Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan 15 (1) 2022, 1-10

Hubungan Pengetahuan dan Pengawasan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja
Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2020

M Fadli Sheh Akbar1*, Eka Cempaka Putri2, Fierdania Yusvita3, Mirta Rahmah Rusdy4
1,2,3,4
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa
Unggul, Jakarta, Indonesia. Jl. Arjuna Utara No. 9, RT 2 RW 2, Duri Kepa, Kec. Kebon
Jeruk, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta 11510

E-mail Corresponding Author: fadli.muhammad532@yahoo.co.id

Tanggal Submisi: 23 September 2022; Tanggal Penerimaan: 14 Mei 2022

ABSTRAK
Perilaku tidak aman merupakan kesalahan manusia dalam suatu pengambilan
sikap dan tindakan. Perilaku tidak aman dipengaruhi oleh faktor predisposisi
(pengetahuan, sikap dan motivasi), faktor pemungkin (ketersediaan APD dan
peraturan perusahaan) dan faktor penguat (pengawasan dan rekan kerja). Hasil
observasi pada bulan september di lapangan yang dilakukan pada pekerja
bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana, ditemukan 9 perilaku tidak aman
(unsafe action) yang dilakukan oleh karyawan, prilaku tidak aman tersebut
meliputi tidak menggunakan APD dan bercanda selama bekerja di tempat kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
pengawasan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bekisting PT Beton
Konstruksi Wijaksana tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan yaitu
kuantitatif dengan teknik penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 46 responden. Hasil penelitian uji Chi Square didapatkan ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman pada pekerja yang
ada di departemen operasional bekisting PT. Beton Konstruksi Wijaksana
dengan P value 0,000 dan ada hubungan antara pengawasan dengan prilaku
tidak aman pada pekerja di PT. Beton Konstruksi Wijaksana dengan P value
0,000. Diharapkan Perusahaan dapat segera melakukan evaluasi program K3
yang telah dibuat dan memberikan pelatihan khusus mengenai fungsi dan cara
penggunaan APD kepada seluruh karyawan mengingat pentingnya penggunaan
APD dalam pekerjaan bekisting.

Kata kunci: Perilaku tidak aman, pengetahuan, peran pengawas

ABSTRACT
Unsafe behavior is a human error in taking attitudes and actions. Unsafe
behavior is influenced by predisposing factors (knowledge, attitudes and
motivation), enabling factors (availability of PPE and company regulations)
and reinforcing factors (supervision and co-workers). The results of
observations in September in the site conducted on formwork workers at PT
Beton Konstruksi Wijaksana, it was found that 9 unsafe actions were carried out
by employees, these unsafe behaviors included not using PPE and joking while
working in the workplace. This study aims to determine the relationship between
knowledge and supervision with unsafe behavior in formwork workers at PT
Beton Konstruksi Wijaksana in 2020. The research method used is quantitative
with cross sectional research techniques. The sample in this study were 46
1
respondents. The results of the Chi Square test showed that there was a
relationship between knowledge and unsafe behavior among workers in the
formwork operational department of PT. Wijaksana Construction Concrete with
a P value of 0.000 and there is a relationship between supervision and unsafe
behavior among workers at PT. Wijaksana Construction Concrete with P value
0.000. It is hoped that the Company can immediately evaluate the K3 program
that has been made and provide special training regarding the function and how
to use PPE to all employees considering the importance of using PPE in
formwork work.

Keyword: Knowledge, the role of supervisors, unsafe behavior.

ISSN: 1979-7621 (Print); 2620-7761 (Online);


