2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................2
BAB 1.......................................................................................5
PENERAPAN K3 (KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA).............5
A. Kesehatan Keselamatan Kerja.........................................5
B. Pengertian Bahaya dan Faktor Faktor...........................11
C. Lambang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................13
D. Fungsi Keselamatan dan Kesehatan kerja.....................14
E. 5 Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3...................16
BAB 2.....................................................................................25
BAHAYA KEBAKARAN............................................................25
A. Pengertian Bahaya Kebakaran......................................25
B. UU Proteksi Kebakaran dan Peraturan Pemerintah......27
C. Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran......................30
D. Proses Terjadinya Kebakaran........................................31
E. Penyebab kebakaran.....................................................33
BAB 3.....................................................................................43
FIRE RISK ASESSMENT (FRA)..................................................43
A. Pengertian.....................................................................43
2. METODOLOGI................................................................44
3. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................48
4. KESIMPULAN.................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..................................................................54
3
4
BAB 1
5
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dari jasa dan proses produksi industri. Perkembangan
Indonesia pascakemerdekaan telah mengakibatkan
peningkatan intensitas tenaga kerja dan peningkatan risiko
kecelakaan di lingkungan kerja. (Sardjito, 2011).
6
Berisiko. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai
aktivitas atau situasi berbahaya yang meningkatkan risiko
terjadinya kecelakaan. Menurut Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, dalam kaitannya dengan 'kecelakaan kerja', strategi
terbaik untuk menangani kecelakaan kerja adalah dengan
menghilangkan faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja, atau
melakukan pemeriksaan menyeluruh..
3. Undang-Undang Ketenagakerjaan
Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk
meningkatkan budaya bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dicapai dengan menjamin integritas dan
kejujuran kapasitas fisik dan mental, termasuk spiritual,
khususnya pada pekerja dan masyarakat pada umumnya. Hal
ini merupakan tantangan yang lebih besar lagi untuk
mencegah kecelakaan dalam segala bentuk dan ukuran. Oleh
karena itu, seiring dengan perkembangan zaman, Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1969 yang mengatur tentang syarat-
syarat kerja digantikan dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2003 tentang rezim ketenagakerjaan. (Prabowo, 2011).
7
Undang-undang tersebut adalah Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1970 yang mengatur tentang keselamatan
kerja dan berlaku pada seluruh tempat kerja di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, baik di darat, di bawah air, di
bawah air, maupun di udara. Selain itu, peraturan perundang-
undangan tersebut mengatur tata cara keselamatan di tempat
kerja, tidak hanya pada perencanaan, produksi, pendistribusian
dan pemasaran material, tetapi juga pada pemasangan,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan produk teknis
dan peralatan produksi yang dapat menimbulkan kecelakaan.
(Prabowo, 2011).
8
4. Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
9
a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan pekerja Indonesia kurang baik.
Menurut banyak penelitian, 30-40% pekerja kantoran
mengalami kekurangan kalori protein, 30% mengalami anemia
gizi, dan 35% tidak mengalami anemia defisiensi besi.
Kondisi kesehatan ini menghalangi pekerja untuk bekerja
sebaik mungkin. Hal ini diperparah dengan banyaknya tenaga
kerja saat ini yang terdiri dari tenaga kesehatan dan non-
kesehatan yang mungkin mengalami kesulitan dalam
menjalankan tugasnya, terutama karena permasalahan PAHK
dan kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja
Sebagai penyedia jasa teknis yang bekerja 8-24 jam
sehari, aktivitas pelayanan sangatlah penting. Shift malam
diperlukan untuk kesehatan laboratorium. Kelelahan
meningkat karena perubahan waktu kerja dan ritme sirkadian.
