Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan
yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena
mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat
ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu
sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama
besarnya walaupun di sana sini memang terjadi perubahan perilaku, baik
di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari unsur
eksternal industri Ervianto (2005) (Sanjaya et al., 2012).
SMK3 merupakan sistem yang lebih bertanggung jawab dalam
berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera beserta bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sistem
manajemen ini juga merupakan suatu satuan elemen yang saling terkait
yang digunakan untuk menetapkan kebijakan, sasaran dan pencapaian
sasaran. Sasaran tersebut meliputi struktur organisasi, rencana aktivitas
(termasuk analisa risiko dan penetapan objektif), tanggung jawab, praktek,
prosedur, proses dan sumberdaya. SMK3 terdiri dari lima prinsip dasar
acuan elemen yaitu kebijakan, perencanaan, penerapan dan operasi
kegiatan, evaluasi atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen atau usaha
tindakan perbaikan (Soehartono & Amariyansah, 2018).
Penerapan SMK3 pada proyek konstruksi oleh pihak kontraktor
dilakukan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Program keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari beragam
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Pemerintah telah menerbitkan ketentuan yang mengatur
tentang penerapan SMK3 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun
2012. Melalui Peraturan Pemerintah tersebut, dijelaskan bahwa penerapan
SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3 yang
meliputi: (1) penetapan kebijakan K3, (2) perencanaan K3, (3)
Pelaksanaan Rencana K3, (4) Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3, (5)
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.
Selain itu perusahaan kontraktor juga dapat mengukur tingkat
pencapaian penerapan K3 dalam organisasinya melalui audit internal dan
eksternal sebagai pedoman untuk mengembangkan SMK3. Sistem
Manajemen K3 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2012 Pasal 1 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif (Abbas et al., 2019).
Menurut penilitian lembaga naungan PBB untuk perburuhan
internasional, The International Labour Organization (ILO), yang
bertujuan mendorong hadirnya peluang dalam memperoleh pekerjaan yang
layak, produktif, dengan bebas, adil, aman, dan bermartabat. Menyatakan
bahwa setiap tahun lebih dari 1,2 juta manusia meninggal akibat
kecelakaan kerja atau disebabakan penyakit terkait dengan pekerjaan serta
berdasarkan perkiraan ada 250 juta kecelakaan kerja dan 160 juta penyakit
yang terkait pekerjaan. Salah satu sector pekerjaan yang paling tinggi
mengalami kecelakaan kerja, terjadi pada sector konstruksi dengan
persentase mencapat 51,9 :%. Sedang di Indonesia, data kecelakaan keria.
menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
mengungkapkan bahwa jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2021 terjadi
sebanyak 234.270 kasus. Jumlah tersebut naik 5,65% dari tahun 2020
sebesar 221.740 kasus, Meninjau trennya, kecelakaan kerja terus tumbuh
dari lima tahun terakhir sejak tahun 2017 dengan jumlah sebanyak
123.040 kasus. Sedangkan di Provinsi Jawa tengah, menurut pernyataan
kepala Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah yang
disadur melalui beberapa portal berita, mengungkapkan bahwa tingkat
kecelakaan kerja provinsi jawa tengah berlansung fluktuatif, pada tahun
2017 sebanyak 3.083 Kasus, pada tahun 2018 menurun drastis sebanyak
1.468 kasus, begitu juga tahun 2019 naik sebanyak 2.205 kasus, tahun
2020 (Herlinawati & Zulfikar, 2020) .
Pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan
kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Situasi dalam lokasi
proyek mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat
kompleks dan sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina yang prima
dari pelaksanaannya. Berdasarkan sifat-sifat unik itu pula, maka sektor
jasa konstruksi mempunyai resiko bahaya kecelakaan fatal.
Konstruksi merupakan sektor penyumbang terbesar dalam hal
kecelakaan kerja di Indonesia. Kecelakaan kerja sering terjadi akibat
kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara negara
mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja. Hal ini direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-
peraturan seperti : UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
Undangundang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK), dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja. Namun pada kenyataannya, pelaksana proyek sering mengabaikan
persyaratan dan peraturan-peraturan dalam keselamatan dan kesehatan
kerja.Disamping itu adanya peraturan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerjatidak diimbangi oleh upaya hukum yang tegas dan sanksi
yang berat, keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab
semua pihak yang terkait dalam proyek konstruksi.
Berdasarkan permasalahn diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja terhadap proyek pembangunan gedung dan adapun tujuan penelitian
yang hendak ingin dicapai yaitu untuk mengetahui penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja terhadap proyek konstruksi pembangunan gedung di
kota X. (Abbas et al., 2019).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gambaran penerapan K3 terhadap konstruksi bangunan
gedung
2. Bagaimana penerapan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
proyek konstruksi pembangunan gedung X
3. Faktor apa yang memberikan pengaruh terbesar terhadap penerapan k3
Konstruksi bangunan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan K3 Konstruksi
bangunan gedung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tentang pengawasan dari Pembina
Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap pekerja pada proyek
konstruksi bangunan gedung.
b. Untuk mengetahui gambaran tentang peralatan pekerja yang
memenuhi syarat penerapan K3 pada proyek konstruksi bangunan
gedung.
c. Untuk mengetahui gambaran tentang prosedur penerapan kerja
pada konstruksi bangunan gedung.
d. Untuk mengetahui gambaran tentang penggunaan sarana yang
disediakan pada proyek konstruksi bangunan gedung.
D. Manfaat Kajian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi peneliti
lainnya yang akan meneliti tentang penerapan Keselamatan da
kesehatan Kerja (K3) dalam proyek konstruksi gedung.

Anda mungkin juga menyukai