Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DASAR


Dosen Pengampu: Wiwik Eko Pertiwi, S.KM., M.KM

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA


Disusun Oleh:

Kelompok 10

1. Naila Auliaul Muqinin (2022031012)

2. Nur Samsiah (2022031014)

3. Rahmi Auliya (2022031018)

4. Haura Arkan (2022031005)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PENYEBAB KECELAKAAN KERJA”. Dalam
menyusun makalah ini, kami telah dibimbing dengan baik oleh dosen pengampu dan mendapat
banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai bentuk rasa syukur, kami
ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu:

1. Andiko Nugraha Kusuma, S.KM., M.KM., Ph.D., selaku Rektor Universitas Faletehan.
2. Ns. H. Asra, S.Kep., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Faletehan.
3. Hj. Dini Daningrum, S.KM., M.KM, selaku Ketua Prodi PSKM Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Faletehan
4. Wiwik Eko Pertiwi, S.KM., M.KM., selaku dosen pembimbing, yang dengan tekun
memberikan bimbingan ilmiah melalui berbagai pengarahan, sharing, dan usul/saran yang
membangun.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga rampungnya makalah ini.

Serang, 22 Maret 2023

Kelompok 10
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………..…..2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………….4

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………….6

C. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………….….6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecelakaan Kerja………………………………………………………………………………7

B. Klasifikasi Kecelakaan Kerja…………………………………………………………………………………8

C. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja………………………………..10

D. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja………………………………………………………………………13

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja………………………………..…….14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………....16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di
perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari pekerja itu sendiri dan
lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak pengusaha. Keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-
Undang RI Nomor 13 tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan
dan kesehatan kerja diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik daya kerja dan
tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan
untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi unsur yang ada
dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik tetapi juga mental
emosional dan psikologi (Hadiguna, 2009).

Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen PembinaanPengawas Ketenagakerjaan


Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil Pertemuan Asia-Europe Meeting
(ASEM) Workshop on National Occupational Safety and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan
kerja di Indonesia tergolong tinggi disbanding sejumlah negara di Asia dan Eropa pada tahun
2010 kecelakaan Kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus. 1.200 kasus di antaranya
mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan menurut Muji Handaya bahwa dengan angka
kecelakan kerja tersebut rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari
(Djumena, 2011).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bahwa penyakit dan kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah maka upaya pokok kesehatan kerja adalah pencegahan kecelakaan
kerja. Tetapi kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian
setiap perencanaan keputusan dan organisasi harus memperhitungkan aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam perusahaan (Notoatmodjo, 2007).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2010 sampai dengan 2011 hal ini
membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di tempat kerja tapi angka kematian
dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun. Pada tahun 2010 lalu jumlahnya menurun dari 98.711
menjadi jadi 86.368 kasus tahun 2011. Muji Handaya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenaga
kerjaan Kemenakertrans RI mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan

kerja karena kasus kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai pulang ke
rumah dihitung masuk kematian akibat kecelakaan kerja. Sedangkan faktor pekerja dan
lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri yang kurang memadai turut menentukan besarnya
proporsi kecelakaan kerja (Djumena, 2011).

Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan kerja yang


sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 80%, kondisi lingkungan yang tidak
aman sebesar 10% atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Penyebab
kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan peralatan yang tidak aman (Prastyo, 2012).

Perilaku pekerja tentang K3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan


penerapan SMK3. Hasil penelitian Salawati (2009) menunjukkan adanya hubungan antara
perilaku tenaga kesehatan terhadap penerapan Manajemen K3 di Rumah Sakit Zainal Abidin
Banda Aceh. Hasil penelitian Zulliyanti (2011) menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan
pekerja berpengaruh terhadap penerapan Manajemen K3 di PT Gold Coin Indonesia dan hasil
penelitian Munthe (2010) menggambarkan pengetahuan dan tindakan pekerja tentang SMK3 di
PT Socfindo Kebun Aek Pamienke ada pada kategori yang baik. Produktivitas pekerja yang tinggi
sangat diharapkan oleh pihak perusahaan karena hal tersebut berpengaruh dan dibutuhkan
dalam menjaga kelancaran proses produksi di perusahaan. Dengan itu perlu diterapkan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang menjamin hak pekerja untuk
mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya. Perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan
selanjutnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses
produksinya. Selain meningkatnya daya saing dan produktivitas tenaga kerja yang juga menjadi
sasaran strategis Kemenakertrans dalam Review, Rencana Strategis.