Gaji pekerja dan tunjangan jaminan sosial rendah karena
tingginya volume pekerjaan yang diperlukan pada setiap
kesempatan. Ini adalah variabel tambahan yang membuat
pemuatan menjadi sulit. Seiring berjalannya waktu, masalah
psikologis ini bisa menimbulkan masalah.Lingkungan Kerja
10
B. Pengertian Bahaya dan Faktor Faktor
Sumber
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/label-
kemasan-bahanmaterial-berbahaya.html
12
Berikut beberapa bahaya keselamatan utama sebagai berikut.
a. Setiap orang Tergelincir, tersandung atau putusnya
kabel listrik di tanah.
b. Bahaya kebakaran atau ledakan yang disebabkan oleh
bahan mudah terbakar atau bahan kimia peledak.
c. Pada bagian mesin atau peralatan atau bahkan
perlengkapan yang bergerak seperti pisau.
d. Pekerjaan diatas kepada seperti pekerjaan yang
dilakukan di atas perancah atau tangga.
e. Sistem tekanan seperti ketel uap atau pipa.
f. Mengemudi, mengendarai atau bahkan bekerja di
dekat kendaraan seperti truk forklist dan truk.
g. Mengangkat beban berat dan operasi manual atau
penanganan lainnya.
h. Bahan jatuh diatas kepala atau terjadi akibat
perguliran atau bahkan pergeseran
13
hepatitis atau tuberkulosis. Contoh: bakteri, virus
atau serangga.
c. Bahaya Fisika meliputi: sumber energi yang
cukup kuat untuk membahayakan tubuh. Contoh:
panas, cahaya, getaran, kebisingan, tekanan atau
radiasi.
d. Bahaya ergonomis meliputi: cara kerja, posisi
kerja, perlengkapan, peralatan berdesain buruk,
atau gerakan monoton berulang. Contoh: lampu
dim/berkedip, gerakan berulang, tempat duduk
yang tidak pas.
e. Bahaya Psikososial / Psikologi; Hubungan antar
personal, peran dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan. Contoh; Beban kerja yang berlebih
secara kualitatif dan kuantitatif, ketidakjelasan
peran, konflik peran, pengembangan karir.
Selain risiko terhadap keselamatan dan kesehatan,
terdapat juga risiko terhadap kesejahteraan dan
kesehatan sehari-hari, seperti yang terkait dengan
ketersediaan air minum, toilet, dan fasilitas binatu,
ruang makan atau kantin, kotak P3K di tempat kerja,
dan transportasi dan penjemputan.
14
Sumber https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/lambang-logo-k3-
gambar-arti-makna.html
Bentuk lambang K3 yaitu palang dilingkari roda
bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna dasar putih. Arti
dan makna lambang K3 yaitu:
15
b) Konsultasi mengenai perencanaan dan
pengorganisasian serta teknik kerja, termasuk
perencanaan tempat kerja.
c) Memberikan nasehat, informasi, pelatihan dan pendidikan terkait
kesehatan kerja dan alat pelindung diri.
d) Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
e) Terlibat dalam proses rehabilitasi.
f) Mengelola P3K dan tindakan darurat.
2. Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut.
a) Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta
praktik berbahaya.
b) Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur,
dan program.
c) Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan
lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.
d) Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya.
3. Peran Kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu K3
Peran kesehatan, pemantauan, dan pengawasan
kesehatan, serta inisiatif untuk meningkatkan daya tahan dan
kebugaran pekerja, adalah bagian dari fungsi kesehatan dan
keselamatan kerja dalam ilmu kesehatan kerja. Sedangkan
fungsi keselamatan adalah membentuk sistem kerja bebas
kecelakaan atau dengan kemungkinan minimal terjadi, dan
melindungi aset perusahaan dari potensi kerugian.
16
E. 5 Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3
Sumber https://www.ruanghse.com/2021/02/hierarki-pengendalian-risiko-
Prosedur pengendalian diperlukan untuk membawa
risiko dan bahaya yang telah diidentifikasi dan dinilai ke
tingkat yang aman. Eliminasi sebagai metode pengendalian
risiko/bahaya menawarkan tingkat efikasi, ketergantungan,
dan perlindungan tertinggi dibandingkan dengan tindakan
lainnya. Selain itu, jumlah keefektifan, ketergantungan, dan
perlindungan menurun dalam urutan hierarki berikut.
Manajemen risiko adalah hierarki (diimplementasikan
langkah demi langkah hingga jumlah risiko atau bahaya
diturunkan ke titik aman). Tabel di bawah mencantumkan
komponen hierarki kontrol, termasuk alat pelindung diri
(APD), substitusi, desain, administrasi, dan eliminasi.
