Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH MATERI SIMULASI

“ Praktikum Manajemen Sumber Daya Manusia“

Instruktur: Dra. Titiek Ambarwati, M.M.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Rizal Hak
( 201810160311316)
Farida Umami ( 201810160311319)
Salsabilla Nurjanah (201810160311302)
Rusvita Nur Amalina (201810160311277)
Dira Donella (201810160311326)
Nikita Nurfauziyah (201810160311300)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya yang telah
dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan simulasi makalah “ Praktikum
MSDM”. Dan dalam kesempatan ini terimakasih kami sampaikan kepada, Ibu Dra. Titiek
Ambarwati, M.M. Selaku Instruktur dari praktikum MSDM di Kelas M, Univesitas
Muhammadiyah Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga wawasan
dan pengetahuan kami bertambah.

Kami menyadarari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun
demikian telah memberikan manfaat bagi kami selaku tim penulis. Akhir kata kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

JAWABAN KASUS 8 A .................................................................................................................4

Pengertian Kesadaran........................................................................................................................4

Pengertian Keselamatan Kerja.......................................................................................................4

Pengertian Kesehatan Kerja...........................................................................................................5

Penyebab Kecelakaan Kerja..........................................................................................................5

Tujuan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................................6

KASUS 8B..........................................................................................................................................10

Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).........................10

Pengertian Keselamatan Kerja.....................................................................................................12

Pengertian dan definisi K3 menurut Menurut Mangkunegara (2002, p.163)...............................13

KASUS 8C..........................................................................................................................................14
Konsep Dasar tentang Persepsi........................................................................................................14

 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi...................................................................................15

 Deskripsi Teori Kemampuan Gerak.....................................................................................16

 Hal yang harus dilakukan saat rekan kerja mengalami kecelakaan kerja akibat tersengat arus
listrik...........................................................................................................................................16

 Kemampuan Presepsi...........................................................................................................17

 Kemampuan Gerak..............................................................................................................19

 Hal yang dilakukan saat rekan kerja terkena arus tinggi......................................................19

KASUS 8D..........................................................................................................................................20

JAWABAN KASUS 8 A – 8 D

KASUS 8A
Oleh: Rizal Hak (201810160311316)

Pengertian Kesadaran
Menurut Hasibuan (2012:193), “kesadaran adalah sikap seseorang yang
secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kesadaran adalah keinsafan,
keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan kesadaran adalah
kondisi dimana seseorang mengerti akan hak dan kewajiban yang harus
dijalankannya.

Pengertian Keselamatan Kerja


Menurut Rivai (2011:792), “keselamatan dan kesehatan kerja merujuk
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fiskal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan”.
Menurut Husni (2010:148), “keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja” .
Menurut Sedarmayanti (2011:124), prinsip dasar keselamatan dan
kesehatan kerja menekan antara lain:
1. Setiap karyawan berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja agar
terhindar dari kecelakaan
2. Setiap karyawan yang berada di tempat kerja harus dijamin
keselamatannya
3. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman.

Pengertian Kesehatan Kerja


Menurut Sedarmayanti (2010:223), “istilah kesehatan, keamanan saling
berkaitan. Istilah lebih luas dan lebih umum adalah kesehatan, merujuk pada
keadaan umum kesejahteraan fisik, mental, dan emosional”.
14
Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok
Tenaga Kerja Pasal 9 (Sedarmayanti: 2010,208), “Setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral
kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama”.
Menurut Husni (2010:156), kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu
kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan
dapat bekerja secara optimal.

Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Sedarmayanti (2010:210), faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan
kerja, dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat
udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain
2. Faktor kimia, berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda
padat
3. Faktor biologi, dari golongan hewan dan tumbuh-tumbuhan
4. Faktor fisiologis, seperti kontruksi mesin, sikap, dan cara kerja
5. Faktor mental psikologis, susunan kerja, hubungan di antara karyawan
atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya
Menurut Ridley (2008:114), suatu kecelakaan bukanlah suatu peristiwa
tunggal, kecelakaan ini merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang
saling berkaitan seperti rangkaian dari:

1. Situasi Kerja
a. Pengendalian manajemen yang kurang
b. Standar kerja yang minim
c. Tidak memenuhi standar
d. Perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi

2. Kesalahan Orang
a. Keterampilan dan pengetahuan yang minim
b. Masalah fisik atau mental
c. Motivasi yang minim atau salah penempatan
d. Perhatian yang kurang

3. Tindakan Tidak Aman


a. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
b. Mengambil jalan pintas
c. Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja

4. Kecelakaan
a. Kejadian yang tidak terduga
b. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
c. Terjatuh
d. Terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya

Menurut Husni (2010:153), ada sebab dari suatu kejadian akan


membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:

1. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain:


a. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan
b. Biaya pengobatan dan perawatan korban
c. Tunjangan kecelakaan
d. Hilangnya waktu kerja
e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi

2. Kerugian yang bersifat non ekonomis


Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang
bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/cedera berat maupun
luka ringan
Tujuan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi
perusahaan industri guna meningkatkan kinerja dan loyalitas karyawan
terhadap perusahaan.
Menurut Rachmawati (2008:171), tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja antara lain:
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya,
baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerjapekerja
bebas
2. Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaankecelakaan
akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan, dan
gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya
produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja, pelipat
ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.
Sedangkan Menurut Suma’mur (1996:2), tujuan dari keselamatan kerja
yaitu:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien

Kewajiban dan Hak Kerja


Kewajiban dan Hak Kerja menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 mengenai Bab VIII, pasal 12 tentang keselamatan kerja sebagai
pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Terdapat kewajiban
dan hak kerja yaitu:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
19
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Kewajiban Perusahaan dalam Pelaksanaan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja
Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
perusahaan harus menyediakan fasilitas alat pelindung diri.
Menurut Husni (2010:150-151), kewajiban perusahaan dalam
melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
1. Terhadap karyawan yang baru bekerja, ia berkewajiban
menunjukkan dan menjelaskan tentang:
a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerja
b. Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharapkan
c. Cara dan sikap dalam melaksanakan pekerjaannya
d. Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja
yang bersangkutan.
2. Terhadap karyawan yang telah/sedang dipekerjakan, ia
berkewajiban:
a. Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan
penanggulangan kebakaran, pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan (PJK) dan peningkatan usaha keselamatan dan
kesehatan kerja pada umumnya
b. Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara
berkala
c. Menyediakan semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh karyawan
d. Memasang gambar dan Undang-undang keselamatan dan
kesehatan kerja, serta bahan pembinaan lainnya ditempat kerja
sesuai dengan petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
dan kesehatan kerja
e. Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang terjadi ditempat kerja tersebut
f. Mentaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
baik diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun yang
ditetapkan oleh pegawai pengawas.
20

2.8 Alat Pelindung Diri

Dasar hukum menyatakan bahwa alat perlindungan diri ini adalah


Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Bab IX pasal 13 tentang kewajiban bila
memasuki tempat kerja yang berbunyi:
“Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan.”
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
PER.08/MEN/VII/2010 menyebutkan alat perlindungan diri (APD) adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja.

Alat pelindung diri yang dimaksud ialah:


1. Pelindung Kepala
2. Pelindung Mata dan Muka
3. Pelindung Telinga
4. Pelindung Pernafasan beserta pelengkapannya
5. Pelindung tangan
6. Pelindung kaki
Setiap perusahaan industri pastinya menyediakan sejumlah besar aneka
jenis dan ukuran peralatan pelindung diri dan tenaga kerja memilih sendiri
yang sesuai bagi mereka masing-masing. Menurut Suma’mur (1996:296-
298), aneka alat-alat pelindung diri adalah sebagai berikut:
1. Kaca mata
Kaca mata digunakan pada saat memasuki tempat-tempat kerja dengan
bahaya kecelakaan mata dan karyawan selalu memakai kaca mata selama
jam kerja. Perusahaan-perusahaan lain menyediakan sejumlah besar aneka
jenis dan ukuran kaca mata pelindung diri serta tenaga kerja memilihnya
yang paling sesuai bagi mereka masing-masing.
2. Sepatu Pengaman
Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap
kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban-beban berat yang
menimpa kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak,
logam pijar, asam-asam dan sebagainya.
21
3. Sarung Tangan
Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja dengan prtimbangan
akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain
syaratnya adalah bebasnya bergerak jari dan tangan. Sarung tangan dapat
melindungi dari tusukan, sayatan, terkena benda panas dan sebagainya
4. Topi Pengaman
Topi pengaman harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa
pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda lain-lain yang
bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi tetap ringan.
5. Perlindungan Telinga
Telinga harus dilindungi terhadap loncatan api, percikan logam pijar atau
partike-partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisingan
dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.
6. Perlindungan Paru-paru
Paru-paru harus dilindungi manakala udara tercemar atau ada
kemungkinan kekurangan oksigen dalam udara. Pencemar-pencemar
mungkin berbentuk gas, uap logam, kabut, debu, dan lain-lainnya.
Kekurangan oksigen mungkin terjadi di tempat-tempat yang
pengudaraannya buruk seperti tangki atau gudang di bawah tanah.

Pendekatan pada Manajemen Keselamatan Kerja yang Efektif


Merancang pekerjaan dengan baik membutuhkan pertimbangan keadaan
fisik dari pekerjaan ruang kkerja yang mengelilingi pekerjaan dapat
mempengaruhi kinerja pekerja karyawan itu sendiri. Menurut Sedarmayanti
(2010:226), “pendekatan pada manajemen keselamatan kerja yang efektif
dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu”:
1. Pendekatan Organisasional
a. Merancang pekerjaan
b. Mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan keselamatan
c. Menggunakan komite keselamatan
d. Mengkoordinasikan investigasi kecelakaan
2. Pendekatan Teknik Mesin
a. Merancang lokasi dan peralatan kerja
b. Meninjau peralatan
c. Menerapkan prinsip ergonomi
3. Pendekatan Individual
a. Menguatkan motivasi dan sikap keselamatan
b. Memberi pelatihan keselamatan karyawan
c. Memberi penghargaan keselamatan melalui program insentif
22

Cara Meningkatkan Kesadaran dan Kepedulian mengenai


Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mencegah terjadinya kecelakaan dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan yaitu pendekatan energi, pendekatan pada jalan energi,
pendekatan manusia, pendekatan teknis, pendekatan administratif,
pendekatan manajemen. Pendekatan secara manusia didasarkan hasil
statiistik yang menyatakan bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor
manusia dengan tindakan yang tidak aman. Karena itu untuk mencegah
kecelakaan dilakukan berbagai upaya pembinaan unsur manusia untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sehingga kesadaran
keselamatan dan kesehatan kerja meningkat.
Menurut Ramli (2010:39), untuk meningkatkan kesadaran dan
kepedulian mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan berbagai
pendekatan dan program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
1. Pembinaan dan pelatihan
2. Promosi keselamatan dan kampanye keselamatan dan kesehatan kerja
3. Pembinaan perilaku aman
4. Pengawasan dan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja
5. Audit keselamatan dan kesehatan kerja
6. Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja
7. Pengembangan prosedur kerja aman (safe working practices)

Dapat disimpulkan bahwasanya, seringnya terjadi kecelakaan di PT. Suka-Suka adalah


disebabkan karena kurangnya kesadaran dari para keryawan akan keselamatan dirinya dan
tidak bisa memanfaatkan sarana-sarana yang sudah disediakan oleh perusahaan dengan
sebaik mungkin. Adapun cara mengatasinya adalah dengan memberikan motivasi dan
kesadaran kepada para karyawan agar mampu dan mau untuk memanfaatkan dan
menggunakan sarana-sarana yang telah disediakan oleh perusahaan.

KASUS 8B

Oleh: Salsabilla Nurjanah Putri (201810160311302)

2 karyawan harus dilarikan ke rumah sakit karena kejatuhan peralatan kerja dari lantai 13.
Keduanya adalah karyawan baru. Karyawan didapatai tidak menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja,yang sudah disediakan. Bagaimana anda menilali kejadian ini? Utarakan
pendapat anda.

Jawaban :
Dalam kasus ini perusahaan seharusnya memberi sosialisasi terlebih dahulu sebelum
karyawan mulai bekerja dan karyawan mematuhi apa yang sudah disosialisasikan pihak
perusahaan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Program keselamatan kerja sendiri memiliki arti keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sedangkan menurut Mangkunegara
(2000:161) Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah sistem manajemen
organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan Kebijakan
K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan) tersebut.

pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan
dilakukan 2 cara Soeprihanto (2002:48) yaitu:

1. Usaha preventif atau mencegah


Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber
bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak
menimbulkan bahaya bagi para karyawan. Langkah-langkah pencegahan itu dapat
dibedakan, yaitu :

 Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)


 Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya)
 Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya
 Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas
respirator, dust respirator, dan lain-lain).
 Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
 Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Usaha represif atau kuratif
Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang
disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat
terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan
baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama
dalam rangka mengatasi dan menghadapinya.

