OBSERVASI DI MEBEL
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang mana telah melancarkan
kami dalam proses pembuatan tugas makalah Keperawatan Kesehatan Kerja Observasi Di
Mebel Sholawat beiring salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang
mana telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.
Pada makalah yang kami susun ini, kami menjelaskan secara keseluruhan tentang
sistem penglihatan. Tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen yang membimbing dalam
penyusunan makalah ini.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat mendapatkan manfaat
dari makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf bila ada salah kata. Atas
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
2
1. 1. Latar Belakang.......................................................................................... 4
1. 2. Rumusan Masalah..................................................................................... 5
1. 3. Tujuan........................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORI..................................................................................................... 6
2. 1. Definisi...................................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................. 22
HASIL OBSERVASI................................................................................................. 22
3. 1. Observasi Pegawai..................................................................................23
3. 2. Observasi Lingkungan.............................................................................23
3. 3. Kesehatan............................................................................................... 24
BAB IV.................................................................................................................. 25
ANALISIS.............................................................................................................. 25
BAB V................................................................................................................... 28
PENUTUP.............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 29
Ragil setiyabudi. 2010. Kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan industri.
Di akses dari: http// thebachtiar.wordpress.com. Diakses pukul 11:30 WIB pada
06 Februari 2017................................................................................................. 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
4
Untuk itu, sistem manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
diwajibkan untuk diterapkan pada saat bekerja karena merupakan bagian dari
perencanaan dan pengendalian proyek, pengawasan dan aturan penegakan
hukumnya. Sehingga pada tahun 1984 pemerintah mengadakan program
Kampanye Nasional K3, yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. 13, tahun 1984 tentang Pola Kampanye Nasional K3 untuk
memasyarakatkan dan membudayakan K3 (Oktorita, 2001).
1. 2. Rumusan Masalah
5
1. 3. Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. 1. Definisi
2. 2. Tujuan K3
7
a) Melindungi pekerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional
The joint ilo/who committe on occupation Health telah menetapkan tujuan dari
k3 antara lain:
8
b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerjanya
d) Meningkatkan produltivitas
9
2. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi K3
a) Lingkungan kerja
Mesin dan peralatan kerja yang dipergunakan dapat berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kemungkinan timbulnya kasus
kecelakaan kerja. Sehubungan dengan ini,sangat penting
untukmemperhatikan mesin dan alat kerja yang digunakan, yaitu 1) kondisi
perlindungan atau penanganan mesin-mesin dan perkakas, 2) kondisi alat-
alat kerja
10
akibat kerja dan kecelakaan kerja. Hazard merupakan satu kesatuan
Kombinasi dari tiga variabel yang terdiri dari frekuensi(frequency), lama
waktu(duration), dan keparahan dampak(saverity) yang ditimbulkan akibat
pemajan terhadap suatu substansi atau energi. Hazard adalah sesuatu dapat
berupa bahan beracun ceceran larutan kimia di lantai, bakteri patogen.
Sedangkan magnitude suatu hazard sangat ditentukan oleh dua faktot yaitu
karakter atau sifat dan jumlahnya banyaknya hazard tersebut
e) Metode Kerja
2. 4. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang
dapat mengakibatkan kecelakaan. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian
atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
12
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Klasifikasi kecelakaan kerja
adalah: 1) Kecelakaan ringan, jika kecelakaan ini tidak menimbulkan
kehilangan hari kerja dengan indikasi saat terjadi kecelakaan kerja karyawan
dapat kembali bekerja pada hari yang sama; 2) kecelakaan sedang, apabila
kecelakaan kerja tersebut menyebabkan kehilangan hari kerja dengan indikasi
pada saat terjadi kecelakaan tidak dapat melanjutkan pekerjaan; 3) kecelakaan
kerja berat, jika pada saat terjadi kecelakaan kerja tidak dapat melanjutkan
pekerjaan dan menimbulkan cacat jasmani rohani dengan indikasi surat
keterangan dari dokter yang memeriksa; 4) kecelakaan kerja fatal, apabila
kecelakaan kerja menimbulkan kematian dengan indikasi surat keterangan dari
dokter yang memeriksa
Kecelakaan kerja disebabkan oleh: (1) unsafe human act berupa tindak
perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan seperti tidak memakai alat
pelindung diri, bekerja tidak sesuai prosedur, bekerja sambil bergurau,
menaruh barang atau alat kerja tidak benar, sikap kerja yang tidak selamat,
bekerja didekat alat yang bergerak atau berputar, kelelahan, kebosanan, dan
sebagainya (2) berupa keadaan yang yang tidak aman seperti mesin tanpa
pengaman, peralatan yang sudah tidak sempurna tetapi masih dipakai,
penerangan kurang memadai, ventilasi yang tidak baik, tata ruang yang tidak
baik, lantai yang licin, desain dan konstruksi yang berbahaya dan sebagainya.
Sedangkan sistem manajemen kesela dan kesehatan kerja menjelaskan bahwa te
kecelakaan ditempat kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan
sebagian kecil disebabkan karena faktor teknis.
13
itu kerugian akibat kecelakaan kerja hanya dapat dihitung berdasarkan kerugian
ekonomis saja. Kerugian ekonomis, terdiri dari :
1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pihak yang
mengalami kecelakaan atau pihak yang bertanggungjawab atas penyebab
kecelakaan yang dialami pekerja tersebut, antara lain: biaya P3K, biaya
obat- obatan, biaya perawatan, biaya pemeriksaan laboratorium, biaya
dokter, biaya transport, biaya jasa rehabilitasi, biaya kunjungan lanjutan
medis, upah selama pekerja tidak mampu bekerja, santunan
kompensasi(ganti rugi) cacat dan pensiun, santunan kematian, dan biaya
pemakaman.
2. Biaya tidak langsung(indirect cost, yaitu biaya yang tidak dibayarkan secara
langsung oleh individu, antara lain:
b. Biaya (upah) yang dibayarkan selama waktu kerja yang hilang karena
cedera.
14
f. Bertambahnya waktu dan biaya mengurus administrasi.
15
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama, kemudian
pada ayat (2) untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. 5. Penyakit Kerja
16
2. 6. Pelayanan Kesehatan
1. Preventif
2. Upaya Kuratif
17
Upaya kuratif (pengobatan/perawatan) dan hospitalisasi serta tindakan
medis lainnya bertujuan untuk penyembuhan secara cepat dan tepat agar
tenaga kerja dapat produktif setelah kembali ke pekerjaan. Pada taraf kuratif
usaha-usaha yang dilakukan diarahkan untuk penyembuhan penyakit kronis
dan mengobati penyakit umum yang tidak ada kaitannya dengan
pekerjaannya.
3. Upaya promotif
4. Upaya rehabilitatif
Rehabilitasi dimulai dengan adanya penyakit atau luka yang berlajut pada
diri tenaga kerja sampai pada masa perawatan sehingga tenaga yang
mendapatkan rehabilitasi dapat bekerja kembali secara maksimal. Dengan
demikian, rehabilitasi dianggap sebagai suatu usaha kreatif yang dapat
meningkatkan kemampuan mental dan fisik tenaga kerja yang tadinya tidak
mampu dapat menjadi lebih mampu untuk bekerja lebih efisien. Adapun
kegiatan-kegiatan pokok rehabilitasi dilakukan melalui usaha-usaha sebagai
berikut ini:
19
c Mengusahakan suatu upaya rehabilitasi sehingga setiap tenaga kerja yang
cacat mampu mempertahankan dirinya sebagai warga Negara yang masih
berguna
20
Manajemen K3 dapat diartikan sebagai salah satu ilmu perilaku yang
mencakup aspek social dan eksak yang bertanggung jawab atas keselamatan dan
kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, pengambilan keputusan, dan
organisai. Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja, bsik dari
segi perencanaan , pengabilan keputusan dan organisasi manajemen k3 pada
dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasioal yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan dua
cara, yaitu: (1) mengungkapkan penyebab kecelakaan (akarnya); dan (2)
meneliti apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak
Tujuan dan sasaran SMK3 terdapat pada peraturan menteri tenaga kerja
dan transmigrasi nomor 05 tahun 1996 tentang audit system manajemen pasal 2
yakni menciptakan suatu system K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsure
menejemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintergrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Lebih lanjut, suatu
program manajemen K3 dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan, jika
memenuhi semua indicator keberhasilan berikut, yaitu: a) terhadap pencegahan
dan pengendalian bahaya; b) erdapat pelatihan K3 bagi semua tenaga kerja; c)
terdapat analisis risiko di tempat kerja;d) terdapat komitmen manajemen yang
tinggi terhadap K3; dan e) semua pekerja terlibat penuh dalam program K3.
21
2 Menunjukkan bahwa sebuah perusahaan telah beritikat baik dalam
memenuhi peraturan perundang-undangan, sehingga dapat beroperasi secara
normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketanagakerjaan;
3 mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja,
sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimubulkan
oleh kejadian tersebut;
4 menciptakan adanya aktivitas dan kegiatan yang terorganisir, terarah dan
berada dalam koridor yang teratur, sehingga organisasi dapat berkonsentrasi
melakukan peningkatan terhadap system manajemennya dibandingkan
melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi;
5 meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan, karena tenaga kerja
dapat bekerja optimal, kemudian meningkatkan kualitas produk dan jasa
yang dihasilkan.
Terdapat empat pilar manajemen K3, yang digunakan sebagai azas,
prinsip atau pedemo bagi penerapan manajemen K3 di tempat kerja, yaitu:
1 organisasi dan administrasi
Ada organisasi K3 yang memadai, yang dibentuk oleh perusahaan yang
bersangkutan. Penerapan manajemen K3 merupakan tanggung jawab
pimpinan perusahaan , supervisor, tenaga kerja, penasehat manajemen K3,
perwakilan hiperkes dan komite
2 Peraturan dan prosedur
Ada prosedur dan peraturan kerja dalam perusahaan, peraturan dan prosedur
manajemen K3 diperbaiki untuk penegmbangan dan pemeliharaan kondisi
kerja yang sehat dan aman. Bentuk peraturan dan prosedur tersebut adalah:
1) peraturan dan prosedur manajemen K3 termasuk peralatan keselamatan,
pakaiann pelindung diri, dan kelengkapan lainnya; 2) prosedur keselamatan
kerja; 3) prosedur kesehatan kerja, termasuk inspeksi dan pemeriksaan,
pemeliharaan fasilitas, pengoabatan penyakit akibat kerja dan cedera; serta
4) hal kebakaran, termasuk identifikasi risiko kebakaran, perlindungan
terhadap kebakaran dan pengontrolannya.
3 Pendidikan dan pelatihan
Di perusahaan diselenggaran pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan
K3 dan lingkungan kerja. Pendidikan dan pelatihan ini harus dilaksanakan
secara teratur dan berkesinambungan.
4 Pengontrolan potensi bahaya di lingkungan kerja
22
Ada pengawasan dan pengontrol terhadap potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Untuk itu perlu dilakukan analisis dan pengontrolan secara statistic,
membandingkan hasil pengukuran dengan standar, serta dilihat dari target
yang ingin dicapai, setelah ada koreksi terhadap potensi bahaya di
lingkungan kerja.
23
gangguan serta hasil temuan penilaiar sebelumnya yang berkaitan degan
k3, meriilai efisiensi dan efektivitas sumberdaya yang disediakan.
c. Kebijakan k3
kebijakan k3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangi oleh
pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen, dan tekad melaksanakan k3, kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan beroperasi
menyeluruh yang bersifat sales manager dan atau operasional.
Kebijakan k3 dibuat through proses konsultasi antara pengurus dan
wakil tenaga kerja which are harus dijelaskan dan disebarluarkan
ditunjukan kepada semua tenaga kerja, pemasok, dan pelanggan.
Kebijakan K3 bersifat dinamis dan selalu ditinjau ulang dalam rangka
peningkatan kerja K3.
24
c. Menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3 yang ditetapkan oleh
perusahaan yang harus dapat diukur, menggunakan satuan atau indikator
pengukuran, sasaran pencapaian, dan jangka waktu pencapaian.
25
d. Identifikasi sumber bahaya penilaian, dan pengendalian risiko yang
meliputi identifikasi sumber bahaya, penilaian risiko, tindakan
pengendalian, perancangan (desain) dan rekayasa, administras
pengendalian, tinjauan ulang kontrak, pembelian, prosedur menghadapi
keadaan darurat atau bencana, prosedur menghadapi insiden, prosedur
rencana pemulihan keadaan darurat.
b. Audit SMK3
26
tinjauan ulang SMK3 Harus didokumentasikan dan digunakan untuk
identifikasi tindakan Perbaikan dan pencegahan serta manajemen
menjamin pelaksanaannya secara sitematik dan efektif
27
BAB III
HASIL OBSERVASI
3. 1. Observasi Pegawai
Toko Sumber Jaya milik pasangan Bapak Suroto dan Ibu Musnarni
adalah salah satu toko mebel yang berada di Kelurahan Timbangan Kabupaten
Ogan Ilir. Usaha yang sebelumnya berada di Palembang pada tahun 2001 ini
dipindahkan ke Ogan Ilir pada tahun 2005 agar lebih dekat dengan keluarga.
Sebelum tahun 2012, Bapak Suroto masih memiliki beberapa pegawai. Namun
karena persaingan bisnis dan untuk menekan biaya insdutri, maka Bapak Suroto
yang juga merangkap sebagai pekerja hanya mempertahankan satu pegawai
tetap.
Pekerja mulai bekerja dari pukul 8:00 pagi sampai 17:00 WIB. Untuk
produksi furniture dengan tingkat kesulitan rendah, pekerja dapat menghasilkan
2 sampai 3 furniture per hari, sedangkan untuk furniture dengan tingkat kesulitan
ya g tinggi seperti lemari pakaian dan lemari televisi dapat memakan waktu
hingga 2 hari pengerjaan.
28
penggaris, palu, dan lain-lain. Bapak Suroto juga mendapatkan pasokan kayu
dari daerah Kramasan, Palembang.
3. 2. Observasi Lingkungan
Industri mebel Sumber Jaya bergabung dengan rumah Bapak Suroto yang
terletak di pinggir jalan. Namun, tempat pegawai bekerja berada di bagian
belakang rumah dengan luas 24 m2. Ruangan yang memiliki tiga pintu, satu
jendela, dan satu ventilasi tersebut terdapat tempat mencuci piring dan satu
kandang ayam sehingga tercium bau kotoran ayam dari ruangan tersebut. Serbuk
kayu sisa dari produksi mebel yang dikumpulkan di sudut ruangan di jual untuk
makanan ayam dan bahan bakar indutri rumah tangga tahu Sumedang. Kayu dan
sisa-sisa kayu pembuatan furniture tidak tertata rapi.
3. 3. Kesehatan
29
30
BAB IV
ANALISIS
Dari hasil wawancara baik dari pemilik usaha dan pekerja mengatakan
bahwa pernah mendengar tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun
demikian mereka berpendapat bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah
bagaimana agar kita terhindar dari penyakit akibat bekerja. Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka mengetahui tujuan kesehatan dan
keselamatan kerja.
31
hal yang berhubungan di tempat kerja. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan potensial hazard lingkungan fisik dari usaha mebel yaitu
kebisingan, cahaya, dan debu.
a. Kebisingan
b. Pencahayaan
c. Debu
32
Partikel debu yang dihasilkan dari proses pembuatan lemari dan meja
berasal dari proses penggeregajian, dan lainnya. Bahaya dari partikel
tersebut diminimalisir dengan penggunaan masker dan kacamata. Namun
pada kenyataannya di tempat prduksi mebel Sumber Jaya ini, pekerja
tidak menggunakan masker ataupun kacamata, sehingga sangat
berpotensi mengalami occupational disease atau penyakit yang
diakibatkan oleh pekerja. Debu dapat masuk ke mata pekerja
mengakibatkan mata pekerja menjadi terganggu. Selain itu, bila masuk ke
sistem pernapasan akan menyebabkan gangguan pernapasan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya (Wikipedia, 2017)
33
Dalam usaha mebel ini, penggunaan alat pelindung diri masih perlu
ditingkatkan. Pekerja tidak menggunakan masker karena menurutnya jika
menggunakan masker akan menggaggu dan merasa tidak nyaman. Sementara
kebisingan hanya dianggap hal yang biasa sehingga tidak digunakan APD seperti
ear plug atau ear mup (sumbat telinga). Selain itu pada saat pangangkatan bahan
bahan pembuatan furniture, pekerja seharusnya menggunakan sarung tangan untuk
mengurangi bahaya yang dapat menyederai tangan, karena pekerja mengalami
cedera seperti tertusuk atau tergores tepi kayu yang tidak rata ketika memindahkan
kayu. Namun hal tersebut menuurtnya biasa saja. Bahkan menurutnya jika
menggunakan APD membuatnya tidak nyaman saat bekerja
D. Fasilitas Kesehatan
E. Peralatan
34
BAB V
PENUTUP
5. 1. Kesimpulan
5. Fasilitas yang ada pada tempat tersebut yaitu Terdapat tempat peristirahatan,
kamar, dan kamar mandi dengan air bersih yang memadai, dan air minum
yang cukup dan pelayanan kesehatan yang cukup dekat.
35
5. 2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
36
37