Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS BREAK EVEN POINT

PADA PT. MURA KRISTAL SULAWESI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


dalam Rangka Penelitian untuk Menyusun Skripsi
pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

ANANDA PUTRI FACHRANI


1892042036

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal dengan judul


Analisis Break Even Point Pada PT. Mura Kristal Sulawesi
Yang disusun oleh Saudari :
1. Nama : Ananda Putri Fachrani
2. NIM : 1892042036
3. Program Studi : Pendidikan Akuntansi
Telah diperiksa dan dinyatakan disetujui untuk diajukan dalam Seminar
Proposal Penelitian Skripsi Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.

Makassar, 2023
Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Mukhammad Idrus, S.E.,M.Si.,Ak.,CA. Nurafiah,


S.E.,M.Si.,Ak.,CA
NIP 19700105 199702 1 002 NIP 19790703 201504 2 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi

M. Ridwan Tikollah, S.Pd., M.SA.


NIP 19751027 200003 1 001
PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT


PADA PT. MURA KRISTAL SULAWESI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia usaha dan dunia bisnis dewasa ini berkembang dengan sangat

pesat. Jumlah perusahaan pesaing yang semakin bertambah, barang substitusi

yang semakin beragam, metode pemasaran yang semakin berkembang

mendorong perusahaan untuk menciptakan strategi perusahaan yang lebih baik

untuk bertahan dan mengembangkan perusahaan. Perusahaan merupakan

organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai

beberapa tujuan strategis yang telah direncanakan. Beberapa tujuan strategis

perusahaan yang ingin dicapai diantaranya, mendapatkan laba atau keuntungan,

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan serta mengembangkan

perusahaan. Pencapaian tujuan serta-cita cita perusahaan tergantung dari

keputusan-keputusan strategis yang ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan

berdasarkan pengamatan dan research terlebih dahulu (Winowoda, Salendu,

Manese & Umboh., 2019).

Suatu perusahaan didirikan dengan berbagai tujuan, diantaranya untuk

kelangsungan hidup, tujuan pengembangan, mendapatkan laba atau keuntungan

dan lain sebagainya. Pada umumnya tujuan utama pendirian suatu perusahaan

yakni untuk mendapatkan serta meningkatkan keuntungan. Agar dapat

menghasilkan perencanaan strategis dalam mencapai tujuan perusahaan dan

1
2

meningkatkan laba perusahaan serta menghadapi perubahan-perubahan yang

mungkin terjadi atas biaya yang dikeluarkan, volume penjualan, serta harga jual

produk, maka manajemen perusahaan membutuhkan informasi-informasi yang

dapat dijadikan sebagai acuan untuk menilai beberapa kemungkinan yang dapat

terjadi. Untuk menyukseskan tugas manajemen tersebut, dibutuhkan suatu teknik

analisis untuk menilai hubungan antara volume penjualan, harga dan biaya dalam

perencanaan laba perusahaan (Winowoda dkk., 2019).

Pembangunan ekonomi rasial memungkinkan penduduk berkesempatan

untuk membentuk ekonomi mereka agar lebih sesuai dengan usaha mereka saat

ini. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk memberikan informasi

mengenai hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, volume penjualan, dan

laba adalah analisis Break Even Point (BEP). Analisis Break Even Point

merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk

mendapatkan informasi lengkap mengenai biaya, jumlah produksi minimal,

harga serta volume penjualan yang sangat penting bagi manajemen perusahaan

dalam mengambil keputusan dalam menentukan langkah-langkah strategis yang

dapat dilakukan untuk mendapatkan dan meningkatkan laba serta cita-cita

perusahaan lainnya (Nadhiroh, Nur & Wiji Utami., 2022). Analisis ini adalah

metode terbaik untuk menentukan berapa banyak uang yang dapat diinvestasikan

sehingga bisnis tidak gagal tetapi juga tidak terlibat dalam aktivitas ilegal.

Pada Break Even Point (BEP), sebuah bisnis tidak lagi menghasilkan

keuntungan atau kehilangan uang dalam operasinya. Bukti lain menunjukkan

bahwa pendapatan dan pengeluaran perusahaan kira-kira sama, membuat laporan


3

laba rugi menjadi angka yang tidak berarti (laba perusahaan = nol) (Manono,

Ruauw, & Tarore., 2021). Tujuan dari analisis Break Even Point (BEP) adalah

untuk memahami hubungan antara volume transaksi dan profitabilitas.

Terobosan bersih akan terjadi jika volume transaksi melebihi jumlah mata uang

dasar yang digunakan untuk menyelesaikannya, sedangkan perusahaan akan

mengalami kerugian pendapatan jika volume transaksi hanya cukup untuk

menghabiskan mata uang dasar, seperti yang terlihat di bawah impas titik

( Manuho, Makalare, Mamangkey, & Budiarso., 2021).

Selain itu, analisis BEP menurut Afrianto (2022) yang bermakna

membantu manajemen dalam merumuskan dan mengartikulasikan kesimpulan.

Tujuan dari analisis Break Even Point adalah untuk memahami ambang aktivitas

di mana jumlah total biaya variabel dan konstan serta keuntungan dari aktivitas

tersebut adalah sama. Jika bisnis hanya memiliki biaya variabel satu kali, tidak

akan ada masalah dengan Break Even Point dalam bisnis tersebut. Masalah

Break Even Point akan muncul jika bisnis memiliki biaya variabel dan konstan.

Besarnya variabel biaya secara keseluruhan akan berubah-ubah sesuai dengan

perubahan volume produksi, tetap secara keseluruhan biaya tetap tidak

mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Bahan

mentah, upah tukang langsung (tenaga kerja langsung), dan komisi penjualan

adalah tiga pengeluaran yang dulunya dapat dikualifikasikan sebagai "variabel

golongan biaya". Namun, saat ini, "golongan biaya tetap" merujuk pada depresi

aktif. Seharusnya tidak ada masalah dengan Break even point dalam bisnis ini.