Hierarki Pengendalian Resiko K3
Eliminasi Eliminasi sumber Tempat
bahaya Kerja/Pekerjaan
17
Subsitusi Subsitusi Aman Mengurangi
Alat/Mesin/Bahan Bahaya
Perancangan Modifikasi/Perancangan
Alat/Mesin/Tempat
kerja yang lebih aman
Administrasi Prosedur, Aturan, Tenaga Kerja Aman
Pelatihan, Durasi Kerja, Mengurangi Paparan
Tanda Bahaya, Rambu,
Poster, Label
APD Alat Perlindungan Diri
Tenaga Kerja
Tabel Hierarki Pengendalian Risiko K3
1. Eliminasi
Sumber https://safetysignindonesia.id/bukan-apd-ini-elemen-paling-
efektif-dalam-hierarki-pengendalian-risiko/
Contoh Kasus
Ahli K3 mengamati cairan yang tumpah di lantai. Jika
seseorang dipukul, itu dapat menyebabkan masalah karena
dapat menyebabkan selip. Untuk menyiasatinya, diperlukan
prosedur eliminasi, yang memerlukan pengurasan cairan
seluruhnya. Misalnya dengan menggunakan kain pel atau kain
lainnya untuk mengeringkan. tetapi untuk beberapa risiko
penting lainnya, seperti kemungkinan tanah longsor atau
terkena asap berbahaya.
Karena asal alaminya, mungkin akan sulit untuk
dihilangkan. Karena itu, Anda dapat melanjutkan ke langkah
berikutnya jika Anda tidak dapat mengambil tindakan untuk
menyelesaikan eliminasi. Secara khusus, dengan
menggantinya dengan sesuatu yang hampir identik.
19
2. Subsitusi
Sumber https://safetysignindonesia.id/bukan-apd-ini-elemen-paling-
efektif-dalam-hierarki-pengendalian-risiko/
Contoh Kasus
Mari kita bayangkan sebuah bisnis memiliki mesin
yang akan digunakan untuk membuat barang dalam jumlah
besar. Sayangnya, mesin mengalami kesalahan dan
menghasilkan suara keras. Bahkan jika mereka berada di sana
selama berjam-jam, para pekerja di dekatnya akan terganggu
oleh kebisingan ini. Karena kekurangan dana, perusahaan
tidak dapat mengganti atau membuang mesin tersebut.
20
Penggantian mesin yang hampir identik merupakan
langkah yang bisa dilakukan. Dengan demikian, mereka lebih
suka menggantinya berdasarkan keterampilan mereka
daripada menghapusnya. Pengoperasian mesin yang
berkelanjutan dan proses produksi produk sesuai rencana
adalah yang terpenting.
Sumber https://safetysignindonesia.id/bukan-apd-ini-elemen-paling-
efektif-dalam-hierarki-pengendalian-risiko/
Contoh Kasus
Mari kita gunakan contoh contoh sebelumnya yang
melibatkan perangkat yang mengeluarkan suara sangat keras.
daripada membeli alat baru dan memproduksi pengganti.
Mesin akhirnya diubah oleh perusahaan untuk memberikan
manajemen suara yang lebih baik.
21
untuk menghindari mengganggu mereka yang bekerja
di dekatnya. Mereka juga dapat menggunakan penyumbat
telinga untuk meningkatkan kedap suara.
4. Pengendalian Administrasif
Sumber https://safetysignindonesia.id/bukan-apd-ini-elemen-paling-efektif-
dalam-hierarki-pengendalian-risiko/
Contoh Kasus
Ada contoh di mana mesin digunakan untuk
mengurangi jumlah kebisingan. Salah satunya adalah
membuat aturan yang akan membatasi berapa lama mesin
menyala sebelum dimatikan.
22
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Sumber https://safetysignindonesia.id/bukan-apd-ini-elemen-paling-efektif-
dalam-hierarki-pengendalian-risiko/
Contoh Kasus
Semua pekerja atau karyawan yang hadir di proyek,
terutama yang melibatkan konstruksi, akan memakai
pelindung
23
diri, seperti penutup tengkorak. Mereka akan menggunakan
peralatan seperti helm. Dengan menggunakan alat ini, kepala
tidak akan langsung terbentur jika terjadi benturan atau barang
jatuh dari atas. Jadi akan ada sedikit kemungkinan konflik atau
bahaya.
