Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH K3

KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Oleh :
Najwa Syiba Hansyaf (1911212056)
Elvira Radhiatul Febriani (1911212030)
Shah Nazia Ulmi (1911219002)
Chintya Falenski (1911213018)
Maya Kharunisa (1911211042)
Suci Rahmawani (1911212008)
Dhea Rahmadani (1911212018)
Anggun Febrina (1911213020)
Coralia Amorolla Dante (1911212014)

Dosen Pengampu:
Lutfhil Hadi Anshari, SKM, M.Sc

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan kesempatan serta keluangan waktu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kami kami ucapkan kepada Bapak
Lutfhil Hadi Anshari, SKM, M.Sc yang sudah memberikan tugas makalah ini
serta kepada seluruh pihak yang membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan pemenuhan tugas Dasar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan sebagai sumber informasi bagi para pembaca sekalian.
Fokus utama makalah ini dalam ini adalah menjelaskan tentang kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Demikianlah makalah ini kami buat. Kami memohon maaf bila
ditemukannya kesalahan dalam makalah ini. Dengan segala kerendahan hari,
kritik dan saran kami harapan dari para pembaca sekalian sehingga kedepannya
kami dapat membuat makalah yang lebih baik. Kami juga berharap makalah ini
dapat menjadi salah satu sudut pandang pembaca dalam mempelajari dan
memahami tentang kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

Padang, 25 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................5
14 Manfaat Penulisan.............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja..................................6


2.2 Landasan Huku Keselamatan dan Kesehatan Kerja..........................10
2.3 Kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja.....................................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................18


3.1 Kesimpulan........................................................................................18
3.2 Saran..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah saatnya bidang ketenagakerjaan menjadi suatu kebijakan publik  yang
tidak bisa ditawar untuk Keselamatan dan kesehatan para pekerja, dengan
melibatkan berbagai sektor sehingga ketenagaan akan menghasilkan suatu
kebijakan publik yang bisa melindungi para pekerja baik di sektor formal maupun
informal.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah rangkaian konsep dan asas
yang menjadi garis besar dan rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan/kepemimpinan dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin keutuhan serta kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

Berdasarkan undang undang Nomor 1 TAHUN 1970 tentang keselamatan


kerja bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional, setiap orang lainnya yang
berada di tempat kerja terjamin pula keselamatannya, setiap sumber produksi
perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien serta perlu diadakan
segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, satu


pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160
pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat
angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK)
sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sementara itu, hasil laporan pelaksanaan
kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah kasus penyakit
umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah kasus penyakit yang
berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (depkes.go.id). Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mencatat bahwa sepanjang tahun 2013

4
jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang,
75,8% yang menjadi korban adalah pekerja laki-laki, 69,59% dari kecelakaan
tersebut terjadi di dalam perusahaan, 10,26% terjadi di luar perusahaan dan
sisanya sekitar 20,15%.

Berdasarkan latar belakang, makalah ini mengkaji tentang kebijakan


Keselamatan dan Kessehatan Kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
2. Apa yang menjadi Landasa Huku dan Peraturan Perundang-undangan
Keselaatan dan Kesehatan Kerja?
3. Apa saja kebijakan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
meliputi Kriteria, Konsep, Penyusunan, Bagian-bagian serta Tanggung Jawab
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja.

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi pengertian K3
2. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi dasar diberlakukannya K3
3. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi kebijakan terkait K3

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian  Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO


Committee 1995 ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan
derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial
tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga
kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan
psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan


dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. (Ridley, 2004). Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Armanda, 2006).

Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan


kesehatan kerja antara lain:

1. Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan


kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja
merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

6
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja
adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
4. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa
Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby
Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan
Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.

Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres,


maupun karena kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para pekerja secara material, selain itu mereka
dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga
secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih
produktif

A.Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya


kecelakaan kerja, yaitu:

1.      Keadaan Tempat Lingkungan Kerja


a)      Penyusunan dan penyimpanan barang-barang
yang berbahaya kurang diperhitungkan
keamanannya.
b)      Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c)      Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada
tempatnya.
2.      Pengaturan Udara

7
a)      Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik
(ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak
enak).
b)      Suhu udara yang tidak dikondisikan
pengaturannya.
3.      Pengaturan Penerangan
a)      Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang
tidak tepat.

b)      Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4.      Pemakaian Peralatan Kerja

a)      Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang


atau rusak.

b)      Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa


pengamanan yang baik.

5.      Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a)      Stamina pegawai yang tidak stabil.

b)      Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian


pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan
persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap
pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang
pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja
terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.

B.Usaha Mencapai Keselamatan Kerja

Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai


keselamatan kerja dan menghindari kecelakaan kerja antara lain:

a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)


Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk
mempelajari dan menganalisa suatu jenis pekerjaan
kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah
langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.

8
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa
lagkah yang perlu dilakukan:
1)   Melibatkan Karyawan.
        Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan
dalam proses job hazard analysis. Mereka memiliki
pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut
merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan
suatu bahaya.
2)   Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.
        Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah
kecelakaan dan cedera yang pernah terjadi, serta kerugian
yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini merupakan
indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin
akan terjadi di lingkungan kerja
3)   Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
        Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang
ada dan mereka ketahui di lingkungan kerja.
Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide
atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau
mengontrol bahaya yang ada.
4)   Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas
untuk Pekerjaan Berbahaya.
        Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan
risiko yang tidak dapat diterima atau tinggi, berdasarkan
yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi tingkat
risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam
melakukan job hazard analysis.
5)   Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
        Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat
diminimalisir.

b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi
kemungkinan kerugian/kehilangan
(waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum

c. Safety Engineer

9
Memberikan pelatihan, memberdayakan
supervisor/manager  agar mampu mengantisipasi/melihat
adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya

d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara
manusia dengan pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas
yang harus dikerjakan, alat-alat dan perkakas yang
digunakan, serta lingkungan kerjanya.

Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan


adalah:

1.      Job Rotation

2.      Personal protective equipment

3.      Penggunaan poster/propaganda

4.      Perilaku yang berhati-hati

C. Masalah kesehatan karyawan

Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para


karyawan adalah:

a)Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan

Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan


terkadang menggunakan bantuan dari obata-obatan dan
meminum alcohol untuk menghilangkan stress yang mereka
rasakan. Untuk mencegah hal ini, perusahaan dapat
melkaukan pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa
pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak
memberikan kompromi dengan hal-hal yang merusak dan
penurunan kinerja (missal: absen, tidak rapi, kurang
koordinasi, psikomotor berkurang)

b) Stress

Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap


tekanan yang diberikan kepada tubuh tersebut. Banyak

10
sekali yang menjadi penyebab stress, namun beberapa
diantaranya adalah:

1. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan,


pekerjaan itu sendiri, dan kondisi kerja
2.  Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan
masalah finansial

c)Burnout

"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan


energi psikis maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh
situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai
dengan kebutuhan dan harapan.  Burnout mengakibatkan
kelelahan emosional dan penurunan motivasi kerja pada
pekerja. Biasanya dialami dalam bentuk kelelahan fisik,
mental, dan emosional yang intens (beban psikologis
berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak
dapat berkonsentrasi, gampang sakit) dan biasanya bersifat
kumulatif

2.2 Landasan Hukum Peraturan dan Perundang-undangan


Di indonesia, terdapat undang- undang khusus yang memang
sengaja dibuat untuk membahas menegenai kesehatan dan
keselamatan kerja yaitu Undang-undang No.13 Tahun 2003: UU
tentang Ketenaga Kerjaan, dalam Pasal 87 ayat 1
mengamanatkan bahwa: Setiap Perusahaan wajib menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok mengenai
penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat K3. Peraturan
Pemerintah RI No.50 Tahun 2012, tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam Pasal 5
ayat 1 dan ayat 2 menyatakan bahwa: Setiap Perusahaan wajib
menerapkan SMK3 bagi Perusahaan Mempekerjakan pekerja /
buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau Mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi. Permenaker No.5 Tahun 1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) organisasi dapat mengelola Kesematan dan Kesehatan
Kerja dengan mengontrol setiap kegiatan bisnis organisasi.
Sebuah sistem yang praktis dan masuk kedalam struktur

11
organisasi, aktifitas perencanaan, tugas dan tanggung jawab,
proses dan sumber daya yang dikembangkan, penerapan,
pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan Kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja organisasi.
Ada beberapa peraturan perturan tetang kesehatan kerja
1.    Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
2.    Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan
3.    Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Tentang
Ketenagaan Kerjaan
4.    Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 3 (tiga) dan pasal 8 (delapan).
5.    Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang
Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di
Tempat Kerja.
6.    Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
7.    Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
8.    Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja.

F. Konsep Kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja


(K3)
Organisasi buruh internasinal ILO mengeluarkan guidline
untuk pelaksanaan OHS managemen mulai dari tingkat
nasional sampai pada tingkat perusahaan. Menurut ILO-OSH
guidline ini, kebijakan K3 tingkat nasional menekankan hal-
hal berikut;
1.    Manajemen K3 harus merupakan bagian integral dari
keseluruhan manajemen organisasi.
2.    Memfasiltasi kegiatan K3 baik tingkat nasional dan
organisasi.
3.    Keterlibatan pekerja atau perwakilan pekerja pada
tingkat organisasi.
4.    Melaksanakan perbaikan terus menerus terhadap
biroksrasi, administrasi dan biaya.
5.    Kerjasama antar instansi terkait dalam kerangka
manajemen K3

12
6.    Melakukan evaluasi berkala terhadap efektifitas
kebijakan K3 nasional.
7.    Mempublikasikan manajemen K3
8.    Memastikan manajemen K3 diberlakukan sama
terhadap kontraktor, pekerja kontrak dan pekerja tetap.
Kerangka konsep kebijakan OSH (K3) internasional menurut
komite gabungan ILO dan WHO untuk Occupational
Health Program K3 nasional harus memiliki tiga unsur yaitu;
Program promosi budaya K3, Program Penguatan Sistem
Manjemen K3, dan  Program Sasaran Penerapan. Ketiga
program tersebut harus didukung oleh advokasi promosi,
perundang-undangan, pengawasan dan tenaga ahli dibidang
K3. Dalam membuat kebijakan nasional, pemerintah harus
mengacu pada peraturan-perturan international seperti
WHO dan ILO. Pemerintah juga harus membentuk Dewan
Penesehat K3 untuk membantu membuat kebijakan atau
program K3 [Takala.J, 2007].

2.3 Kriteria Kebijakan K3

Sebuah kebijakan yang baik harus memenuhi beberapa


kriteria antara lain :

a.    Sesuai dengan resiko yang ada dalam perusahaan.

Kebijakan K3 tentu berbeda antara satu perusahaan


dengan perusahaan lain, tergantung jenis bahaya yang
ada dalam sebuah perusahaan tersebut. Sebagai contoh
perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor instalasi
listrik akan mempunyai kebijakan yang berbeda dengan
perusahaan/instansi pelayanan kesehatan masyarakat.
Jika pada perusahaan kontaktor instalasi listrik akan
membuat kebijakan tentang bahaya instalasi di gedung
bertingkat maka pada perusahaan pelayanan kesehatan
masyarakat tidak membuat kebijakan seperti itu, akan
tetapi membuat kebijakan mengenai bahaya terhadap
penularan penyakit tertentu oleh pasien. Kebijakan yang
sesuai dengan resiko yang ada akan membuat kebijakan
tersebut efektif dan bermanfaat.

b.    Menyesuaikan perkembangan teknologi.

13
Teknologi yang digunakan disebuah perusahaan semakin
berkembang dewasa ini, sehubungan dengan itu
kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja perlu
mengikuti teknologi yang ada. Sebuah inovasi teknologi
baru akan mempunyai resiko yang berbeda dengan
teknologi sebelumnya maka perusahaan harus selalu
menyesuaikan kebijakan kesehatan dan keselamatan
kerja seiring dengan berkembangnya teknologi yang
dipakai dalam suatu perusahaan.

c.    Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara.

Kebijakan yang dibuat seharusnya didokumentasikan,


artinya kebijakan tersebut dikemas dalam sebuah poster
ataupun prosedur-prosedur penggunaan suatu alat yang
dapat memberikan informasi kepada pembaca bahwa
diperusahaan tersebut terdapat kebijakan yang harus
diimplementasikan dan ditaati dalam setiap kegiatannya
oleh semua warga perusahaan. Selain itu semua warga
perusahaan wajib mempelihara kebijakan-kebijakan
tersebut demi keselamatan dan kesehatan kerja semua
warga perusahaan.

d.    Dikomunikasikan dengan baik.

Kebijakan yang dibuat telah dikomunikasikan kepada


seluruh warga perusahaan dengan tujuan seluruh warga
perusahaan memahami maksud dan tujuan kebijakan
kesehatan dan keselamatan kerja tersebut. Hal ini dapat
dilakukan oleh pimpinan ataupun lembaga terkait yang
bertanggung jawab atas kesehaatan dan keselamatn kerja
di perusahaan tersebut dengan cara mengingatkan setiap
apel pagi ataupun monitoring secara langsung saat
karyawan bekerja.

e.    Telah disosialisasikan.

Kebijakan yang telah dibuat seharusnya telah


disosialisasikan kepada seluruh warga perusahaan
sehingga mereka tidak hanya mengetahui saja namun
telah mempunyai kompetensi untuk
mengimplementasikan secara baik dan benar dalam
kegiatan setiap harinya. Ini dapat dicapai dengan adanya

14
pelatihan dan sosialisasi singkat terhadap kebijakan yang
ada.

f.     Kebijakan yang dibuat mencakup Kesehatan dan


Keselamatan kerja pihak lain yang terlibat.

Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dibuat


harus mengatur pihak lain yang terlibat seperti mitra
bisnis, masyarakat sekitar, pemasok, pelanggan dan lain-
lain yang tak jarang terlibat dalam perusahaan. Selain itu
memastikan juga untuk mensosialisasikannya kepada
pihak tersebut agar mereka mengetahui dan dapat
mengimplementasikannya.

g.    Ditinjau ulang dengan interval waktu tertentu.

Kebijakan yang dibuat perlu ditinjau ulang dengan interval


waktu tertentu untuk melihat apakah kebijakan tersebut
masih relevan. Peninjauan ini penting untuk memastikan
bahwa kebijakan yang ada masih sesuai dengan teknologi
dan kondisi yang ada. Sehingga kebijakan tersebut dapat
diimplementasikan dengan tepat dan efisien. The main
objectives of such monitoring are to:

(1)  identify real hazards;

(2)  determine the level of workers’ exposure to harmful


agents;

(3)  prove compliance with regulatory requirements;

(4)  assess the need for control measures; and

(5)  ensure the efficiency of control measures in use.


(Benjamin O. Alli, 2008: 68)

h.    Berlandaskan perundang-undangan yang berlaku.

Sebuah kebijakan seharusnya dibuat dengan pedoman


Undang-undang yang berlaku di indonesia. Hal ini
dimaksudkan agar kebijakan yang dibuat sesuai dan
sejalan dengan undang-undang, serta kebijakan yang
dibuat tidak menyalahi undang-undang, tidak menyalahi
disini dalam artian kebijakan yang dibuat benar-benar
mementingkan kesehatan dan keselamatan kerja seluruh
warga perusahaan.

15
A. Penyusunan Kebijakan Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3)
1. Penetapan kebijakan K3 dilakukan melalui:
a. tinjauan awal kondisi K3, dan
b. proses konsultasi antara pengurus dan wakil
pekerja/buruh. 
2. Kebijakan K3 harus:
a.    disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
b.    tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c.    secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
d.    dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh
pekerja/buruh, tamu, kontraktor, pemasok dan
pelanggan;
e.    terdokumentasi dan terpelihara dengan baik; 
f.     bersifat dinamik; dan
g.    ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa
kebijakan tersebut  masih sesuai dengan perubahan
yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan
perundang-undangan.
3. Ketentuan tersebut pada angka 3 huruf a sampai dengan e
diadakan peninjauan ulang secara teratur.
4. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus
menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga SMK3
berhasil diterapkan dan dikembangkan.
5. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat
kerja harus berperan serta dalam menjaga dan
mengendalikan pelaksanaan K3.

Tidak ada upaya SMK3 tanpa kerja sama, dukungan dan


komitmen dari pekerja. Mereka adalah orang-orang yang berada
di kantor atau di lantai pabrik, melakukan pekerjaan. Mereka
merupakan mitra penting dalam proses atau menciptakan
kebijakan K3. Sebagai pemilik perusahaan dan manajer
mempunyai tanggung jawab akhir untuk keselamatan dan
kesehatan kerja, itu adalah kepentingan mereka  untuk
mengambil inisiatif untuk memulai proses pembuatannya.
Namun, ini harus dilakukan ke depan dalam konsultasi dengan
pekerja dan perwakilan mereka. Melalui organisasi K3 atau P2K3
semua dapat berjalan sebagaimana mestinya.

16
B.. Menentukan penanggung jawab Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
Sebuah kebijakan K3 yang baik akan memberikan
panduan yang jelas dan dapat diikuti, akan mengurangi
kecelakaan dan kasus-kasus penyakit akibat kerja. Kunci
kesuksesan adalah program diimplementasikan dan
dipelihara.  Jadi, salah satu hal yang paling penting untuk
memutuskan untuk  menulis kebijakan adalah siapa yang
akan bertanggung jawab.

C. Tanggung Jawab Manajemen Keselamatan dan


kesehatan kerja (K3)
Kita telah membahas fakta bahwa tanggung jawab akhir
di tempat kerja agar selamat dan sehat terletak pada
manajemen dan pemilik perusahaan. Untuk itu beberapa
hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    Kebijakan K3 : 
Pastikan semua tingkat manajemen dan seluruh
pekerja tahu isi  dan mengikuti kebijakan K3, tanpa
kecuali.
2.    Penyediaan Sumber Daya : 
Menyediakan fasilitas yang memadai dan sumber daya
sehingga kebijakan kesehatan dan keselamatan dapat
diimplementasikan dengan baik –termasuk anggaran,
personil, pelatihan, kesempatan meningkatkan
kualitas dan wadah untuk berpartisipasi dalam
perencanaan, evaluasi pelaksanaan, dan tindakan
menuju perbaikan.
3.    Kebijakan pelatihan K3: 
Pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi karyawan,
ketika seorang karyawan baru atau ditransfer ke
pekerjaan baru. Sesi  orientasi  yang berkaitan dengan
K3 biasanya harus mencakup:
a.      Prosedur darurat;
b.      Lokasi  pertolongan pertama;
c.      Tanggung jawab K3;
d.      Pelaporan cedera, kondisi tidak aman dan
tindakan tidak aman;
e.      Penggunaan peralatan pelindung diri (APD);
f.       Hak untuk menolak pekerjaan yang berbahaya;

17
g.      Bahaya, termasuk di luar area kerja mereka
sendiri;
h.      Alasan untuk setiap aturan K3.
Pekerja tidak harus dilihat sebagai pengamat dalam K3.
Mereka bertanggung jawab untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan mereka sendiri di tempat kerja sehingga mereka perlu
mengambil bagian dalam memastikan berfungsinya kebijakan
K3. Untuk melakukan ini, mereka perlu menyadari dan
memahami berbagai bahaya kesehatan dan keselamatan,
standar dan praktek praktek yang relevan dengan pekerjaan
mereka.

D. Tanggung jawab pekerja meliputi


a.       Menghormati semua peraturan kesehatan dan 
keselamatan;
b.       Mengidentifikasi potensi  resiko / bahaya pada
workstation mereka;
c.       Berpartisipasi dalam Komite K3 bersama ;
d.       Menciptakan kesadaran di antara rekan sekerja,
termasuk  yang baru, tentang budaya K3 yang
dipromosikan dan diharapkan di tempat kerja mereka.

E. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3


Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
beberapa diantaranya adalah:

1. Melindungi Pekerja

Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi


pekerja dari segala bentuk kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset
perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan
K3 angka kecelakaan dapat dikurangi atau ditiadakan
sama sekali, hal ini juga akan menguntungkan bagi
perusahaan, karena pekerja yang merasa aman dari
ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.

2. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang

Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau


perundang-undangan yang berlaku pada umumnya

18
terlihat lebih sehat dan exist. Karena bagaimanapun
peraturan atau perundang-undangan yang dibuat
bertujuan untuk kebaikan semua pihak. Dengan
mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku maka perusahaan akan lebih tertib dan hal ini
dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri.
Berapa banyak perusahaan yang melakukan
pembangkangan terhadap peraturan yang berlaku
mengalami kebangkrutan atau kerugian karena
mengalami banyak permasalahan baik dengan
karyawan, pemerintah dan lingkungan setempat.

3. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan

Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap


kepuasan pelanggan. Betapa banyak pelanggan yang
mensyaratkan para pemasok atau supplier mereka untuk
menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Karena
penerapan SMK3 akan dapat menjamin proses yang
aman, tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan
kualitas dan mengurangi produk cacat. Para pekerja
akan bekerja secara lebih baik, karena mereka
terlindungi dengan baik sehingga bisa lebih produktif.
Kecelakaan dapat dihindari sehingga bisa menjamin
perusahaan beroperasi secara penuh dan normal untuk
menjamin kontinuitas supplai kepada pelanggan. Tidak
jarang pelanggan melakukan audit K3 kepada para
pemasok mereka untuk memastikan bahwa pekerja
terlindungi dengan baik dan proses produksi dilakukan
secara aman. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk
memastikan bahwa mereka sedang berbisnis dengan
perusahaan yang bisa menjamin kontinuitas supplai
bahan baku mereka. Disamping itu dengan memiliki
sertifikat SMK3 atau OHSAS 18001 akan dapat
meningkatkan citra perusahaan sehingga pelanggan
semakin percaya terhadap perusahaan tersebut.

4.  Membuat  Sistem Manajemen yang Efektif

Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka


sistem manajemen keselamatan akan tertata dengan
baik dan efektif. Karena didalam SMK3 ataupun OHSAS
18001 dipersyaratkan adanya prosedur yang

19
terdokumentasi, sehingga segala aktifitas dan kegiatan
yang dilakukan akan terorganisir, terarah, berada dalam
koridor yang teratur dan dilakukan secara konsisten.
Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem
disimpan untuk memudahkan pembuktian identifikasi
akar masalah ketidaksesuaian. Sehingga analysis atau
identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-larut dan
melebar menjadi tidak terarah, yang pada akhirnya
memberikan rekomendasi yang tidak tepat atau tidak
menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga
dipersyaratkan untuk dilakukan perencanaan,
pengendalian, tinjau ulang, umpan balik, perbaikan dan
pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem
manajemen yang efektif. Sistem ini juga meminta
komitmen manajemen dan partisipasi dari semua
karyawan, sehingga totalitas keterlibatan line
manajemen dengan pekerja sangat dituntut dalam
menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3.
Keterlibatan secara totalitas ini akan memberikan lebih
banyak peluang untuk melakukan peningkatan atau
perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO
Committee 1995 ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan
derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial
tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga
kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan
psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.

Di indonesia, terdapat undang- undang khusus yang


memang sengaja dibuat untuk membahas menegenai kesehatan
dan keselamatan kerja yaitu Undang-undang No.13 Tahun 2003:
UU tentang Ketenaga Kerjaan, dalam Pasal 87 ayat 1
mengamanatkan bahwa: Setiap Perusahaan wajib menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok mengenai
penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat K3.

Kerangka konsep kebijakan OSH (K3) internasional menurut


komite gabungan ILO dan WHO untuk Occupational
Health Program K3 nasional harus memiliki tiga unsur yaitu;
Program promosi budaya K3, Program Penguatan Sistem
Manjemen K3, dan  Program Sasaran Penerapan. Ketiga program
tersebut harus didukung oleh advokasi promosi, perundang-
undangan, pengawasan dan tenaga ahli dibidang K3.

3.2 Saran
Diharapakan dengan adanya makalah ini, pembaca khususnya calon
tenaga kesehatan dapat memhami tentang konsep,landasan,serta kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja.Penulis menyadari makalah ini jauh dari
kesepurnaan.Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada
banyak sumber.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh


(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga

Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-msdm-10-11.ppt)

Kemenkes RI, (2015) Situasi Kesehatan Kerja. Pusat Data


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta;
Lynda Robson,Judy Clarke, Kimberley dkk (2005). The
Effectiveness of Occupational Health and Safety Management
Systems: A Systematic Review.,Institute for Work & Health,
Toronto and University of York, England;

Robert Asher, (2014).Occupational Health & Safety Management


Systems – When are they good for your health?. New Solutions,
Vol. 24(3) 279-301;

Febyana Pangkey, Grace Y. Malingkas, D.O.R. Walangitan,


(2012). Penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Konstruksi Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 2, No. 2. ISSN
2087-9334 (100-113) Teknik Sipil Pasca Sarjana Universitas Sam
Ratulangi. Manado.

Lynda S. Robson,  Judith A. Clarke, Kimberley Cullen dkk.


(2007).The effectiveness of occupational health and safety
management system interventions: Journal Alseiver  Safety
Science DOI:10.1016/j.ssci.2006.07.003

International Labour Organization.(2013). Adanya Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) Sarana Untuk
Produktifitas.International Labour Organization Jakarta.

Weni Rosdiana, Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja (SMK3) di PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran II
Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Ilmu Administrasi Negara,
FIS, UNESA.

22
Bobby Rocky, (2013). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo
utama) ;Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (430-433)

International Labour Organization’s (2013). The International


Labour Organization’s Fundamental Conventions . Infocus
Programme On Promoting The Declaration. International Labour
Organization’s

WHO (2007). Workers’ health: global plan of action; Sixtieth


World Health Assembly. WHO

Riyan Agus Setiyono,(2016) Kebijakan Dan Implementasi K3


Nasional Bagi Tenaga Kerja
Indonesia http://riyan.blogs.uny.ac.id di Akses 22 desember
2016.

Hope Taderera (2012). Occupational Health and Safety


Management Systems: Institutional and Regulatory Frameworks
in Zimbabwe. International Journal Of Human Resource Studies
ISSN 2162-3058 99, Vol. 2, No. 4;

Hanny Siagian, (2012). Integrasi etika bisnis dalam manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil
Volume 2, Nomor 01, Jakarta

Health and Safety Authority (2006).Workplace Safety And Health


Management  Practical Guidelines On The Implementation And
Maintenance Of An Occupational Safety, Health And Welfare
Management System, Published by the Health and Safety
Authority, 10 Hogan Place, Dublin

Anthony D. LaMontagne, Improving Occupational Health & Safety


Policy Through Intervention Research Centre for the Study of
Health & Society School of Population Health, University of
Melbourne Melbourne.

23

Anda mungkin juga menyukai