DOI: 10.23917/jk.v15i1.15832

PENDAHULUAN risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi


Sektor konstruksi merupakan sektor bidang Pekerjaan Umum sehingga
dengan pekerjaan yang sangat kompleks membawa iklim keamanan dan ketenangan
dan melibatkan banyak orang. Kemudahan kerja, sehingga sangat membantu hubungan
akses di sektor konstruksi sangat terbuka tenaga kerja dan pengusaha yang
untuk orang yang tidak berkompeten untuk merupakan landasan kuat bagi terciptanya
memasuki areal proyek yang didalamnya kelancaran produksi.
terdapat banyak aktifitas berbahaya, Kecelakaan industri secara umum
sehingga potensi untuk terjadinya disebabkan oleh 2 (dua) hal pokok yaitu
kecelakaan kerja di sektor konstruksi tindakan tidak aman (unsafe action) dan
sangat besar (Putranto, 2017). kondisi tidak aman (unsafe condition).
Berdasarkan UU No.2 Tahun 2017 Menurut Winarsunu (2008), Human error
Tentang Jasa Konstruksi pasal 52 menjadi sebab 80% sampai 90%
menyebutkan bahwa penyedia jasa dan kecelakaan kerja. Faktor manusia
sub-penyedia jasa dalam penyelenggaraan memegang peranan penting di dalam
jasa konstruksi harus memenuhi Standar sistem keselamatan kerja dan juga
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan sebaliknya, dalam menentukan terjadinya
Keberlanjutan. Selain itu berdasarkan kecelakaan kerja.
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Tindakan tidak aman (unsafe action)
Dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: adalah kegagalan (human failure) dalam
Kep. 174/Men/1986 Nomor: mengikuti persyaratan dan prosedur-
104/Kpts/1986 menyebutkan bahwa tenaga prosedur kerja yang benar sehingga
kerja dibidang kegiatan konstruksi selaku menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja,
sumber daya yang dibutuhkan bagi seperti tindakan tanpa kualifikasi dan
kelanjutan pembangunan, perlu otoritas, kurang atau tidak menggunakan
memperoleh perlindungan keselamatan perlengkapan perlindungan diri, kegagalan
kerja, khususnya terhadap ancaman dalam menyelamatkan peralatan, bekerja
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja sangat dengan kecepatan yang berbahaya,
erat hubungannya dengan peningkatan kegagalan pada peringatan, menghindari
kinerja proyek konstruksi. Untuk itu atau memindahkan peralatan keselamatan
disusunlah Pedoman Sistem Manajemen kerja, menggunakan peralatan yang tidak
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja layak, menggunakan peralatan tertentu
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan untuk tujuan lain yang menyimpang,
Umum Berdasarkan Peraturan Menteri bekerja di tempat yang berbahaya tanpa
Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2014 perlindungan dan peringatan yang tepat,
diharapkan dapat dilakukan pengendalian memperbaiki peralatan secara salah,
2
bekerja dengan kasar, menggunakan menggunakan APD tidak benar, bekerja
pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dengan posisi yang tidak aman dan benar,
dan mengambil posisi kerja yang tidak serta tidak melakukan
selamat. Winarsunu (2008) menyebutkan komunikasi/koordinasi. Berdasarkan
faktor personal merupakan salah satu faktor Laporan Accident On Duty bulan Maret
yang mempengaruhi terbentuknya tindakan hingga Juni 2020 didapatkan data ada 9
tidak aman (unsafe action). Faktor-faktor kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
personal tersebut antara lain: tingkat perilaku tidak aman karyawan. Diantaranya
kemampuan, kesadaran, pengalaman, Saat berkeliling proyek tidak menggunakan
pelatihan, kepribadian, beban fisik, usia, safety helmet, tiba-tiba runtuhan sisa beton
kelelahan, motivasi, kecanduan alkohol jatuh hampir mengenai kepalanya namun
atau obat- obatan, penyakit, kecerdasan, berhasil menghindar.
tekanan kerja dan kepuasan kerja. Berdasarkan survei pendahuluan
Secara global, International Labour terhadap pengetahuan, perilaku tidak aman,
Organization (ILO) diperkirakan bahwa dan pengawasan yang dilakukan pada 29
lebih dari 2,3 juta korban jiwa dan 300 juta karyawan di Departemen Bekisting
kecelakaan kerja menyebabkan cedera Subjective pada tanggal 21 Agustus 2021,
terjadi ditempat kerja setiap tahunnya (ILO, didapatkan hasil pada survey pengetahuan
2017). Survei BLS 2019 tentang Cedera & yaitu 19 responden (65,5%) memiliki
Penyakit Kerja menunjukkan bahwa cedera pengetahuan yang kurang baik dan 10
terkait pekerjaan Konstruksi sebanyak responden (34,5%) memiliki pengetahuan
195.600 cedera di tempat kerja dan 3.600 baik. Pengetahuan yang kurang baik
penyakit di tempat kerja (Work Injury tersebut terkait dengan pengetahuan akan
Source, 2020). Menurut Kemenaker fungsi APD untuk melindungi tubuh dari
(2017), kasus kecelakaan kerja tahun 2017 potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang
khususnya untuk wilayah Jakarta pada wajib menggunakan APD.
pekerjaan Konstruksi meningkat, dari 507 Pada survey mengenai perilaku
kasus menjadi 555 kasus atau meningkat diperoleh sebanyak 15 responden (51,7%)
sebesar 10%. memiliki perilaku tidak aman, dan
PT. Beton Konstruksi Wijaksana sebanyak 14 responden (48,3%) memiliki
merupakan perusahaan Sub Kontraktor perilaku aman. Berdasarkan hasil jawaban
Bekisting terbesar di Indonesia yang kuesioner didapatkan bahwa perilaku tidak
didukung tenaga-tenaga professional yang aman yang paling banyak dilakukan adalah
berpengalaman dibidang bekisting dan memperbaiki peralatan dalam keadaan
dilengkapi dengan Sistem Manajemen masih hidup atau beroperasi. Hal ini
Operasional yang tertata rapih dalam upaya dilakukan untuk mempercepat durasi
menjamin kepastian waktu penyelesaian pekerjaan agar cepat selesai. Pada survey
proyek serta mencapai mutu permukaan mengenai pengawasan dari supervisor
beton yang disyaratkan. Pada perusahaan menurut responden diperoleh sebanyak 13
PT Beton Konstruksi Wijaksana terdapat 5 responden (44,8%) merasakan pengawasan
departemen yaitu departemen Quality yang tinggi, dan sebanyak 16 responden
Assurance, Marketing dan Operation, (55,2%) merasakan pengawasan yang
Managment Services, dan Procurement. rendah. Berdasarkan hasil jawaban
PT Beton Konstruksi Wijaksana kuesioner didapatkan bahwa ada 13
memiliki jumlah kecelakaan ringan responden yang menjawab kurang setuju
sebanyak 3-8 kecelakaan setiap bulannya pada pernyataan pengawas (supervisor)
sepanjang tahun 2020 diantaranya terjadi selalu mengingatkan untuk bekerja sesuai
dikarenakan pekerja melakukan perilaku Standar Prosedur kerja.
yang tidak aman berupa human error yaitu Upaya yang sudah dilakukan
menggunakan peralatan yang tidak benar, perusahaan yaitu dengan mengadakan