Perlindungan pribadi bagi individu yang bekerja di
rumah sakit merupakan item lain yang dapat dikategorikan
dalam judul ini. terutama dalam situasi epidemi yang sedang
berlangsung. Tingkat terakhir dari pengendalian bahaya juga
dapat mencakup perangkat penutup diri yang dirancang untuk
mencegah penyebaran Covid-19. Salah satu standar K3 adalah
hirarki pengendalian bahaya. Ini adalah persyaratan untuk
semua bisnis, terutama yang memiliki risiko tinggi kecelakaan
kerja.
Oleh karena itu, suatu korporasi membutuhkan
sejumlah ahli K3. Oleh karena itu, sebelum mengambil
tindakan apapun, analisis risiko selalu dilakukan untuk
mengurangi atau, jika diperlukan, menghilangkan bahaya. Jika
dilakukan dengan benar, tidak akan ada masalah saat
pekerjaan dilakukan, dan semua karyawan akan aman. Ini juga
akan tergantung pada produksi bisnis.
24
24
BAB 2
BAHAYA KEBAKARAN
25
Kebakaran selalu menimbulkan akibat yang tidak diinginkan,
antara lain musnahnya harta benda, kerugian material,
terganggunya kelestarian lingkungan, terhentinya produksi
barang dan jasa, serta ancaman terhadap keselamatan jiwa
manusia.
Di daerah padat penduduk, kebakaran dapat
menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan psikologis yang
luas. Sulitnya memadamkan api di gedung-gedung bertingkat
membuatnya sering berakibat fatal. Kebakaran hutan
menghasilkan awan berasap yang mempersulit pesawat untuk
mendarat dan menyebabkan masalah pernapasan. Kebakaran
di lingkungan industri dapat menyebabkan perusahaan
mandek dan kerugian investasi.
Adapun pencegahan kebakaran adalah upaya untuk
menyadari unsur-unsur yang berkontribusi terhadap
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil tindakan
pencegahan untuk mengurangi kemungkinan hal itu terjadi.
Rencana perawatan yang cermat dan pemeriksaan rutin
bangunan dan kelengkapannya, pemeriksaan/pemeriksaan,
penyediaan dan penempatan peralatan pemadam kebakaran
yang tepat, termasuk pemeliharaannya baik dalam hal siap
pakai dan kemudahan pencapaian, serta pengawasan
karyawan. semua yang diperlukan untuk pencegahan
kebakaran.
26
B. UU Proteksi Kebakaran dan Peraturan Pemerintah
27
harus memiliki sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif.
Untuk mencegah dan membatasi penyebaran api dan asap,
sistem proteksi kebakaran pasif terdiri dari kemampuan untuk
mendukung struktur bangunan dan komponennya, konstruksi
tahan api, isolasi dan pemisahan, dan perlindungan pada
bukaan.
Sistem deteksi dan penindasan membentuk sistem
pertahanan api aktif. Sistem deteksi dan alarm digunakan
untuk mendeteksi. Sedangkan sistem proteksi pemadaman
terdiri dari hydrant, hose reel, sprinkler, dan APAR (Light
Fire Extinguisher).
Menurut Pasal 30, setiap bangunan selain rumah harus
menyertakan sistem peringatan bahaya bagi penghuninya.
Pintu keluar darurat dan jalan keluar harus ada jika terjadi
keadaan darurat, seperti kebakaran atau bencana lainnya.
Topik-topik di atas kurang lebih dijelaskan dalam UU No. 28
Tahun 2002. Peraturan Pemerintah mengatur peraturan
pelaksanaannya. Khususnya Peraturan Pemerintah No. 36
Tahun 2005 Republik Indonesia.
29
C. Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran
1. Kondisi berikut harus dipertimbangkan dalam setiap
perencanaan tempat kerja: syarat dan keadaan dari upaya
pencegahan kebakaran yang baik pertahanan pasif atau
agresif.
32
Gambar 2.5 Proses Terjadinya Kebakaran
Bahaya – bahaya kebakaran yang umum terjadi ialah sebagai
berikut:
a. Merokok
b. Kabel-kabel listrik
c. Nyala api terbuka
d. Zat cair yang mudah terbakar, contoh: bensin
e. Ketatarumahtanggaan yang buruk
f. Kelistrikan statis
g. Mesin-mesin yang tak terawat dan menjadi panas
h. Alat-alat las (Suma’mur, 1989, hal.52.)