Masalah Break even point akan muncul jika bisnis memiliki biaya variabel dan
4

konstan.

REVISI : + DATA AWAL BENTUK TABEL

Menurut Kusumawardani & Alamsyah, (2020) biaya secara keseluruhan

akan bergeser secara proporsional dengan perubahan output produksi, tetapi

ukuran masing-masing komponen akan tetap konstan. Biaya variabel biasanya

mencakup hal-hal seperti bahan baku, tarif tenaga kerja per jam, dan komisi

penjualan, sedangkan biaya tetap biasanya mencakup hal-hal seperti sewa,

utilitas, dan penyusutan aset tetap. Jangan membuat masalah dengan Break Even

Point perusahaan. Masalah Break Even Point akan memburuk untuk bisnis apa

pun dengan biaya variabel dan tetap. Biaya secara keseluruhan akan bergeser

secara proporsional dengan perubahan output, tetapi secara keseluruhan tidak

akan berubah ketika volume produksi bergeser.

Biaya yang cenderung berfluktuasi dengan perubahan volume produksi

meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan komisi penjualan, sedangkan

biaya tetap seperti depresiasi dan overhead tetap seperti sewa dan utilitas tetap

stabil terlepas dari fluktuasi volume output. Biaya variabel sering mencakup hal-

hal seperti bahan mentah, tarif tenaga kerja per jam, dan komisi penjualan,

sedangkan biaya tetap biasanya mencakup hal-hal seperti sewa, utilitas, dan

penyusutan. Tak satu pun dari kelompok biaya ini berubah secara signifikan

ketika volume produksi berubah. Biaya variabel biasanya mencakup hal-hal

seperti bahan baku, tarif tenaga kerja per jam, dan komisi penjualan, sedangkan

biaya tetap biasanya mencakup hal-hal seperti sewa, utilitas, dan penyusutan aset

tetap.
5

Menurut Retnaning (2020) analisis BEP yang kuat ketika sejumlah asumsi

utama dibuat. Masih banyak asumsi yang tidak bisa dibuktikan di dunia nyata.

Namun, terlepas dari validitas asumsi yang mendasarinya, penggunaan analisis

BEP sebagai alat untuk menghasilkan argumen keputusan hanya membutuhkan

satu penyesuaian sebelum dapat dipraktikkan. Keuntungan utama analisis BEP

adalah membantu Anda menentukan titik keluar optimal dari bisnis tertentu.

Untuk menjaga agar bisnis tetap bertahan dan menghindari kerugian finansial,

manajemen harus mengetahui berapa banyak unit yang perlu diproduksi atau

dijual. Menurut data, hanya satu jenis produk yang diproduksi atau dijual dalam

analisis BEP lainnya. Dengan asumsi lebih dari satu produk dijual sekaligus,

bauran penjualan akan tetap relatif konstan. Sulit untuk melakukan analisis BEP

mengingat fakta bahwa banyak bisnis memproduksi banyak barang untuk

menaikkan tarif harian mereka sendiri, dengan asumsi bahwa situasi saat ini

akurat. Hipotesis lain termasuk harga tetap per unit barang yang dapat

dipertukarkan, jumlah barang yang dapat dipertukarkan yang terjual, atau harga

tetap yang tidak banyak berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Menurut Priskila Manuho (2021) Perhitungan Break Even Point (BEP)

dapat dilakukan dengan menggunakan metode konteks, metode kontribusi

margin, dan metode grafik. Ini adalah trio teknik yang, bila digunakan,

menghasilkan hasil yang identik. Analisis Break Even Point (BEP) dilakukan,

dan tidak hanya mencakup keuntungan tetapi juga kerugian. Berbeda dengan itu,

Samanoi Halowo Fau (2022) Secara khusus, ia mencatat bahwa kontribusi Holly

Kadoz Niasindo adalah analisis biaya operasi yang terkait dengan jadwal
6

produksi. Jumlah emigrasi bulanan sedikit berfluktuasi, sehingga sulit untuk

memprediksi apakah akan tinggi atau rendah pada bulan itu. Fluktuasi

permintaan cangkir kadoz ini adalah akar penyebab pergeseran volume produksi,

yang dapat menyebabkan kenaikan biaya bisnis tetap dan variabel.

Tabel 1.1. Perkembangan Penjualan dan Laba PT. Mura Kristal Sulawesi 2020-

2022

T Penjual Biaya Laba Prof

a an it

h Mar

u gin

2 Rp Rp Rp 6%

0 579.000 542.67 36.324.894

2 .000 5.106

2 Rp Rp Rp 10%

0 778.500. 696.76 81.737.754

000 2.246
2

2 Rp Rp Rp 13%

0 1.078.00 937.63 140.368.65

0.000 1.346 4
2

2
7

Berdasarkan dari tabel 1.1. dapat diketahui bahwa tingkat penjualan pada

Meubel Toha Malang pada tahun 2020 – 2022 mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Peningkatan ini disebabkan jumlah biayabiaya yang dikeluarkan dan

laba yang diperoleh PT. Mura Kristal Sulawesi pada tahun 2020 – 2022 terjadi

peningkatan.

Menurut Gestia Ananda (2019) mengakui bahwa penelitian akan

memasukkan Break Even Point sebagai alat untuk menghitung biaya

lab, dan ini akan mengungkapkan bahwa biaya tetap dan variabel yang

dihadapi setiap bisnis saat mengglobal relatif kecil. Menurut Nur

Mawati Mambuhu (2018) Dapusnya Tidak Ada, Break Even Point

Setiap jenis produk atau jasa telah mencapai Break Even Point dalam

satu unit, sedangkan Break Even Point terbesar yang mungkin untuk

sebuah laboratorium telah dicapai dengan satu rupee, atau mata uang

yang setara.