3
safety talk setiap sebelum memulai Konstruksi Wijaksana Tahun 2020
pekerjaan, sosialisasi dan penyuluhan Variabel Jumlah Presentase
Dependen
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja Perilaku
terhadap seluruh pekerja secara rutin Tidak aman 22 47,5%
setiap bulan. Namun hal upaya tersebut Aman 24 52,2%
belum sepenuhnya berhasil karena masih Independen
Pengetahuan
ada karyawan yang melakukan tindakan Kurang baik 16 34,8%
tidak aman saat tidak dalam pengawasan Baik 30 65,2%
lansung supervisornya. Berdasarkan uraian Pengawasan
Rendah 19 41,3%
latar belakang tersebut, maka penulis Tinggi 27 58,7%
tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Hubungan pengetahuan dan Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
pengawasan dengan perilaku tidak aman proporsi tertinggi pada pekerja yang
pada Pekerja Bekisting PT Beton berprilaku aman sebesar 52,2%, sementara
Konstruksi Wijaksana”. untuk proporsi tertinggi pada pekerja yang
memiliki pengetahuan yang baik sebesar
METODE PENELITIAN 65,2% dan proporsi pengawasan dari
Penelitian ini merupakan penelitian supervisor memiliki proporsi tertinggi pada
observational dengan desain studi cross pengawasan yang tinggi sebesar 58,7%.
sectional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan Analisis Bivariat
pengawasan terhadap prilaku tidak aman Analisis bivariat dalam penelitian
pada pekerja bekisting di PT.Beton ini diuji dengan uji chi square pada 3
Konstruksi Wijaksana pada tahun 2020. variabel sebagai berikut.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pekerja di pada departemen Tabel 2. Uji Statistik Faktor-Faktor Yang
operasional bekisting sejumlah 75 orang. Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman
Jumlah sampel dalam penelitian ini Pada Pekerja Bekisting PT Beton
sejumlah 46 orang setelah dikurangi Variabel Kat Perilaku Total P- PR
Indepen egor Tidak Ama val (95%
responden pada study pendahuluan. den i Aman n ue CT)
Metode pengumpulan data dilakukan N % N % N %
melalui Google Formulir yang akan Pengeta Tida 1 10 0 0 1 10 0,0 5,000
huan k 6 0 % 6 0 00 (2,444-
disebarkan ke karyawan yang menjadi baik % % 10,228
sampel penelitian. Analisa data yang Baik 6 20 2 8 3 10
% 4 0 0 0
digunakan dalam penelitian ini merupakan % %
Analisa univariat dan Analisa bivariat Penagaw Tida 1 10 0 0 1 10 0,0 9,000
asan k 9 0 % 6 0 00 (3,097-
menggunakan uji statistic chi square. Baik % % 26,156)
Baik 3 20 2 8 3 10
% 4 0 0 0
% %
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian Berdasarkan tabel 2, hasil analisis
ini meliputi analisis deskriptif data bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan
perilaku tidak aman, pengetahuan, antara pengetahuan dengan perilaku tidak
pengawasan pada pekerja Bekisting PT aman pada pekerja bekisting PT Beton
Beton Konstruksi Wijaksana Tahun 2020 Konstruksi Wijaksana tahun 2020 (p-value
seperti pada tabel di bawah ini. 0,000 < 0,05) dengan nilai confident
interval (CI) 5 yang artinya bahwa pekerja
Tabel 1. Distribusi frekuensi perilaku yang memiliki pengetahuan yang kurang
Tidak Aman, Pengetahuan dan Pengawasan baik berpotensi untuk melakukan tindakan
pada Pekerja Bekisting PT Beton tidak aman 5 kali lebih tinggi dibandingkan
4
dengan pekerja yang memiliki pengetahuan tidak melakukan komunikasi/koordinasi
yang baik. Selanjutnya, ada hubungan (DNV Modern Safety Management, 2016).
antara pengawasan dengan prilaku tidak Berdasarkan hasil penelitian