E. Penyebab kebakaran
Setiap kebakaran harus ada sumber api untuk setiap
api yang dimulai. Dan faktor lain dapat berkontribusi pada
sumber nyala api. Dalam kebanyakan kasus, kebakaran
dimulai dengan sengaja, tidak sengaja, atau karena kesalahan
atau kelalaian manusia.
33
1. Kelas – Kelas Kebakaran
Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
Kelas A
Sumber https://ajar.com.my/2022/07/06/kenali-kelas-api-dan-cara-
pemadamannya/
34
Kelas B
Sumber https://ajar.com.my/2022/07/06/kenali-kelas-api-dan-cara-
pemadamannya/
35
Kelas C
Sumber https://ajar.com.my/2022/07/06/kenali-kelas-api-dan-cara-
pemadamannya/
Kebakaran Kelas C adalah kebakaran yang melibatkan
cairan atau gas yang mudah terbakar. Ketika gas ini
digabungkan dengan oksigen, api dapat dimulai hanya dengan
percikan kecil, dan api sering menyebar dengan cepat dan
terkadang meledak. Kebakaran Kelas C, misalnya, melibatkan
bahan mudah terbakar seperti hidrogen, asetilena, propana,
butana, metana, dan zat lainnya. Gunakan alat pemadam api
jenis karbon dioksida dan debu kering untuk memadamkan api
jenis ini.
36
Kelas D
Sumber https://ajar.com.my/2022/07/06/kenali-kelas-api-dan-cara-
pemadamannya/
37
Kelas K
Sumber https://ajar.com.my/2022/07/06/kenali-kelas-api-dan-cara-pemadamannya/
38
Tabel 2.1 Ringkasan Api A,B,C,D,& K
39
2. Beberapa penyebab kebakaran
a. Nyala api dan zat yang mudah terbakar
Kemungkinan bahan-bahan yang mudah terbakar dan benda-
benda yang mudah terbakar oleh api tergantung pada, antara
lain:
b. Penyinaran
Terbakar nya Bahan tidak perlu atas dasar sentuhan. Semua
sumber panas memancarkan Gelombang elektromagnetik,
khususnya sinar infra merah merah, dilepaskan oleh sumber
panas. Ketika gelombang ini mengenai suatu benda, benda
tersebut memanas, suhunya naik, dan akhirnya terbakar.
c. Peledakan uap atau gas
Kombinasi udara dan gas yang mudah terbakar akan menyala
saat terkena benda pijar. Ketika kadar gas atau uap mendekati
titik di mana mereka dapat menyala atau meledak,
pembakaran yang dihasilkan akan menyebar dengan cepat.
40
d. Ledakan tetesan debu atau cairan
Debu dari bahan yang mudah terbakar, tetesan cairan, atau
suspensi di udara yang berperilaku seperti campuran gas dan
udara, atau uap di udara, dan berpotensi meledak.
e. Percikan Api
Campuran gas, uap, atau debu dan udara yang mudah terbakar
disebabkan oleh percikan api yang menyala pada suhu yang
sangat tinggi. Arus listrik dapat mengakibatkan terbentuknya
bunga api.
f. Reaksi Kimia
Proses kimia tertentu dapat menghasilkan panas, yang
mengarah pada terjadinya kebakaran. Karena fosfor kuning
dapat dengan cepat teroksidasi saat terkena udara. Pyrophores
besi, atau bubuk besi halus, di udara dan dapat memicu
kebakaran.
g. Terbakar Sendiri
Jika sirkulasi udara cukup untuk menyebabkan oksidasi tetapi
tidak cukup untuk menghasilkan panas, kebakaran dapat
dimulai di tumpukan bahan bakar organik atau mineral padat
atau padat. Kelembaban dapat mempercepat proses ini.
41
h. Kebakaran karena listrik
Salah satu peristiwa lain yaitu kebakaran karena listrik.
Kebakaran dapat dimulai ketika tiga hal bersatu, yaitu zat
yang mudah terbakar, oksigen, dan percikan api. Dinas
Pemadam Kebakaran DKI melaporkan, antara tahun 1992
hingga 1997, terjadi 4.244 kebakaran, 2.135 di antaranya
disebabkan korsleting listrik. berarti ada 50% lebih banyak
kebakaran yang berhubungan dengan listrik secara
keseluruhan.