Kemenakertrans RI (2012) adalah meningkatnya penerapan pelaksanaan peraturan


perundang-undangan ketenagakerjaan ditempat kerja. Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) ditempat kerja berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

Berpedoman kepada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam hal ini
perusahaan juga harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) sesuai dengan yang tertuang dalam Himpuman Peraturan Perundang-Undangan (HPPU
RI, 2008) disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:
384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat
Kegiatan Konstruksi Bendungan yang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kecelakaan Kerja
2. Klasifikasi akibat Kecelakaan Kerja
3. Upaya pencegahan dan penanggulangan Kecelakaan Kerja
4. Teori-teori Penyebab Kecelakaan Kerja
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kecelakaan Kerja

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kecelakaan Kerja
2. Untuk mengetahui Klasifikasi akibat Kecelakaan Kerja
3. Untuk mengetahui Upaya pencegahan dan penanggulangan Kecelakaan Kerja
4. Untuk mengetahui teori penyebab Kecelakaan Kerja
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Kecelakaan Kerja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecelakaan Kerja


Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan
tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak
dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Kermenaker) Nomor: (03/Men/1998). Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007),
Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan
kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Kecelakaan Kerja adalah suatu
kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah
diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta
benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial Tenaga Kerja,
Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
B. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (2009),
klasifikasi Kecelakaan Kerja sebagai berikut:

1. Berdasarkan jenis pekerjaan

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak bahan berbahaya atau radiasi

2. Berdasarkan penyebab

a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu, dan
sebagainya.

b. Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat angkut darat, udara
dan air

c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik,
bejana bertekanan, tangga, scaffolding dan sebagainya.

d. Bahan-bahan, Alat-Alat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas, Alat-Alat kimia,
dan sebagainya.

e. Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah tanah).


3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan

a. Patah tulang

b. Dislokasi (keseleo)

c. Regang otot

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Cuka di permukaan

g. Gegar dan remuk

h. Luka bakar

i. Keracunan-keracunan mendadak
C. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.
Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap
kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab kecelakaan harus benar-benar diketahui
dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu
peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan Kecelakaan Kerja sangat penting artinya dilakukan
identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan
serta mengases besarnya risiko bahaya.

Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada lingkungan,


mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia.

1. Lingkungan

Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan
dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara ruang kerja

b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat
menjamin keselamatan

c. Memenuhi penyelenggaraan ketata rumah tanggaan, meliputi pengaturan penyimpanan


barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat dan ruangan

2. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar
atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain
bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan
pasti efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan
ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan
pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja. Alat
pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok
ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya.
4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,


mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang
mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya ketidak cocokan fisik dan mental.

Pencegahan bahaya resiko kecelakaan kerja lainnya dapat dilakukan dengan cara:

1. Pada sumber bahaya

a. Eliminasi, Menyingkirkan, alat pekerjaan berbahaya, mesin proses, atau substansi mungkin
cara terbaik untuk melindungi pekerja.

b. Substitusi, Kadang-kadang melakukan pekerjaan yang sama dengan cara yang kurang
berbahaya adalah mungkin. Sebagai contoh, suatu bahan kimia berbahaya bisa diganti dengan
yang kurang berbahaya. Kontrol harus melindungi pekerja dari bahaya baru yang diciptakan.

2. Pada pekerjaan

a. Redesign, jobs dan proses dapat dikerjakan ulang untuk membuat mereka lebih aman.
Misalnya, Wadah dapat dibuat lebih mudah untuk menahan dan mengangkat.

b. Isolasi, jika bahaya tidak dapat dihilangkan atau diganti, bisa beberapa kali menjadi
terisolasi, berisi atau dijauhkan dari pekerja. Sebagai contoh, sebuah terisolasi dan ruang
control ber-AC dapat melindungi operator dari bahan kimia beracun.

c. Otomasi, proses berbahaya dapat otomatis atau mekanis. Untuk Misalnya, robot yang
dikendalikan komputer dapat menangani operasi titik pengelasan di dalam mobil tanaman.
Perawatan harus diambil untuk melindungi pekerja dari bahaya robot.

d. Hambatan, bahaya A dapat diblokir sebelum mencapai pekerja. Sebagai contoh, khusus
tirai dapat mencegah cedera mata dari radiasi pengelasan busur. Peralatan yang tepat menjaga
akan melindungi pekerja dari con tacting bagian yang bergerak.

e. Penyerapan, baffle dapat memblokir atau menyerap kebisingan. Sistem pengunci dapat
mengisolasi energi sumber selama perbaikan dan pemeliharaan. Biasanya, kontrol lebih lanjut
yang menyimpan bahaya dari pekerja, lebih efektif itu.

f. Pengenceran, Beberapa bahaya dapat diencerkan atau hilang. Misalnya, Ventilasi sistem
bisa mencairkan gas beracun sebelum mereka mencapai operator.
3. Kontrol Administratif

a. Prosedur keamanan kerja, pekerja wajib menggunakan standar keamanan prosedur.


Pengusaha diharapkan untuk memastikan bahwa pekerja mengikuti standar pelayanan
minimum. Prosedur kerja harus ditinjau secara berkala terhadap pekerja.

b. Pengawasan dan pelatihan, pelatihan awal mengenai prosedur kerja yang aman dan
penyegaran pelatihan harus ditawarkan. Hal ini penting dilakukan sebagai pengawasan yang
tepat untuk membantu pekerja dalam mengidentifikasi kemungkinan bahaya dan prosedur
kerja evaluasi.

c. Rotasi kerja dan prosedur lain, dengan melakukan rotasi kerja maka dapat mengurangi w
aktu bagi para pekerja atau intensitaspekerja terhadap paparan. Sebagai contoh, jadwal para
pekerja bisa dirotasi berulang-ulang terhadap pekerjaan yang membutuhkan tendon dan otot
gerakan untuk mencegah cedera trauma kumulatif akibat intensitas dan reaksi otot yang
berlebihan.

d. Housekeeping, merupakan suatu antisipasi terhadap perbaikan dan pemeliharaan


program. Housekeeping termasuk pembersihan, pembuangan sampah dan pembersihan
tumpahan.

e. Kebersihan-Kebersihan praktek, dapat mengurangi resiko bahan beracun diserap oleh


pekerja atau dibawa ke keluarga mereka dirumah. Pakaian kantor harus disimpan di loker
terpisah untuk menghindari terkontaminasi oleh pakaian kerja. Makan daerah harus dipisahkan
dari bahaya beracun. Tempat makan harus jauh dari area kerja dan beracun. Mana yang
berlaku, pekerja harus diwajibkan untuk mandi dan berganti pakaian pada akhir shift.

4. Perlengkapan perlindungan pribadi

Alat pelindung diri (APD) dan pakaian khusus pelindung diri digunakan jika perlindungan
tambahan diperlukan. Pekerja harus dilatih untuk menggunakan dan memelihara peralatan
dengan baik. Pengusaha dan pekerja harus memahami keterbatasan alat pelindung diri.
Pengusaha mewajibkan pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri setiap saat. Peralatan
APD pula harus diperhatikan untuk memastikan peralatan yang bekerja dengan baik. Jika tidak,
APD dapat membahayakan kesehatan pekerja dan memberikan bahaya perlindungan bagi
pekerja.
D. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
Banyak faktor yang dapat menjadi sebab kecelakaan kerja. Ada faktor yg merupakan
unsur tersendiri dan beberapa di antaranya adalah faktor yang menjadi unsur penyebab
bersama-sama. Beberapa teori yang banyak berkembang adalah:

1. Teori Kebetulan Murni ( Pure Chance Theory)

mengatakan bahwa kecelakaan terjadi atas Kehendak Tuhan, secara alami dan
kebetulan saja kejadiannya, sehingga tak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya.

2. Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory)

teori ini mengatakan pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-
sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.

3. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory)

mengatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan


pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)

mengatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe


condition) dan perbuatan berbahaya (unsafe action)

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory)

menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, langsung dan tidak
langsung disebabkan kesalahan manusia.

6. Teori Keju Swiss (Swiss Cheese Theory

diusulkan oleh James Reason dari Universitas Manchester dan Dante Orlandella,
yang digunakan untuk menganalisa penyebab kegagalan sistematis atau kecelakaan, biasanya
digunakan di bidang penerbangan, teknik dan kesehatan.

7. Teori Beberapa Sebab (Multiple Causation Theory)


teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu faktor
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab-penyebab ini mewakili perbuatan dan kondisi atau
situasi tidak aman.

8. Teori Domino (Domino Seguence Theory)

Thompkin (1982) memberikan gambaran di dalam teori domino Henirich. Lebih


lanjut, teori mengenai terjadinya kecelakaan kerja dapat diupayakan pencegahannya dengan
mekanisme terjadinya kecelakaan kerja di uraikan “Domino Seguence” berupa berikut ini.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma 뭢 ur (2009) disebabkan oleh dua
faktor, yaitu :

1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja,
kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya
mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan,
ketidak cocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan
karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,
kelalaian, melamun, tidak mau bekerjasama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk
mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik
dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan
kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri
(manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan
sebagainya.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat
pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor mekanis dan lingkungan dapat
pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di
perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin
penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau
perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar
oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan
kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar.
Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan
kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house
keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan
alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna
sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa
tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan
dan tidak ada pencahayaan setempat.

Faktor penyebab berbahaya lainnya menurut lingkungan, diantaranya:

1.Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan
non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun.

2.Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan yang beradiasi
pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal.

3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan penerangan
yang kurang, bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut OHSAS (18001, 1999) dalam Shariff (2007), Kecelakaan Kerja adalah suatu
kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan
harta benda atau kerugian , waktu.

Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya Kecelakaan Kerja yang
diusulkan oleh H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori Domino Heinrich. Dalam teori tersebut
dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan, yaitu: 1) kondisi
kerja, (2) kelalaian manusia, (3) tindakan tidak aman, (4) kecelakaan, dan (5) cedera. Kelima
faktor ini tersusun seperti kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini
akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip
dengan efek domino, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun
yang menyebabkan robohnya bangunan lain.

Kecelakaan Kerja yang terjadi menurut Sumamur (2009) disebabkan oleh dua faktor,
yaitu: faktor manusia dan faktor mekanik. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
tahun 1962 dalam Suma’mur (1987), klasifikasi kecelakaan kerja berdasarkan jenis pekerjaan,
penyebab luka, sifat luka, dan letak luka. Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita,
sedangkan sesama pekerja ikut bersedih dan berduka cita. Kecelakaan sering kali disertai
terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian. Gangguan terhadap pekerja
demikian adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan
tempat ia bekerja.

Pencegahan Kecelakaan Kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada lingkungan,


mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia .

Anda mungkin juga menyukai