Selain pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan seperti yang sudah disebutkan
diatas,para karyawan sendiri harus mengikuti apa yang sudah disosialisasikan oleh
perusahaan tentang K3( keselamatan dan kesehatan kerja ),para karyawan harus mengikuti
aturan K3. Karena itu dibuat peraturan-peraturan mengenai K3 antara lain tertuang dalam
perjanjian kerja bersama (PKB) 2009-2011:

Pasal 38 menyebutkan:

1. Karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya dan karyawan lainnya.

2. Menciptakan, memelihara dan meningkatkan kebersihan tempat kerja.

3. Melakukan teknik kerja yang tepat dan aman.

4. Karyawan yang menemukan hal-hal yang membahayakan terhadap keselamatan


karyawan dan perusahaan harus segera lapor ke atasannya.

5. Mentaati sepenuhnya peraturan kebersihan, kesehatan, ketertiban, K3, serta teknik-


teknik kerja yang baik.

6. Menyimpan, memelihara, dan menggunakan sebaik-baiknya peralatan dan


perlengkapan kerja.
Jadi dalam kasus ini perusahaan ini, seharusnya karyawan mematuhi peraturan
K3(keselamatan dan kesehatan kerja ) sehingga kecil kemungkinan terjadi keselamatan kerja.
Bila seseorang bekerja dalam bidang konstruksi maka sebaiknya memakai alat keselamatan
seperti helm pelindung,rompi pengaman,masker,sarung tangan,pelindung tellinga,kacamata
pelindung. Sehingga bila karyawan memakai helm pelindung maka jika ada benda yang
terjatuh dari lantai 13 tidak akan melukai karyawan.

JAWABAN KEDUA

Oleh: Farida Umami (201810160311319)

Pertanyaan

2 karyawan harus dilarikan kerumah sakit karena kejatuhan peralatan kerja dari lantai 13.
Keduanya adalah karyawan baru. Karyawan didapati tidak menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja yang sudah disediakan. Bagaimana anda menilai kejadian ini ? Utarakan
pendapat anda.

Jawaban

Kejadian ini tidak sesuai dengan SOP keselamatan kerja seharusnya HRD atau atasan jika
karyawan baru itu harus di briefing terlebih dahulu untuk keselamatan kerja, karena hal
tersebut dapat menyangkut dengan pekerjaan dan keamanan pekerjaan tersebut. Pendapat
tersebut sesuai dengan prinsip keselamatan kerja no  1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.

Seharusnya untuk tiap perusahaan memiliki unit K3, karena itu diwajibkan pada setiap
perusahaan dan hal ini sudah ada dalam undang-undang. Gunanya K3 yaitu untuk mengecek
dan mengaharuskan setiap pegawainya menggunakan alat pelindung agar tidak terjadi hal hal
yang tidak diinginkan/ kecelakaan kerja.

Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari- hari sering disebut
dengan safety saja, oleh American Society of Safety Engineers (ASSE) diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya
dengan lingkungan dan situasi kerja (AM. Sugeng Budiono, 2003:171). Sumber lain
mengatakan bahwa, keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur PK., 1989:1).

Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab keseluruhan organisasi. Lini dan staf
sama-sama bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu adanya koordinasi serta pembagian
tugas dan tanggung jawab (Depnaker RI, 1996:46). Kinerja perusahaan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya relatif, karena tidak pernah ada keselamatan dan
kesehatan kerja yang mencapai sempurna. Dengan demikian selalu dapat diupayakan
perbaikan ). Tujuan, Saran dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program
keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk mencapai sasaran jangka pendek dan jangka
panjang.

Pengertian dan definisi K3 menurut Menurut Mangkunegara (2002, p.163)


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.

Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah :
Pengertian/definisi K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di atas merupakan
pengertian/definisi K3 yang secara umum digunakan dan diajarkan, namun di luar referensi
di atas masih banyak referensi mengenai pengertian/definisi K3 baik menurut ILO, WHO,
WHS, HSE ataupun OSHA namun tidak dimasukan dalam artikel ini.

A. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:


1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

B. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi :


1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan
penerangan.

Pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di atas merupakan


pengertian/definisi K3 yang secara umum digunakan dan diajarkan, namun di luar referensi
di atas masih banyak referensi mengenai pengertian/definisi K3 baik menurut ILO, WHO,
WHS, HSE ataupun OSHA namun tidak dimasukan dalam artikel ini.
KASUS 8C

Oleh: Dira Donella (201810160311326)

Konsep Dasar tentang Persepsi


Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung
pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern.

Menurut Philip Kotler (Manajemen Pemasaran, 1993, hal 219) persepsi adalah proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan
sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif. 

Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak


dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke
dalam alat indera manusia.

Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang
terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya
melalui indera-indera yang dimilikinya.

 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu,


prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses
belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga
minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran,
keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau
ketidak asingan suatu objek.

Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat
untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk
persepsi seseorang.

c. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau
kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individu, perbedaanperbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi.

 Deskripsi Teori Kemampuan Gerak


Kemampuan gerak adalah suatu kemampuan seseorang dalam menampilkan keterampilan
gerak yang luas serta diperjelas bahwa kemampuan motorik suatu kemampuan umum yang
berkaitan dengan penampilan berbagai ketrampilan atau tugas gerak (Sukadiyanto, 1997: 70).

Menurut Hurlock (1978: 150) motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan


jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang berkoordinasi untuk
melakukan gerak.

Menurut Sukintaka (1992: 15-16) gerak motorik merupakan hasil gerak individu dalam
melakukan gerak, baik gerak yang bukan olahraga maupun gerak dalam olahraga atau
kematangan penampilan ketrampilan motorik.

 Hal yang harus dilakukan saat rekan kerja mengalami kecelakaan kerja akibat
tersengat arus listrik
Hal yang harus dilakukan saat rekan kerja terkena sengatan arus listrik adalah
kemampuan gerak. Karena saat salah satu karyawan tersebut terkena sengatan maka rekan
kerja yang lain harus cepat mematikan seluruh listrik yang saat itu masih menyala. Jika tidak
bisa, jauhkan sumber listrik dari korban dan penolong dengan menggunakan benda-benda
non konduktif, misalnya kayu atau plastik (pastikan benda-benda tersebut dalam keadaan
kering). Setelah itu karyawan lain bisa mengecek tanda-tanda sirkulasi darah pada korban
(pernafasan, batuk, atau gerakan tubuh). Jika tidak ada, maka segera melakukan CPR.

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu teknik menyelamatkan nyawa yang


digunakan ketika pernafasan atau detak jantung seseorang terhenti.

Idealnya, CPR terdiri dari dua unsur yaitu : 

1. Memompa jantung (chest compressions) atau disebut juga CPR tangan.


2. Memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth rescue breathing).

Di sisi lain sebelum melakukan CPR ada hal – hal yang perlu diketahui atau
diperhitungkan yaitu :

 Apakah korban sadar atau tidak?


 Jika korban seperti tidak sadar, tepuk atau guncang bahunya dan tanyakan dengan
lantang, "kamu tidak apa-apa?"

 Jika korban tidak merespon dan ada dua orang penolong, yang satu harus mencari
pertolongan (menghubungi paramedis) dan yang lainnya mulai melakukan CPR. Jika
anda sendirian dan membawa telepon/hp, hubungi dulu paramedis baru kemudian
lakukan CPR.

Hal selanjutnya yang dilakukan apabila rekan kerja mengalami kecelakaan kerja yaitu
tersengat arus listrik adalah dengan melakukan kemampuan persepsi yaitu menggunakan
proses Interpretasi atau proses penafsiran terhadap fakta menjadi susunan cerita dalam bentuk
peristiwa. Penafsiran fakta harus mempunyai sifat logis kepada keseluruhan konteks
peristiwa lalu berbagai fakta yang satu sama lainnya lepas dapat disusun serta dihubungkan
menjadi kesatuan yang masuk akal. Proses interpretasipun harus bersifat selektif dikarenakan
tidak mungkin fakta semuanya dimasukkan dalam cerita sejarah, sehingga harus memilih
yang relevan dengan topik yang sudah ada serta mendukung kebenaran sejarah. Dengan
dilakukannya proses interpretasi maka kita bisa mendapatkan informasi mengapa kecelakaan
kerja tersebut bisa terjadi. Sehingga perusahaan – perusahaan bisa melakukan evaluasi
kembali terhadap keselamatan kerja pada karyawan.

JAWABAN KEDUA

Oleh: Rusvita Nur Amalina (201810160311277)

 Kemampuan Presepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat
indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi
merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera.

Jenis-jenis Presepsi :

1. Persepsi Visual : Persepsi visual dibuat oleh manusia melalui informasi yang
diperoleh dari indera penglihatan, yakni mata. Penglihatan dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya. Mata
merupakan indera yang paling awal berkembang pada bayi, karenanya manusia
cenderung menggunakan mata untuk membuat persepsi dibandingkan dengan
indera yang lain.
2. Persepsi Auditori : didapatkan melalui indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali suara.
Meskipun suara ditangkap dengan telinga, namun proses “mendengarkan” juga
melibatkan berbagai syaraf dan otak. Makhluk hidup di dunia ini memiliki
kemampuan mendengarkan suara pada amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia
merupakan makhluk yang hanya bisa mendengarkan suara pada kekuatan 20 Hz
sampai 20.000 Hz saja. Sementara spesies lain mungkin dapat mendengarakan
suara pada range di bawah atau di atas frekuensi tersebut.
3. Persepsi Perabaan : didapatkan melalui indera taktil yaitu kulit. Kulit merupakan
bagian tubuh yang berada paling luar. Selain sebagai pelindung bagi organ-organ
yang ada di dalam tubuh, kulit juga dilengkapi dengan bermacam reseptor yang
peka terhadap berbagai rangsangan.
4. Persepsi Penciuman : dapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Penciuman
dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengkap dan merasakan bau.
Penciuman merupakan sebuah bentuk kemosensor, artinya zat kimia lah yang
bertanggung jawab dalam proses penciumanan. Zat kimia mengaktifkan sistem
olfaktori (penciuman) dalam konsentrasi kecil yang sering kita sebut dengan
istilah bau.
5. Persepsi Pengecapan : didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengegecapan merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti
makanan atau racun. Indera pengecapan terkait pada persepsi otak terhadap rasa.
Pengecapan merupakan suatu bentuk kemoreseptor yang dapat merasakan empat
sensasi pengecapan klasik, yakni manis, asin, masam, dan pahit. Namun
belakangan ini ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk menambah
kategori lain, yakni rasa gurih (umami) dan asam lemak.

Proses terjadinya presepsi :

1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar.


2. Memberikan kode pada informasi yang diindera.
3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut.
4. Menyimpulkan arti dalam ingatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman, motivasi,


perhatian, emosi dan suasana hati.
2. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran
rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.
3. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh individu.

 Kemampuan Gerak
Gerakan adalah sesuatu yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau
patokannya kabur, maka kita bisa memperoleh informasi gerakan semu. Gerakan
semu terjadi bila ada dua rangsang yang berbeda muncul hampir bersamaan
waktunya.
a. EfekOtokinetik
Bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita,cahaya
tersebut akan nampak bergerak ke atas, ke bawah, ke samping kiri, ke samping
kanan.
b. GerakanStroboskopik
Terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir
bersamaan. Dalam gerakan stroboskopik ini ada gejala yang disebut phi-
penomenon. Gejala ini terjadi bila ada dua rangsang atau lebih yang muncul
dalam waktu yang amat pendek dan diamati sebagai gerakan dari satu
rangsang saja. Contohnya seperti lampu-lampu iklan di toko atau jalan besar,
demikian juga dalam pemutaran film menggunakan teknik ini.

 Hal yang dilakukan saat rekan kerja terkena arus tinggi


Hal yang harus dilakukan saat rekan kerja terkena sengatan arus listrik adalah
kemampuan gerak. Karena saat salah satu karyawan tersebut terkena sengatan maka
rekan kerja yang lain harus cepat mematikan seluruh listrik yang saat itu masih
menyala. Jika tidak bisa, jauhkan sumber listrik dari korban dan penolong dengan
menggunakan benda-benda non konduktif, misalnya kayu atau plastik (pastikan
benda-benda tersebut dalam keadaan kering). Setelah itu karyawan lain bisa
mengecek tanda-tanda sirkulasi darah pada korban (pernafasan, batuk, atau gerakan
tubuh).

Yang harus dilakukan :

1. Matikan sumber arus listrik atau cabut kabel yang menyebabkan sengatan, jika
aman.
2. Jika arus listrik tidak bisa dihentikan, dorong korban dengan alat yang tidak
menghantarkan listrik, misalnya sapu, kursi, atau tongkat kayu. Gunakan alas kaki
atau berdirilah di atas bahan yang tidak menghantarkan listrik seperti matras karet
atau tumpukan koran.
3. Hubungi klinik kesehatan terdekat.
4. Setelah pasien aman, cek pernapasan dan denyut jantung pasien. Jika ditemukan
henti napas atau jantung, lakukan pertolongan pertama sesuai kemampuan.
5. Tetap bersama pasien sampai bantuan kesehatan tiba.

KASUS 8D
Oleh: Nikita Nurfauziyah (201810160311300)

Sebuah perusahaan penerbangan “ Dirgantara” pada satu tahun terakhir mengalami 3


kali kecelakaan berturut-turut. Berdasarkan hasil investigasi, kecelakaan disebabkan human
error dari pilot. Menurut anda siapa yg paling bertanggung jawab terhadap kecelakaan
tersebut, beri alasan!

Jawab :

Sudah banyak kasus mengenai kecelakaan pesawat dikarenakan human error.


Kesalahan utama pilot terjadi  karena keputusan yang tidak tepat, kurang perhatian dan
kesalahan dalam pengendalian pesawat. Ketiga hal ini menjadi faktor utama kesalahan
manusia tersebut. Salah satu keputusan yang tidak tepat yang sering dilakukan oleh seorang
pilot adalah terbang terlalu rendah.

Bebrapa penyebab yg dapat kita ketahui salah satunya adalah kelelahan dari pilot
tersebut sehingga kurang berkonsentrasi. Karena seperti yg kita ketahui, seorang pilot dapat
terbang ke berbagai kota bahkan negara tiap minggunya. Sehingga hal ini dapat membuat
seorang pilot memiliki jam istirahat yg singkat. Keputusan pilot penting untuk memutuskan
apakah pesawat tersebut layak terbang atau tidak. Semua unsur penerbangan ada standar
khusus yang sangat ketat.

Dalam hal ini yg bertanggungjawab ialah pihak perusahaan maskapai penerbangan


Dirgantara. Karena pihak maskapai seharusnya telah memberikan sosialisasi mengenai
human factor sekaligus human error agar menghindari hal seperti ini terjadi. Namun ada
beberapa hal, pertama dikarenakan pihak maskapai penerbangan kurang cekatan dalam
mengatasi hal ini, sehingga kejadian ini menimpa maskapai Dirgantara sebanyak 2 kali,
kedua, kelelahan bisa saja dialami oleh pilot ataupun co-pilot dikarenakan jam terbang yg
cukup padat, kurangnya pengecekan pada bagian-bagian pesawat mengenai keamanan dan
keselamatan terbang.

Salah satu teori human error yang cukup terkenal adalah teori Ramsey. Ramsey
berpendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan, dipengaruhi
oleh 4 (empat)  faktor yaitu :

 persepsi (perception)
 kognitif (cognition)

 pengambilan keputusan (decision making)

 kemampuan  (ability)

Reason J. (1990) menjelaskan beberapa metode investigasi kesalahan manusia, yaitu:

1. Metode naturalistic atau corpus gathering; yaitu metode investigasi  human error


dilihat dari sifat alamiah manusia.

2. Studi angket (questionare); yaitu menyelidiki dengan menggunakan beberapa bentuk


angket yang bertujuan mengetahui respon dari individu terhadap hal yang ditanyakan.

3. Studi laboratorium; yaitu menyelidiki melalui eksperimen terhadap individu yang


hasilnya dapat terukur dan terkontrol

4. Studi simulator; yaitu investigasi human error dengan menggunakan simulator


berbasis komputer dengan menggunakan program software.

5. Studi kasus; yaitu investigasi dengan menyelidiki berbagai kasus, menggalinya, dan
mengkombinasikannya dengan berbagai teori kesalahan, sehingga dapat membuat
disain dan diharapkan dapat mengurangi kesalahan (error).

Untuk mengatasi hal seperti ini tidak terulang lagi ialah dengan memeriksa catatan
teknis sebelum pesawat tersebut diperbolehkan untuk terbang. Mengecek kesehatan anggota
maskapai atau kru penerbangan, seperti pilot, co-pilot, pramugari, pramugara. Memastikan
kesehatan anggota maskapai peerbangan tersebut. Perlu adanya sosialisasi mengenai langkah-
langkah secara periodik guna memastikan keselamatan penerbangan, baik yang menyangkut
kelayakan pesawat maupun yang menyangkut maskapai dan kru pesawat. Memberlakukan
human factor training secara berkala. Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009
tentang Penerbangan, dijelaskan mengenai tanggung jawab dalam keselamatan penerbangan.

Anda mungkin juga menyukai