Hal ini disebabkan penggunaan peralatan dan kabel
listrik yang berkualitas rendah, peraturan pemasangan yang
lalai dan tidak tepat, serta peralatan listrik yang tidak sesuai
dengan proses dan standar yang benar yang ditetapkan oleh
LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan) PLN. Banyak produsen
peralatan listrik saat ini masih memproduksi barang dengan
kualitas rendah dan kemudian menjualnya di pasaran.
Pemasang dan konsumen listrik tidak diragukan lagi akan
mengkonsumsi ini, menilai keuntungan atas potensi efek
bencana yang akan terjadi.
karena kualitas peralatan listrik mempengaruhi tingkat
keamanannya. Oleh karena itu, fungsi peralatan listrik yang
akan digunakan harus dipahami dengan jelas oleh produsen,
pemasang, dan pengguna. Mereka harus bertindak sesuai
dengan persyaratan teknis yang diberlakukan untuk itu.
42
42
BAB 3
A. Pengertian
1. Pendahuluan
Perusahaan Jasa Konstruksi Fabrikasi merupakan
divisi dari PT. Fabrikasi Konstruksi dan penyedia jasa LDP
telah beroperasi bersama sejak pendirian perusahaan pada
tahun 2008. Produk yang dibeli dari PT. LSF meliputi tangki
penyimpanan bawah tanah, tangki pengangkut LP
G, katrol, penyangga tanah, produk karet, dan wadah semen.
las, gerinda, dan lain-lain.
Pekerjaan ini dapat mengakibatkan kebakaran dalam
ukuran berapa pun. Kebakaran di tempat kerja sangat
merugikan semua orang yang terlibat, termasuk dunia usaha
dan karyawan, menyebabkan kerusakan dan kerugian harta
benda, cedera dan kematian. Untuk mengurangi kerusakan
akibat kebakaran hebat, harus dilakukan upaya pencegahan
dan pengendalian kebakaran di tempat kerja. Menurut NFPA
551 Tahun 2007, dalam menentukan upaya tersebut, solusinya
harus didasarkan pada penilaian risiko kebakaran dan tidak
sekadar memberikan solusi proteksi kebakaran aktif. Oleh
karena itu, Penilaian Risiko Kebakaran (FRA) diperlukan
terlebih dahulu, setelah itu rencana proteksi kebakaran aktif
dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah sebelumnya.
43
2. METODOLOGI
a. FIRE RISK ASESSMENT (FRA)
Proses penentuan atau analisis risiko terkait kebakaran
yang diwakili oleh skenario kebakaran, kemungkinan
terjadinya, dan potensi dampak yang akan dirasakan dikenal
sebagai fire risk assessment (FRA). Untuk mengidentifikasi
penilaian risiko kebakaran, dokumen lain akan digunakan,
seperti analisis risiko kebakaran, analisis kebakaran, bahaya
kebakaran, dan analisis penilaian bahaya kebakaran.
44
Metode Menggunakan Penentuan simulasi
semikuantitaif consequence kebakaran dengan
consequence secara kuantitatif representasi
dan likelihood kualitatif
secara kualitatif
Kuantitatif Menggabungkan -Penentuan kerugian
perkiraan
-Penentuan
kuantitatif antara
probabilitas
likelihood dan
consequence -Penentuan
probabilitas di
ruangan lain atau
bangunan
-Perencanaan
frekuensi VS korban
jiwa
-Perencanaan
frekuensi VS OR
-Penentuan
likelihood korban
jiwa, kerusakan
properti, gangguan
OR
- Penentuan individu
(penghuni
bangunan)
45
untuk membatasi berbagai tingkat
likelihood dan risiko atau
consequence
- Penentuan
optimasi
perlindungan
kebakaran dengan
cara meminimalkan
“keseluruhan risiko”
atau kriteria risiko
(Sumber: NFPA 551, 2007)
46
d. EVENT TREE ANALYSIS (ETA)
Suatu pendekatan untuk memodelkan keberhasilan
atau kegagalan sistem secara logis adalah Event Tree Analysis
(ETA). Landasan ETA adalah logika biner, di mana peristiwa
pertama terjadi atau tidak terjadi (Institut Teknik dan
Teknologi, 2010).
Pendekatan ETA menawarkan sejumlah manfaat.
Analisis ini menawarkan hasil grafis dan garis waktu
kecelakaan dan kejadian berikutnya (Rausand & Holyland,
2004). Selain itu, ETA memungkinkan evaluasi terjadinya
banyak kegagalan sistem dan identifikasi pertahanan yang
efisien (Clemens & Simmons, 1998).
e. INSTALASI HIDRAN
Dalam sebuah bangunan industri atau dilindungi
dengan instalasi hydrant kebakaran dengan ketentuan sebagai
berikut:
47
harus dipasangkan minimum 2 hidran dan setiap
penambahan 1 hidran harus menambahkan luas lantai
minimal 800m2
Setiap bangunan industry dengan keaadan bahaya
yang sedang yang mempunyai luas lantai minimum
yaitu 600m2 dan maksimumnya ialah 1200m2 harus
dipasangkan minimum 2 hidran dan setiap
penambahan 1 hidran harus menambahkan luas lantai
minimal 600m2.
48
EVENT JUMLAH JUMLAH NILAI
SAFETY OUTCO PROBABILIT
FUNCTIO ME AS API
N TIDAK
TERKENDAL
I
Arus 2 3 0,16
Pendek
Tabung 2 3 0,000013
Meledak
0,000012
49
0,000012
Leaking 4 5 0,000013
Hose/Nozzle
(Manual)
0,000012
50
NFPA SAFETY CONCEPT TREE
National Fire Protection Association (NFPA) dan
standar NFPA 550 mereka mengonsep strategi pohon
perlindungan kebakaran yang dapat digunakan untuk
mencegah kebakaran. Dua metode dapat digunakan untuk
melakukan pencegahan ini. Mencegah kebakaran dan
mengelola dampak serta dampaknya terhadap perusahaan.
Rencana proteksi kebakaran dibuat berdasarkan hasil analisis
pohon kejadian yang telah selesai.
51
Crew 684m 4 APAR Memenuhi
2
Deck
4. KESIMPULAN
Hasil dari Pengumpulan data, Pengolahan data, dan
Perhitungan data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil analisis dengan Fire Risk Asessment
berdasarkan penilaian Event Tree analysis dan NFPA
550 Tahun 2002 menunjukan bahwa Area Workshop
Slipway yang memiliki potensi bahaya terhadap
kebakaran yang cukup tinggi dengan proteksi
kebakaran aktif yang masih kurang mencukupi.
Sehingga masih perlu ditambahkannya proteksi
kebakaran yaitu Alat Pemadan Api Ringan dan
Hidran.
2. Hasil perencanaan perancangan dan proteksi
kebakaran aktif yang dibutuhkan untuk menjangkau
area workshop adalah sebagai berikut:
b. Instalasi Hidran
Total pilar hidran yang dibutuhkan adalah 31
buah pilar hidran yang bisa menjangkau satu
buah pilar hidran sejauh 25 meter.
Head pump yang diperoleh dari pergitungan
manual sebesar 88,126 m sehingga daya pompa
yang butuhkan sebesar 40,27 kW.
Hasil uji simuasi perencanaan perancangan
hidran diperoleh perbedaan hasil dengan
perhitungan manual.
53
DAFTAR PUSTAKA
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/
10/lambang-logo-k3-gambar-arti-makna.html
http://202.70.136.161:8107/485/1/Kesehatan-dan-
Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/KESEHATAN%2
0DAN%20KESELAMATAN%20KERJA.pdf
https://upp.ac.id/blog/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor
https://www.ruanghse.com/2021/02/hierarki-pengendalian-
risiko-k3-ini.html
https://stellamariscollege.org/hirarki-pengendalian-bahaya/
https://safetysignindonesia.id/bukan-apd-ini-elemen-paling-
efektif-dalam-hierarki-pengendalian-risiko/
https://totalfire.co.id/uu-proteksi-kebakaran/
https://damkar.paserkab.go.id/detailpost/penyebab-kebakaran-
dan-klasifikasi-jenis-kebakaran
https://ajar.com.my/2022/07/06/kenali-kelas-api-dan-cara-
pemadamannya/
https://www.projekindo.co.id/klasifikasi-kelas-kelas-
kebakaran/
54
55
56