Salah satu perusahaan yang berada di Makassar yang beralamat

di Bodoa, Jl. Teuku Umar Raya No. 294–296 di Kec. Tallo, Kota

Makassar, Sulawesi Selatan 90211 adalah PT. Mura Kristal Sulawesi.

PT. Mura Kristal Sulawesi merupakan usaha yang fokus pada

manufaktur dengan memproduksi mineral air dalam kemasan. Kegiatan

operasional perusahaan, strategi produksi serta upaya mendapatkan

keuntungan, manajerial perusahaan belum mampu menentukan strategi

terbaik yang terlihat dari pemasaran produk yang belum berkembang.


8

Hal ini disebabkan oleh karena belum adanya alat analisis yang tepat

yang digunakan perusahaan dalam menentukan harga pokok penjualan,

analisis terhadap Break Even Point perusahaan, target pencapaian

penjualan agar dapat menghasilkan keuntungan serta tidak adanya alat

analisis yang dapat digunakan dalam melakukan perencanaan perolehan

laba perusahaan sehingga penjualan perusahaan tidak dapat dilakukan

dengan efektif dan efisien serta tidak mampu memperluas pasar yang

mengakibatkan laba yang diperoleh tidak dapat ditingkatkan

Berdasarkan dari latar belakang yang diuraikan oleh peneliti,

maka diangkatlah judul “Analisis Break Even Point (BEP) Pada PT.

Mura Kristal Sulawesi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah

penelitian ini yaitu “apakah produksi es kristal telah mencapai Break

Even Point pada PT. Mura Kristal Sulawesi?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis produksi es kristal dalam mencapai Break Even Point Pada PT.

Mura Kristal Sulawesi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

wawasan tentang Break Even Point.


9

2. Manfaat Kebijakan Bagi Pemerintah

Sebagai hasil dari penelitian ini, diharapkan sumbangan pemikiran dan bahan

bangunan yang dapat digunakan, khususnya dalam bidang pembangunan PT.

Mura Kristal Sulawesi.

3. Manfaat Kebijakan Bagi Perusahaan

Diharapkan temuan studi ini akan menjadi sumber informasi dan katalis untuk

untuk penelitian lebih lanjut dalam proses mengembangkan solusi yang

diusulkan.

4. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam desain penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini, disusun sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN : Bagian ini berisi latar belakang masalah,

permasalahan, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta

sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA : Bagian ini berisi gambaran Pengadilan Negeri

Semarang dan deskripsi antrian.

III. METODE PENELITIAN : Bagian ini menjelaskan variabel penelitian,

metode pengumpulan data, waktu dan tempat penelitian, dan prosedur

analisis data.

IV. JADWAL PENELITIAN

V. DAFTAR PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Akuntansi

1. Agency Theory

Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan yang

memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan

terhadap konflik keagenan (Jensen and Mackling, 1976) dalam

(Emanauli, Sari, FP, & Oktaria., 2021). Pada model keagenan

dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak yaitu

manajemen dan pemilik. Selanjutnya, manajemen dan pemilik

melakukan kesepakatan (kontrak) kerja untuk mencapai manfaat

(utilitas) yang diharapkan. Lambert (2001) dalam (Emanauli, Sari,

FP, & Oktaria., 2021) menyatakan bahwa dalam kesepakatan

tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas pemilik

(principal), dan dapat memuaskan serta menjamin manajemen

(agent) untuk menerima reward. Manfaat yang diterima oleh kedua

belah pihak didasarkan pada kinerja perusahaan. Pada umumnya,

kinerja perusahaan diukur dari profitabilitas (Penman, 2003) dalam

(Emanauli, Sari, FP, & Oktaria., 2021). Besarnya profitabilitas,

selanjutnya diinformasikan oleh manajemen kepada pihak pemilik

melalui penyajian laporan keuangan.

B. Pengertian Break Even Point (BEP)

Banyak orang memiliki gagasan berbeda tentang Break Even Point, namun

mereka semua berbagi prinsip dasar yang sama. Menurut (Emanauli, Sari, FP, &

10
11

Oktaria., 2021) “Break Even Point” adalah suatu titik dalam operasi perusahaan

ketika berhenti menggunakan tenaga kerja dan berhenti membayar karyawannya

(Penghasilan = Total biaya).

Menurut Manuho dkk,. (2021) “Jika pendapatan perusahaan sama dengan

pengeluarannya, atau jika kontribusi keuntungannya hanya dapat digunakan

untuk sementara mengimbangi biayanya, maka telah ditentukan melalui analisis

bahwa perusahaan tersebut bangkrut.”

Tetapi analisis pasar yang komprehensif dapat memberi tahu pemilik bisnis

berapa banyak permintaan untuk produk dan layanan tertentu dan seberapa besar

kemungkinan mereka akan mengalami kerugian sebanding dengan tingkat

permintaan yang mereka hasilkan.

Berdasarkan analisis ini, sebuah bisnis mencapai Break Even Point ketika

pengeluarannya sama dengan pendapatannya selama satu periode kerja, artinya

tidak mengalami kerugian. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa

Break Even Point adalah perbandingan antara volume penjualan dengan biaya-

biaya dan jumlah laba yang akan direalisasikan dalam siklus penjualan saat ini.

Akibatnya, jenis penelitian ini sering disebut sebagai analisis biaya-manfaat atau

sekadar volume lama. Selain itu, analisis Break Even Point dapat digunakan

untuk menentukan apakah suatu bisnis telah mencapai kematangan atau baru

memulai proses perencanaan.

