Proposal
Diajukan oleh :
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Judul yang penulis ajukan adalah "Pengaruh Risk Perception dan Safety Knowledge
Terhadap Safety Performance Dengan Dimediasi Oleh Safety Climate"
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya proposal ini. Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak serta merta hadir
tanpa bantuan dan dukungandari semua pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah
diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Mengingat penulis menyadari bahwa proposal skirpsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan
demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan segala urusan dan semoga proposal
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………… 3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………… 4
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………………….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………...……………………………………………… 6
2.1 Landasan Teori…………………………………………………………………………… 6
2.1.1. Risk Perception………………………………………………………………... 6
2.1.1.1 Karakteristik Resiko yang dirasakan……………………………….. 7
2.1.2 Safety Knowledge……………………………………………………………. 7
2.1.3 Safety Climate………………………………………………………………… 8
2.1.3.1 Faktor-faktor Iklim Keselamatan Kerja…….………………………. 10
2.1.4 Safety Performance………………………………………………………….. 11
2.1.5 Hubungan Antar Variabel…………………………………………………… 12
2.1.5.1 Hubungan Antara Risk Perception dengan Safety Climate…………. 12
2.1.5.2 Peran Satefy Climate sebagai mediator………………………….… 12
2.1.5.3 Hubungan Antara Safety Knowledge dengan Safety Climate dan
Safety Performance………………………………………………... 13
2.1.5.4. Hubungan antara Safety Climate dengan Safety Performance….. 14
2.1.6. Penelitian Terdahulu……………………………………………………….. 14
2.1.7. Kerangka Berpikir……………………………………………………………. 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………………… 17
3.1. Pendekatan Penelitian…………………………………………………………………. 17
3.2. Identifikasi Variabel………………………………………………………………….. 17
3.3. Definisi Operasional Variabel………………………………………………………….. 17
3.4 Sumber Data…………………………………………………………………………….. 22
3.5. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………………………………… 22
3.5.1. Populasi…………………………………………………………………….. 22
3.5.2. Sample………………………………………………………………………. 22
3.5.3. Sampling Techniques………………………………………………………… 22
ii
3.6.1. Teknik Analisis Data………………………………………………………………… 23
3.6.1.1. Regresi Linear Berganda…..……………………………………………….. 23
3.6.1.2. Langkah-langkah Regresi Linear Berganda……………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dibuktikan berdasarkan data
kecelakaan kerja Jamsostek dimana pada tahun 2008 hingga 2010 jumlah
kecelakaan kerja yang terjadi meningkat sebanyak 14%, sementara pada tahun
2011 hingga 2012 angka kecelakaan kerja meningkat sebanyak 3,4% (Antara
(kecelakaan fatal) dalam 100.000 pekerja Indonesia. ILO juga mencatat bahwa
Indonesia telah membuat Negara Indonesia merugi hingga Rp. 280 Triliun.
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami
1
sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian
dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak dua juta kasus
kerja di Indonesia, kita cukup perihatin karena hal ini menunjukkan gambaran
undang yaitu pada UU no 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimana dalam
pimpinan perusahaan atau pimpinan proyek, kemudian tentang kewajiban dan hak
saling pengertian dan partisipasi aktif dari pengusaha atau pengurus dan pekerja di
kurungan dan denda dalam bentuk uang. Hukum yang melindungi para tenaga
kerja tidak terlepas pada UU no 1 Tahun 1970, tetapi juga masih banyak landasan
hukum yang melindungi keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. Pada
setiap pekerja berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan kerja, moral dan
kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
2
nilai-nilai agama. Dalam UU nomor 23 pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja
dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau pidana denda paling
tentang hal-hal yang berkaitan tentang hak dan kewajiban pekerja, diantaranya :
Pelatihan kerja
Kompetensi kerja
3
Waktu kerja
kesehatan pekerja, namun demikian masih saja terjadi kecelakaan kerja yang
dialami oleh para pekerja. Hal ini disebabkan karena memang beberapa
individu pekerjanyan yang kurang bahkan tidak peduli dengan keselamatan dan
kesehatan kerja. Sering kali para pekerja memiliki persepsi bahwa pekerjaan yang
memang setiap hari mereka kerjakan adalah pekerjaan yang biasa dan jauh dari
berbahaya seperti di proyek konstruksi atau bahkan pertambangan yang suatu saat
penting dalam keselamatan di tempat kerja (Hayes, dkk., 1998). Banyak faktor
tugas spesifik individu, faktor teknologi peralatan dan mesin, lingkungan kerja,
demikian, faktor manusia dinilai sebagai salah satu pendekatan penting dalam
menilai interaksi antara pekerja, tempat kerja, dan sistem manajemen yang
dekade terakhir, banyak peneliti yang telah mengembangkan teori dan metode
4
spesifik untuk menyelidiki aspek psikososial performa keselamatan dalam
satunya pada tingkatan individual yakni sikap terhadap keselamatan kerja (Burke,
Sharon & Cooper, 2011). Iklim keselamatan kerja tentunya sangat identik dengan
untuk bagian produksi. Kesadaran akan pentingnya sebuah keselamatan kerja juga
keselamatan juga harus dilakukan oleh perusahaan sebagai bagian dari upaya
lingkungan kerja, hal ini menjadi perhatian besar bagi para perusahaan.
