Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA

OBSERVASI DI MEBEL

Disusun oleh :

Resi Salsuda 04021181320021


Nia Lara Sari 04021181320037
Herdina Ningsih 04021281320010
Tri Anggraini 04021281320011
Rosalina Mulyawati 04021281320016
Yulianty Nanda Saputri 04021281320020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang mana telah melancarkan
kami dalam proses pembuatan tugas makalah Keperawatan Kesehatan Kerja Observasi Di
Mebel Sholawat beiring salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang
mana telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.
Pada makalah yang kami susun ini, kami menjelaskan secara keseluruhan tentang
sistem penglihatan. Tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen yang membimbing dalam
penyusunan makalah ini.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat mendapatkan manfaat
dari makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf bila ada salah kata. Atas
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Indralaya, Februari 2017

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................... 4

2
1. 1. Latar Belakang.......................................................................................... 4
1. 2. Rumusan Masalah..................................................................................... 5
1. 3. Tujuan........................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORI..................................................................................................... 6
2. 1. Definisi...................................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................. 22
HASIL OBSERVASI................................................................................................. 22
3. 1. Observasi Pegawai..................................................................................23
3. 2. Observasi Lingkungan.............................................................................23
3. 3. Kesehatan............................................................................................... 24
BAB IV.................................................................................................................. 25
ANALISIS.............................................................................................................. 25
BAB V................................................................................................................... 28
PENUTUP.............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 29
Ragil setiyabudi. 2010. Kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan industri.
Di akses dari: http// thebachtiar.wordpress.com. Diakses pukul 11:30 WIB pada
06 Februari 2017................................................................................................. 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Suatu perusahaan berkewajiban mengusahakan agar karyawan memiliki


kesadaran turut dalam bertanggung jawab atas kelancaran, kemajuan, dan
kelangsungan hidup perusahaaan (Oktorita, 2001). Perusahaan yang baik adalah
perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya
dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang
dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan (Lestari, 2005).

Pentingnya dilakukan usaha-usaha untuk melindungi keselamatan


karyawan di dalam menjalankan pekerjaannya telah mendapat perhatian dari
pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Keselamaatan Kerja no. 1
tahun 1970 yang menjadi sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (Oktorita, 2001).

Pemerintah mencatat sepanjang 2009 telah terjadi sebanyak 54.398


kassus kecelakaan kerja di Indonesia dan mengalami kenaikan pada tahun 2010
sebanyak 98.000 kasus. Riset yang dilakukan oleh badan dunia International
Labour Organization (2003) menunjukkan, bahwa setiap hari rata-rata 6.000
orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per
tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka
(Grahanintyas, 2012). Sumamur (2009) dalam Zuyono (2013) menyebutkan
bahwa terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap terjadinya
kecelakaan kerja yaitu antara 8085%.

4
Untuk itu, sistem manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
diwajibkan untuk diterapkan pada saat bekerja karena merupakan bagian dari
perencanaan dan pengendalian proyek, pengawasan dan aturan penegakan
hukumnya. Sehingga pada tahun 1984 pemerintah mengadakan program
Kampanye Nasional K3, yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. 13, tahun 1984 tentang Pola Kampanye Nasional K3 untuk
memasyarakatkan dan membudayakan K3 (Oktorita, 2001).

Berdasarkan data-data tersebut, penyusun melakukan observasi ke salah


satu industri rumah tangga mebel yang ada di Kelurahan Timbangan Kabupaten
Ogan Ilir, yaitu Toko Sumber Jaya dan didapatkan bahwa penerapan K3 di toko
tersebut masih belum berjalan dengan baik.

1. 2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)?

2. Apa tujuan dari K3 ?

3. Apa faktor-faktor yang Mempengaruhi K3 ?

4. Apa yang dimaksud dengan kecelakan kerja ?

5. Apa yang dimaksud dengan Penyakit kerja ?

6. Apa yang dimaksud dengan Pelayanan Kesehatan Kerja ?

7. Apa yang dimaksud dengan System Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja (SMK3)

5
1. 3. Tujuan

1. Untuk mengetahui arti dari Kesehatan Keselamatan Kerja.

2. Untuk mengetahui tujuan dari K3 ?

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi K3 ?

4. Untuk mengetahui kecelakan kerja ?

5. Untuk mengetahui Penyakit kerja ?

6. Untuk mengetahui Pelayanan Kesehatan Kerja ?

7. Untuk mengetahui System Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


(SMK3)

6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. 1. Definisi

K3 secara keilmuan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan


penerapannya yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan kerja
di tempat kerja.Sedangkan K3 secara praktis/hukum merupakan suatu upaya
perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keaddaan selamat dan sehat selama
melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula bagi orang lain memasuki
tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman dan
efisiensi dalam pemakaiannya.

Jadi,keselamatan kerja ialah upaya perlindungan pekerja ,orang lain di


tempat kerja dan sumber produksi agar selalu dalam keadaan semat selama
dilakukan proses kerja.sedangkan kesehatan kerja diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi
masyarakat pekerja.

2. 2. Tujuan K3

Secara umum tujuan k3 adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang


sehat dan produktif.selain itu untuk menciptakan lingkungan kerja yang
higenis,aman dan nyaman yang dikelola oleh tenaga kerja sehingga
sehat,selamat,dan produktif. Sementara itu menurut para ahli tujuan keselamatan
kerja adalah:

7
a) Melindungi pekerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional

b) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c) Memelihara dan menggunakan sumber produksi secara aman dan efisien.

Sedangkan tujuan kesehatan kerja adalah :

a) Mencegah dan memberantas penyakit-penyakit akibat kerja

b) Memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi pekerja

c) Merawat dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja

d) Memberantas kelelahan kerja serta melipatgandakan kegairahan dan


kenikmatan bekerja

e) Sebagai pelindung bagi masyarakat sekitar dari bahaya yang mugkin di


timbulkan

The joint ilo/who committe on occupation Health telah menetapkan tujuan dari
k3 antara lain:

a) Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat


setinggi-tingginya,baik fisik,mental,maupun kesejahteraan sosial masyarakat
pekerja di semua lpangan kerja

8
b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerjanya

c) Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari


kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan

d) Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja sesuai


dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya untuk mewujudkan tenaga
krja yang sehat dan produktif.

Menurut Pusat Pendidikan dan Latihan Kepegawaian Kementerian


Tenaga Kerja dan Transmigrasi,tujuan dan sasaran pelaksanaan K3 adalah:

a) Mencegah,mengurangi kecelakaan,bahaya peledakan,dan kebakaran

b) Mencegah,mengurangi kematian,cacat tetap dan luka ringan

c) Mengamankan material bangunan,mesin dan alat kerja lainnya

d) Meningkatkan produltivitas

e) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal

f) Menjamin tempat kerja sehat dan aman,serta

g) Memperlancar,meningkatkan,dan mengamankan sumber dan proses


produksi.

9
2. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi K3

Secara garis besar,faktor yang perlu mendapat perhatian dalam k3 yaitu

a) Lingkungan kerja

Lingkungankerja ialah setiap ruangan atau lapangan terbuka atau


tertutup,bergerak atau tetap,tempat orang bekerja atau melakukan aktivitas
kerja dan sering dimasuki tenaga kerja untuk keperlaun suatu usaha yang
mengandung berbagai sumber bahaya.Undang-Undang nomor 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja pasal 21 telah menjamin perlindungan dan
keselamatan kerja terhadap karyawan disuatu tempat kerja dengan memberi
hak dan kewajiban.

b) Peralatan Yang digunakan

Mesin dan peralatan kerja yang dipergunakan dapat berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kemungkinan timbulnya kasus
kecelakaan kerja. Sehubungan dengan ini,sangat penting
untukmemperhatikan mesin dan alat kerja yang digunakan, yaitu 1) kondisi
perlindungan atau penanganan mesin-mesin dan perkakas, 2) kondisi alat-
alat kerja

c) Bahan yang digunakan

Sangat penting untuk meperhatikan bahan-bahan yang digunakan, misalnya


penggunaan bahan-baha kimia. Bahan- bahan yang dipergunakan dapat
menimbulkan hazard yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit

10
akibat kerja dan kecelakaan kerja. Hazard merupakan satu kesatuan
Kombinasi dari tiga variabel yang terdiri dari frekuensi(frequency), lama
waktu(duration), dan keparahan dampak(saverity) yang ditimbulkan akibat
pemajan terhadap suatu substansi atau energi. Hazard adalah sesuatu dapat
berupa bahan beracun ceceran larutan kimia di lantai, bakteri patogen.
Sedangkan magnitude suatu hazard sangat ditentukan oleh dua faktot yaitu
karakter atau sifat dan jumlahnya banyaknya hazard tersebut

d) Keadaan dan kondisi tenaga kerja

Kondisi tenaga kerja berhubungan dengan tingkat produktivitas. Tenaga


kerja yang kondisi fisiknya kurang sehat atau sering sakit cenderung
berakibat menurunnya semangat kerja, kondisi seperti ini merupakan
peluang terjadinya kecelakaan kerja, yang akhirnya mengganngu kegiatan
di tempat kerja. Usaha pencegahan terhadap kondisi yang dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja harus selalu
diupayakan, Adapun keadaan tenaga kerja yang perlu diatur antara lain: l)
kondisi mental dan fisik, baik dan aman serta pamakaian alat.

e) Metode Kerja

Metode kerja sangat dipengaruhi oleh pengalaman kerja yang benar.


Pengalam dan cara kerja yang benar harus memperhatikan beberpa aspek
antara lain peralatan posisi kerja, dan penggunaan peralatan. Hampir 25
kecelakaan yang diderita oleh tenaga kerja disebabkan dalam penanganan
material. Beberapa keluhan seperti hernia keseleo, ketegangan, luka-luka
disebabkan oleh cara keria atau mengangkat dan membawa yang kurang
benar. Sebagian besar masalah k3 akibat bekerja dalam posisi yang tidak
ergonomis. Posisi tubuh yang slah atau tidak alamiah, apalagi dalam sikap
terpaksa dapat menimbulkan kesulitan dalam melakukan kerja, mengurangi
ketelitian, menyebabkan mudah lelah sehingga kerja kurang efisien.
11
Keadaan ini dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gangguan
fisik dan psikologis, keluhan yang paling sering adalah low back pain.

2. 4. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga, tidak dikehendaki dan


menimbulkan akibat yang buruk. Bertolak dari pemikiran ini maka
sesungguhnya kecelakaan itu dapat dihindari dengan cara melakukan upaya-
upaya pencegahan, sehingga dengan demikian akibat yang lebih buruk yang
mungkin akan terjadi di masa depan itu menjadi tidak pernah terjadi sama seka
Lebih lanjut, kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak
diharapkan, diramalkan, ataupun diinginkan; suatu kejadian yang menimbul
kejadian yang menyebabkan kerusakan properti, produk, perlengkapan,
bangunan dan sebagainya suatu kejadian suatu gangguan pekerjaan; atau
kombinasi dari kejadian-kejadian tersebut. Kecelakaan kerja, dengan demikian,
merupakan kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja. Kecelakaan kerja
meliputi juga kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan
dari tempat kerja serta meliputi penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Menurut Permenaker No 04/MEN1993 tentang jaminan kecelakaan kerja


menyebutkan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung
dengan hubungan kerja, demikian juga kecelakaan kerja yang terjadi karena
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ketempat kerja, dan ulang ke
rumah melalui jalan yang biasa atau yang wajar dilalui tiap hari.

Kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang
dapat mengakibatkan kecelakaan. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian
atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,

12
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Klasifikasi kecelakaan kerja
adalah: 1) Kecelakaan ringan, jika kecelakaan ini tidak menimbulkan
kehilangan hari kerja dengan indikasi saat terjadi kecelakaan kerja karyawan
dapat kembali bekerja pada hari yang sama; 2) kecelakaan sedang, apabila
kecelakaan kerja tersebut menyebabkan kehilangan hari kerja dengan indikasi
pada saat terjadi kecelakaan tidak dapat melanjutkan pekerjaan; 3) kecelakaan
kerja berat, jika pada saat terjadi kecelakaan kerja tidak dapat melanjutkan
pekerjaan dan menimbulkan cacat jasmani rohani dengan indikasi surat
keterangan dari dokter yang memeriksa; 4) kecelakaan kerja fatal, apabila
kecelakaan kerja menimbulkan kematian dengan indikasi surat keterangan dari
dokter yang memeriksa

Kecelakaan kerja disebabkan oleh: (1) unsafe human act berupa tindak
perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan seperti tidak memakai alat
pelindung diri, bekerja tidak sesuai prosedur, bekerja sambil bergurau,
menaruh barang atau alat kerja tidak benar, sikap kerja yang tidak selamat,
bekerja didekat alat yang bergerak atau berputar, kelelahan, kebosanan, dan
sebagainya (2) berupa keadaan yang yang tidak aman seperti mesin tanpa
pengaman, peralatan yang sudah tidak sempurna tetapi masih dipakai,
penerangan kurang memadai, ventilasi yang tidak baik, tata ruang yang tidak
baik, lantai yang licin, desain dan konstruksi yang berbahaya dan sebagainya.
Sedangkan sistem manajemen kesela dan kesehatan kerja menjelaskan bahwa te
kecelakaan ditempat kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan
sebagian kecil disebabkan karena faktor teknis.

ILO menyatakan bahwa kecelakaan kerja menimbulka kekacauan


organisasi kerugian, yaitu kerusakan(damage(disorganization), keluhan dan
kesedihan(distress), kelaina dan cacat(disability), dan kematian(death).
Kerugian in dikelompokkan ke dalam kerugian ekonomis dan non-ekonomis
Kerugian non ekonomis sulit untuk dihitung secara tepat dan akurat, oleh karena

13
itu kerugian akibat kecelakaan kerja hanya dapat dihitung berdasarkan kerugian
ekonomis saja. Kerugian ekonomis, terdiri dari :

1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pihak yang
mengalami kecelakaan atau pihak yang bertanggungjawab atas penyebab
kecelakaan yang dialami pekerja tersebut, antara lain: biaya P3K, biaya
obat- obatan, biaya perawatan, biaya pemeriksaan laboratorium, biaya
dokter, biaya transport, biaya jasa rehabilitasi, biaya kunjungan lanjutan
medis, upah selama pekerja tidak mampu bekerja, santunan
kompensasi(ganti rugi) cacat dan pensiun, santunan kematian, dan biaya
pemakaman.

2. Biaya tidak langsung(indirect cost, yaitu biaya yang tidak dibayarkan secara
langsung oleh individu, antara lain:

a. dilanjutkan oleh tenaga kerja pengganti, penerimaan tenaga kerja baru


untuk menggantikan posisi tenaga kerja yang cedera dan menyiapkan
laporan kejadian kecelakaan kerja.

b. Biaya (upah) yang dibayarkan selama waktu kerja yang hilang karena
cedera.

c. Biaya (upah) tenaga kerja pengganti.

d. Menurunnya output (produktivitas tenaga kerja yang cedera (kerugian


akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari produktivitas tenaga
kerja yang cedera).

e. Menurunnya kualitas produksi berkaitan dengan kecelakaan kerja.

14
f. Bertambahnya waktu dan biaya mengurus administrasi.

g. Dampak ekonomi terhadap keluarga korban.

h. Biaya pelatihan bagi tenaga kerja baru.

i. Biaya tambahan untuk kerja supervisor.

j. Biaya perbaikan/penggantian harta benda yang rusak seperti bangunan,


mesin, peralatan, kendaraan dan fasilitas lainnya, bahan-bahan baku dan
produk.

k. Kerugian akibat terganggunya produksi atau keterlambatan aktivitas


pekerjaan, sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan pada
waktunya.

l. Kerugian akibat hilangnya jasa yang diberikan, pestise dan citra


perusahaan.

Dalam pengendalian bahaya akibat kecelakaan kerja ada 3 jenis upaya,


yaitu: 1) pengendalian teknik, 2) pengendalian administratif; dan 3) penggunaan
alat pelindung diri (APD). Semua jenis upaya pengendalian ini dapat digunakan
secara bersama-sama, tetapi harus diberikan prioritas kepada pengendalian
teknik sebelum metode pengendalian lain yang digunakan.

Sebagai dasar pencegahan kecelakaan kerja yang dipakai oleh setiap


perusahaan adalah Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, dalam pasal 86 ayat (1) disebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a)
keselamatan dan kesehatan kerja; b) moral dan kesusilaan; dan c) perlakuan

15
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama, kemudian
pada ayat (2) untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.

2. 5. Penyakit Kerja

Penyakit kerja, di lain sisi, didefinisikan sebagai penyakit yang timbul


dan diderita oleh tenaga kerja dalam pekerjaannya, setelah terbukti bahwa
sebelum bekerja tenaga kerja tidak mengalami gangguan kesehatan atau terkena
penyakit tersebut. Komite gabungan ILO dan WHO mengenai Occupational
Health pada tahun 1989 menyatakan bahwa work-related disease (penyakit
akibat kerja) bukan hanya didefinisikan sebagai occupational disease, namun
juga meliputi penyakit lain yang disebabkan oleh lingkungan kerja dan
perfomasi kerja yang berkonstribusi secara signifikan sebagai satu dari beberapa
faktor kausatif.

Penyakit akibat kerja mencakup semua kondisi patologis yang terjadi


karena bekerja dalam jangka waktu lama, misalnya akibat penggunaan tenaga
berlebih atau terpapar faktor berbahaya pada material, peralatan, atau lingkungan
kerja.

Pada simposium International ILO di Austria mengenai penyakit akibat


hubungan pekerjaan dapat dibedakan atas dua penyakit, yaitu 1) penyakit akibat
kerja (occupational disease) adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik atau asosianya yang diakut, 2) penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan (work-related disease) adalah penyakit yang terjadi pada populasi
pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat
oleh kondisi yang buruk bagi kesehatan.

16
2. 6. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan meliputi 4 aspek pencegahan (preventif),


peningkatan (kuratif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif)
sangat berkaitan dengan kondisi-kondisi kesehatan masyarakat itu sendiri
sehingga dapat dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan, serta sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja.

1. Preventif

Upaya preventif adalah suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan


daya tahan tubuh, pemutusan rantai penularan penyakit dan kegiatan
penghentian proses suatu penyakit setelah timbul kelainan. Upaya pencegahan
dikenal dengan tiga tahap, yaitu 1) pencegahan primer, adalah pencegahan
terhadap sebelum terjadinya penyakit yang terdiri dari upaya promotif dan
upaya perlindungan khusus, 2) pencegahan sekunder, adalah upaya untuk
menegakkan diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang tepat, 3)
pencegahan tersier, meliputi upaya mengurangi ketidakmampuan dan upaya
pemulihan.

Sementara itu, upaya pencegahan dapat dilakukan berupa 1) penyaringan


kondisi kesehatan bagi tenaga kerja baru, 2) pemeriksaan berkala, 3)
pemeriksaan kesehatan khusus. Selain itu, upaya yang perlu dilakukan dalam
mencegah terjadinya penyakit akibat kerja antara lain 1) identifikasi bahaya
ditempat kerja, 2) evaluasi bahaya, 3) upaya pengendalian bahaya kesehatan, 4)
tindakan teknis, 5) penggunaan alat pelindung diri, dan 6) penerangan dan
pendidikan.

2. Upaya Kuratif

17
Upaya kuratif (pengobatan/perawatan) dan hospitalisasi serta tindakan
medis lainnya bertujuan untuk penyembuhan secara cepat dan tepat agar
tenaga kerja dapat produktif setelah kembali ke pekerjaan. Pada taraf kuratif
usaha-usaha yang dilakukan diarahkan untuk penyembuhan penyakit kronis
dan mengobati penyakit umum yang tidak ada kaitannya dengan
pekerjaannya.

Perawatan kesehatan tenaga kerja merupakan salah satu upaya untuk


meningkatkan produktivitas kerja. Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan
untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, sehingga dapat melaksanakan
tugas sebaik-baiknya dan merupakan usaha dibidang penyembuhan. Setiap
tenaga kerja sector formal atau terorganisasi berhak memperoleh pelayanan
kesehatan berupa perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan tenaga kerja
dapat dilaksanakan oleh perusahaan sendiri dengan klinik kesehatan
diperusahaan, perusahaan mengadakan ikatan kerja sama dengan pelayan
kesehatan lain, atau beberapa perusahaan bersama-sama menyelenggarakan
suatu pelayanan kesehatan kerja.

3. Upaya promotif

Untuk meningkatkan kemampuan hidup dan derajat kesehatan tenaga


kerja, perlu dilakukan upaya mengenai penanaman prinsip hidup sehat sedini
mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
kesehatan.

Kegiatan yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan peningkatan status


kesehatan tenaga kerja adalah meaksanakan penyuluhan dan latihan
ketrampilan dalam rangka pelayanan kesehatan. Bentuk kegiatan meliputi 1)
pembinaan sarana keteladanan ditempat kerja, meliputi a) sarana keteladanan
gizi berupa pengadaan kantin sehat, b) sarana kegiatan kebersihan lingkungan,
seperti pengelolaan sampah dan saluran air. 2) membina kebersiahan
18
perorangan tenaga kerja, 3) mengembangkan kemampuan tenaga kerja untuk
berperan aktif dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan latihan dan
pengkaderan.

4. Upaya rehabilitatif

Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/ atau serangkaian


kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya
(Undang-Undang republic Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
pasal 1 ayat 15)

Rehabilitasi dimulai dengan adanya penyakit atau luka yang berlajut pada
diri tenaga kerja sampai pada masa perawatan sehingga tenaga yang
mendapatkan rehabilitasi dapat bekerja kembali secara maksimal. Dengan
demikian, rehabilitasi dianggap sebagai suatu usaha kreatif yang dapat
meningkatkan kemampuan mental dan fisik tenaga kerja yang tadinya tidak
mampu dapat menjadi lebih mampu untuk bekerja lebih efisien. Adapun
kegiatan-kegiatan pokok rehabilitasi dilakukan melalui usaha-usaha sebagai
berikut ini:

a Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan


seseorang setelah ia sembuh

b Penigkatan work therapy untuk memungkinkan pengembangan


kehidupan social setelah tenaga kerja sembuh.

19
c Mengusahakan suatu upaya rehabilitasi sehingga setiap tenaga kerja yang
cacat mampu mempertahankan dirinya sebagai warga Negara yang masih
berguna

d Penyadaran masyarakat atau teman kerja untuk menerima mereka yang


masih dalam fase rehabilitasi dengan memberikan dukungan moral
setidak-tidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan

e Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan


masyarakat pekerja.

2. 7. System Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 05


Tahun 1996 Tentang Audit System Manajemen Pasal 1 poin a, system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bagian dari system
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
rangkat pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Osborne dan Zairi menyatakan bahwa system manajemen K3 (Safety


Management System, SMS) merupakan susunan standar-satandar, prosedur-
prosedur, dan rencana-rencana pengawasan, yang bertujuan mempromosikan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja dan melindungi masyarakat dari
kecelakaan kerja (Pun & Hui, 2002).

20
Manajemen K3 dapat diartikan sebagai salah satu ilmu perilaku yang
mencakup aspek social dan eksak yang bertanggung jawab atas keselamatan dan
kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, pengambilan keputusan, dan
organisai. Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja, bsik dari
segi perencanaan , pengabilan keputusan dan organisasi manajemen k3 pada
dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasioal yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan dua
cara, yaitu: (1) mengungkapkan penyebab kecelakaan (akarnya); dan (2)
meneliti apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak

Tujuan dan sasaran SMK3 terdapat pada peraturan menteri tenaga kerja
dan transmigrasi nomor 05 tahun 1996 tentang audit system manajemen pasal 2
yakni menciptakan suatu system K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsure
menejemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintergrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Lebih lanjut, suatu
program manajemen K3 dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan, jika
memenuhi semua indicator keberhasilan berikut, yaitu: a) terhadap pencegahan
dan pengendalian bahaya; b) erdapat pelatihan K3 bagi semua tenaga kerja; c)
terdapat analisis risiko di tempat kerja;d) terdapat komitmen manajemen yang
tinggi terhadap K3; dan e) semua pekerja terlibat penuh dalam program K3.

Pengaruh poositif terbesar yang dapat diraih akibat penerapan manajemen


K3 pada system manajemen perusahaan adalah adanya pengurangan angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Beberapa manfaat lain dari
penerapan manajemen K3 adalah:
1 Memberikan kepuasaan dan meningkatkan loyalitas pekerja terhadap
perusahaan, karena aanya jaminan keselamatan dan kesehatan dalam
bekerja;

21
2 Menunjukkan bahwa sebuah perusahaan telah beritikat baik dalam
memenuhi peraturan perundang-undangan, sehingga dapat beroperasi secara
normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketanagakerjaan;
3 mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja,
sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimubulkan
oleh kejadian tersebut;
4 menciptakan adanya aktivitas dan kegiatan yang terorganisir, terarah dan
berada dalam koridor yang teratur, sehingga organisasi dapat berkonsentrasi
melakukan peningkatan terhadap system manajemennya dibandingkan
melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi;
5 meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan, karena tenaga kerja
dapat bekerja optimal, kemudian meningkatkan kualitas produk dan jasa
yang dihasilkan.
Terdapat empat pilar manajemen K3, yang digunakan sebagai azas,
prinsip atau pedemo bagi penerapan manajemen K3 di tempat kerja, yaitu:
1 organisasi dan administrasi
Ada organisasi K3 yang memadai, yang dibentuk oleh perusahaan yang
bersangkutan. Penerapan manajemen K3 merupakan tanggung jawab
pimpinan perusahaan , supervisor, tenaga kerja, penasehat manajemen K3,
perwakilan hiperkes dan komite
2 Peraturan dan prosedur
Ada prosedur dan peraturan kerja dalam perusahaan, peraturan dan prosedur
manajemen K3 diperbaiki untuk penegmbangan dan pemeliharaan kondisi
kerja yang sehat dan aman. Bentuk peraturan dan prosedur tersebut adalah:
1) peraturan dan prosedur manajemen K3 termasuk peralatan keselamatan,
pakaiann pelindung diri, dan kelengkapan lainnya; 2) prosedur keselamatan
kerja; 3) prosedur kesehatan kerja, termasuk inspeksi dan pemeriksaan,
pemeliharaan fasilitas, pengoabatan penyakit akibat kerja dan cedera; serta
4) hal kebakaran, termasuk identifikasi risiko kebakaran, perlindungan
terhadap kebakaran dan pengontrolannya.
3 Pendidikan dan pelatihan
Di perusahaan diselenggaran pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan
K3 dan lingkungan kerja. Pendidikan dan pelatihan ini harus dilaksanakan
secara teratur dan berkesinambungan.
4 Pengontrolan potensi bahaya di lingkungan kerja

22
Ada pengawasan dan pengontrol terhadap potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Untuk itu perlu dilakukan analisis dan pengontrolan secara statistic,
membandingkan hasil pengukuran dengan standar, serta dilihat dari target
yang ingin dicapai, setelah ada koreksi terhadap potensi bahaya di
lingkungan kerja.

Keempat pilar diatas harus menjadi perhatian penting dalam pelaksanaan


manajemen K3 di tempat kerja, sehingga setiap divisi atau bagian dari suatu
organisasi perusahaan hendaknya menjalankan setiap pilar tersebut. Focus dan
perhatian terhadap pelaksanaan setiap pilar manajemen K3 tersebut menentukan
keberhasilan pelaksanaanK3 di tempat kerja.

Dalam penerapan SMK3, perusahaan wajib melaksanakan 5 prinsip yang


diatur dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor 05 Tahun
1996 Tentang Audit Sistem Manajemen Pasal 4 ayat 1. Kelima prinsip tersebut
antara lain:

1 Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan


SMK3. Komitemen dan kebijakan tersebut meliputi:
a. Kepemimpinan dan komitmen
Pengurus harus menunjukan kepemimpinan dan komitmen K3 dengan
menyediakan sumber daya yang memadai. Pengusaha, pengurus
perusahaan, tenaga kerja dan pihak-pihak lain harus menunjukkan
komitmen terhadap K3
b. Tinjauan awal K3
Tinjauan awal K3 di perusahaan dilakukan dengan mengindentifikasi
kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan yang di atur dalam
Permenakertrans no 05 tahun 1996 Ketentuan yang diatur dalam
Permenakertrans no. 05 tahun 1996 yaitu mengidentifikasi
sumberbahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, penilaian
tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan standar k3,
membandingkan penerapan k3 de perusahaan dan sektor lain yang lebih
baik, saya akibat kejadian yang membahayakan kompensasi, dan

23
gangguan serta hasil temuan penilaiar sebelumnya yang berkaitan degan
k3, meriilai efisiensi dan efektivitas sumberdaya yang disediakan.
c. Kebijakan k3
kebijakan k3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangi oleh
pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen, dan tekad melaksanakan k3, kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan beroperasi
menyeluruh yang bersifat sales manager dan atau operasional.
Kebijakan k3 dibuat through proses konsultasi antara pengurus dan
wakil tenaga kerja which are harus dijelaskan dan disebarluarkan
ditunjukan kepada semua tenaga kerja, pemasok, dan pelanggan.
Kebijakan K3 bersifat dinamis dan selalu ditinjau ulang dalam rangka
peningkatan kerja K3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai


keberhasilan penerapan dan kegiatan SMK3 dengan sasaran yang jelas, dan
can be diukur perencanaan harus memuat tujuan, sasaran, dan indikator costs
kos yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya,
penilaian, dan pengendalian risiko sesuai dengan persyarakatan peraturan
perundangan yang berlaku serta hasil temuan pelaksanaan tinjauan awal
terhadap K3. Dalam perencanaan ini secara rinci terbagi atas :

a. Perencanaan identifikasi bahaya dan pengendalian risiko dari kegiatan


produksi darang dan jasa.

b. Pemenuhan akan peraturan dan perundangan dan persyaratan lainnya,


dan setelah itu menjelaskan peraturan peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya ditunjukan kepada seluruh tenaga kerja.

24
c. Menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3 yang ditetapkan oleh
perusahaan yang harus dapat diukur, menggunakan satuan atau indikator
pengukuran, sasaran pencapaian, dan jangka waktu pencapaian.

d. Menggunkan indikator kinerja sebagai dasar dasar penilaian kinerja K3


Yang Sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian SMK3.

e. perencanaan awal dan perencanaan activities yang sedang berlangsung.


penerapan awal SMK3 yang berhasil memerlukan rencana yang can be
dikembangkan beroperasi berkelanjutan dan dengan jelas 1)
menetapkan tujuan Serta Sasaran SMK3 Yang can be dicapai DENGAN
menetapkan Sistem Pertanggungjawaban hearts pena-capaian tujuan
Dan Sasaran Sesuai DENGAN fungsi fungsi Dan Tingkat manajemen
Yang bersangkutan, 2) sarana menetapkan Dan Jangka Waktu untuk
review pencapaian tujuan Dan Sasaran.

3. Checklists memverifikasi kebijakan K3 beroperasi efektif dengan


mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
untuk review mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran K3. Pada tahap
penerapan SMK3 yang perlu mendapat perhatian perusahaan adalah:

a. Jaminan kemampuan yang meliputi sumber daya manusia, sarana, dana,


integrasi, tanggung jawab tanggung gugat, konsultasi, motivasi dan
kesadaran pelatihan dan kompetensi kerja.

c. Kegiatan pendukung yang meliputi komunikasi, pelaporan,


pendokumentasian, pengendalian dokumen, pencatatan dan manajemen
informasi.

25
d. Identifikasi sumber bahaya penilaian, dan pengendalian risiko yang
meliputi identifikasi sumber bahaya, penilaian risiko, tindakan
pengendalian, perancangan (desain) dan rekayasa, administras
pengendalian, tinjauan ulang kontrak, pembelian, prosedur menghadapi
keadaan darurat atau bencana, prosedur menghadapi insiden, prosedur
rencana pemulihan keadaan darurat.

4. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 Serta melakukan


tindakan perbaikan ,dan pencegahan. Perusahaan harus memiliki sistem
untuk mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja SMK3, dan hasilnya
harus dianalisis guna menetukan keberhasilan atau melakukan identifikasi
tindakan perbaikan. Terdapat 3 kegiatan dalam melakukan pengukuran dan
Evaluasi Yaitu

a. Inspek dan Pengujian

Perusahaan harus menetapkan Dan memelihara prosedur inspeksi,


pengujian, dan pamantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran
k3. Frekuensi inspeksi dan pengujian harus sesuai dengan objeknya

b. Audit SMK3

Aaudit SMK3 harus dilakukan beroperasi berkala untuk mengetahui


keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara
sistematis dan independen oleh personil yang memiliki kompetensi
kerja dengan using metodologi yang sudah ditetapkan.

c. Tindakan Perbaikan Dan Pencegahan

Semua hasil temuan temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit, dan

26
tinjauan ulang SMK3 Harus didokumentasikan dan digunakan untuk
identifikasi tindakan Perbaikan dan pencegahan serta manajemen
menjamin pelaksanaannya secara sitematik dan efektif

5. Meninjauan secara teratur dan meningkakan pelaksanaan SMK3 secara


berkelanjutan dengan tunjuan meningkatkan kinerja K3. Pimpinan yang
ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang SKM3 secara berkala untuk
menjamin kesesuaian.

27
BAB III
HASIL OBSERVASI

3. 1. Observasi Pegawai

Toko Sumber Jaya milik pasangan Bapak Suroto dan Ibu Musnarni
adalah salah satu toko mebel yang berada di Kelurahan Timbangan Kabupaten
Ogan Ilir. Usaha yang sebelumnya berada di Palembang pada tahun 2001 ini
dipindahkan ke Ogan Ilir pada tahun 2005 agar lebih dekat dengan keluarga.
Sebelum tahun 2012, Bapak Suroto masih memiliki beberapa pegawai. Namun
karena persaingan bisnis dan untuk menekan biaya insdutri, maka Bapak Suroto
yang juga merangkap sebagai pekerja hanya mempertahankan satu pegawai
tetap.

Pekerja mulai bekerja dari pukul 8:00 pagi sampai 17:00 WIB. Untuk
produksi furniture dengan tingkat kesulitan rendah, pekerja dapat menghasilkan
2 sampai 3 furniture per hari, sedangkan untuk furniture dengan tingkat kesulitan
ya g tinggi seperti lemari pakaian dan lemari televisi dapat memakan waktu
hingga 2 hari pengerjaan.

Pemilik usaha melakukan perekrutan pegawai dengan kriteria pegawai


yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang cukup baik. Secara subjektif
pemilik lebih mengutamakan pegawai rantauan yang berasal dari pulau jawa
karena menurut pemilik pegawai rantauan akan lebih fokus dalam bekerja
dibandingkan penduduk sekitar.

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi furniture oleh pegawai


sudah memadai, seperti kelengkapan gergaji, sugu, shinso, serkel, mistar,

28
penggaris, palu, dan lain-lain. Bapak Suroto juga mendapatkan pasokan kayu
dari daerah Kramasan, Palembang.

3. 2. Observasi Lingkungan

Industri mebel Sumber Jaya bergabung dengan rumah Bapak Suroto yang
terletak di pinggir jalan. Namun, tempat pegawai bekerja berada di bagian
belakang rumah dengan luas 24 m2. Ruangan yang memiliki tiga pintu, satu
jendela, dan satu ventilasi tersebut terdapat tempat mencuci piring dan satu
kandang ayam sehingga tercium bau kotoran ayam dari ruangan tersebut. Serbuk
kayu sisa dari produksi mebel yang dikumpulkan di sudut ruangan di jual untuk
makanan ayam dan bahan bakar indutri rumah tangga tahu Sumedang. Kayu dan
sisa-sisa kayu pembuatan furniture tidak tertata rapi.

3. 3. Kesehatan

Pegawai yang bekerja di toko Sumber Jaya tidak menggunakan


kelengkapan APD dalam bekerja, seperti tidak menggunakan masker, kacamata
pelindung, dan penutup telinga. Alasan pegawai tidak memakai APD
dikarenakan merasa tidak nyaman ketika menggunakannya saat bekerja dan tidak
mengetahui indikasi penggunanaan APD. Selama bekerja, pegawai tidak pernah
mengalami kecelakaan kerja yang berat, hanya luka ringan akibat tergores kayu.
Pegawai tidak mempuanyai asuransi kesehatan, namun apabila terjadi
kecelakaan kerja yang cukup berat, Bapak Suroto yang akan bertanggung jawab
dalam membiayai pengobatan dan perawatan pegawai. Selaku pemilik toko,
Bapak Suroto juga menanggung biaya makan pegawainya.

29
30
BAB IV
ANALISIS

Dari hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa risiko


kecelakaan kerja di Mebel Sumber Jaya cukup tinggi dikarenakan kurangnya
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Selama bekerja, pegawai tidak pernah mengalami kecelakaan kerja yang


berat, hanya luka ringan akibat tergores kayu.

A. Pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dari hasil wawancara baik dari pemilik usaha dan pekerja mengatakan
bahwa pernah mendengar tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun
demikian mereka berpendapat bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah
bagaimana agar kita terhindar dari penyakit akibat bekerja. Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka mengetahui tujuan kesehatan dan
keselamatan kerja.

B. Kondisi Lingkungan Kerja

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat diklasifikasikan potensi


bahaya dari usaha meubel ini berdasarkan lingkungan kerjanya.

1. Potensial Hazard Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik meliputi keadaan fisik seperti kebisingan, pencahayaan,


getaran, iklim (cuaca ) kerja, tekanan udara, penerangan, bau-bauan serta hal-

31
hal yang berhubungan di tempat kerja. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan potensial hazard lingkungan fisik dari usaha mebel yaitu
kebisingan, cahaya, dan debu.

a. Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang


bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (Kepmennaker, 1999). Sesuai Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A( dBA ), untuk
waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140
dBA walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. Suara bising yang
terdapat dalam proses pembuatan meja, lemari dan lainnya berasal
dari peralatan yang digunakan, seperti mesin penggeregajian, alat
sugu. Namun, dari hasil wawancara yang telah dilakukan suara bising
dari mesin tersebut menurutnya tidak menganggu pengerjaanya karena
telah terbiasa. Dan selama bekerja menurutnya tidak ada kelainan pada
alat pendengaran. Meskipun, pada saat pengamatan suara yang
dikeluarkan dari alat tersebut cukup bising yang akan mempengaruhi
kesehatan apabila melewati nilai ambang batas.

b. Pencahayaan

Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek


yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Di tempat produksi mebel ini,
ruangan memiliki tiga pintu, satu jendela, dan satu ventilasi.

c. Debu

32
Partikel debu yang dihasilkan dari proses pembuatan lemari dan meja
berasal dari proses penggeregajian, dan lainnya. Bahaya dari partikel
tersebut diminimalisir dengan penggunaan masker dan kacamata. Namun
pada kenyataannya di tempat prduksi mebel Sumber Jaya ini, pekerja
tidak menggunakan masker ataupun kacamata, sehingga sangat
berpotensi mengalami occupational disease atau penyakit yang
diakibatkan oleh pekerja. Debu dapat masuk ke mata pekerja
mengakibatkan mata pekerja menjadi terganggu. Selain itu, bila masuk ke
sistem pernapasan akan menyebabkan gangguan pernapasan.

2. Potensial Hazard Lingkungan Fisiologis

Dalam kaitannya dengan pembuatan furniture, ergonomic juga


mempunyai peranan penting. Ini dapat dilihat dari kesesuaian posisi pada saat
bekerja. Berdasarkan hasil wawancara, pada saat pesanan banyak menuntut
pekerja untuk bekerja lebih dari hari biasanya. Menurutnya keadaan tersebut
membuatnya merasa lelah ketika berdiri terlalu lama pada saat mengerjakan
pesanan. Namun, jika hal tersebut terjadi, maka pekerja langsung berstirahat
sejenak dan kembali melanjutkan pekerjaannya setelah merasa membaik.
Menurut informan tidak ada waktu yang menentu dalam membuat furniture,
tergantung dari banyaknya pesanan. Jika pesanan banyak maka, pekerja dapat
bekerja hingga larut malam.

C. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya (Wikipedia, 2017)

33
Dalam usaha mebel ini, penggunaan alat pelindung diri masih perlu
ditingkatkan. Pekerja tidak menggunakan masker karena menurutnya jika
menggunakan masker akan menggaggu dan merasa tidak nyaman. Sementara
kebisingan hanya dianggap hal yang biasa sehingga tidak digunakan APD seperti
ear plug atau ear mup (sumbat telinga). Selain itu pada saat pangangkatan bahan
bahan pembuatan furniture, pekerja seharusnya menggunakan sarung tangan untuk
mengurangi bahaya yang dapat menyederai tangan, karena pekerja mengalami
cedera seperti tertusuk atau tergores tepi kayu yang tidak rata ketika memindahkan
kayu. Namun hal tersebut menuurtnya biasa saja. Bahkan menurutnya jika
menggunakan APD membuatnya tidak nyaman saat bekerja

D. Fasilitas Kesehatan

Usaha ini tidak memiliki fasilitas kesehatan, jika pekerja mengalami


kecelakaan kerja, pekerja akan langsung di bawa ke puskesmas yang berada sekitar
30 meter dari tempat usaha. Biaya penanganan dan penanggulangan kesehatan bila
ada kecelakaan ditanggung oleh pemilik usaha. Fasilitas yang ada pada tempat
tersebut yaitu terdapat tempat peristirahatan, dan kamar mandi dengan air bersih
yang memadai, dan air minum yang cukup.

E. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi furniture oleh pegawai sudah


memadai, seperti kelengkapan gergaji, sugu, shinso, serkel, mistar, penggaris, palu,
dan lain-lain. Bapak Suroto juga mendapatkan pasokan kayu dari daerah Kramasan,
Palembang

34
BAB V
PENUTUP

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di industri mebel,


didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dimiliki


pemilikdan tenaga kerja masih minim. Hal ini karena pekerja tidak
mengetahui pentingnya menggunkan APD, yang dibuktikan dengan pekerja
tidak menggunakan masker, kacamata dan APD lainnya.

2. Kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi terhadap beberapa potensial


bahaya bagi keselamatan kerja. Seperti : potensial hazard lingkungan fisik
(kebisingan, pencahayaan, dan debu), potensial hazard lingkungan fisiologis
(ergonomi).

3. Pada penggunaan Alat Pelindung Diri, pekerja tidak menggunakan masker


untuk mencegah debu memasuki saluran pernapasan. Kebisingan dan saat
pengangkatan kayupun berpotensi membahyakan keselamatan
kerja. Walaupun tidak semua sumber bahaya diproteksi tapi setidaknya sudah
ada upaya preventif yang dilakukan.

4. Pencegahan / pengendaliaan kecelakaan kerja di tempat ini yaitu beristirahat


jika merasakan kelelahan.

5. Fasilitas yang ada pada tempat tersebut yaitu Terdapat tempat peristirahatan,
kamar, dan kamar mandi dengan air bersih yang memadai, dan air minum
yang cukup dan pelayanan kesehatan yang cukup dekat.

35
5. 2. Saran

Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan


makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Untuk itu kami
mengharapkan saran agar kami dapat meningkatkan kualitas makalah yang akan
dibuat selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya
mahasiswa ilmu keperawatan dalam mempelajari Keperawatan Kesehatan Kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Mohamad yani.2006.Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sektor Informal. Di akses


dari:http//repository.ipb.ac.pdf. Diakses pukul 11:17 WIB pada 06 Februari 2017

Putra Prabu.2008. Dampak Partikulat Terhadap Kesehatan. Di akses


dari: http//putraprabu.wordpress.com. Diakses pukul 12:11 WIB pada 06 Februari
2017

Ragil setiyabudi. 2010. Kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan industri. Di


akses dari: http// thebachtiar.wordpress.com. Diakses pukul 11:30 WIB pada 06
Februari 2017

Zein Property. 2011.Kusen Pintu dan Jendela; Pembuatan, Pemasangan dan


Finishing. Di akses dari: http//Depeloverdankontraktor.blogspot.com. Diakses
pukul 11:35 WIB pada 06 Februari 2017

36
37

Anda mungkin juga menyukai