Oleh :
Najwa Syiba Hansyaf (1911212056)
Elvira Radhiatul Febriani (1911212030)
Shah Nazia Ulmi (1911219002)
Chintya Falenski (1911213018)
Maya Kharunisa (1911211042)
Suci Rahmawani (1911212008)
Dhea Rahmadani (1911212018)
Anggun Febrina (1911213020)
Coralia Amorolla Dante (1911212014)
Dosen Pengampu:
Lutfhil Hadi Anshari, SKM, M.Sc
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan kesempatan serta keluangan waktu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kami kami ucapkan kepada Bapak
Lutfhil Hadi Anshari, SKM, M.Sc yang sudah memberikan tugas makalah ini
serta kepada seluruh pihak yang membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan pemenuhan tugas Dasar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan sebagai sumber informasi bagi para pembaca sekalian.
Fokus utama makalah ini dalam ini adalah menjelaskan tentang kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Demikianlah makalah ini kami buat. Kami memohon maaf bila
ditemukannya kesalahan dalam makalah ini. Dengan segala kerendahan hari,
kritik dan saran kami harapan dari para pembaca sekalian sehingga kedepannya
kami dapat membuat makalah yang lebih baik. Kami juga berharap makalah ini
dapat menjadi salah satu sudut pandang pembaca dalam mempelajari dan
memahami tentang kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang,
75,8% yang menjadi korban adalah pekerja laki-laki, 69,59% dari kecelakaan
tersebut terjadi di dalam perusahaan, 10,26% terjadi di luar perusahaan dan
sisanya sekitar 20,15%.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
meliputi Kriteria, Konsep, Penyusunan, Bagian-bagian serta Tanggung Jawab
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi pengertian K3
2. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi dasar diberlakukannya K3
3. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi kebijakan terkait K3
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja
adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
4. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa
Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby
Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan
Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.
7
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik
(ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak
enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan
pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang
tidak tepat.
8
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa
lagkah yang perlu dilakukan:
1) Melibatkan Karyawan.
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan
dalam proses job hazard analysis. Mereka memiliki
pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut
merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan
suatu bahaya.
2) Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.
Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah
kecelakaan dan cedera yang pernah terjadi, serta kerugian
yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini merupakan
indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin
akan terjadi di lingkungan kerja
3) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang
ada dan mereka ketahui di lingkungan kerja.
Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide
atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau
mengontrol bahaya yang ada.
4) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas
untuk Pekerjaan Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan
risiko yang tidak dapat diterima atau tinggi, berdasarkan
yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi tingkat
risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam
melakukan job hazard analysis.
5) Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat
diminimalisir.
b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi
kemungkinan kerugian/kehilangan
(waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum
c. Safety Engineer
9
Memberikan pelatihan, memberdayakan
supervisor/manager agar mampu mengantisipasi/melihat
adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya
d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara
manusia dengan pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas
yang harus dikerjakan, alat-alat dan perkakas yang
digunakan, serta lingkungan kerjanya.
1. Job Rotation
3. Penggunaan poster/propaganda
b) Stress
10
sekali yang menjadi penyebab stress, namun beberapa
diantaranya adalah:
c)Burnout
11
organisasi, aktifitas perencanaan, tugas dan tanggung jawab,
proses dan sumber daya yang dikembangkan, penerapan,
pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan Kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja organisasi.
Ada beberapa peraturan perturan tetang kesehatan kerja
1. Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan
3. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Tentang
Ketenagaan Kerjaan
4. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 3 (tiga) dan pasal 8 (delapan).
5. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang
Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di
Tempat Kerja.
6. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
7. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
8. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja.
12
6. Melakukan evaluasi berkala terhadap efektifitas
kebijakan K3 nasional.
7. Mempublikasikan manajemen K3
8. Memastikan manajemen K3 diberlakukan sama
terhadap kontraktor, pekerja kontrak dan pekerja tetap.
Kerangka konsep kebijakan OSH (K3) internasional menurut
komite gabungan ILO dan WHO untuk Occupational
Health Program K3 nasional harus memiliki tiga unsur yaitu;
Program promosi budaya K3, Program Penguatan Sistem
Manjemen K3, dan Program Sasaran Penerapan. Ketiga
program tersebut harus didukung oleh advokasi promosi,
perundang-undangan, pengawasan dan tenaga ahli dibidang
K3. Dalam membuat kebijakan nasional, pemerintah harus
mengacu pada peraturan-perturan international seperti
WHO dan ILO. Pemerintah juga harus membentuk Dewan
Penesehat K3 untuk membantu membuat kebijakan atau
program K3 [Takala.J, 2007].
13
Teknologi yang digunakan disebuah perusahaan semakin
berkembang dewasa ini, sehubungan dengan itu
kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja perlu
mengikuti teknologi yang ada. Sebuah inovasi teknologi
baru akan mempunyai resiko yang berbeda dengan
teknologi sebelumnya maka perusahaan harus selalu
menyesuaikan kebijakan kesehatan dan keselamatan
kerja seiring dengan berkembangnya teknologi yang
dipakai dalam suatu perusahaan.
e. Telah disosialisasikan.
14
pelatihan dan sosialisasi singkat terhadap kebijakan yang
ada.
15
A. Penyusunan Kebijakan Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3)
1. Penetapan kebijakan K3 dilakukan melalui:
a. tinjauan awal kondisi K3, dan
b. proses konsultasi antara pengurus dan wakil
pekerja/buruh.
2. Kebijakan K3 harus:
a. disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
b. tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c. secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
d. dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh
pekerja/buruh, tamu, kontraktor, pemasok dan
pelanggan;
e. terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;
f. bersifat dinamik; dan
g. ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa
kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan
yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan
perundang-undangan.
3. Ketentuan tersebut pada angka 3 huruf a sampai dengan e
diadakan peninjauan ulang secara teratur.
4. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus
menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga SMK3
berhasil diterapkan dan dikembangkan.
5. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat
kerja harus berperan serta dalam menjaga dan
mengendalikan pelaksanaan K3.
16
B.. Menentukan penanggung jawab Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
Sebuah kebijakan K3 yang baik akan memberikan
panduan yang jelas dan dapat diikuti, akan mengurangi
kecelakaan dan kasus-kasus penyakit akibat kerja. Kunci
kesuksesan adalah program diimplementasikan dan
dipelihara. Jadi, salah satu hal yang paling penting untuk
memutuskan untuk menulis kebijakan adalah siapa yang
akan bertanggung jawab.
17
g. Bahaya, termasuk di luar area kerja mereka
sendiri;
h. Alasan untuk setiap aturan K3.
Pekerja tidak harus dilihat sebagai pengamat dalam K3.
Mereka bertanggung jawab untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan mereka sendiri di tempat kerja sehingga mereka perlu
mengambil bagian dalam memastikan berfungsinya kebijakan
K3. Untuk melakukan ini, mereka perlu menyadari dan
memahami berbagai bahaya kesehatan dan keselamatan,
standar dan praktek praktek yang relevan dengan pekerjaan
mereka.
1. Melindungi Pekerja
18
terlihat lebih sehat dan exist. Karena bagaimanapun
peraturan atau perundang-undangan yang dibuat
bertujuan untuk kebaikan semua pihak. Dengan
mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku maka perusahaan akan lebih tertib dan hal ini
dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri.
Berapa banyak perusahaan yang melakukan
pembangkangan terhadap peraturan yang berlaku
mengalami kebangkrutan atau kerugian karena
mengalami banyak permasalahan baik dengan
karyawan, pemerintah dan lingkungan setempat.
19
terdokumentasi, sehingga segala aktifitas dan kegiatan
yang dilakukan akan terorganisir, terarah, berada dalam
koridor yang teratur dan dilakukan secara konsisten.
Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem
disimpan untuk memudahkan pembuktian identifikasi
akar masalah ketidaksesuaian. Sehingga analysis atau
identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-larut dan
melebar menjadi tidak terarah, yang pada akhirnya
memberikan rekomendasi yang tidak tepat atau tidak
menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga
dipersyaratkan untuk dilakukan perencanaan,
pengendalian, tinjau ulang, umpan balik, perbaikan dan
pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem
manajemen yang efektif. Sistem ini juga meminta
komitmen manajemen dan partisipasi dari semua
karyawan, sehingga totalitas keterlibatan line
manajemen dengan pekerja sangat dituntut dalam
menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3.
Keterlibatan secara totalitas ini akan memberikan lebih
banyak peluang untuk melakukan peningkatan atau
perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO
Committee 1995 ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan
derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial
tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga
kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan
psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.
3.2 Saran
Diharapakan dengan adanya makalah ini, pembaca khususnya calon
tenaga kesehatan dapat memhami tentang konsep,landasan,serta kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja.Penulis menyadari makalah ini jauh dari
kesepurnaan.Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada
banyak sumber.
21
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)
22
Bobby Rocky, (2013). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo
utama) ;Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 (430-433)
23