aman pekerja Bekisting PT. Beton didapatkan proporsi tertinggi adalah
Konstruksi Wijaksana (p-value 0,000 < responden yang berperilaku aman. Hal ini
0,05) dengan nilai confident interval (CI) 9 dikarenakan perusahaan telah melakukan
yang artinya bahwa pekerja yang merasa beberapa usaha untuk meningkatkan
pengawasan dari supervisor rendah perilaku aman pada pekerja yaitu dengan
memiliki potensi 9 kali melakukan mengadakan safety talk setiap hari sebelum
tindakan tidak aman dibandingkan pekerja bekerja. Selain itu juga membuat poster
yang merasa pengawasan dari supervisor bertema K3 dan membuat rambu-rambu
tinggi. K3.
Berdasarkan hasil dari kuesioner
Gambaran Perilaku Tidak Aman Pada perilaku tidak aman yang dilakukan oleh
Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi peneliti diperoleh 3 perilaku tidak aman
Wijaksana tahun 2020 dengan presentasi tertinggi yaitu bekerja
Berdasarkan hasil tabel distribusi menggunakan peralatan yang rusak,
frekuensi perilaku tidak aman pada Pekerja memperbaiki atau melakukan perawatan
Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana terhadap peralatan kerja (mesin) yang
tahun 2020 didapatkan proporsi tertinggi sedang beroperasi atau dalam keadaan
yaitu 30 pekerja (65,2%) berperilaku aman. hidup, dan menghilangkan alat pengaman
Hasil penelitian ini sejalan dengan keselamatan. Berdasarkan hasil wawancara
penelitian Bhakti Pada Pekerja Struktur di dapatkan bahwa penyebab pekerja
Proyek Perkantoran Hijau Arkadia Tower berprilaku tidak aman yang disebutkan
G Pt. Total Bangun Persada Tbk Jakarta diatas adalah bahwa mereka ingin
Tahun 2018 didapatkan bahwa proporsi pekerjaan mereka bisa cepat selesai
tertinggi adalah responden berperilaku sehingga target perusahaan dapat tercapai.
aman yaitu sebanyak 56,7% (Bhakti, Berdasarkan hasil wawancara dengan
2018). petugas HSE juga didapatkan informasi
Menurut DNV Modern Safety bahwa belum pernah dilakukan evaluasi
Management menyatakan yang termasuk program K3 yang telah dibuat dan belum
perilaku tidak aman adalah menjalankan ada perencanaan program K3 yang baru
peralatan tanpa wewenang, tidak memberi seperti jadwal pelatihan K3, program
peringatan, tidak mengunci peralatan, simulasi kecelakaan kerja, dan lain-lain.
menjalankan mesin pada kecepatan yang Untuk mengatasi kendala ini, perusahaan
tidak semestinya, membuat alat sementara masih menggunakan program
keselamatan tidak dapat dioperasikan, K3 yang lama dan menambah budget
menggunakan peralatan yang cacat, untuk program K3 tersebut seperti untuk
menggunakan peralatan tidak sebagaimana membuat poster- poster berisi peringatan
mestinya, menggunakan peralatan tentang bahaya dan akibat dari perilaku
pelindung diri secara tidak benar, pemuatan tidak aman dan memperbaiki rambu-rambu
yang tidak benar, penempatan yang tidak K3 yang rusak terutama rambu peringatan
benar, pengangkatan yang tidak benar, tentang perilaku tidak aman. Dari upaya
membetulkan mesin dalam keadaan masih tersebut diharapkan bisa mengingatkan
nyala, bercanda, dipengaruhi rokok, karyawan tentang bahaya dari perilaku
alkohol dan atau obat obatan, tidak tidak aman sehingga bisa menekan jumlah
mengikuti prosedur, tidak melakukan perilaku tidak aman oleh karyawan.
pengidentifikasian bahaya, tidak Berdasarkan kendala di atas, Perusahaan
melakukan pengecekan/pemantauan, tidak diharapkan dapat segera melakukan
melakukan tindakan ulang/pembetulan, dan evaluasi program K3 yang telah dibuat

5
serta membuat perencanaan program K3 karena berdasarkan hasil wawancara pada
yang baru dan pimpinan proyek harus petugas HSE diketahui bahwa perusahaan
membuat planning project dengan sudah pernah memberikan sosialisasi
mempertimbangkan kesiapan alat dan mengenai pentingnya K3. Selain itu, pihak
mempertimbangkan indent pada sparepart departemen K3 juga mengadakan safety
peralatan sehingga, jika di temukan talk setiap hari sebelum bekerja serta
peralatan rusak, pekerjaan dapat dihentikan memberikan pelatihan internal mengenai
dan pekerjaan dapat dilanjutkan jika K3 seperti pelatihan bekerja di ketinggian,
peralatan sudah dapat digunakan kembali. pelatihan cara mengoperasikan mesin,
pelatihan membuat JSA, dan pelatihan
Gambaran Pengetahuan Pada Pekerja lainnya. Dari upaya tersebut diharapkan
Bekisting PT Beton Konstruksi akan meningkatkan pengetahuan karyawan
Wijaksana tahun 2020 mengenai resiko dan bahaya kerja di
Berdasarkan hasil tabel distribusi konstruksi, karyawan mengetahui tindakan
frekuensi pengetahuan pada pekerja apa saja yang bisa memicu timbulnya
Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana bahaya, maupun efek yang dapat
tahun 2020 diperoleh proporsi tertinggi ditimbulkan oleh bahaya tersebut sehingga
yaitu sebanyak 30 pekerja (65,2%) dapat meminimalisir terjadinya tindakan
memiliki pengetahuan baik. Hasil tidak aman sekecil apapun.
penelitian ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil kuesioner,
Wijayanti Pada Pekerjaan Di Ketinggian karyawan masih banyak menjawab salah
Transmission Tower Proyek Sutt 150 Kv pada pertanyaan mengenai jenis pekerjaan
Sunyaragi- Rancaekek Section 2 Di Pt Pln yang wajib menggunakan APD tersebut.
(Persero) Pusmanpro Unit Pelaksana Pada pertanyaan tersebut sebanyak 31
Manajemen Konstruksi I - Cawang responden menjawab salah. Dari hasil
didapatkan bahwa proporsi tertinggi wawancara pada petugas HSE
sebanyak 63,3 % karyawan memiliki menyebutkan perusahaan belum pernah
pengetahuan yang baik (Wijayanti, 2020). memberikan pelatihan khusus mengenai
Pengetahuan sangat penting diberikan fungsi dan cara penggunaan APD kepada
sebelum individu melakukan suatu seluruh karyawan. Karena sering terjadi
tindakan. Tindakan akan sesuai dengan pergantian pekerja terutama pekerja
pengetahuan apabila individu menerima kontrak. Hal tersebut akan memakan
isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi banyak biaya jika harus memberikan
dia bertindak sesuai dengan pelatihan tiap ganti karyawan. Namun
pengetahuannya (Shiddiq, 2016). untuk mengatasi kendala ini, perusahaan
Pengetahuan yang kurang akan menugaskan kepada petugas HSE dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di beberapa karyawan senior untuk mangajari
lingkungan kerja menyebabkan seseorang karyawan baru tentang fungsi dan cara
sulit untuk mengetahui potensi bahaya yang penggunaan APD. Berdasarkan hal diatas,
ada disekitarnya, sehingga sulit untuk disarankan kepada pihak perusahaan untuk
menentukan tindakan dalam memberikan pelatihan khusus mengenai
mengendalikan potensi bahaya tersebut. fungsi dan cara penggunaan APD kepada
Oleh sebab itu seseorang akan menjadi seluruh karyawan mengingat pentingnya
kurang waspada terhadap risiko yang dapat penggunaan APD dalam pekerjaan
timbul dari perilakunya selama bekerja bekisting ini.
(Sangaji, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Pengawasan Pada Pekerja
menunjukkan bahwa proporsi tertinggi Bekisting PT Beton Konstruksi
adalah responden yang memiliki Wijaksana tahun 2020
pengetahuan yang baik. Hal ini terjadi Berdasarkan hasil penelitian yang

6
dilakukan mengenai Gambaran berpengaruh pada kenaikan gaji dan bonus
Pengawasan Pada Pekerja Bekisting PT pada tahun berikutnya.
Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020 Berdasarkan hal diatas, penulis
diperoleh proporsi tertinggi pada karyawan menyimpulkan bahwa perusahaan telah
yang merasakan pengawasan yang tinggi cukup melakukan upaya dengan melakukan
sebanyak 27 responden (58,7%). Hasil berbagai bentuk pengawasan danpemberian
penelitian ini sejalan dengan penelitian sanksi jika ditemukan pelanggaran. Dari
pada Pekerja Struktur Proyek Perkantoran hal tersebut diharapkan bisa menekan
Hijau Arkadia Tower G Pt. Total Bangun perilaku tidak aman yang dilakukan oleh
Persada Tbk Jakarta Tahun 2018 karyawan.
didapatkan bahwa proporsi tertinggi adalah
51,1% responden menyatakan peran Hubungan Antara Pengetahuan Dengan
pengawasan yang tinggi (Bhakti, 2018). Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja
Pengawasan kerja merupakan proses Bekisting PT Beton Konstruksi
pengamatan dari seluruh kegiatan Wijaksana tahun 2020
organisasi guna lebih menjamin bahwa Menurut Notoatmojo, pengetahuan
semua pekerjaan yang sedang dilakukan merupakan hasil dari tahu, terjadi setelah
sesuai dengan rencana yang telah orang melakukan proses penginderaan
ditentukan sebelumnya (Siagian, 2015). terhadap objek yang diamatinya, melalui
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan penginderaan, pengetahuan diperoleh
bahwa responden yang merasakan dengan cara membaca, melihat, dan
pengawasan yang tinggi lebih banyak mendengar. Pengetahuan merupakan salah
dibanding dengan responden yang satu faktor manusia terkait penyebab dasar
merasakan pengawasan yang rendah. Dari terjadinya kecelakaan kerja. Pengetahuan
hasil tersebut dapat diketahui bahwa merupakan landasan seseorang untuk
pengawas pekerjaan dibantu petugas HSE melakukan sebuah tindakan. Selain melalui
bagian bekisting di PT Beton Konstruksi pendidikan formal, pengetahuan dapat
Wijaksana secara keseluruhan telah diperoleh melalui cara coba-coba,
memastikan apa yang telah dilaksanakan pengalaman sendiri, maupun pengalaman
oleh bawahannya sudah berjalan dengan orang lain (Notoatmojo, 2010). Semakin
baik dan sesuai rencana yang sudah rendah pengetahuan seseorang maka akan
ditetapkan sehingga bisa menekan jumlah semakin tinggi risiko kecelakaan kerja
perilaku tidak aman yang dilakukan oleh sebaliknya semakin tinggi pengetahuan
karyawan. seseorang maka akan semakin rendah
Berdasarkan hasil kuesioner risiko terjadinya kecelakaan kerja,
responden dengan jawaban terbanyak selanjutnya pekerja yang memiliki
mengenai peran pengawasan yang tinggi pengetahuan tinggi akan mampu
yaitu pada pertanyaan mengenai Pengawas membedakan dan mengetahui bahaya
(supervisor) bertindak tegas dan tindakan disekitarnya serta dapat melakukan
atas pelanggaran yang dilakukan oleh pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada
pegawai sudah dilakukan dengan objektif. karena mereka sadar akan risiko yang
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara diterimanya, sehingga kecelakaan kerja
dengan petugas HSE yang menyatakan dapat dihindari (Siregar, 2011).
bahwa para pengawas atau supervisor Berdasarkan hasil kuesioner
selalu memperhatikan apa yang dilakukan sebanyak 100% pekerja yang berperilaku
karyawan saat bekerja dan memberikan tidak aman memiliki pengetahuan yang
tindakan tegas apabila karyawan kurang baik. Hal ini bisa terjadi kurangnya
melakukan pelanggaran seperti pengetahuan karyawan akan Keselamatan
memberikan sanksi berupa skorsing dan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan
pengurangan nilai karyawan yang akan kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan

7
petugas HSE (Health Safety and pekerjaan yang berarti mengarahkan yaitu
Environment) diketahui bahwa pelatihan memberikan tugas, menyediakan instruksi,
yang diberikan kepada karyawan belum pelatihan dan nasihat kepada individu juga
merata dan tidak dilakukan secara berkala termasuk mendengarkan dan memecahkan
sehingga pengetahuan karyawan terhadap masalah yang berhubungan dengan
aspek HSE masih rendah dan potensi untuk pekerjaan serta menanggapi keluhan
berprilaku tidak aman menjadi tinggi. bawahan. Pengawasan kerja merupakan
Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada proses pengamatan dari seluruh kegiatan
pihak perusahaan untuk membantu organisasi guna lebih menjamin bahwa
karyawan memperdalam pengetahuan semua pekerjaan yang sedang dilakukan
mengenai K3 dengan memberikan pelatihan sesuai dengan rencana yang telah
K3 internal kepada seluruh karyawan ditentukan sebelumnya (Siagian, 2015).
termasuk karyawan kontrak. Menurut peneliti, adanya hubungan
yang bermakna antara pengawasan dengan
Hubungan Antara Pengawasan Dengan perilaku tidak aman dikarenakan pengawas
Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja memiliki peran dalam mempengaruhi
Bekisting PT Beton Konstruksi pengetahuan, sikap keterampilan, dan
Wijaksana tahun 2020 kebiasaan akan keselamatan setiap pekerja
Berdasarkan hasil penelitian dalam suatu area tanggung jawabnya. Bila
proporsi tertinggi perilaku tidak aman fungsi pengawasan tidak dilaksanakan
adalah responden dengan pengawasan yang maka penyebab dasar dari suatu insiden
rendah yaitu sebanyak 19 (100%) akan timbul yang dapat mengganggu
responden. Selanjutnya proporsi tertinggi kegiatan perusahaan. Hal ini sesuai dengan
perilaku aman adalah responden dengan hasil dilapangan dimana pengawasan oleh
pengawasan yang tinggi yaitu sebanyak 24 pihak HSE berupa safety patrol belum bisa
(88,9%) responden. Hasil uji statistik dilakukan secara rutin karena jumlah
analisa bivariat diperoleh nilai P value petugas HSE yang belum mencukupi untuk
0,000 < 0,05 yang berarti terdapat melakukan tugas tersebut sehingga masih
hubungan yang bermakna antara ada karyawan yang melakukan perilaku
pengawasan dengan perilaku tidak aman. tidak aman sehingga fungsi pengawasan
Dari uji statistik juga diketahui nilai PR menjadi tidak maksimal. Hal ini
(Prevalence ratio) = 9 dengan 95% CI = disebabkan oleh penekanan biaya oleh
(3,097- 26,156) pekerja yang merasa karyawan salah satunya dengan menekan
pengawasan yang dilakukan oleh pengawas jumlah man power. Untuk mengatasi
rendah 9 kali berpotensi melakukan kendala ini, perusahaan sudah melakukan
tindakan tidak aman. Hasil penelitian ini upaya berupa menunjuk salah satu
sesuai dengan hasil penelitian yang karyawan sebagai penanggung jawab untuk
dilakukan oleh Bhakti yang pada Pekerja mengawasi pekerjaan rekan kerjanya
Struktur Proyek Perkantoran Hijau Arkadia Berdasarkan hal diatas, disarankan PT
Tower G Pt. Total Bangun Persada Tbk Beton Konstruksi Wijaksana untuk
Jakarta Tahun 2018 didapatkan ada menambah tenaga petugas HSE supaya
hubungan yang bermakna antara safety patrol bisa berjalan optimal.
pengawasan dengan perilaku tidak aman (P
value= 0,006) (Bhakti, 2018). SIMPULAN
Menurut Heinrich dalam 10 aksioma Hasil dari penelitian ini
keselamatan kerja, salah satunya menunjukan bahwa ada hubungan antara
menyatakan bahwa pengawas adalah salah pengetahuan dan tindakan tidak aman yang
satu kunci pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh pekerja di PT. Beton
akibat tindakan tidak aman (Heinrich, Konstruksi Wicaksana dimana pekerja
2016). Pengawasan merupakan suatu yang memiliki pengetahuan yang kurang
8
baik berpotensi untuk melakukan tindakan Wijaksana dikarenakan masih kurangnya
tidak aman 5 kali lebih tinggi dibandingkan petugas HSE yang melakukan pengawasan
dengan pekerja yang memiliki pengetahuan safety patrol di lapangan sehingga kegiatan
yang baik, hal ini disebabkan oleh tersebut tidak dapat berjalan dengan
tingginya biaya training yang harus optimal. Penulis menyarankan kepada
dilakukan oleh perusahaan jika harus perusahaan untuk menambah jumlah
melakukan training berkala kepada seluruh petugas HSE di lapangan untuk
karyawannya, sehingga penulis mengoptimalkan pengawasan dilapangan
menyarankan kepada perusahaan untuk sehingga potensi tindakan tidak aman dapat
melakukan training secara internal kepada diturunkan.
seluruh karyawan mengenai HSE dan
training tersebut dilakukan secara berkala UCAPAN TERIMA KASIH
sehingga pengetahuan HSE dapat terus Penulis berterima kasih kepada
melekat pada karyawan. Kemudian Universitas Esa Unggul Jakarta khususnya
terdapat hubungan antara pengawasan dan kepada para dosen di Fakultas Ilmu-Ilmu
prilaku tidak aman dengan pekerja yang Kesehatan atas pengetahuan yang telah
merasa pengawasan dari supervisor rendah diberikan. Ucapan terima kasih juga kepada
9 kali berpotensi untuk melakukan tindakan PT Beton Konstruksi Wijaksana atas
tidak aman. Kurangnya pengawasan pada kerjasama dan dukungannya dalam proses
area kerja di PT. Beton Konstruksi penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2018). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
BPJS Ketenagakerjaan. (2020). No Title. https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/
Dirgagunarsa, D. (2015). Pengantar Psikologi. Mutiara Sumber.
DNV Modern Safety Management. (2016). Loss Control Managment Training (Revised
ed).
Endroyono, B. (2016). Keselamatan Kerja untuk Teknik Bangunan. IKIP Semarang Press.
Fitriana, K. (2016). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kerja Pada Pekerja
Di Pt Dhl Supply Chain Indonesia Muf Cimanggis Tahun 2016. Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia.
Geller, E. S. (2015). The Pshychologi Of Safety Handbook. Lewis Publiher.
Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Bumi Aksara.
Halimah, S. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan di PT.
Suzuki Indomobil motor Plant Tambun II Tahun 2018. Skripsi. Jakarta: FKIK UIN.
Handoko, T. (2016). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE.
Hendrabuwana, L. O. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Bekerja Selamat Bagi Pekerja Di Depatemen Cor PT Pindad Persero Bandung Tahun 2017.
Skripsi. Depok : FKM UI.
ILO. (2018). What is Occupational safety and health.
ILO. (2020). World Statistic:The enormous burden of poor working conditions.
https://www.ilo.org/moscow/areas-of-work/occupational-safety-and-
health/WCMS_249278/lang--en/index.htm
Karyani. (2015). Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku aman (safe behavior) di
Schlumberger Indonesia tahun 2015. Tesis. FKM UI Depok.
Konradus, D. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT Percetakan Penebar Swadaya.
Lawton, R. (2018). Individual differences in accident liability: a review and integrative
approach. The Journal of the Human Factors and Ergonomics Society, Volume 40 No 4.
Listyandini, R. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada
Pekerja Di Pabrik Pupuk Npk. Hearty, 7(1). https://doi.org/10.32832/hearty.v7i1.2299
9
Margono, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Pustaka Setia.
Maulidhasari, D. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Berbahaya
(Unsafe Action) Pada Bagian Unit Intake PT. Indonesia Power Unit Bisnis
Pembangkitan (UBP) Semarang. Jurnal Visikes, Volume 10 No 1. Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro.
Notoadmodjo. (2017). Pendidikan dan perilaku kesehatan.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku Kesehatan. RinekaCipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika.
Prasanti, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe
Action) Dalam Bekerja Pada Karyawan Factory 5 Di Pt.X Serpong-Banten 2016.
Pratama, A. K. (2015). Pekerja dengan Unsafe Action pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di
PT. Terminal Petikemas Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health, Volume 4 No 1.Health Safety Environment (HSE) PT. Petikemas Surabaya.
Puspasari, A. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman
(Unsafe Action) Pada Karyawan Di Unit Produksi 2 Pt Panata Jaya Mandiri
Tangerang- Banten Tahun 2018.
Ramli, S. (2017). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Dian Rakyat.
Sangaji, J. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan PerilakuTidak Aman Pekerja
Bagian Lambung Galangan KapalPT X. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal)Volume 6, Nomor 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Shiddiq, S. (2016). Hubugan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman di Bagian
Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa.
Siagian. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Siregar, R. . (2011). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Berkendara Dengan
Aman pada Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/3671
Sucipto, C. D. (2015). Keselamatan dan Kesehatan kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Suma’mur. (2015). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT Toko Gunung
Agung.
Sutrisno. (2017). Manajemen SumberDaya manusia. (Kencana. (ed.)).
Tarwaka. (2018). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Harapan Press.
Tulaeka, K. I. (2018). Hubungan Safety Inspection dan Pengetahuan Dengan Unsafe Action
di Departemen Rolling Mill. Naskah Publikasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
Uda, S. A. K. . (2015). Evaluasi Perilaku Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Dan Kondisi
Tidak Aman (Unsafe Condition) Pada Proyek Konstruksi Gedung Ruko Bertingkat Di
Palangka Raya. Jurnal Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7). Surakarta:
UNS.
Utommi, S. (2017). Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja Dalam Mengikuti Prosedur
Operasi pada Pekerja Operator Dump Truck di PT. Kaltim Primacoal tahun 2017.
Wanodya, C. (2014). Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja
Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis Malang 9(1).
Widarti, I. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Maintenance Elektrikal dalam Menerapkan Work Permit di PT. X Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Volume 3 Nomor 3. Universitas Diponegoro.

10

Anda mungkin juga menyukai