Kecelakaan kerja juga sering terjadi akibat dari perbedaan persepsi perihal resiko
pekerja yang dilakukan oleh karyawan, supervisor dan manajer dalam sebuah
output yang dihasilkan perusahaan, selain itu juga dapat mempengaruhi kondisi
mengalami tidak percaya diri karena kondisi fisik yang tidak sehat, dapat
mengakibatkan karyawan mengalami depresi dan hal ini sangat berbahaya untuk
perusahaan ini bergerak di bidang konstruksi baja dan bangunan, dimana telah
5
yaitu sekitar tahun 1972. PT Shanty Wiraperkasa merupakan perusahaan jasa
Gedung dan Pabrik, bidang Sipil terdiri dari Drainase dan Jaringan Pengairan,
Jalan, Jembatan, Runway dan Bendungan serta bidang Tata Lingkungan yang
terdiri dari Bangunan Pengolahan Air bersih dan instalasi pengolahan Air Limbah.
menyangkut dengan kinerja para pekerja dan hasil dari apa yang dikerjakan oleh
pada perusahaan (Griffin dan Neal, 2003:15). Konsep iklim keselamatan adalah
6
sejumlah implikasi bagi hubungan antara persepsi individu dan kelompok
manajemen keselamatan, dan perilaku di tempat kerja yang dapat berdampak pada
iklim keselamatan secara langsung dan tidak langsung terkait dengan hasil
keselamatan (Donald dan Canter, 1994; Hofmann dan Stetzer, 1996; Lee, 1998;
Mearns et al., 2001; Niskanen, 1994; Tomas et al., 1999; Zohar, 2000). Di
(SEM), metode analisis multivariat yang saling keterkaitan antara konsep yang
dibuat bersama dimensi teoritis dapat diuji secara statistik (Byrne, 1994). Hal ini
berlaku umum bahwa iklim keselamatan adalah 'snapshot' dari persepsi tenaga
kerja tentang keselamatan (Mearns et al., 1997). Namun, para peneliti sepakat
persepsi pekerja (Flin, R., Mearns, K., O’Connor, P. and Bryden, R. 2000 ).
Lingkungan kerja juga menjadi salah satu faktor bagaimana iklim keselamatan
kerja dan perilaku keselamatan kerja dapat dilakukan. Linkungan kerja yang
serta akan menimbulkan semangat dan gairah kerja karyawan. Hal ini sangat
lingkungan yang kurang baik seperti suara bising, suhu udara panas, kebersihan
7
tidak terjaga dan sebagainya, dapat menurunkan kondisi fisik dan kondisi mental
kerja, gangguan kesehatan atau sakit, akibat kerja bahkan kecelakaan kerja
Dari uraian latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah pada penelitian
Shanty Wiraperkasa?
PT Shanty Wiraperkasa?
Shanty Wiraperkasa?
PT Shanty Wiraperkasa?
Shanty Wiraperkasa?
8
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
Safety Performance.
Climate.
Performance.
9
rasa aman dalam pekerjaannya dan dapat melakukan tindakan-tindakan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengenai resiko kerja yang dihadapi dalam sehari-hari. Persepsi itu terjadi
warga, pasien, dan pekerja tentang risiko yang mereka hadapi dari
Jika seorang individu telah membentuk kesan awal yang kuat tentang
dapat menyusun cara bahwa bukti berikutnya ditafsirkan. Bukti baru akan
11
seseorang; bukti sebaliknya dapat diberhentikan sebagai tidak bisa
antar pekerja meskipun berada dalam satu lingkungan kerja yang sama
yang terjadi akibat perilaku dari tindakan seseorang. Kita tahu bahwa
12
berkelanjutan Risiko memiliki hasil kesehatan negatif yang signifikan bagi
karyawan (misalnya Grau et al., 1992; McLain, 1995; Morrow dan Crum,
1998), selain itu penelitian lain juga menunjukkan bahwa persepsi risiko
membentuk kesan awal yang kuat tentang bahaya, hasil dari psikologi
informasi (Nisbett dan Ross 1980). Ketika orang tidak memiliki pendapat
kuat tentang bahaya, situasi sebaliknya mereka pada belas kasihan dari
cara bahwa informasi yang disajikan. Perubahan halus dalam cara bahwa
13
risiko dinyatakan dapat memiliki dampak besar pada persepsi dan
Di antara generalisasi yang telah diambil dari hasil studi awal yang
(2) "Risiko" berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda. Ketika
teknis kematian tahunan. Orang awam bisa menilai kematian tahunan jika
mereka sendiri.
14
2.1.2. Safety Knowledge
simbol dan makna yang berorientasi tindakan tapi yang terdiri dari sesuatu
yang lebih. Keselamatan dapat dilihat sebagai praktik terletak, hasil dari
dan kendala. Sebaliknya, semua elemen yang terlibat dalam proses konstan
tindakan yang tepat untuk beberapa praktek kerja dalam organisasi dan
15
ditopang oleh anggota yang terlibat dalam praktek-praktek yang berbeda
cara di mana berarti dan nilai yang dikaitkan dengan peristiwa, dan untuk
16
mereka, teks dan prasasti. Perantara baik mewujudkan dan melakukan
elemen heterogen dengan jaringan lain dalam ruang dan waktu, dan upaya
aktif dari jaringan yang menghasilkan beberapa efek yang jauh. Perantara
yang 'mewakili' jaringan, baik dalam arti membuat terlihat dan berdiri
untuk itu, dan menerjemahkannya dalam ruang dan waktu. Menurut Callan
dan bereproduksi;
Teks dan prasasti, yang meliputi segala sesuatu yang ditulis atau
17
menekankan adanya evaluasi untuk setuju/tidak setuju terhadap
pengetahuan.
kerja.
lingkungan kerja merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh
manajerial dan kebijakan dan prosedur formal, tetapi juga oleh rekan-
rekan dalam karya-unit yang sama (Clarke dan Ward, 2006; DeJoy et al,
2004.).
18
2.1.2.1 Jenis Jenis Pengetahuan Organisasi
yang terjadi pada setiap unit kerja, hingga berbagi pengalaman tentang hal-
pengetahuan, yaitu :
1. Tacit, adalah pengetahuan yang terdapat dalam diri kita yang belum
19
2. Explicit, Adalah pengetahuan yang bersifat tersirat atau sudah
Iklim keselamatan adalah salah satu jenis iklim yang dapat dialami
oleh individu dalam organisasi. Tipe iklim lain yang telah diidentifikasi
termasuk iklim untuk layanan pelanggan (Burke, Borucki, & Hur ley,
1992; Schneider, Wheeler, & Cox, 1992) dan iklim untuk inovasi (NR
Anderson & Barat, 1998; Klein & Sporra, 1996). Semua jenis iklim
industri. Dalam lingkungan minyak lepas pantai skor iklim keamanan yang
20
keselamatan di perusahaan pengolahan kayu di Finlandia telah
positif dengan perilaku yang terkait dengan keselamatan (Griffin dan Neal,
dan menafsirkan lingkungan dimana mereka bekerja. Makna ini untuk dan
pedoman perilaku organisasi yang sesuai, sehingga iklim yang lebih positif
21
sementara lebih negatif iklim keselamatan memperkuat perilaku yang
Cheyne, Tomas, & Cox, 2002; Tomas, Melia, & Oliver, 1999). Selain itu,
(Cheyne, Cox, Oliver, & Tomas, 1998) dan partisipasi keselamatan (Neal,
perilaku yang terkait dengan keselamatan yang tepat dan adaptif dari
22
anggota kelompok. Ketika supervisor menampilkan pola yang konsisten
perilaku yang tidak aman akan meningkat (Zohar, 2000). Zohar (2000,
dinilai lebih tinggi di tingkat kelompok kerja dan penurunan tingkat cedera
sistem meliputi:
23
1) Management Value (Nilai Manajemen), Nilai manajemen menunjukkan
dikomunikasikan.
sangat krusial dalam sistem personalia dan mungkin metode yang sering
24
Persepsi iklim keselamatan harus dibedakan dari persepsi
perilaku pekerjaan lain yang merupakan prestasi kerja. Dalam cara ini,
25
contoh partisipasi keselamatan adalah mengikuti rapat- rapat keselamatan,
2000).
Hough, Toquarn, Hanson, & Ashworth, 1990; Motowidlo & Van Scatter,
26
Kita tahu bahwa persepsi risiko dapat bervariasi secara luas antara
dalam hal hasil keselamatan. Meskipun persepsi risiko yang akurat dan
yang signifikan bagi karyawan (Grau et al., 1992; McLain, 1995; Morrow
dan Crum, 1998), selain itu penelitian lain juga menunjukkan bahwa
27
2.1.5.2. Peran Safety Climate sebagai mediator.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Griffin dan Neal (2000) yang
(Neal & Griffin, 1999), tetapi pada model ini iklim keselamatan kerja
28
2.1.5.3. Hubungan antara Safety Knowledge dengan Safety Climate
beberapa ahli (Gloss, 1984) adalah derajad kebebasan dari resiko dan
sebagai berikut :
29
Dari hasil penelitian yang dilakukan Griffin dan Neal (2000) yang
(Neal & Griffin, 1999), tetapi pada model ini iklim keselamatan kerja
sebagai berikut :
30
Penelitian yang dilakukan oleh Yule,Steven et al (2014)
mereka sehingga tenaga kerja dapat memahami risiko yang melekat dalam
gambaran yang lebih lengkap dari risiko yang mereka akan terkena jika
31
karyawan, dan hasil keamanan organisasi. Kerangka kerja ini akan
Risk
Perception
Safety
Safety Climate
Performance
Safety
Knowledge 32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
lebih menitikberatkan pada pengujian hipotesis yang ada dalam peneilitian ,selain
itu data yang digunakan dalam penelitian ini harus terukur sehingga pada hasil
variabel apa saja yang terdapat dalam penelitian beserta definisi operasional
pengumpulan data dilakukan berdasarkan populasi dan sampel serta analisis data
variabel yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
33
1. Variabel bebas1 (X1) : Risk perception.
Jadi, dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas, 1 variabel mediasi, dan
1 variabel terikat.
resiko dalam pekerjaan, dalam penelitian ini risk perception merupakan bagian
dasar dari pemikiran seorang karyawan tentang penting atau tidaknya akan
berbeda dan setiap karyawan memiliki anggapan yang berbeda tentang resiko
risk perception seorang pekerja, menurut Romel G. dan Ricardo J. (2014) faktor-
34
tersebut terdiri dari usia, tempat pekerjaan, pengalaman bekerja, dan
3. Motivasi kerja, tidak semua karyawan memiliki motivasi kerja yang sama
Skala Likert yang bernilai 1 sampai 5. Kriteria nilai skalanya antara lain :
35
e. Jawaban dari nilai “ 5 “ untuk kategori “ Sangat Setuju“
kerja.
1. Pengertian:
cara bagaimana mereka harus bekerja secara benar, tepat, cepat, dan selamat.
mempunyai dasar-dasar yang sama pentingnya dengan kualitas/ mutu dan target.
3. Pelaksanaan kerja:
36
Memberikan pengertian yang mendalam kepada mereka, bahwa cara-cara
akan berakibat lebih buruk bila dibandingkan dengan pelanggaran suatu peraturan.
4. Tanggung jawab
5. Pengamatan lingkungan
pelaksanaan kerja dan lingkungan dengan baik, sehingga dapat dipastikan bahwa
setiap karyawan telah dapat membiasakan diri bekerja dengan perilak sebaik-
Skala Likert yang bernilai 1 sampai 5. Kriteria nilai skalanya antara lain :
diciptakan oleh perusahaan guna membangun kondisi atau situasi yang aman bagi
37
pekerja agar terhindar dari adanya kecelakaan kerja. Situasi yang aman tersebut
Griffin and Neal mengukur keselamatan yang terdiri dari lima sistem meliputi:
dikomunikasikan.
sangat krusial dalam sistem personalia dan mungkin metode yang sering
38
5) Safety Equipment (Peralatan Keselamatan) ,Peralatan keselamatan
sendiri agar terhindar dari resiko kecelakaan kerja yang selalu ada dalam setiap
pekerjaan.
Adapun indikator dari perilaku keselamatan kerja menurut Campbell et all (1993)
39
1. Kemampuan, yang dimaksud dalam kemampuan adalah bagaimana
2. Motivasi, dalam hal ini yang dimaksud motivasi adalah hal apa yang
keselamatan.
Dari semua indikator tersebut variabel terkait diukur dengan menggunakan Skala
Dalam penelitian ini, data yang digunakan ada dua jenis, yaitu :
40
1. Data primer, data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
alternatif dan jawaban dari tiap responden bersifat rahasia dalam artian
tidak boleh dipublikasikan secara umum jawaban kuesioner dari salah satu
2. Data sekunder, data ini dapat diperoleh dari data-data yang dimiliki
3.5.1. Populasi
penelitian ini.
3.5.2. Sample
41
Teknik sampling yang dilakukan dalam penelitian ini
ini hanya ditujukan kepada karyawan yang berada pada bagian yang
waktu yang sangat lama proses pengambilan data ini, selain itu mengingat
responden yang dicari adalah 10 kali dari jumlah variabel maka responden
42
Alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini
berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
Keterangan:
penurunan)
43
Persamaan regresi sebaiknya dilakukan di akhir analisis karena interpretasi
R Square dan jika bernilai negatif maka uji F dan uji t tidak dapat
Uji T :
menerima H0.
44
X1 terhadap Y dan pengaruh X2 terhadap Y. Kesimpulan Uji t
DAFTAR PUSTAKA
45
Griffin Mark A. , Neal Andrew. 2000. “Perception of Safety at work : A
Framework For Linking Safety Climate to Safety Performance, Knowledge and
motivasion”. Journal Of Occopational Health Psychology. Vol.5 no. 3, 347-
358.
Griffin Mark A. , Neal Andrew. 2003. “Safety Climate and Safety at work. Hand
book
: The Psychology of work Place”. PP 15-34. American Psychological
Assocation.
Hayes, B. E., Perander, J., Smecko, T., & Trask, J. (1998). “Measuring
perceptions of workplace safety: Develop ment and validation of the work
safety scale”. Journal of Safety Research, 29, 145-161.
Hofmann, D. A., Jacobs, R. R., & Landy, F. J. (1995). “High reliability process
industries: Individual, micro, and macro organizational influences on safety
perfonnance”. Journal of Safety Research, 26, 131-149.
Hofmann, D. A., & Stetzer, A. (1996). “A cross-level investigation of factors
influencing unsafe behaviors and accidents”. Personnel P.ryclwlogy, 49, 307-
339.
Hofmann, D. A., & Stetzer, A. (1999). “The role of safetyclimate and
communication in accident interpretation: Implications for learning from
negative events”. Academy of Management Journal, 41, 644-657.
Jiang, Li et al (2010). “Perceived colleagues’ safety knowledge/behavior and
safety performance: Safety climate as a moderator in a multilevel study”,
Accident Analysis and Prevention 42 (2010) 1468–1476.
Kapp, E.A. (2012). “The influence of supervisor leadership practices and
perceived group safety climate on employee safety performance”, Safety
Science 50 (2012) 1119-1124.
Neil,A et al (2000). “The impact of organizational climate on safety climate and
individual behavior”, Safety Science 34 (2000) 99-109.
Slovic, Paul et al (1984). “Behavioral decision theory perspectives on risk and
safety”, Acta Psychologica 56 (1984) 183-203 North-Holland.
46
Solis-Carcano, Romel G et al (2014). “Construction Workers’ Perceptions of
Safety Practices: A Case Study in Mexico”, Journal of Building Construction
and Planning Research (2014) 2, 1-11.
Yule, Steven et al (2007). “The role of management and safety climate in
preventing risk-taking at work”, Int. J. Risk Assessment and Management, Vol.
7, No. 2, 2007.
www.antaranews.com
www.depkes.go.id
www.bbc.co.uk
www.spssindonesia.com
47