Menurut Utami & Adita (2019) Titik di mana bisnis berhenti kehilangan

uang dan mulai menghasilkan uang lagi (pendapatan total sama dengan

pengeluaran total) disebut Break Even Point atau titik tanpa pengembalian.
12

Analisis Break Even Point yang paling penting untuk diketahui oleh manajer

bisnis sebelum memasuki negosiasi keuangan terlihat seperti ini :

a. Berusaha keras untuk mempertahankan jumlah minimum yang harus

diproduksi untuk mencegah kegagalan bisnis.

b. Jumlah transaksi yang harus diselesaikan untuk menerima hasil lab yang

relevan.

c. Penetapan beberapa jauhkan penurunan penjualan dapat ditolerir agar usaha

tidak merugikan.

C. Tujuan Break Even Point (BEP)

Banyak hasil positif yang dapat dicapai dengan memasukkan analisis Break

Even Point ke dalam operasi perusahaan. Di bidang keuangan, hukum, dan

manufaktur, analisis Break Even Point biasanya digunakan sebagai alat untuk

menentukan titik keputusan penting. Menurut informasi latar belakang, ada

beberapa manfaat bagi manajer ketika mengungkapkan laba setelah memahami

analisis Break Even Point. Seorang manajer, yang dipersenjatai dengan data ini,

dapat, misalnya, mengurangi pemborosan, memaksimalkan keuntungan, dan

menetapkan target yang tepat untuk karyawan.

Menurut Garrison (2013) Analisis Break Even Point memiliki

beberapa hasil yang diinginkan, termasuk namun tidak terbatas pada

hal-hal sebagai berikut :

a. Mendesain spesifikasi produk

b. Penetapan harga jual persatuan

c. Menentukan harga jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak


13

mengalami kerugian

d. Memaksimalkan jumlah produksi

e. Merencanakan laba yang diinginkan

Setiap kali suatu produk diproduksi, anggota tim manajemen bertanggung

jawab untuk menyebarkan setiap dan semua informasi mengenai biaya dan harga

ke seluruh tim. Sebelum menyelesaikan spesifikasi produk, analisis Break Even

Point dapat membantu Anda membandingkan biaya dan harga beberapa desain.

Dalam hal ini, pembayaran premi tidak sebanding dengan harga yang

dibayarkan. Dengan menghitung Break Even Point, Anda akan memiliki gagasan

yang lebih baik tentang cara menggunakan produk.

Sangat penting bagi penjual untuk transparan tentang harga mereka kepada

calon pembeli. Kenaikan biaya diharapkan, dan harga saat ini mencerminkan

jenis bisnis yang menjual barang-barang khusus. Jika harga yang diminta tidak

realistis, bisnis tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian besar biaya

yang akan dikeluarkan. Selain itu, jika harga jual perusahaan di bawah nilai pasar

dan tidak sesuai dengan kualitas dan layanan pelanggan, penjualan tidak akan

dapat dimaksimalkan.

Menurut Sudarmiati & Anshory, (2018) Tujuan menetapkan jumlah pesanan

minimum untuk menghindari kerugian adalah untuk membantu bisnis

menentukan batas produksi yang aman sehubungan dengan kapasitas produksi

mereka sendiri dan biaya terkait.

D. Manfaat Break Even Point (BEP) Menurut Garrison (2013):

a. Analisis Break Even Point dan keputusan penambahan investasi.


14

Hasil analisis Break Even Point, yang mencakup data tentang hubungan antara

harga, volume, dan intensitas tenaga kerja, juga dapat membantu manajemen

dalam memecahkan masalah lainnya. Misalnya, masalah dengan belanja

modal dalam aktivitas, ekspansi, atau fasilitas pemotongan biaya di pabrik

tertentu.

b. Analisis Break Even Point dan keputusan menutup usaha.

Aplikasi lain untuk analisis Break Even Point dalam manajemen adalah untuk

membantu menentukan apakah ide yang diberikan bermanfaat (dapat

memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dilarang).

Oleh karena itu, sangat jelas bahwa analisis Break Even Point memiliki nilai

lebih dari sekadar memberikan informasi tentang hubungan antara harga,

volume, dan laba. Manajemen dapat menggunakan data ini untuk mempelajari

potensi masalah seperti penurunan investasi atau bahkan bahaya bisnis.

E. Perhitungan Break Even Point (BEP)

Dalam Menghitung Break Even Point Dengan menggunakan

Pendekatan Matematis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

(Garrison, 2013) :

a. Satuan Atas Dasar

Setiap produk atau barang yang dijual memiliki margin keuntungan dengan

ukuran yang sama, sehingga hasil dari setiap penjualan dapat digunakan untuk

menutupi biaya tetap atau upah. Untuk menentukan jumlah unit produk yang

harus dijual sebelum perusahaan mulai mengalami kerugian atau berhenti

menghasilkan uang, Break Even Point dihitung dengan mengalokasikan biaya


15

tetap ke margin per unit produk. Menurut Garrison (2013) menghitung Break

Even Point dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

FC
BEP=
P−VC

di mana :

BEP : Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

FC : Biaya tetap

P : Harga jual per satuan

VC : Biaya variabel per unit

P-VC : Kontribusi margin per unit

b. Rupiah Atas Dasar

Dengan asumsi bahwa biaya tetap perusahaan adalah nol, dan pendapatan

marjinal perusahaan sebanding dengan biaya tetapnya, maka target penjualan

(dalam rupiah) akan ditentukan (Break Even Point). Menurut Garrison (2013),

Break Even Point pada basis rupiah dapat dicapai dengan menggunakan rumus

berikut :

FC
BEP=
VC
1−
S

di mana :

BEP : Nilai penjualan produk dalam Rupiah

FC : Biaya tetap

VC : Biaya variabel

S : Penerimaan total
16

VC
1− : Kontribusi rasio margin
S

F. Analisis Break Even Point (BEP)

Break Even Point atau juga disiasati dengan nama titik pulang

pokok dapat disebutkan sebagai satu keadaan di mana perusahaan

operasi tidak terlibat dalam pekerjaan laba atau kerusakan produk

(total penghasilan total biaya).

Analisis gabungan Break Even Point dan Biaya-Per-Unit-of-

Output dilakukan. Analisis Break Even Point yang paling penting

bagi bisnis untuk menghadapi tantangan keuangan adalah sebagai

berikut (Badirika, 2012):

1. Berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan jumlah minimum

yang harus diproduksi untuk mencegah kegagalan bisnis.

2. Jumlah transaksi yang harus diselesaikan untuk mendapatkan hasil

laboratorium yang bermanfaat.

3. Ketiga, beberapa penjualan kecil yang jauh dapat ditoleransi untuk

mencegah bisnis yang gagal.

Titik impas (Break Even Point) ditentukan oleh jumlah unit

produksi yang harus dijual untuk menutupi semua biaya terkait

untuk menghasilkan produk yang bersangkutan.

Break Even Point adalah titik hipotesis di mana bisnis berhenti

menghasilkan keuntungan dan sebaliknya berhenti mengalami

kerugian setelah melepaskan batasan laba dan rugi untuk jangka


17

waktu tertentu (Badirika, 2012). REVISI : Kutipan Teori Harus

Dari Buku Bukan Dari Jurnal Penelitian.

Menurut Sudarmiati & Anshori, (2018) “Break Even Point

keadaan di mana suatu perusahaan tidak mengalami kerugian modal

maupun pendapatan; dengan kata lain, semua biaya yang terkait

dengan proses produksi dihilangkan dengan penetapan harga yang

efektif. Jumlah total semua biaya (baik tetap maupun variabel) yang

dibayarkan adalah sama dengan jumlah tersebut, sehingga tidak ada

uang yang hilang karena kelebihan atau kekurangan pembayaran.”

Menurut Utami & Adita, (2019) “Break Even Point adalah

pendapatan minimum yang diperlukan untuk menutupi biaya

operasional secara penuh; dalam hal ini Break Even Point terletak

sebelum bunga dan dividen serta sejajar dengan garis impas (0).

Langkah pertama dalam menentukan Break Even Point adalah

mengubah beban usaha dan harga jual (HPP) menjadi biaya tetap

dan variabel. Berbeda dengan jenis insentif lainnya, bonus Tetap

dihitung berdasarkan lamanya waktu daripada jumlah total transaksi

dan biasanya diterapkan sesuai dengan rute yang diambil, seperti

saat menyewa mobil atau perahu. Berbeda dengan biaya tetap, biaya

variabel seperti tab batang hanya berfluktuasi pada setiap transaksi.”

G. Asumsi dan Keterbatasan Analisis Break Even Point

Seperti yang telah dikatakan, salah satu kelemahan terbesar dari

analisis Break Even Point menurut Emanauli dkk, (2021) adalah


18

kenyataan bahwa hal itu bergantung pada sejumlah asumsi yang

mungkin tidak berlaku dalam praktiknya. Namun, beberapa asumsi

harus dibuat jika kita ingin melakukan analisis ini dengan benar.

Dengan demikian, dengan menggunakan asumsi tersebut, analisis

Break Even Point dapat diselesaikan secara efisien dan tepat. Kami

hanya membuat asumsi, dan asumsi itu selalu lemah dan

konsekuensinya seringkali keras. Pembicara meyakinkan pendengar

bahwa asumsi ini masih dibuat, dan ini adalah satu-satunya

pertimbangan terpenting saat menggunakan analisis Break Even

Point.

Menurut Ananda & Hamidi, (2019) Setiap asumsi dan analisis

kritis terhadap Break Even Point adalah sebagai berikut.

1. Biaya

Dua jenis biaya tetap dan variabel digunakan dalam analisis Break Even Point.

Oleh karena itu, perlu menyeimbangkan komponen uang tetap dan variabel

dengan benar. Selain di sisi itu, Arti juga melakukannya di sisi lain. Karena

kedua pembayaran adalah variabel senior dan konstan, biasanya sulit untuk

mengkoordinasikannya.

Pengeluaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, keduanya analog dengan

pendekatan analitik: satu per satu harus memeriksa pengeluaran yang ada, dan

potensi pengeluaran satu per satu, untuk menentukan apakah termasuk dalam

total atau tidak. Dimungkinkan untuk melakukan resampling historis dengan

menyesuaikan proporsi pembayaran tetap dan variabel dengan periode


19

iluminasi lampu.

2. Biaya Tetap

Namun demikian, pengeluaran adalah jenis yang tidak berubah secara umum,

meskipun volume produksi dan/atau kenaikan harga dapat terjadi. Artinya,

meskipun biaya tetap konstan hingga kapasitas tertentu, di luar titik itu biaya

berubah dalam bentuk barang untuk kapasitas yang lebih besar, biasanya

kapasitas produksi. Gaji, biaya berkelanjutan seperti sewa atau utilitas, dan

biaya tetap seperti asuransi dan pajak adalah contoh biaya tetap.

3. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang mencakup semua yang berubah sebagai respons

terhadap perubahan volume produksi atau harga jual. Ini, mungkin, berarti

bahwa pembayaran variabel Anda akan berfluktuasi seiring dengan perubahan

jumlah barang yang Anda produksi untuk dijual. Keadaan ini jarang terjadi

dalam praktek karena banyak sekali unit yang dibeli atau dikenal dengan

istilah potongan-potongan, baik untuk dijual kembali maupun untuk

didistribusikan oleh perusahaan. Contoh berbagai harga antara lain biaya

berbagai bahan baku, biaya penempatan tukang langsung, dan berbagai

persyaratan pengajuan penawaran harga yang bervariasi.

4. Harga Jual

Dalam analisis ini, "harga jual utama" hanya mengacu pada harga jual produk saat

ini yang secara aktif dijual, diproduksi, atau diperdagangkan.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual

Ditegaskan bahwa harga masing-masing produk akan tetap stabil selama masa
20

studi. Hal ini sesuai dengan situasi saat ini, di mana harga produk tertentu

dapat berubah sebagai respons terhadap faktor biaya lainnya, baik yang terkait

langsung maupun tidak.

H. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Priskila Manuho (2021)

dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Break Even Point

(BEP), Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai pengertian, kegunaan, tujuan, keterbatasan,

dan metode perhitungan Break Even Point Analysis (BEP). Teknik

pengumpulan yang digunakan adalah kajian online, yaitu dengan

mengambil referensi dari internet.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa buku-

buku yang berkaitan dengan pembahasan, of kursus, buku/materi di

internet. Analisis data menggunakan metode deskriptif yaitu to

menggambarkan hasil penelitian dan kemudian menarik kesimpulan.

Perhitungan Break Even Point (BEP) dapat dilakukan dengan

metode persamaan, metode margin kontribusi, dan metode grafis. Itu

tiga metode bila digunakan menghasilkan angka yang sama. Analisis

Break Even Point (BEP), di latihan, selain mengandung manfaat

tetapi juga mengandung kelemahan.

Persamaan dari kedua penelitian ini adalah peneliti sama-sama

menggunakan data primer dan data sekunder dan dengan analisis

perhitungan yang sama, perbedaan penelitian ini terletak pada objek


21

penelitian.

Samanoi Halowo Fau (2022) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Break Even Point Pada PT. Holly Kadoz Niasindo Subjek

dalam penelitian ini adalah PT. Holly Kadoz Niasindo. Sebaliknya,

penelitian ini berfokus pada PT. Laporan keuangan Holly Kadoz

Niasindo, yang merinci biaya dan output selama beberapa tahun

produksi. Jumlah emigrasi bulanan sedikit berfluktuasi, sehingga

sulit untuk memprediksi apakah akan tinggi atau rendah pada bulan

itu. Variasi volume produksi tersebut disebabkan oleh penyesuaian

total permintaan cangkir kadoz yang dapat meningkatkan biaya

usaha baik tetap maupun variabel. Dalam studi ini, Break Even Point

dihitung melalui analisis dengan menggunakan total kurang lebih

11.934 cangkir kadoz atau Rp 214.815.000. Sebesar dua milyar,

empat ratus juta, sepuluh juta, lima ratus juta rupiah. Volume

produksi menentukan alokasi laba. Riset saat ini menunjukkan

bahwa selama 12 bulan, total produksi cangkir kadoz sekitar

180.000 (Seratus delapan puluh ribu) dus atau Rp. 3.240.000.000.

Biaya lab berfluktuasi setiap bulan, memungkinkan analisis lab

rata-rata dilakukan bahkan dengan anggaran tahunan kecil sebesar

Rp. 278.500.000. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah peneliti

sama-sama menggunakan data primer dan data sekunder dan dengan

analisis perhitungan yang sama, perbedaan penelitian ini terletak

pada objek penelitian.


22

Gestia Ananda (2019) dalam penelitiannya tentang Analisis

Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Perusahaan

Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 10 perusahaan dari total 18 perusahaan makanan dan

minuman. subsektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan memiliki laporan keuangan lengkap yang telah dirilis

ke publik mulai tahun 2014. Pendataan dilakukan dengan

menggunakan kurs mata uang antusias yang diperoleh secara online

di www.idx.co.id. Metode analisis data yang digunakan adalah

metode statistik murni. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa

analisis Break Even Point akan digunakan dalam penelitian ini

sebagai alat laboratorium untuk analisis. Persamaan dari kedua

penelitian ini adalah peneliti sama-sama menggunakan data primer

dan data sekunder dan dengan analisis perhitungan yang sama,

perbedaan penelitian ini terletak pada objek penelitian.

REVISI : Urutan (Nama Belakang, Tahun Penelitian,

Tujuan Penelitian, Sampel, Isi, Persamaan & Perbedaan dengan

Penelitian Terdahulu) penelitian terdahulunya sertakan di

dapus

I. Kerangka Pikir

Sebagai hasil dari analisis, akan memungkinkan untuk

menentukan keadaan operasi perusahaan setelah mencapai Break


23

Even Point untuk setiap periode yang dievaluasi serta

sensitivitasnya, memungkinkan pemegang saham perusahaan untuk

mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang aktivitas di masa

depan, terutama yang terkait dengan memaksimalkan keuntungan.

Selain itu, hasil analisis diharapkan dapat bermanfaat dalam

memberikan informasi atau panduan kepada manajemen bisnis

untuk mengatasi setiap masalah yang mungkin timbul

Teori Agensi

Perencaaan

Harga Produk Metode Break Even Point


1. Volume Penjualan 2. Biaya
Tetap 3. Biaya Variabel

Target Laba
REVISI : Kerangka Pikirnya Diganti Berdasarkan

Dari Teori

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir


III. METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah Break Even Point (BEP). “Break Even Point”

adalah suatu titik dalam operasi perusahaan ketika berhenti menggunakan tenaga

kerja dan berhenti membayar karyawannya (Penghasilan = Total biaya).

Dalam Menghitung Break Even Point Dengan menggunakan Pendekatan

Matematis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Garrison, 2013) :

a. Satuan Atas Dasar

Setiap produk atau barang yang dijual memiliki margin keuntungan dengan

ukuran yang sama, sehingga hasil dari setiap penjualan dapat digunakan

untuk menutupi biaya tetap atau upah. Menurut Garrison (2013)

menghitung Break Even Point dapat dilakukan dengan menggunakan

FC
rumus sebagai berikut: BEP=
P−VC

di mana :

BEP : Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

FC : Biaya tetap

P : Harga jual per satuan

VC : Biaya variabel per unit

P-VC : Kontribusi margin per unit

b. Rupiah Atas Dasar

Dengan asumsi bahwa biaya tetap perusahaan adalah nol, dan pendapatan

marjinal perusahaan sebanding dengan biaya tetapnya, maka target

penjualan (dalam rupiah) akan ditentukan (Break Even Point). Menurut

24
25

Garrison (2013), Break Even Point pada basis rupiah dapat dicapai dengan

menggunakan rumus berikut :

FC
BEP=
VC
1−
S

di mana :

BEP : Nilai penjualan produk dalam Rupiah

FC : Biaya tetap

VC : Biaya variabel

S : Penerimaan total

1-VC/S : Kontribusi rasio margin

REVISI : Kata dosenku ini proposalmu variabel penelitiannya variabel

tunggal jadi menyesuaikan dari teori (stakeholder/legitimasi/agensi)

salah satu teori yang cocok

B. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu

penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statisik.

penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan

(Ananda & Hamidi, 2019). Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui

pendapatan PT. Mura Kristal Sulawesi dengan menggunakan metode Break

Even Point. REVISI : Buatkan Gambar Desain Penelitiannya

Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan yang


memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan
rentan terhadap konflik keagenan (Jensen and
Mackling, 1976) dalam (Emanauli, Sari, FP, & Oktaria.,
2021).
untuk menghadapi tantangan keuangan adalah sebagai
berikut (Badirika, 2012):
Berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan
jumlah minimum yang harus diproduksi untuk mencegah
kegagalan bisnis.
26
Jumlah transaksi yang harus diselesaikan untuk mendapatkan
hasil laboratorium yang bermanfaat
Ketiga, beberapa penjualan kecil yang jauh dapat ditoleransi
untuk mencegah bisnis yang gagal.

Gambar 3.1 Model Penelitian

C. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

1. Tambahkan Definisi Operasional

Variabel penelitian ini adalah Break Even Point (BEP). “Break Even Point”

adalah suatu titik dalam operasi perusahaan ketika berhenti menggunakan

tenaga kerja dan berhenti membayar karyawannya (Penghasilan = Total

biaya).

2. Pengukuran Variabel

Adapun pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Break Even Point perhitungan

Seri Dapat digunakan untuk menggambarkan situasi dimana operasi

perusahaan tidak termasuk lab pekerjaan atau pengambilan karpet, atau

dengan kata lain, ketika keuntungan sama dengan biaya (TR = TC).
27

(Afrianto, 2022)

a. Perhitungan Break Even Point atas satuan dasar.

b. Perhitungan Break Even Point atas dasar penjualan dalam rupiah.

D. Subjek dan Fokus Penelitian

Subjek didalam penelitian ini adalah seseoarang reponden yang akan

memberikan informasi yang bersangkutan dengan penelitian ini. Subjek di

dalam penelitian ini dapat disebut juga dengan informan. Pemilihan subjek

penelitian menggunakan criterion-based selection (Muhadjir, 2000) yang

didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema

penelitian yang diajukan. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan divisi

keuangan sebagai subjek penelitan dikarenakan divisi keuangan merupakan

bagian yang diandalkan entitas bisnis untuk mengelola berbagai aset yang

dimiliki perusahaan.

Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif

sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan

mana yang tidak relevan (Moleong, 2010). Pembatasan dalam penelitian

kualitatif ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan/urgensi dari masalah

yang dihadapi dalam penelitian ini. Penelitian ini akan difokuskan pada

“Analisis Break Even Point (BEP) Pada PT. Mura Kristal Sulawesi” yang

objek utamanya merupakan PT. Mura Kristal Sulawesi.

REVISI : Kata Dosen Penelitianku tidak pake Populasi dan Sampel tapi

diganti pake subjek dan fokus penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data


28

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalahstudi

dokumentansi dan wawancara. Menurut Sanusi (2016:114), “Cara

dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari

berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan”. Peneliti

mengumpulkan semua datasekunder berupa laporan keuangan, catatan-

catatan, anggaran dasar, peraturan, dan dokumen lainnya yang berhubungan

dengan masalah penelitian yang terdapat pada PT. Mura Kristal Sulawesi.

Wawancara dilakukan denganmengajukan pertanyaan secara langsung kepada

bagian operasional dan bagiankeuangan dan akuntansi PT. Mura Kristal

Sulawesi untuk mendapatkaninformasi yang berhubungan dengan masalah

penelitian. REVISI : Perbaikan Teknik Pengumpulan Data

F. Metode Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik yang dikenal sebagai analisis

kuantitatif deskriptif dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian

menurut Kusumawardani & Alamsyah (2020) “ini adalah untuk

menganalisis satu contoh masalah untuk memberikan temuan

berguna yang sejalan dengan tujuan penelitian yang dinyatakan:

yaitu, untuk mempelajari berapa banyak uang yang harus dihasilkan

agar bisnis tetap stabil dan berjalan keluar tindakan yang dimaksud.”

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian untuk memperoleh data adalah PT. Mura

Kristal Sulawesi. Penelitian ini diperkirakan dalam jangka waktu kurang lebih

dua bulan.
29

H. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang terus menerus dan segera digali dari sumber data

oleh penyuntingan untuk tujuan tertentu (penyelidikan) (Manuho dkk,

2021). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara

dengan tanggapan dari pimpinan dan karyawan instansi pemerintah PT.

Mura Kristal Sulawesi.

2. Data Sekunder

Data deskriptif adalah informasi yang telah dikumpulkan dan diungkapkan

oleh orang-orang di luar lingkungan penelitian langsung. Data deskriptif

dikumpulkan dengan mencegat dan mentransfer data secara diam-diam

dari organisasi terkait penelitian. Informasi untuk bagian ini diambil dari

sumber yang disiapkan oleh PT. Mura Kristal Sulawesi dan organisasi

lainnya yang dianggap berguna untuk penelitian ini.

2023
No Kegiatan
FEB MAR APR MEI JUN JUL
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Pengumpulan dan Analisis Data

4 Penyusunan Laporan
5 Seminar Hasil Penelitian
6 Ujian Akhir
I. Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, R. (2022). Analisis Break Even Point Peternakan Ayam Ras Zoeya
Berkah di Kelurahan Nalu Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli. 3
(September), 89–95.

Ananda, G., & Hamidi, H. (2019). Analisis Break Even Point Sebagai Alat
Perencanaan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017.
Pengukuran : Jurnal Akuntansi, 13(1), 1.
https://doi.org/10.33373/mja.v13i1.1789

Emanauli, E., Sari, FP, & Oktaria, F. (2021). Analisis Break Even Point (Bep)
Pada Pabrik Teh Pt. Perkebunan Nusantara Vi Unit Usaha Kayu Aro. JAS
(Jurnal Agri Sains), 5(1), 24. https://doi.org/10.36355/jas.v5i1.516

Fatmawati, N., Agroteknologi, PS, & Point, BE (2022). Analisis Break Even Point
Usaha Pengajin Gula Merah. 01(01), 1–10.

Hidayat, HH (2021). Analisis Break Even Point (BEP) sebagai Dasar


Pengambilan Keputusan dalam Pemilihan Tungku pada UKM Keripik
Tempe. 21(2014), 58–64.

Kristianto, A., Nugroho, L., Ikhwanudin, MK, Christian, NDR, Pangestu, PDAP,
& Susanto, R. (2021). Analisis “Break Even Point (BEP)” Pada Kangen Café
di Masa Pandemi. Seminar Nasional Dan Call For Paper, 1–9.

Kusumawardani, A., & Alamsyah, MI (2020). Analisis Perhitungan Bep (Break


Even Point) Dan Margin of Safety Dalam Perawatan Harga Jual Pada Usaha
Kecil Menengah. Jurnal Ilmu Keuangan Dan Perbankan (JIKA), 9(2), 117–
130. https://doi.org/10.34010/jika.v9i2.2911

Manono, R. . ., Ruauw, E. . ., & Tarore, MLG (2021). Analisis Break Even Point
(Bep) Usahatani Tomat Di Desa Taraitak I Kecamatan Langowan Kabupaten
Minahasa (Analisis Break Even Point (Bep) Usaha Tani Tomat Di Desa
Taraitak I Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa). Agri-Sosioekonomi,
17(1), 85. https://doi.org/10.35791/agrsosek.17.1.2021.32264

Manuho, P., Makalare, Z., Mamangkey, T., & Budiarso, NS (2021). Analisis
Break Even Point (Bep). Jurnal Ipteks Akuntansi Bagi Masyarakat, 5(1), 21.
https://doi.org/10.32400/jiam.5.1.2021.34692

Nadhiroh, A., M. Nur, K., & Wiji Utami, S. (2022). Analisis Break Even Point
Sebagai Perencanaan Laba Pada Ud. Makanan Sivia. Jurnal Javanica, 1(1),
56–67. https://doi.org/10.57203/javanica.v1i1.2022.56-67

Noviani, R., & Santoso, A. (2021). Analisis Break Even Point dan SWOT Pada

30
31

Usaha Wedang Warok. ISOQUANT : Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan


Akuntansi, 5(1), 68. https://doi.org/10.24269/iso.v5i1.644

Retnaning, RT (2020). Analisis Kelayakan Usaha Menggunakan Metode Istirahat.


Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri), 3(1), 84–87.

Sudarismiati, A., & Anshory, Z. (2018). Analisis Break Even Point (Bep) Sebagai
Alat Perencanaan Laba Pada Ud. Dapur Sehati Desa Semiring Kabupaten
Situbondo. Ekonomi Dan Bisnis, 16(2), 92–105.
https://ejournal.uksw.edu/jeb

Suparji. (2021). Analisis Break Even Point Biaya Pendidikan Di Pascasarjana


Suparji. 73(1), 99–107.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV


Alfabeta.

Utami, NS, & Adita, MD (2019). Pengenalan Analisis Break Even Point (Bep)
Sebagai Bekal Bagi Mahasiswa Ilmu Dan Teknologi Pangan Dalam
Menumbuhkan Jiwa Wirausaha. Randang Tana : Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 2(1), 1–88.
http://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jrt/article/view/282%0Ahttps://
jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jrt/article/download/282/202

Wahyuni, RD, Yulinda, E., & Bathara, L. (2020). ANALISIS BREAK EVEN
POINT DAN RISIKO USAHA PEMBESARAN IKAN NILA ( Oreochromis
niloticus ) DALAM KERAMBA JARING APUNG ( KJA ) DI DESA
PULAU TERAP Abstrak : Abstrak : Jurnal Sosial Ekonomi Pesisir, 1(1), 22–
33.

Winowoda, B., Salendu, AH., Manese, MA., & Umboh, SJ . (2019). Analisis
Break Even Point Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur “Ud. Tetey Permai”
Di Kecamatan Dimembe. Zootec, 40(1), 30.
https://doi.org/10.35792/zot.40.1.2020.26753

Mambuhu, Nurmawati dan Yundari Mangendre. 2018. Sistem Informasi


Akuntansi Dana Desa Desa Kampangar Kecamatan Balantak Utara
Kabupaten Banggai. Sulawesi Tengah: Jurnal Ilmiah Manajemen Vol.2 N0.2

Badirika, Hajarian. 2012. Analisis Break Even Point Pada PT. Intraco Penta Tbk.
Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Garrison, Ray H, Norren, Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba


Empat.

Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta:


Rake Sarasin.
32

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Anwar, Sanusi. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Keenam. Jakarta:


Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai