraan jasa konstruksi Tindakan tidak aman (unsafe
harus memenuhi Standar action) adalah kegagalan (human
Keamanan, Keselamatan, failure) dalam mengikuti persyaratan
Kesehatan, dan Keberlanjutan. Selain dan prosedur-prosedur kerja yang
itu berdasarkan Keputusan Bersama benar sehingga menyebabkan
Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri terjadinya kecelakaan kerja, seperti
Pekerjaan Umum Nomor : Kep. tindakan tanpa kualifikasi dan
174/Men/1986 Nomor: otoritas, kurang atau tidak
104/Kpts/1986 menyebutkan bahwa menggunakan perlengkapan
tenaga kerja dibidang kegiatan perlindungan diri, kegagalan dalam
konstruksi selaku sumber daya yang menyelamatkan peralatan, bekerja
dibutuhkan bagi kelanjutan dengan kecepatan yang berbahaya,
pembangunan, perlu memperoleh kegagalan pada peringatan,
perlindungan keselamatan kerja, menghindari atau memindahkan
khususnya terhadap ancaman peralatan keselamatan kerja,
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja menggunakan peralatan yang tidak
sangat erat hubungannya dengan layak, menggunakan peralatan
peningkatan kinerja proyek tertentu untuk tujuan lain yang
konstruksi. Untuk itu disusunlah menyimpang, bekerja di tempat yang
Pedoman Sistem Manajemen berbahaya tanpa perlindungan dan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja peringatan yang tepat, memperbaiki
(Smk3) Konstruksi Bidang Pekerjaan peralatan secara salah, bekerja
Umum Berdasarkan Peraturan dengan kasar, menggunakan pakaian
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : yang tidak aman ketika bekerja, dan
05/Prt/M/2014 diharapkan dapat mengambil posisi kerja yang tidak
dilakukan pengendalian risiko K3 selamat. Winarsunu (2008)
pada setiap pekerjaan konstruksi menyebutkan Faktor personal
bidang Pekerjaan Umum sehingga merupakan salah satu faktor yang
membawa iklim keamanan dan mempengaruhi terbentuknya
ketenangan kerja, sehingga sangat tindakan tidak aman (unsafe action).
membantu hubungan tenaga kerja Faktor-faktor personal tersebut
dan pengusaha yang merupakan antara lain: tingkat kemampuan,
landasan kuat bagi terciptanya kesadaran, pengalaman, pelatihan,
kelancaran produksi. kepribadian, beban fisik, usia,
Kecelakaan industri secara kelelahan, motivasi, kecanduan
umum disebabkan oleh 2 (dua) hal alkohol atau obat-obatanpenyakit,
pokok yaitu tindakan tidak aman kecerdasan, tekanan kerja dan
(unsafe action) dan kondisi tidak kepuasan kerja.
aman (unsafe condition). Menurut Secara global, International
Winarsunu (2008), Human error Labour Organization (ILO)
menjadi sebab 80% sampai 90% diperkirakan bahwa lebih dari 2,3
juta korban jiwa dan 300 juta Berdasarkan Laporan Accident On
kecelakaan kerja menyebabkan Duty bulan Maret hingga Juni 2020
cedera terjadi ditempat kerja setiap didapatkan data ada 9 kecelakaan
tahunnya (ILO, 2017). Survei BLS kerja yang disebabkan oleh perilaku
2019 tentang Cedera & Penyakit tidak aman karyawan. Diantaranya
Kerja menunjukkan bahwa cedera Saat berkeliling proyek tidak
terkait pekerjaan Konstruksi menggunakan helm safety, tiba-tiba
sebanyak 195.600 cedera di tempat runtuhan sisa beton jatuh hampir
kerja dan 3.600 penyakit di tempat mengenai kepalanya namun berhasil
kerja (Work Injury Source, 2020). menghindar.
Menurut Kemenaker (2017), kasus Berdasarkan survei
kecelakaan kerja tahun 2017 pendahuluan terhadap pengetahuan,
khususnya untuk wilayah Jakarta perilaku tidak aman, dan pengawasan
pada pekerjaan Konstruksi yang dilakukan pada 29 karyawan di
meningkat, dari 507 kasus menjadi Departemen Bekisting Subjective
555 kasus atau meningkat sebesar pada tanggal 21 Agustus 2021,
10%. didapatkan hasil pada survey
PT. Beton Konstruksi pengetahuan yaitu 19 responden
Wijaksana merupakan perusahaan (65,5%) memiliki pengetahuan yang
Sub Kontraktor Bekisting terbesar di kurang baik dan 10 responden
Indonesia yang didukung tenaga- (34,5%) memiliki pengetahuan baik.
tenaga professional yang Berdasarkan jawaban kuesioner
berpengalaman dibidang bekisting didapatkan hasil pertanyaan dengan
dan dilengkapi dengan Sistem jawaban salah yang paling banyak
Manajemen Operasional yang tertata salah adalah nomor 7 yaitu mengenai
rapih dalam upaya menjamin Alat Pelindung Diri (APD)
kepastian waktu penyelesaian proyek digunakan untuk melindungi tubuh
serta mencapai mutu permukaan dari bahaya. Responden tidak bisa
beton yang disyaratkan. Pada menyebutkan jenis pekerjaan yang
perusahaan PT Beton Konstruksi wajib menggunakan APD. Hal ini
Wijaksana terdapat 5 departemen tentu saja berakibat fatal karena APD
yaitu departemen Quality Assurance, sangat berperan penting dalam
Marketing dan Operation, melindungi karyawan saat bekerja di
Managment Services, dan Bagian bekisting ini.
Procerument. Pada survey mengenai perilaku
PT Beton Konstruksi diperoleh sebanyak 15 responden
Wijaksana memiliki jumlah (51,7%) memiliki perilaku tidak
kecelakaan ringan sebanyak 3-8 aman, dan sebanyak 14 responden
kecelakaan setiap bulannya (48,3%) memiliki perilaku aman.
sepanjang tahun 2020 diantaranya Berdasarkan hasil jawaban kuesioner
terjadi dikarenakan pekerja didapatkan bahwa perilaku tidak
melakukan perilaku yang tidak aman aman yang paling banyak dilakukan
berupa human error yaitu adalah memperbaiki peralatan dalam
menggunakan peralatan yang tidak keadaan masih hidup atau beroperasi.
benar, menggunakan APD tidak Hal ini dilakukan untuk
benar, bekerja dengan posisi yang mempercepat durasi pekerjaan agar
tidak aman dan benar, serta tidak cepat selesai. Pada survey mengenai
melakukan komunikasi/koordinasi. pengawasan diperoleh sebanyak 13
responden (44,8%) merasakan responden dengan jumlah sample 46
pengawasan yang tinggi, dan responden setelah dikurangi
sebanyak 16 responden (55,2%) responden untuk survey
merasakan pengawasan yang rendah. pendahuluan. Teknik pengambilan
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner sampel menggunakan teknik total
didapatkan bahwa ada 13 responden sampling.
yang menjawab kurang setuju pada
pernyataan pengawas (supervisor)
selalu mengingatkan untuk bekerja
sesuai Standar Prosedur kerja.
Upaya yang sudah dilakukan HASIL
perusahaan yaitu dengan A. Analisis Univariat
mengadakan safety talk setiap Tabel 1
sebelum memulai pekerjaan, Distribusi Frekuensi Pengetahuan,
Pengawasan dan Perilaku Tidak Aman
sosialisasi dan penyuluhan mengenai pada Pekerja Bekisting PT Beton
keselamatan dan kesehatan kerja Konstruksi Wijaksana tahun 2020
terhadap seluruh pekerja secara rutin Jumla Persentas
setiap bulan. Namun hal upaya Variabel h e (%)
tersebut belum sepenuhnya berhasil 46 100%
karena masih ada karyawan yang Dependen      
melakukan tindakan tidak aman saat
Kuran
tidak dalam pengawasan lansung Pengetahua g baik
16 34,80%
supervisornya. Berdasarkan uraian n
Baik 30 65,20%
latar belakang tersebut, maka penulis
Renda
tertarik untuk melakukan penelitian Pengawasa 19 41,30%
h
mengenai “Hubungan pengetahuan dan n
Tinggi 27 58,70%
pengawasan dengan perilaku tidak aman
pada Pekerja Bekisting PT Beton Independe
     
Konstruksi Wijaksana”. n
Tidak
22 47,80%
Perilaku aman
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan Aman 24 52,20%
merupakan penelitian observasional Sumber: Data Primer, Agustus 2021
dengan desain penelitian cross sectional
yang bertujuan untuk hubungan Berdasarkan tabel 1 dapat
pengetahuan dan pengawasan dengan diketahui bahwa sebanyak 16 pekerja
perilaku tidak aman pada Pekerja (34,8%) memiliki pengetahuan
Bekisting PT Beton Konstruksi Kurang baik, dan sebanyak 30
Wijaksana tahun 2020. Pengumpulan pekerja (65,2%) memiliki
data melalui kuesioner dalam bentuk pengetahuan baik. Sebanyak 19
Google Formulir yang akan responden (41,3%) merasakan
disebarkan ke karyawan dalam pengawasan yang rendah, dan
bentuk Link. sebanyak 27 responden (58,7%)
Populasi dalam penelitian ini merasakan pengawasan yang tinggi.
adalah seluruh pekerja yang ada di Sebanyak 22 pekerja (47,8%)
Departemen Operasional Bekisting berperilaku tidak aman, dan
PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun sebanyak 24 pekerja (52,2%)
2020. Jumlah populasi dalam berperilaku aman.
penelitian ini yaitu sebanyak 75
pekerja yang memiliki pengetahuan
yang kurang baik akan 5 kali
berpotensi untuk berperilaku tidak
aman.

Tabel 3
B. Analisis Bivariat Hubungan Pengawasan dengan Perilaku
Tabel 2 Tidak Aman pada Pekerja Bekisting PT
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020
Tidak Aman pada Pekerja Bekisting PT
Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020
Sumber: Data Primer, Agustus 2021
Jumla Persentas Perilaku Safety
P- PR
Variabel h e (%) Riding
Vari Total Va
46 100% Tidak (95%
Aman lue
abel Kat aman CI)
Dependen       Inde egor
N % N % N %  
Kuran pen i
Pengetahua 16 34,80% den 10  
g baik 2 47, 52, 4
n 24 0
Baik 30 65,20% 2 8 2 6
%
Renda Pen 10
Pengawasa 19 41,30% Ren 1 10 1
h gaw 0 0% 0 9
n dah 9 0% 6
Tinggi 27 58,70% asan %
Independe 0 (3,097
      10
n Ting 20 80 3 -
  3 24 0
gi % % 0 26,15
Tidak %
22 47,80% 6)
Perilaku aman
Aman 24 52,20% Berdasarkan tabel 3 dapat
Sumber: Data Primer, Agustus 2021 dilihat bahwa, proporsi tertinggi
perilaku tidak aman adalah
Berdasarkan tabel 2 dapat responden dengan pengawasan yang
dilihat bahwa, proporsi tertnggi rendah yaitu sebanyak 19 (100%)
perilaku tidak aman adalah responden. Selanjutnya proporsi
responden dengan pengetahuan tertinggi perilaku aman adalah
kurang baik yaitu sebanyak 16 responden dengan pengawasan yang
(100%) responden dan proporsi tinggi yaitu sebanyak 24 (88,9%)
tertinggi perilaku aman adalah responden.
responden dengan pengetahuan baik Hasil uji statistik analisa
yaitu sebanyak 24 (80%) responden. bivariat diperoleh nilai P value 0,000
Hasil uji statistik analisa < 0,05 yang berarti terdapat
bivariat diperoleh nilai P value 0,000 hubungan yang bermakna antara
< 0,05 yang berarti terdapat pengawasan dengan perilaku tidak
hubungan yang bermakna antara aman. Dari uji statistik ini juga
Pengetahuan dengan perilaku tidak diketahui nilai PR (Prevalence ratio)
aman. Dari uji statistik ini juga = 9 dengan 95% CI = (3,097-26,156)
diketahui nilai PR (Prevalence ratio) pekerja yang merasa pengawasan
= 5 dengan 95% CI = (2,444-10,228)
yang dilakukan oleh pengawas tidak mengikuti prosedur, tidak
rendah 9 kali berpotensi melakukan melakukan pengidentifikasian
tindakan tidak aman. bahaya, tidak melakukan
pengecekan/pemantauan, tidak
melakukan tindakan
ulang/pembetulan, dan tidak
melakukan komunikasi/koordinasi
(DNV Modern Safety Management,
HASIL DAN PEMBAHASAN 2016).
Berdasarkan hasil penelitian
Gambaran Perilaku Tidak Aman didapatkan proporsi tertinggi adalah
Pada Pekerja Bekisting PT Beton responden yang berperilaku aman.
Konstruksi Wijaksana tahun 2020 Hal ini dikarenakan perusahaan telah
Berdasarkan hasil tabel melakukan beberapa usaha untuk
distribusi frekuensi perilaku tidak meningkatkan perilaku aman pada
aman pada Pekerja Bekisting PT pekerja yaitu dengan mengadakan
Beton Konstruksi Wijaksana tahun safety talk setiap hari sebelum
2020 didapatkan proporsi tertinggi bekerja. Selain itu juga membuat
yaitu 30 pekerja (65,2%) berperilaku poster bertema K3 dan membuat
aman. Hasil penelitian ini sejalan rambu-rambu K3.
dengan penelitian Bhakti Pada Berdasarkan hasil dari
Pekerja Struktur Proyek Perkantoran kuesioner perilaku tidak aman yang
Hijau Arkadia Tower G Pt. Total dilakukan oleh peneliti diperoleh 3
Bangun Persada Tbk Jakarta Tahun perilaku tidak aman dengan
2018 didapatkan bahwa proporsi presentasi tertinggi yaitu berkerja
tertinggi adalah responden menggunakan peralatan yang rusak ,
berperilaku aman yaitu sebanyak memperbaiki atau melakukan
56,7% (Bhakti, 2018). perawatan terhadap peralatan kerja
Menurut DNV Modern Safety (mesin) yang sedang beroperasi atau
Management menyatakan yang dalam keadaan hidup, dan
termasuk perilaku tidak aman adalah menghilangkan alat pengaman
menjalankan peralatan tanpa keselamatan.
wewenang, tidak memberi Berdasarkan hasil wawancara
peringatan, tidak mengunci dengan petugas HSE didapatkan
peralatan, menjalankan mesin pada informasi bahwa belum pernah
kecepatan yang tidak semestinya, dilakukan evaluasi program K3 yang
membuat alat keselamatan tidak telah dibuat dan belum ada
dapat dioperasikan, menggunakan perencanaan program K3 yang baru
peralatan yang cacat, menggunakan seperti jadwal pelatihan K3, program
peralatan tidak sebagaimana simulasi kecelakaan kerja, dan lain-
mestinya, menggunakan peralatan lain. Untuk mengatasi kendala ini,
pelindung diri secara tidak benar, perusahaan sementara masih
pemuatan yang tidak benar, menggunakan program K3 yang
penempatan yang tidak benar, lama dan menambah budget untuk
pengangkatan yang tidak benar, program K3 tersebut seperti untuk
membetulkan mesin dalam keadaan membuat poster-poster berisi
masih nyala, bercanda, dipengaruhi peringatan tentang bahaya dan akibat
rokok, alkohol dan atau obat obatan, dari perilaku tidak aman dan
memperbaiki rambu-rambu K3 yang disekitarnya, sehingga sulit untuk
rusak terutama rambu peringatan menentukan tindakan dalam
tentang perilaku tidak aman. Dari mengendalikan potensi bahaya
upaya tersebut diharapkan bisa tersebut. Oleh sebab itu seseorang
mengingatkan karyawan tentang akan menjadi kurang
bahaya dari perilaku tidak aman waspadaterhadap risiko yang dapat
sehingga bisa menekan jumlah timbul dariperilakunya selama
perilaku tidak aman oleh karyawan. bekerja(Sangaji, 2018).
Berdasarkan kendala di atas, Berdasarkan hasil penelitian
Perusahaan diharapkan dapat segera menunjukkan bahwa proporsi
melakukan evaluasi program K3 tertinggi adalah responden yang
yang telah dibuat serta membuat memilikipengetahuan yang baik. Hal
perencanaan program K3 yang baru. ini terjadi karena berdasarkan hasil
wawancara pada petugas HSE
Gambaran Pengetahuan Pada diketahui bahwa perusahaan sudah
Pekerja Bekisting PT Beton pernah memberikan sosialisasi
Konstruksi Wijaksana tahun 2020 mengenai pentingnya K3. Selain itu,
Berdasarkan hasil tabel pihak management K3 juga
distribusi frekuensipengetahuan pada mengadakan safety talk setiap hari
Pekerja Bekisting PT Beton sebelum bekerja serta memberikan
Konstruksi Wijaksana tahun 2020 pelatihan internal mengenai K3
diperoleh proporsi tertinggi yaitu seperti pelatihan bekerja di
sebanyak 30 pekerja (65,2%) ketinggian, pelatihan cara
memiliki pengetahuan baik. Hasil mengoperasikan mesin, pelatihan
penelitian ini sejalan dengan membuat JSA, dan pelatihan lainnya.
penelitian Wijayanti Pada Pekerjaan Dari upaya tersebut diharapkan akan
Di Ketinggian Transmission Tower meningkatkan pengetahuan
Proyek Sutt 150 Kv Sunyaragi- karyawan mengenai resiko dan
Rancaekek Section 2 Di Pt Pln bahaya kerja di konstruksi, karyawan
(Persero) Pusmanpro Unit Pelaksana mengetahui tindakan apa saja yang
Manajemen Konstruksi I - Cawang bisa memicu timbulnya bahaya,
didapatkan bahwa proporsi tertinggi maupun efek yang dapat ditimbulkan
sebanyak 63,3 % karyawan memiliki oleh bahaya tersebut sehingga dapat
pengetahuan yang baik (Wijayanti, meminimalisir terjadinya tindakan
2020). tidak aman sekecil apapun.
Pengetahuan sangat penting Berdasarkan hasil kuesioner,
diberikan sebelum individu karyawan masih banyak menjawab
melakukan suatu tindakan. Tindakan salah pada pertanyaan mengenai
akan sesuai dengan pengetahuan jenis pekerjaan yang wajib
apabila individu menerima isyarat menggunakan APD tersebut. Pada
yang cukup kuat untuk memotivasi pertanyaan tersebut sebanyak 31
dia bertindak sesuaidengan responden menjawab salah. Dari
pengetahuannya (Shiddiq, 2016). hasil wawancara pada petugas HSE
Pengetahuan yang kurang akan menyebutkan perusahaan belum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pernah memberikan pelatihan khusus
(K3) di lingkungan kerja mengenai fungsi dan cara
menyebabkan seseorang sulit untuk penggunaan APD kepada seluruh
mengetahui potensi bahaya yang ada karyawan. Karena sering terjadi
pergantian pekerja terutama pekerja lebih banyak dibanding dengan
kontrak. Hal tersebut akan memakan responden yang merasakan
banyak biaya jika harus memberikan pengawasan yang rendah. Dari hasil
pelatihan tiap ganti karyawan. tersebut dapat diketahui bahwa
Namun untuk mengatasi kendala ini, pengawas pekerjaan dibantu petugas
perusahaan menugaskan kepada HSE bagian bekisting di PT Beton
petugas HSE dan beberapa karyawan Konstruksi Wijaksana secara
senior untuk mangajari karyawan keseluruhan telah memastikan apa
baru tentang fungsi dan cara yang telah dilaksanakan oleh
penggunaan APD. Berdasarkan hal bawahannya sudah berjalan dengan
diatas, disarankan kepada pihak baik dan sesuai rencana yang sudah
perusahaan untuk memberikan ditetapkan sehingga bisa menekan
pelatihan khusus mengenai fungsi jumlah perilaku tidak aman yang
dan cara penggunaan APD kepada dilakukan oleh karyawan.
seluruh karyawan mengingat Berdasarkan hasil kuesioner
pentingnya penggunaan APD dalam responden dengan jawaban terbanyak
pekerjaan bekisting ini. mengenai peran pengawasan yang
tinggi yaitu pada pertanyaan
Gambaran Pengawasan Pada mengenai Pengawas (supervisor)
Pekerja Bekisting PT Beton bertindak tegas dan tindakan atas
Konstruksi Wijaksana tahun 2020 pelanggaran yang dilakukan oleh
Berdasarkan hasil penelitian pegawai sudah dilakukan dengan
yang dilakukan mengenai Gambaran objektif. Hal ini sesuai dengan hasil
Pengawasan Pada Pekerja Bekisting wawancara dengan petugas HSE
PT Beton Konstruksi Wijaksana yang menyatakan bahwa para
tahun 2020 diperoleh proporsi pengawas atau supervisor selalu
tertinggi pada karyawan yang memperhatikan apa yang dilakukan
merasakan pengawasan yang tinggi karyawan saat bekerja dan
sebanyak 27 responden (58,7%). memberikan tindakan tegas apabila
Hasil penelitian ini sejalan dengan karyawan melakukan pelanggaran
penelitian pada Pekerja Struktur seperti memberikan sanksi berupa
Proyek Perkantoran Hijau Arkadia skorsing dan pengurangan nilai
Tower G Pt. Total Bangun Persada karyawan yang akan berpengaruh
Tbk Jakarta Tahun 2018 didapatkan pada kenaikan gaji dan bonus pada
bahwa proporsi tertinggi adalah tahun berikutnya.
51,1% responden menyatakan peran Berdasarkan hal diatas, penulis
pengawasan yang tinggi (Bhakti, menyimpulkan bahwa perusahaan
2018). telah cukup melakukan upaya dengan
Pengawasan kerja merupakan melakukan berbagai bentuk
proses pengamatan dari seluruh pengawasan dan pemberian sanksi
kegiatan organisasi guna lebih jika ditemukan pelanggaran. Dari hal
menjamin bahwa semua pekerjaan tersebut diharapkan bisa menekan
yang sedang dilakukan sesuai dengan perilaku tidak aman yang dilakukan
rencana yang telah ditentukan oleh karyawan.
sebelumnya (Siagian, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Antara Pengetahuan
menunjukkan bahwa responden yang Dengan Perilaku Tidak Aman
merasakan pengawasan yang tinggi
Pada Pekerja Bekisting PT Beton maupun pengalaman orang
Konstruksi Wijaksana tahun 2020 lain(Notoatmojo, 2010). Semakin
Berdasarkan hasil penelitian rendah pengetahuan seseorang maka
didapatkan proporsi tertinggi akansemakin tinggi risiko kecelakaan
perilaku tidak aman adalah kerja sebaliknyasemakin tinggi
responden dengan pengetahuan pengetahuan seseorang maka
kurang baik yaitu sebanyak 16 akansemakin rendah risiko terjadinya
(100%) responden dan proporsi kecelakaan kerja,selanjutnya pekerja
tertinggi perilaku aman adalah yang memiliki pengetahuan
responden dengan pengetahuan baik tinggiakan mampu membedakan dan
yaitu sebanyak 24 (80%) responden. mengetahui bahayadisekitarnya serta
Berdasarkan hasil penelitian Uji dapat melakukan pekerjaan
analisis menunjukkan bahwa terdapat sesuaidengan prosedur yang ada
hubungan yang bermakna antara karena mereka sadar akanrisiko yang
Pengetahuan dengan perilaku tidak diterimanya, sehingga kecelakaan
aman (P value 0,000). Dari uji kerjadapat dihindari (Siregar, 2011).
statistic diketahui nilai PR Berdasarkan hasil kuesioner
(Prevalence ratio) = 5 dengan 95% sebanyak 100% pekerja yang
CI = (2,444-10,228) pekerja yang berperilaku tidak aman memiliki
memiliki pengetahuan yang kurang pengetahuan yang kurang baik. Hal
baik akan 5 kali berpotensi untuk ini bisa terjadi kurangnya
berperilaku tidak aman. Hasil pengetahuan karyawan akan
penelitian ini sesuai dengan hasil Keselamatan dan Kesehatan Kerja
penelitian yang dilakukan oleh (K3) di lingkungan kerja.
Permata pada Pekerja Finishing Di Berdasarkan hasil wawancara dengan
Proyek Graha Gatsu Pt Total Bangun petugas HSE didapatkan data bahwa
Persada Tbk Tahun 2018 dimana ada pelatihan K3 internal hanya
hubungan antara pengetahuan diberikan kepada karyawan tetap
dengan perilaku tidak aman pekerja yang bertugas mengoperasikan
di Pt Total Bangun Persada Tbk mesin/alat. Sedangkan untuk
dengannilai p value sebesar 0,043 karyawan kontrak belum pernah
(<0,050) (Permata, 2018). mendapatkan pelatihan K3 baik
Menurut Notoatmojo, internal maupun eksternal. Hal ini
pengetahuan merupakan hasil dari dikarenakan jumlah karyawan
tahu, terjadi setelah orang melakukan kontrak lebih banyak dari pada
proses penginderaan terhadap objek karyawan tetap. Sehingga akan
yang diamatinya, melalui memakan biaya yang besar jika harus
penginderaan, pengetahuan diperoleh memberikan pelatihan pada seluruh
dengan cara membaca, melihat, dan karyawan kontrak. Hal ini
mendengar.Pengetahuan merupakan menyebabkan masih banyak
salah satu faktor manusia terkait karyawan yang belum memiliki
penyebab dasar terjadinya pengetahuan yang dalam mengenai
kecelakaan kerja. Pengetahuan K3 dan bahaya dari perilaku tidak
merupakan landasan seseorang untuk aman bagi keselamatan mereka.
melakukan sebuah tindakan. Selain Namun untuk mengatasi kendala ini,
melalui pendidikan formal, perusahaan sementara hanya
pengetahuan dapat diperoleh melalui memberikan tugas sebagai assistant
cara coba-coba, pengalaman sendiri, seperti membantu mengangkat dan
memindahkan barang-barang seperti Menurut Heinrich dalam 10
semen dan besi kepada karyawan aksioma keselamatan kerja, salah
kontrak. Dan tidak dizinkan untuk satunya menyatakan bahwa
mengoperasikan mesin. pengawas adalah salah satu kunci
Berdasarkan hal diatas. pencegahan kecelakaan kerja akibat
Disarankan kepada pihak perusahaan tindakan tidak aman (Heinrich,
untuk membantu karyawan 2016). Pengawasan merupakan suatu
memperdalam pengetahuan pekerjaan yang berarti mengarahkan
mengenai K3 dengan memberikan yaitumemberikan tugas,
pelatihan K3 internal kepada seluruh menyediakan instruksi, pelatihan dan
karyawan termasuk karyawan nasihat kepada individu juga
kontrak. termasuk mendengarkan dan
memecahkan masalah yang
Hubungan Antara Pengawasan berhubungan denganpekerjaan serta
Dengan Perilaku Tidak Aman menanggapi keluhan bawahan.
Pada Pekerja Bekisting PT Beton Pengawasan kerja merupakan proses
Konstruksi Wijaksana tahun 2020 pengamatan dari seluruh kegiatan
Berdasarkan hasil penelitian organisasi guna lebih menjamin
proporsi tertinggi perilaku tidak bahwa semua pekerjaan yang sedang
aman adalah responden dengan dilakukan sesuai dengan rencana
pengawasan yang rendah yaitu yang telah ditentukan sebelumnya
sebanyak 19 (100%) responden. (Siagian, 2015).
Selanjutnya proporsi tertinggi Menurut peneliti, adanya
perilaku aman adalah responden hubungan yang bermakna antara
dengan pengawasan yang tinggi yaitu pengawasan dengan perilaku tidak
sebanyak 24 (88,9%) responden. amandikarenakan pengawas
Hasil uji statistik analisa bivariat memiliki peran dalam mempengaruhi
diperoleh nilai P value 0,000 < 0,05 pengetahuan, sikap keterampilan,
yang berarti terdapat hubungan yang dankebiasaan akan keselamatan
bermakna antara pengawasandengan setiap pekerja dalam suatu
perilaku tidak aman. Dari uji statistik areatanggung jawabnya. Bila fungsi
juga diketahui nilai PR (Prevalence pengawasan tidak dilaksanakan
ratio) = 9 dengan 95% CI = (3,097- makapenyebab dasar dari suatu
26,156) pekerja yang merasa insiden akan timbul yang
pengawasan yang dilakukan oleh dapatmengganggu kegiatan
pengawas rendah 9 kali berpotensi perusahaan. Hal ini sesuai dengan
melakukan tindakan tidak aman. hasil dilapangan dimana pengawasan
Hasil penelitian ini sesuai dengan oleh pihak HSE berupa safety patrol
hasil penelitian yang dilakukan oleh belum bisa dilakukan secara rutin
Bhakti yang pada Pekerja Struktur karena jumlah petugas HSE yang
Proyek Perkantoran Hijau Arkadia belum mencukupi untuk melakukan
Tower G Pt. Total Bangun Persada tugas tersebut sehingga masih ada
Tbk Jakarta Tahun 2018 didapatkan karyawan yang melakukan perilaku
ada hubungan yang bermakna antara tidak aman sehingga fungsi
pengawasan dengan perilaku tidak pengawasan menjadi tidak maksimal.
aman (P value= 0,006) (Bhakti, Hal ini disebabkan oleh penekanan
2018). biaya oleh karyawan salah satunya
dengan menekan jumlah man power.
Untuk mengatasi kendala ini, 5. Ada hubungan yang bermakna
perusahaan sudah melakukan upaya antara pengawasan dengan
berupa menunjuk salah satu perilaku tidak aman. Dari uji
karyawan sebagai penanggung jawab statistik ini juga diketahui nilai
untuk mengawasi pekerjaan rekan PR (Prevalenceratio) = 9 dengan
kerjanya Berdasarkan hal diatas, 95% CI = (3,097-26,156)
disarankan PT Beton Konstruksi pekerja yang merasa
Wijaksana untuk menambah tenaga mendapatkan pengawasan yang
petugas HSE supaya safety patrol rendah akan 9 lebih berisiko
bisa berjalan optimal. berperilaku tidak aman
dibandingkan pekerja yang
KESIMPULAN merasa mendapatkan
1. Gambaran perilaku tidak aman pengawasan yang tinggi.
pada Pekerja Bekisting PT Beton
Konstruksi Wijaksana tahun SARAN
2020 yaitu sebanyak 22 pekerja 1. Perusahaan disarankan dapat
(47,8%) berperilaku tidak aman, segera melakukan evaluasi
dan sebanyak 24 pekerja program K3 yang telah dibuat
(52,2%) berperilaku aman serta membuat perencanaan
2. Gambaran pengetahuan pada program K3 yang baru
pekerja bekisting PT Beton 2. Perusahaan disarankan untuk
Konstruksi Wijaksana tahun memberikan pelatihan khusus
2020 yaitu sebanyak 16 pekerja mengenai fungsi dan cara
(34,8%) memiliki pengetahuan penggunaan APD kepada
kurang baik, dan sebanyak 30 seluruh karyawan mengingat
pekerja (65,2%) memiliki pentingnya penggunaan APD
pengetahuan baik. dalam pekerjaan bekisting ini.
3. Gambaran pengawasan pada 3. Perusahaan disarankan untuk
pekerja bekisting PT Beton membantu karyawan
Konstruksi Wijaksana tahun memperdalam pengetahuan
2020 yaitu sebanyak 19 mengenai K3 dengan
responden (41,3%) merasakan memberikan pelatihan K3
pengawasan yang rendah, dan internal kepada seluruh
sebanyak 27 responden (58,7%) karyawan termasuk karyawan
merasakan pengawasan yang kontrak.
tinggi. 4. Perusahaan disarankan
4. Ada hubungan yang bermakna menambah tenaga petugas HSE
antara Pengetahuan Dengan supaya safetypatrol bisa berjalan
Perilaku tidak aman. Dari uji optimal
statistik ini juga diketahui nilai
PR (Prevalenceratio) = 5 dengan REFERENSI
95% CI = (2,444-10,228) Azwar, S. (2018). Sikap Manusia,
pekerja yang memiliki Teori dan Pengukurannya.
pengetahuan yang kurang baik Pustaka Pelajar.
akan 5 lebih berisiko berperilaku Bhakti, A. P. (2018). Faktor - Faktor
tidak aman dibandingkan Yang Berhubungan Dengan
pekerja yang memiliki Perilaku Kerja Tidak Aman
pengetahuan yang baik. Pada Pekerja Struktur Proyek
Perkantoran Hijau Arkadia speches/WCMS_551573/lang--
Tower G Pt. Total Bangun en/index.htm
Persada Tbk Jakarta Tahun Karyani. (2015). Faktor-faktor yang
2018. berpengaruh pada perilaku
Delfianda. (2012). Survey Faktor aman (safe behavior) di
Tindakan Tidak Aman Pekerja Schlumberger Indonesia tahun
Konstruksi PT Waskita Karya 2015. Tesis. FKM UI Depok.
Proyek World Class University Kemenaker. (2017). Keselamatan
DDi UI. dan Kesehatan Kerja Pada
Dirgagunarsa, D. (2015). Pengantar Bidang Knstruksi. In K.
Psikologi. Mutiara Sumber. Ketenagakerjaan (3rd ed.).
DNV Modern Safety Management. Khosravi, Y. (2014). Factors
(2016). Loss Control Influencing Unsafe Behaviors
Managment Training (Revised and Accidents on Construction
ed). Sites: A Review. International
Dupont. (2005). Not Walking The Journal of Occupational Safety
Talk : DuPont ’ s Untold Safety and Ergonomics.
Failures. Konradus, D. (2016). Keselamatan
Endroyono, B. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT
Kerja untuk Teknik Bangunan. Percetakan Penebar Swadaya.
IKIP Semarang Press. Lawton, R. (2018). Individual
Geller, E. S. (2015). The differences in accident liability:
Pshychologi Of Safety a review and integrative
Handbook. Lewis Publiher. approach. The Journal of the
Gunawan, I. (2015). Metode Human Factors and
Penelitian Kualitatif Teori dan Ergonomics Society, Volume 40
Praktik. Bumi Aksara. No 4.
Halimah, S. (2018). Faktor-faktor Listyandini, R. (2019). Faktor Yang
yang Mempengaruhi Perilaku Berhubungan Dengan Tindakan
Aman Karyawan di PT. Suzuki Tidak Aman Pada Pekerja Di
Indomobil motor Plant Tambun Pabrik Pupuk Npk. Hearty,
II Tahun 2018. Skripsi. Jakarta: 7(1).
FKIK UIN. https://doi.org/10.32832/hearty.
Handoko, T. (2016). Manajemen v7i1.2299
Personalia dan Sumber Daya Notoadmodjo. (2017). Pendidikan
Manusia. BPFE. dan perilaku kesehatan.
Hendrabuwana, L. O. (2017). Faktor- Notoatmodjo, S. (2014). Metodelogi
Faktor Yang Berhubungan Penelitian Kesehatan. Rineka
Dengan Perilaku Bekerja Cipta.
Selamat Bagi Pekerja Di Notoatmojo, S. (2010). Promosi
Depatemen Cor PT Pindad Kesehatan Ilmu Perilaku
Persero Bandung Tahun 2017. Kesehatan. Rineka Cipta.
Skripsi. Depok : FKM UI. Nursalam. (2008). Konsep dan
ILO. (2017). World Day For Safety Penerapan Metodologi
and Health at Work. Penelitian Ilmu Keperawatan.
http://www.ilo.org/global/about- Salemba Medika.
the-ilo/how-the-lo.works/ilo- Prasanti, S. (2016). Faktor-Faktor
director-general/statements-and- Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Tidak Aman (Unsafe dan Keselamatan Kerja di
Action) Dalam Bekerja Pada Tempat Kerja. Harapan Press.
Karyawan Factory 5 Di Pt.X Tulaeka, K. I. (2018). Hubungan
Serpong-Banten 2016. Safety Inspection dan
Pratiwi, I. (2018). Faktor-Faktor Pengetahuan Dengan Unsafe
yang Berhubungan dengan Action di Departemen Rolling
Kecelakaan kerja pada Pekerja Mill. Naskah Publikasi.
Bagian Produksi di PT Siemens Fakultas Kesehatan
Indonesia Cilegon Banten Masyarakat Universitas
Tahun 2018. Skripsi S1 Airlangga.
Kesehatan Masyarakat. Utommi, S. (2017). Gambaran
Universitas Esa Unggul. Tingkat Kepatuhan Pekerja
http://digilib.esaunggul.ac.id/ Dalam Mengikuti Prosedur
Putranto, D. (2017). Pranata dan Operasi pada Pekerja Operator
Manajemen Pembangunan di Dump Truck di PT. Kaltim
Bidang Arsitektur. UB Press. Primacoal tahun 2017.
Ramli, S. (2017). Sistem Manajemen Wanodya, C. (2014). Pengaruh
Keselamatan & Kesehatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Dian Rakyat. Kerja Terhadap Motivasi Kerja
Reason, J. (2000). Human Error : Karyawan. Jurnal Administrasi
Models and Mangement. Bisnis Malang 9(1).
Sangaji, J. (2018). Faktor-Faktor Widarti, I. (2015). Analisis Faktor-
yang Berhubungan dengan Faktor yang Memengaruhi
PerilakuTidak Aman Pekerja Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Bagian Lambung Galangan Maintenance Elektrikal dalam
KapalPT X. Jurnal Kesehatan Menerapkan Work Permit di
Masyarakat (e-Journal)Volume PT. X Semarang. Jurnal
6, Nomor 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Volume
Kesehatan Masyarakat 3 Nomor 3. Universitas
Universitas Diponegoro. Diponegoro.
Shiddiq, S. (2016). Hubugan Winarsunu, T. (2008). Psikologi
Persepsi K3 Karyawan dengan Keselamatan Kerja. ,UMM
Perilaku Tidak Aman di Bagian Press.
Produksi Unit IV PT. Semen Work Injury Source. (2020).
Tonasa. Workplace Injury Statistics –
Siagian. (2015). Manajemen Sumber 2020 Data for Workplace
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Accidents, Injuries, and Deaths.
Aksara. workinjurysource.com/workplac
Suma’mur. (2015). Keselamatan e-injury-statistics-2019/
Kerja dan Pencegahan
Kecelakaan. PT Toko Gunung
Agung.
Sutrisno. (2017). Manajemen
SumberDaya manusia.
(Kencana. (ed.)).
Tarwaka. (2018). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Manajemen
dan Implementasi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai