Disusun Oleh :
Kelompok 4
Rizal Hak
( 201810160311316)
Farida Umami ( 201810160311319)
Salsabilla Nurjanah (201810160311302)
Rusvita Nur Amalina (201810160311277)
Dira Donella (201810160311326)
Nikita Nurfauziyah (201810160311300)
Kami menyadarari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun
demikian telah memberikan manfaat bagi kami selaku tim penulis. Akhir kata kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
Pengertian Kesadaran........................................................................................................................4
KASUS 8B..........................................................................................................................................10
KASUS 8C..........................................................................................................................................14
Konsep Dasar tentang Persepsi........................................................................................................14
Hal yang harus dilakukan saat rekan kerja mengalami kecelakaan kerja akibat tersengat arus
listrik...........................................................................................................................................16
Kemampuan Presepsi...........................................................................................................17
Kemampuan Gerak..............................................................................................................19
KASUS 8D..........................................................................................................................................20
JAWABAN KASUS 8 A – 8 D
KASUS 8A
Oleh: Rizal Hak (201810160311316)
Pengertian Kesadaran
Menurut Hasibuan (2012:193), “kesadaran adalah sikap seseorang yang
secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kesadaran adalah keinsafan,
keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan kesadaran adalah
kondisi dimana seseorang mengerti akan hak dan kewajiban yang harus
dijalankannya.
1. Situasi Kerja
a. Pengendalian manajemen yang kurang
b. Standar kerja yang minim
c. Tidak memenuhi standar
d. Perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi
2. Kesalahan Orang
a. Keterampilan dan pengetahuan yang minim
b. Masalah fisik atau mental
c. Motivasi yang minim atau salah penempatan
d. Perhatian yang kurang
4. Kecelakaan
a. Kejadian yang tidak terduga
b. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
c. Terjatuh
d. Terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya
KASUS 8B
2 karyawan harus dilarikan ke rumah sakit karena kejatuhan peralatan kerja dari lantai 13.
Keduanya adalah karyawan baru. Karyawan didapatai tidak menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja,yang sudah disediakan. Bagaimana anda menilali kejadian ini? Utarakan
pendapat anda.
Jawaban :
Dalam kasus ini perusahaan seharusnya memberi sosialisasi terlebih dahulu sebelum
karyawan mulai bekerja dan karyawan mematuhi apa yang sudah disosialisasikan pihak
perusahaan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Program keselamatan kerja sendiri memiliki arti keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sedangkan menurut Mangkunegara
(2000:161) Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan
dilakukan 2 cara Soeprihanto (2002:48) yaitu:
Selain pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan seperti yang sudah disebutkan
diatas,para karyawan sendiri harus mengikuti apa yang sudah disosialisasikan oleh
perusahaan tentang K3( keselamatan dan kesehatan kerja ),para karyawan harus mengikuti
aturan K3. Karena itu dibuat peraturan-peraturan mengenai K3 antara lain tertuang dalam
perjanjian kerja bersama (PKB) 2009-2011:
Pasal 38 menyebutkan:
JAWABAN KEDUA
Pertanyaan
2 karyawan harus dilarikan kerumah sakit karena kejatuhan peralatan kerja dari lantai 13.
Keduanya adalah karyawan baru. Karyawan didapati tidak menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja yang sudah disediakan. Bagaimana anda menilai kejadian ini ? Utarakan
pendapat anda.
Jawaban
Kejadian ini tidak sesuai dengan SOP keselamatan kerja seharusnya HRD atau atasan jika
karyawan baru itu harus di briefing terlebih dahulu untuk keselamatan kerja, karena hal
tersebut dapat menyangkut dengan pekerjaan dan keamanan pekerjaan tersebut. Pendapat
tersebut sesuai dengan prinsip keselamatan kerja no 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Seharusnya untuk tiap perusahaan memiliki unit K3, karena itu diwajibkan pada setiap
perusahaan dan hal ini sudah ada dalam undang-undang. Gunanya K3 yaitu untuk mengecek
dan mengaharuskan setiap pegawainya menggunakan alat pelindung agar tidak terjadi hal hal
yang tidak diinginkan/ kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab keseluruhan organisasi. Lini dan staf
sama-sama bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu adanya koordinasi serta pembagian
tugas dan tanggung jawab (Depnaker RI, 1996:46). Kinerja perusahaan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya relatif, karena tidak pernah ada keselamatan dan
kesehatan kerja yang mencapai sempurna. Dengan demikian selalu dapat diupayakan
perbaikan ). Tujuan, Saran dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program
keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk mencapai sasaran jangka pendek dan jangka
panjang.
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah :
Pengertian/definisi K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di atas merupakan
pengertian/definisi K3 yang secara umum digunakan dan diajarkan, namun di luar referensi
di atas masih banyak referensi mengenai pengertian/definisi K3 baik menurut ILO, WHO,
WHS, HSE ataupun OSHA namun tidak dimasukan dalam artikel ini.
Menurut Philip Kotler (Manajemen Pemasaran, 1993, hal 219) persepsi adalah proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan
sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif.
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang
terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya
melalui indera-indera yang dimilikinya.
Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat
untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk
persepsi seseorang.
c. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau
kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individu, perbedaanperbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi.
Menurut Sukintaka (1992: 15-16) gerak motorik merupakan hasil gerak individu dalam
melakukan gerak, baik gerak yang bukan olahraga maupun gerak dalam olahraga atau
kematangan penampilan ketrampilan motorik.
Hal yang harus dilakukan saat rekan kerja mengalami kecelakaan kerja akibat
tersengat arus listrik
Hal yang harus dilakukan saat rekan kerja terkena sengatan arus listrik adalah
kemampuan gerak. Karena saat salah satu karyawan tersebut terkena sengatan maka rekan
kerja yang lain harus cepat mematikan seluruh listrik yang saat itu masih menyala. Jika tidak
bisa, jauhkan sumber listrik dari korban dan penolong dengan menggunakan benda-benda
non konduktif, misalnya kayu atau plastik (pastikan benda-benda tersebut dalam keadaan
kering). Setelah itu karyawan lain bisa mengecek tanda-tanda sirkulasi darah pada korban
(pernafasan, batuk, atau gerakan tubuh). Jika tidak ada, maka segera melakukan CPR.
Di sisi lain sebelum melakukan CPR ada hal – hal yang perlu diketahui atau
diperhitungkan yaitu :
Jika korban tidak merespon dan ada dua orang penolong, yang satu harus mencari
pertolongan (menghubungi paramedis) dan yang lainnya mulai melakukan CPR. Jika
anda sendirian dan membawa telepon/hp, hubungi dulu paramedis baru kemudian
lakukan CPR.
Hal selanjutnya yang dilakukan apabila rekan kerja mengalami kecelakaan kerja yaitu
tersengat arus listrik adalah dengan melakukan kemampuan persepsi yaitu menggunakan
proses Interpretasi atau proses penafsiran terhadap fakta menjadi susunan cerita dalam bentuk
peristiwa. Penafsiran fakta harus mempunyai sifat logis kepada keseluruhan konteks
peristiwa lalu berbagai fakta yang satu sama lainnya lepas dapat disusun serta dihubungkan
menjadi kesatuan yang masuk akal. Proses interpretasipun harus bersifat selektif dikarenakan
tidak mungkin fakta semuanya dimasukkan dalam cerita sejarah, sehingga harus memilih
yang relevan dengan topik yang sudah ada serta mendukung kebenaran sejarah. Dengan
dilakukannya proses interpretasi maka kita bisa mendapatkan informasi mengapa kecelakaan
kerja tersebut bisa terjadi. Sehingga perusahaan – perusahaan bisa melakukan evaluasi
kembali terhadap keselamatan kerja pada karyawan.
JAWABAN KEDUA
Kemampuan Presepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat
indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi
merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera.
Jenis-jenis Presepsi :
1. Persepsi Visual : Persepsi visual dibuat oleh manusia melalui informasi yang
diperoleh dari indera penglihatan, yakni mata. Penglihatan dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya. Mata
merupakan indera yang paling awal berkembang pada bayi, karenanya manusia
cenderung menggunakan mata untuk membuat persepsi dibandingkan dengan
indera yang lain.
2. Persepsi Auditori : didapatkan melalui indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali suara.
Meskipun suara ditangkap dengan telinga, namun proses “mendengarkan” juga
melibatkan berbagai syaraf dan otak. Makhluk hidup di dunia ini memiliki
kemampuan mendengarkan suara pada amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia
merupakan makhluk yang hanya bisa mendengarkan suara pada kekuatan 20 Hz
sampai 20.000 Hz saja. Sementara spesies lain mungkin dapat mendengarakan
suara pada range di bawah atau di atas frekuensi tersebut.
3. Persepsi Perabaan : didapatkan melalui indera taktil yaitu kulit. Kulit merupakan
bagian tubuh yang berada paling luar. Selain sebagai pelindung bagi organ-organ
yang ada di dalam tubuh, kulit juga dilengkapi dengan bermacam reseptor yang
peka terhadap berbagai rangsangan.
4. Persepsi Penciuman : dapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Penciuman
dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengkap dan merasakan bau.
Penciuman merupakan sebuah bentuk kemosensor, artinya zat kimia lah yang
bertanggung jawab dalam proses penciumanan. Zat kimia mengaktifkan sistem
olfaktori (penciuman) dalam konsentrasi kecil yang sering kita sebut dengan
istilah bau.
5. Persepsi Pengecapan : didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengegecapan merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti
makanan atau racun. Indera pengecapan terkait pada persepsi otak terhadap rasa.
Pengecapan merupakan suatu bentuk kemoreseptor yang dapat merasakan empat
sensasi pengecapan klasik, yakni manis, asin, masam, dan pahit. Namun
belakangan ini ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk menambah
kategori lain, yakni rasa gurih (umami) dan asam lemak.
Kemampuan Gerak
Gerakan adalah sesuatu yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau
patokannya kabur, maka kita bisa memperoleh informasi gerakan semu. Gerakan
semu terjadi bila ada dua rangsang yang berbeda muncul hampir bersamaan
waktunya.
a. EfekOtokinetik
Bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita,cahaya
tersebut akan nampak bergerak ke atas, ke bawah, ke samping kiri, ke samping
kanan.
b. GerakanStroboskopik
Terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir
bersamaan. Dalam gerakan stroboskopik ini ada gejala yang disebut phi-
penomenon. Gejala ini terjadi bila ada dua rangsang atau lebih yang muncul
dalam waktu yang amat pendek dan diamati sebagai gerakan dari satu
rangsang saja. Contohnya seperti lampu-lampu iklan di toko atau jalan besar,
demikian juga dalam pemutaran film menggunakan teknik ini.
1. Matikan sumber arus listrik atau cabut kabel yang menyebabkan sengatan, jika
aman.
2. Jika arus listrik tidak bisa dihentikan, dorong korban dengan alat yang tidak
menghantarkan listrik, misalnya sapu, kursi, atau tongkat kayu. Gunakan alas kaki
atau berdirilah di atas bahan yang tidak menghantarkan listrik seperti matras karet
atau tumpukan koran.
3. Hubungi klinik kesehatan terdekat.
4. Setelah pasien aman, cek pernapasan dan denyut jantung pasien. Jika ditemukan
henti napas atau jantung, lakukan pertolongan pertama sesuai kemampuan.
5. Tetap bersama pasien sampai bantuan kesehatan tiba.
KASUS 8D
Oleh: Nikita Nurfauziyah (201810160311300)
Jawab :
Bebrapa penyebab yg dapat kita ketahui salah satunya adalah kelelahan dari pilot
tersebut sehingga kurang berkonsentrasi. Karena seperti yg kita ketahui, seorang pilot dapat
terbang ke berbagai kota bahkan negara tiap minggunya. Sehingga hal ini dapat membuat
seorang pilot memiliki jam istirahat yg singkat. Keputusan pilot penting untuk memutuskan
apakah pesawat tersebut layak terbang atau tidak. Semua unsur penerbangan ada standar
khusus yang sangat ketat.
Salah satu teori human error yang cukup terkenal adalah teori Ramsey. Ramsey
berpendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan, dipengaruhi
oleh 4 (empat) faktor yaitu :
persepsi (perception)
kognitif (cognition)
kemampuan (ability)
5. Studi kasus; yaitu investigasi dengan menyelidiki berbagai kasus, menggalinya, dan
mengkombinasikannya dengan berbagai teori kesalahan, sehingga dapat membuat
disain dan diharapkan dapat mengurangi kesalahan (error).
Untuk mengatasi hal seperti ini tidak terulang lagi ialah dengan memeriksa catatan
teknis sebelum pesawat tersebut diperbolehkan untuk terbang. Mengecek kesehatan anggota
maskapai atau kru penerbangan, seperti pilot, co-pilot, pramugari, pramugara. Memastikan
kesehatan anggota maskapai peerbangan tersebut. Perlu adanya sosialisasi mengenai langkah-
langkah secara periodik guna memastikan keselamatan penerbangan, baik yang menyangkut
kelayakan pesawat maupun yang menyangkut maskapai dan kru pesawat. Memberlakukan
human factor training secara berkala. Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009
tentang Penerbangan, dijelaskan mengenai tanggung jawab dalam keselamatan penerbangan.