Anda di halaman 1dari 29

Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Industri Tahu Susu Lembang Laporan diajukan untuk memenuhi salah satu

tugas matakuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan dosen pengampu Mustika NH., S.TP., M.Pd.

Oleh: Asri Najmi Fathillah Julaeha Nopiyani Siti Solihat Tedy Tarudin Yulian Arthia Putri NIM 1000664 NIM 1003097 NIM 1002394 NIM 1000684 NIM 1000822

Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia

2012

Kata Pengantar Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan hasil obsrvasi ini tepat pada waktunya. Dan tak lupa shalawat serta salam kita tunjukan kepada nabi kita Muhammad SAW berserta keluarga sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Mustika NH., S.TP., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, serta kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta memberikan dukungan kepada kami. Penyusunan laporan hasil observasi pada industri susu tahu lembang ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam proses penyusunan laporan ini, penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun.

Bandung, Maret 2012 Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1 1.1. Latar Belakang...........................................................................1


1.2.Rumusan Masalah......................................................................2 1.3.Tujuan Penulisan........................................................................2

BAB 2 LANDASAN TEORI......................................................................3


2.1.Kesehatan dan Keselamatan Kerja.............................................3 2.2.Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Industri.........6 2.3.Standar Kesehataan dan Keselamatan Kerja..............................10

BAB 3 HASIL OBSERVASI......................................................................13


3.1.Profil Industri.............................................................................13 3.2.Resiko Bahaya yang Mungkin Terjaadi.....................................15 3.3.Kecelakaan Kerja yang Pernah Terjadi......................................16 3.4.Penanggulangan.........................................................................16

BAB 4 PEMBAHASAN..............................................................................17
4.1.Analisis Bahaya pada Industri Tahu Susu Lembang.................17 4.2.Tinjauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada TSL.............18

BAB 5 KESIMPULAN...............................................................................15
5.1.Kesimpulan................................................................................20 5.2.Saran .........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat menekan tingkat kecelakaan kerja baik disebabkan kondisi lingkungan kerja yang berbahaya maupun perbuatan tenaga kerja yang berbahaya serta dapat mengurangi penyakit akibat kerja yang pada akhirnya meningkatkan produksi dan produktivitas. Pemerintah juga mendukung pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja denga mewajibkan tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk menerapkan Undang-undang No. 1 sebagai tindakan pengendalian terhadap potensi-potensi serta faktor bahaya yang mungkin muncul. Keselamatan kerja yang diterapkan dengan baik dapat memberikan perlindungan bagi tenaga kerja, pelaksanaan keselamatan kerja Pokok Tenaga Kerja yang meliputi : 1) Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral kerja. 2) Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup : a. Norma keselamatan kerja. b. Norma kesehatan kerja dan higene perusahaan. c. Norma kerja. d. Pemberian ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja. sesuai dengan kebijakan Pemerintah yaitu Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan

Tahu susu lembang merupakan salah satu industri yang butuh untuk menerapkan peraturan kesahatan dan keselamatan kerja bagi para karyawannya selama proses produksi. Semua fungsi manajemen dan segenap tenaga kerja di lokasi produksi susu tahu lembang menyadari bahwa penerapan K3 secara baik akan meningkatkan kualitas produk, meminimalkan biaya dan menjamin ketepatan waktu penyerahan yang berarti meningkatkan produktivitas. 1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja? 1.2.2. Bagaimana penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di industri? 1.2.3. Bagaimana standar kesehatan dan keselamatan kerja? 1.2.4. Bagaimana profil industri Tahu Susu Lembang? 1.2.5. Apa saja resiko bahaya yang mungkin terjadi di lokasi produksi? 1.2.6. Apa saja kecelakaan yang teradi di lokasi produksi? 1.2.7. Bagaimana cara menanggulangi kecelakaan yang terjadi? 1.2.8. Bagaimana analisis bahaya di industri Tahu Susu Lembang? 1.2.9. Bagaimana tinjauan K3 di industri Tahu Susu Lembang? 1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Mengetahui dan memahami mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. 1.3.2. Mengetahui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di industri. 1.3.3. Mengetahui dan memahami standar kesehatan dan keselamatan kerja yang ada. 1.3.4. Mengetahui profil industri Tahu Susu Lembang. 1.3.5. Mengetshui resiko bahaya yang mungkin terjadi di lokasi produksi. 1.3.6. Mengetahui kecelakaan yang pernah terjadi di lokasi produksi.
4

1.3.7. Mengetahui cara menanggulangi kecelakaan yang terjadi. 1.3.8. Mengetahui analisis bahaya di industri Tahu Susu Lembang. 1.3.9. Mengetahui tinjauan K3 di Industri Tahu Susu Lembang.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 secara praktis diartikan sebagai upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja termasuk orang lain yang memasuki tempat kerja maupun proses produk dapat secara aman dan efisien dalam produksinya Menurut Mangkunegara (2002, p.163)Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil dibawah nilai tertentu (Simanjuntak, 1994). Sedangkan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja (Simanjuntak, 1994).
5

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu program yangmenjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkandidalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3L yang artinya keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Aspek lingkungan dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan juga merupakan hal yang penting, namun dalam pembahasan berikut yang akan menjadi fokus utamanya adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan. Dalam memepelajari faktor faktor yang dapat menyebabkan manusia mengalami kecelakan inilah berkembang berbagai konsep dan teori tentang kecelakaan (accident theories). Teori tersebut umumnya ada yang memusatkan perhatiannya pada faktor penyebab yang ada pada pekerjaan atau cara kerja, ada yang lebih memperhatikan faktor penyebab pada peralatan kerja bahkan ada pula yang memusatkan perhatiannya pada faktor penyebab pada perilaku manusianya.
6

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris health, yang dewasa ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat. Sebagaimana kita ketahui bahwa umumnya manusia selalu mempunyai pekerjaan (work, occupation) dan sebagian besar waktunya berada dalam situasi bekerja sehingga dapat terjadi manusia akan menderita penyakit yang mungkin disebabkan oleh pekerjaannya atau menderita penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. Karena alasan tersebut berkembang ilmu yang dikenal dengan kesehatan kerja (occupational health). Kesehatan kerja disamping mempelajari faktor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-related disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut. Istilah keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Pandangan yang melihat Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam kerangka sebagai suatu pendekatan ilmiah tampak seperti misalnya pada definisi berikut: Occupational Health and Safety concern the application of scientific principles in understanding the nature of risk to the safety of people and
7

property in both industrial & non industrial environments. It is multi disciplinary profession based upon physics,chemistry, biology and behavioral sciences with applications in manufacturing, transport, storage and handling of hazardous material and domestic and recreational activities. (OSHA, USA) Dari definisi tersebut dapat diamati adanya uraian yang menekankan prinsip ilmiah yang mendasari Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta keilmuan dasar yang menjadi pendukungnya. Sedangkan pandangan melihat Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam kerangka sebagai suatu pendekatan praktis atau suatu program dapat dilihat dari definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai: The promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well being of workers in all occupations; the prevention among workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of workers in their employment from risks resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in an occupational environment adapted to his physiological equipment; to summarize: the adaptation of work to man and each man to his job. (Joint committee: ILO & WHO). Dengan demikian menjadi semakin jelas bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan ilmiah dan sekaligus merupakan suatu program. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugiankerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi. Dengan kata lain hakekat dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tidak berbeda dengan pengertian bagaimana kita mengendalikan risiko (risk management) agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Pendekatan-pendekatan ilmiah yang ada dalam lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak saja terbatas pada ilmu keselamatan (safety sciences) dan
8

ilmu kesehatan (health sciences) seperti ilmu kesehatan kerja (occupational health science), tetapi juga keilmuan lainnya seperti: higiene industri (industrial hygiene), ergonomi, human factors, epidemiologi, statistik, kedokteran, rekayasa (engineering), kimia, health promotion, toksikologi, manajemen, hukum, sosial dan perilaku dan lain-lain sebagainya. Dengan demikian Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dipandang sebagai ilmu terapan yang bersifat multidisiplin, yang kaya dengan keragaman berbagai pendekatan menurut bidang keilmuan masing-masing dalam upaya mengendalikan resiko sakit dan celaka. 2.2. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting dalam aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri. K3 menjadi wacana industri abad ini setelah ditemukannya teori teori yang representatif yang mendukung akan improvisasi dalam konteks keselamatan dan manajemen resiko yang muncul dalam kegiatan industri yang lebih luas. Meninjau kembali literatur literatur yang telah dikenal dan diterapkan mengenai studi kasus dalam masalah K3 dimana kesempurnaan metoda dan penerapan yang penuh komitmen dan konsistensi penuh dari semua pihak masih banyak diharapkan. Kendala kendala makro seperti costibility dan understanding sering kali banyak ditemui dilapangan akan tetapi tidak berarti pula bahwa program K3 tidak berjalan, ini menuntut komitmen dan kesadaran pada masing masing pihak. Sebagai logika dasar tentang pentingnya pemahaman K3 dapat diilustrasikan dengan Historical perspective yaituApabila seorang pembangun membangun sebuah rumah untuk seseorang dan tidak membuat konstruksi dan rumah yang ia bangun runtuh akan menyebabkan rumah tersebut rusak dan meninggal pemiliknya, ternyata pembangun bisa menyebabkan kematian. Ini artinya bahwa dalam setiap aktivitas apapun selain perencanaan teknis fisik harus
9

diperhatikan pula aspek aspek keamanan yang terkait langsung maupun tidak langsung. Walaupun hakekat bahaya bersifat labil dan tidak bisa direncanakan akan tetapi setidaknya dengan program K3 membantu dalam menjamin peminimalisasian bahaya dan manajemen resiko. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika industri. Tujuan dari penerapan K3 dalam suatu industri adalah : 1. Menerapkan peraturan pemerintah UUD 1945 pasal 27 ayat 2, UU No. 14 Tahun 1969 pasal 9 & 10 Tentang pokok pokok Ketenagakerjaan, dan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang keselematan kerja 2. Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manjemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintregasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (SMK3, pasal 2 ). Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu : 1. 2. 3. Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri. Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan. Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah membayar pekerja. 4. Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan. Pada tahun 1908 di New York, dilakukan kompensasi pertama bagi pekerja yang mengalami kecelakaan. Setelah tahun 1911, pekerja mendapat kompensasi Penyakit Akibat Kerja (PAK). Bila disebabkan terkena panas (atmosphere)seharusnya panas dalam industri diberi pelindung (safety) dan (menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan

10

inilah yang menghasilkan dasar pemikiran mengenai perkembangan teknologi safety dan sanitasi industri. Perkembangan terkini mengenai K3 sebagai integrasi dari ISO 9001 : 2000 (Quality) dan ISO 14001 : 1996 (Enviromental) yang diterapkan diseluruh Negara didunia adalah dengan munculnya berbagai macam sistem keamanan dan keselamatan kerja yang disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan compatibility dari jenis dan lingkungan di industri masing masing Negara tersebut, misalnya NSC (USA), SAFETY MAP (Australia), SMK3 (Indonesia), British standard 8800 Guide to OH&SMS (Inggris), SGS Yarsley ICS & ISMOL ISA 2000 Requirements for S&HMS (Swiss), National Standard Authority of Ireland (Irlandia) Keselamatan (safety) adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan/ mengontrol resiko yang tidak bisa diterima. Ketidakberterimaan awalnya berasal dari bahaya,. Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan dan kerugian. Potensi bahaya dapat berasal dari mesin mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses produksi yang beresiko akan munculnya bahaya. Faktor faktor sumber bahaya diantaranya: faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologi, dan faktor psikologi. Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga kemungkinan dari akibat dan kemungkinan bahaya tertentu. Sumber sumber resiko adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Perubahan Produk Kekayaan dan bahan baku Prosedur dan aktivitas proses Teknologi dan peralatan Personel Tempat kerja dan lingkungan Lingkungan alam, keadaan iklim
11

9.

Eksternal/pihak pihak yang terkait Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui Manusia,

Metode, Mesin (alat), atau Lingkungan. Untuk keselamatan, manusia dibekali dengan pengetahuan tentang perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan melalui intruksi kerja aman atau Prosedur standar. Metode yang representative dan compatible juga mampu mendatangkan keselamatan. Sedangkan mesin (alat) memerlukan suatu aksesoris khusus dalam menunjang kerjanya agar mampu beroperasi secara aman tanpa mengurangi fungsi aslinya dengan sedikit sentuhan teknologi tidak menutup kemungkinan alat penunjang tersebut dalam keadaan tertentu bisa sangat penting sekali eksistensinya, ini dapat kita maksudkan dengan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) yang diselaraskan dengan fungsi dan jenis bahaya yang sudah disarankan penggunaannya yang efektif . Untuk lingkungan tergantumg pada pengaturan tata letak dan fungsi dalam manajemen yang efektif dan efisien. 2.3. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Standar adalah sebuah norma atau patokan yang diterima dan disetujui untuk mengukur sesuatu kuantitas dan kualitas. Standar kualitas menyatakan sesuatu secara spesifik tetapi tanpa kuantitas yang eksak. Standar ini dikategorikan menjadi dua : a. Standar berdasar konsensus, ialah standar yang disetujui oleh sekelompok orang, namun pemakaiannya tidak ditentukan oleh undang-undang.
b. Standar di bawah peraturan, adalah standar yang pemakiannya diwajibkan

oleh pemerintah. Selain penggolongan standar ke dalam standar konsensus dan standar di bawah peraturan, masih ada penggolongan lain dengan dasar yang lain, ialah : Standar Spesifikasi, ialah standar yang menerangkan kondisi fisis dan Standar performa, ialah standar yang menentukan bagaimana sesuatu pekerjaan itu harus dilaksanakan atau apakah yang harus dicapai. 2.3.1. Undang-undang Keselamatan Kerja UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai
12

rencana, dan mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak nasional. UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja (UUKK) No.1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini berarti setiap warga negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan. Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah: 1. 2. 3. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha. Adanya tenaga kerja, dan Ada bahaya di tempat kerja. UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan kecelakaan kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang membedakan dengan undang-undang yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk mencegah, mengurangi dan menjamin tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja untuk mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan lancar. 2.3.2. Prosedur yang Berkaitan dengan Keamanan mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas

13

Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain: a. b. c. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja. Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm, masker, kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada profesinya. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar terlindung dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari resiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan, maka badan kita perlu menggunakan ala-alat pelindung ketika melaksanakan suatu pekerjaan. Berikut ini akan diuraikan beberapa alat pelindung yang biasa dipakai dalam melakukan pekerjaan listrik dan elektronika. Pemilihan dan pemakaian pakaian kerja dilakukan berdasarkan ketentuan berikut. Pemakaian pakaian mempertimbangkan bahaya yang mungkin dialami. Pakaian longgar, sobek, dasi, dan arloji tidak boleh dipakai di dekat bagian mesin. Jika kegiatan produksi berhubungan dengn bahaya peledakan/ kebakaran maka harus memakai pakaian yang terbuat dari seluloid. Baju lengan pendek lebih baik daripada baju lengan panjang. Benda tajam atau runcing tidak boleh dibawa dalam kantong. Tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan debu, tidak boleh memakai pakaian berkantong atau mempunyai lipatan.

14

BAB 3 HASIL OBSERVASI

3.1. Profil Industri 3.1.1. Tahu Susu Lembang Tahu Lembang merupakan kawasan wisata kuliner keluarga yang berada dalam corporate The big price cut Group. Dimana dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari tahu lembang berjalan secara mandiri. Meskipun begitu tahu lembang tetap mendapatkan pengawasan dari pihak corporate. Tahu susu
15

lembang berlokasi di Jalan Raya Lembang no. 177, Kabupaten Bandung Barat. Usaha ini didirikan pada awal Desember 2008 oleh Bapak Perry Tristianto. Sebelum merambah bisnis di dunia kuliner, beliau bergerak di dunia fashion dan telah membuka 6 Factory Outlet di Bandung. Sukses berbisnis dengan FO-nya, kemudian beliau membuka bisnis di bidang kuliner. Selain Tahu susu lembang, tempat kuliner lain yang juga milik Bapak Perry yaitu Rumah strawberi, Rumah Sosis, dan Kampung Bakso. Awalnya, ide pembuatan tahu susu lembang ini bermula dari sebuah pemikiran Bpk. Perry tentang tahu. Tahu merupakan makanan yang banyak disukai orang, akan tetapi tahu yang dijual memiliki rasa dan bentuk yang sama dan seperti itu-itu saja. Selain itu, seperti yang kita tahu juga bahwa lembang merupakan tempat penghasil susu murni di daerah Bandung. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi tahu susu lembang untuk membuat suatu inovasi baru untuk tahu. Dengan mencapurkan susu murni dalam pembuatan tahu , maka jadilah tahu susu yang memiliki tekstur lebih lembut dan memiliki nilai gizi tinggi. Meski dicampur susu, bahan dasar tahu ini tetaplah kacang kedelai, keduanya diolah bersama mentega, sehingga bisa menghasilkan susu dengan tekstur yang lebih halus dan lembut, serta mengandung protein yang sangat tinggi. 3.1.2. Lokasi Lokasi tahu susu lembang sangatlah luas. Tempat ini di design dengan konsep wisata. Sesuai dengan namanya, disini juga terdapat lokasi produksi pembuatan tahu susu lembangyan berlokasi di Jl. Raya Lembang No.177, Bandung. 3.1.3. Produksi Dan Operasional Pada umumnya tahu hanya terbuat dari bahan dasar kedelai, TSL menambahkan campuran susu sapi murni dalam proses pembuatan tahu. Kedua bahan tersebut lalu diolah bersama mentega. Penambahan susu sapi murni dan mentega ternyata menciptakan tahu yang lebih lembut serta mengandung protein yang lebih tinggi.
16

Bahan baku yang digunakan merupakan susu murni dan margarine tanpa menggunakan bahan pengawet. Sehingga kesehatannya dapat terjamin. Untuk supply bahan baku, TSL bekerja sama dengan KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara) yang berada di lembang. Produksi Tahu Susu Lembang Peralatan yang digunakan dalam produksi, yaitu tong pencucian kedelai; mesin giling; tunku perebusan kedelai; tong kayu; saringan besar dan kecil; serok cetak; cetakan; kayu pengaduk; tangok; kain saringan; kain cetakan, dan tampir. Bahan-bahan yang digunakan, yaitu kacang kedelai; susu sapi; mentega; garam; bawang putih; kunyit; air dan bumbu lain. Tahapan Proses Produksi : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Kacang kedelai direndam selama kurang lebih 4 jam; Kemudian dicuci hingga bersih; Setelah itu digiling hingga lembut; Perebusan kacang kedelai yang sudah digilin kurang lebih 1 jam sambil diaduk-aduk. Kacang kedelai disaring, dipisahkan antara ampas dan sari kedelai. Sari kedelai dicampur susu murni, mentega, garam, serta biang. Setelah mengental sari kedelai dimasukkan ke dalam cetakan kayu lalu di pres. Setelah di cetak tahu susu dipotong-potong sesuai ukuran. Tahu yang sudah di potong-potong lalu di ebus kembali sambil diberi bumbu. Setelah dingin tahu dibungkus, dan siap diolah untuk konsumsi langsung.

Operasional Seperti yang kita tahu, dalam suatu proses produksi pasti akan meninggalkan limbah produksi. Begitu pula dengan TSL. Dalam proses pembuatan tahu susu ini, ada 2 jenis limbah yaitu limbah kering dan limbah cair. untuk limbah kering yang merupakan ampas kedelai ini TSL bekerja sama dengan peternak sapi, ampas ini diberikan kepada peternak untuk dijadikan pakan sapi agar sapi tersebut dapat terus menghasilkan susu murni yang merupakan salah
17

satu bahan baku dalam pembuatan tahu susu. Sedangkan untuk limbah cairnya, TSL membuat sumur resapan agar limbah ini tidak mencemari lingkungan sekitar. Selain cara penanggulangan seperti itu, TSL juga menjalin kerjasama dengan ITB untuk mengolah limbah tersebut menjadi makanan seperti abon dan nata de coco. Dengan demikian TSL tidak mengalami kesulitan dalam penanganan limbah produksinya. 3.2. Resiko Bahaya yang Mungkin Terjadi Pada produksi tahu susu di Pabrik Tahu Susu Lembang, bahaya yang paling mungkin terjadi adalah bahaya fisik. Bahaya fisik yang ada di pabrik ini adalah karena banyaknya genangan air yang ada di lokasi proses produksi, serta bahaya lainnya. Para pekerja di pabrik ini diwajibkan untuk memakai sepatu boot agar tidak mudah terpeleset dan terjatuh ketika sedang bekerja. Pembersihan tempat secara berkala yakni pada sebelum dan setelah dipakai untuk produksi memperkecil risiko pegawai terjatuh. Selain karena ditempat produksi banyak terdapat genangan air, tempat perebusan yang memiliki air bersuhu tinggi dapat menjadi bahaya fisik yang selanjutnya dengan akibat cipratan air panas. Pegawai yang telah bekerja lama dan telah terbiasa hanya memakai celemek plastik ketika produksi. Ketika proses perebusan dimulai pegawai tidak memakai sarung tangan karena mengganggu ketika sedang memproduksi. 3.3. Kecelakaan Kerja yang Pernah Terjadi Di pabrik Tahu Susu Lembang kecelakaan yang beberapa kali terjadi adalah tergelincir dan terjatuh, yang diakibatkan oleh bahaya fisik yang berada di tempat produksi. kecelakaan yang terjadi biasanya bukan dari pegawai tetapi dari pengunjung yang sengaja melihat proses produksi tahu susu ini. Pabrik yang menggunakan sistem open kitchen ini mengakibatkan pengunjung yang ingin melihat secara langsung proses pengolahan tahu memiliki resiko yang sama dengan pegawai pabrik. Pengunjung yang tidak menggunakan sepatu boot lebih mudah mengalami bahaya fisik yang berada di tempat pengolahan.
18

Pegawai yang belum ahli pun sempat mengalami kecelakaan kerja ketika sedang berada pada proses perebusan, hal ini diakibatkan oleh pegawai belum mahir dalam memproduksi dan belum terbiasa dengan suhu tinggi dari air perebusan. 3.4. Penanggulangan Pabrik Tahu Susu Lembang ini memiliki 10 orang pegawai laki-laki yang dibagi menjadi 2 sift. Pegawai di pabrik ini disediakan mesh khusus pegawai shingga ketika permintaan meningkat pegawai akan memproduksi lebih pagi. Mesh di tunjukan untuk pegawai dan juga menejer produksi. Lokasi pabrik juga tidak jauh dari klinik dan Unit Gawat Darurat (UGD) yang berada di kota Lembang. Selain itu terdapat kotak PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang berada di pabrik sehingga ketika terjadi kecelakaan yang berat maupun ringan dapat segera diatasi. Pegawai yang sedang tidak dapat bekerja karena sakit biasanya digantikan oleh pegawai yang saat itu memiliki sift yang berbeda. Perlengkapan yang biasa digunakan pegawai ketika akan mulai memproduksi tahu adalah sepatu boot, dan celemek plastik, pegawai juga diarahkan untuk memakai celana panjang.

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahaya pada Industri Tahu Susu Lembang Lokasi produksi dan proses produksi merupakan tempat yang menjadi potensi besar terjadinya kecelakaan kerja di suatu industri. Begitu juga pada industri tahu susu lembang. Adapun analisis bahaya dan penanggulangan yang mungkin terjadi di lokasi dan proses produksi, dijabarkan sebagai berikut:

19

Bahan disimpan menggunakan teknologi penyimpanan suhu rendah. Pada tahap ini difokuskan pada penyimpanan susu yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu. Susu yang diterima dari KPSBU Lembang disimpan di dalam refrigerator dengan ukuran yang cukup besar karena susu yang diperlukan dalam jumlah banyak. Resiko yang mungkin terjadi pada tahap ini yaitu bahaya fisik. Bahaya fisik yang terjadi pada pekerja yaitu cold stress. Cold sterss disebabkan oleh proses pendinginan susu yang dapat menyebabkan stress pada pekerja. Akan tetapi, pada proses ini tidak ada kontak dengan pekerja secara terus menerus sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus. Tahap selanjutnya yaitu tahap perendaman dan pencucuian kedelai. Bahaya yang mungkin terjadi yaitu bahaya fisik dan bahaya biologi. Bahaya fisiknya yaitu memungkinkan pekerja tergelincir di tempat pencucian. Serta bahaya biologi yang mungkin terjadi yaitu tercemarnya lingkungan pencucuian sehingga dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Selain itu bahaya fisik akibat tergelincir mendominasi pada potensi bahaya yang mungkin terjadi di lokasi produksi TSL, sebab lokasinya yang basah, licin, dan terkadang tergenang air. Penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat saluran air yang baik sehingga air yang ada dapat selalu mengalir dan tidak menggenang, serta dengan cara menjaga kebersihaan lokasi produksi. Tahap penggilingan merupakan salah satu tahap yang rentan terjadi kecelakaan. Pada saat penggilingan dibutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian dari para pekerja. Kelengahan pekerja dapat menimbulakan bahaya fisik, yaitu terluka tangan pekerja akibat alat penggiling. Pada saat penggilingan juga mengakibatkan kebisingan karena suara yang ditimbulakan oleh mesin penggiling kedelai. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menggunakan pelindung telinga untuk mengurangi kebisisngan. Pada tahap perebusan memungkinkan terjadinya kecelakaan fisik berupa terkenaa air panas, serta dehidrasi pada pekerja karena ruangan produksi akan menjadi sangat panas, sementara adonan tahu harus diaduk-aduk secara terus menerus. Penanggulangannya yaitu dengan memakai pelindung tahangan serta pemberian jendela dengan ventilasi yang baik.
20

4.2. Tinjauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Tahu Susu Lembang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan satu kunci kesuksesan dalam berbagai industri. Suatu perusahaan yang bonafid dan professional selalu menganggap K3 ini sebagai suatu elemen yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan tersebut. Pada industri Tahu Susu Lembang sudah menerapkan beberapa peraturan yang mengacu pada kesehatan dan keselamatan kerja para pegawai. Namun, walaupun sudah menerapkan beberapa peraturan mengenai K3, pelaksanaan K3 di TSL belum berjalan secara optimal. Terbukti dengan masih terjadinya kecelakaan di lokasi produksi serta kurang maksimalnya sosialisasi K3 untuk para pegawai. Kecelakaan kerja yang biasa terjadi yaaitu terkena air panas atau terkena sengatan panas dari suhu ruangan yang tinggi dan terjatuh pada saat bekerja yang dikarenakan lantai yang licin. Usaha-usaha yang ditunjukkan untuk mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan akibat kerja pada industri TSL ini adalah dengan merubah konstruksi bangunan tempat produksi, seperti meninggikannya, pemberian jendela dengaan ventilasi yang cukup baik. Pembuatan saluran pembuangan air limbah yang baik agar lingkungan sekitarnya tidak tercemar. Kemudia perlu diadakannya sosialisasi dan penyuluhan agar dapat meningkatkan pengetahuan khususnya para pekerja pembuat tahu. Tidak berjalannya K3 dengan maksimal pada industri TSL tidak lepaas dari peran pemerintah. Layaknya pemerintah setempat melakukan upaya pendekatan strategik mengenai K3 industri. Upaya pendekatan strategik K3 yang dapat dilakukan pada pabrik tahu yaitu: 1. Pemberian penyuluhan tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri yang benar dan sesuai pada saaty bekerja. 2. Pemberian penyuluhan tentang bahaya pembuangan limbah sembarangan yang dapat menyebabkan polusi udara. 3. Pemberian penyuluhan tetntang konstruksi bangunan yang baik serta cara perawatannya.
21

Untuk mewujudkan budaya K3 di Indonesia memang tidak mudah, diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pelaku industri. Hal ini juga dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang terlibat didalamnya.

BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Pabrik tahu adalah salah satu sektor informal yang kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerjanya kurang mendapatkan perhatian secara serius padahan apabila hal tersebut masih dibiarkan, akan membawa dampak yang kurang baik bagi para pekerja maupun bagi lingkungan sekitar. Dampak tersebut
22

dapat berakibat pada bahaya fisik, biologis, dan kimia. Pada industri TSL belum memenuhi standar K3 yang berlaku di Indonesia maupun Internasional. Di Industri TSL masih terjadinya kecelakaan kerja, hal itu menandakan belum optimalnya penerapan K3 di lokasi produksi. 5.2. Saran Dalam jangka panjang, diharapkan industri di Indonesia pada khususnya Tahu Susu Lembang menjadikan K3 sebagai budaya dalam setiap kegiatannya. Sebab, salah satu ciri budaya K3 adalah menerapkan ketentuan dan standard K3 secara konsisten sehingga potensi teknologi dapat dimanfaatkan secara aman dan efisien. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yaitu merubah konstruksi bangunan tempat produksi, seperti meninggikannya, pemberian jendela dengaan ventilasi yang cukup baik, serta penggunaan perlengkapan pengaman yang menunjang kesehatan dan keselamatan kerja.

23

Daftar Pustaka Anonim. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tersedia:

http://bestbuydoc.com/id/doc-file/12873/standar-keselamatan-dankesehatan-kerja.html diakses pada tanggal 11 Maret 2012. Dyah, Wahyu Mesisaputri. 2011. ARTIKEL Kesehatan, Keselamatan, Keamanan Kerja. Tersedia : http://wahyudyahmeisaputri.blog.perbanas.ac.id/2011/12/03/artikelkesehatan-keselamatan-keamanan-kerja/ diakses pada tanggal 11 Maret 2012. Royers, Eric. 2009. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja. Tersedia: http://erick-son2.blogspot.com/ diakses pada tanggal 11 Maret 2012. Milyandra. 2009. Kesehatan Keselamatan Kerja. [online]. Tersedia: http://mily.wordpress.com/2009/03/27/k3-kesehatan-kelamatan-kerja/ (19 Maret 2012) Simolol, D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. [online]. Tersedia: http://d4uthabsi.typepad.com/blog/2010/01/makalah-k3-kesehatankeselaman-dan-kerja--bab-i--pendahuluan--a-latar-belakang-terjadinya-kecelakaan-kerja-tentu-saja-men.html (19 Maret 2012) No Name. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. [online]. Tersedia: http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/16/keselamatan-dan-kesehatankerja-industri/ (20 Maret 2012)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai