Anda di halaman 1dari 5

Kasus Kecelakaan

PT. Alpen Food Indonesia (Es Krim Aice) Jari Buruh Terpotong

Milka Suci Icha Putri (0516040050)

Jari Buruh Terpotong, Pabrik Aice Didesak Perbaiki Keamanan

Oleh: Dieqy Hasbi Widhana - 8 Desember 2017

tirto.id - Kecelakaan kerja kembali menimpa buruh PT Alpen Food Indonesia (AFI)
yang memproduksi es krim Aice. Insiden serupa pernah terjadi sebelumnya, tapi PT AFI
belum serius melindungi buruh dari ancaman kecelakaan kerja.

Kejadian ini menimpa Nunu Anugrah, 27 tahun, buruh bagian produksi PT Alpen
Food Indonesia (AFI) yang sudah bekerja satu tahun empat bulan, pada Rabu 6 Desember
2017, pukul 22.30 WIB. Saat kejadian, Nunu sedang membersihkan mesin pemotong yang
tajam di penghujung jam kerjanya. Tiba-tiba Nunu berlari keluar pabrik dengan darah
berceceran di setiap bekas langkahnya.

Menurut kakak sepupu Nunu, 27 tahun, kala itu Nunu bergegas mencari pertolongan awal.
Sang kakak yang juga buruh PT AFI ini menerangkan satu ruas jari tengah tangan kiri Nunu
terpotong mesin produksi. Beberapa buruh kemudian membawanya dengan sepeda motor ke
Rumah Sakit Medika Narom yang berjarak sekitar 3,2 kilometer. “Rumah sakit kecil itu tidak
bisa menangani, [Nunu] dibawa pulang lagi ke pabrik,” ungkap kakak sepupu Nunu yang
enggan nama terangnya dipublikasikan. Dia yang membawa potongan jari Nunu hingga saat
ini. Nunu lalu duduk bersandar tembok di pos satpam PT AFI. Dia lemas dan wajahnya
pucat. Jarinya yang buntung dibalut perban. PT AFI tak menyediakan kotak Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Para buruh biasanya patungan Rp5 ribu per orang tiap
bulan untuk menyediakan isi kotak P3K. Saat itu, Nunu masih menunggu pihak PT AFI
meminjami mobil untuk membawanya ke rumah sakit. Setelah melalui proses perizinan yang
rumit, Nunu dibawa ke RSUD Cibitung. Rumah sakit itu tak mau menerima Nunu dengan
alasan pasien sudah penuh. Dia juga ditolak RSUD Tambun dengan alasan yang sama. Nunu
akhirnya dibawa ke RS Karya Medika II sekitar jam 1.15 dinihari, Kamis (7/12/2017). Di
rumah sakit itu tak ada dokter yang berjaga hingga larut malam, akan tetapi ia mendapat
pertolongan pertama, diperban ulang, dan ditempatkan di salah satu ruang inap. Kamis sore
sekitar pukul 15.00 WIB, Nunu dioperasi. Saat kecelakaan kerja terjadi, Nunu hanya
mengenakan masker, seragam, dan sepatu sepanjang mata kaki yang terbuat dari karet.
Perlengkapan semacam itu dikenakan setiap buruh saban harinya, padahal para buruh bekerja
di lingkungan yang berair, licin, terkadang gas amonia bocor, dan berada di antara mesin
yang memiliki pisau tajam. “Harusnya jangan sampai ada kejadian fatal kayak gini,
kehilangan organ tubuh,” lanjut kakak sepupu Nunu. “Ini kerugian seumur hidup. Harusnya
lebih pentingkan keamanan diri bagi karyawannya.”

Insiden Berulang tapi Perusahaan Enggan Disalahkan Kecelakaan kerja di PT AFI


terjadi secara berulang. Sebelum Nunu, nasib serupa pernah menimpa Gugun Gumilar, 24
tahun. Di tulisan kami sebelumnya mengisahkan, bagaimana Gugun tak sanggup melihat
potongan jarinya sendiri yang dikembalikan dokter untuknya. Setiap hari ia mengurus
pemotongan plastik pembungkus es krim Aice. Dalam sehari, ia harus memotong 12
gulungan plastik. Setiap gulungan sepanjang 1.200 meter. Jika dikalkulasi dalam sehari,
Gugun memotong 14,4 kilometer plastik es krim Aice.

Selasa, 16 Mei 2017, mesin pemotong bermasalah. Ia bergegas memanggil pekerja bagian
mekanik. Saat diminta petugas mekanik untuk menarik plastik yang tersangkut mesin, tanpa
berpikir panjang Gugun melakukannya. Jarinya terpotong. Darah mengucur deras. Peristiwa
itu berlangsung cepat. Gugun dibawa ke rumah sakit terdekat, Rumah Sakit Aprilia Medika
di Setu, Cikarang. Kini jarinya yang terpotong sering ngilu. Ia kehilangan kekuatan untuk
menggenggam. Oleh karena itu, Ketua Serikat Gerakan Buruh Bumi Indonesia (SGBBI),
Panji Novembri mendesak PT AFI mengevaluasi internal perusahaan terkait upaya
menghindari buruh dari ancaman kecelakaan kerja. “Jangan sampai ada korban-korban lagi,”
ungkapnya. Kecelakaan kerja berupa putusnya bagian tubuh tertentu ini hanya sebagian kecil
dari lalainya PT AFI dalam melindungi buruhnya. Permasalahan lain yang kami dapati ialah
para buruh yang menderita sering pingsan, lambung perih, dan bronkitis karena sering
menghisap gas beracun amoniak di tempat kerja.

Humas Aice Group Holdings Pte. Ltd, Sylvana Zhong Xin Yun, menganggap Nunu
telah melakukan pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP) dan standar keselamatan
kerja PT AFI. “Terdapat standar keamanan penggunaan mesin dan perlengkapan kerja
karyawan yang telah disosialisasikan namun tidak ditaati,” ucapnya. Dia juga enggan
menjawab ketika ditanya, apa perusahaan akan melakukan evaluasi internal karena telah
mencelakakan buruh secara berulang. Peraturan yang disebut Sylvana menyangkut baju
seragam, sepatu kerja, masker, penutup kepala, dan sarung tangan. Selain itu juga terkait
standar keamanan penggunaan mesin. Menurutnya semua aturan itu disosialisasikan setiap
hari. Dia juga mengklaim pihak PT AFI telah membantu pertolongan pertama Nunu untuk
membawa ke rumah sakit. Selain itu menurutnya, PT AFI telah membantu pertolongan
pertama berupa membalut bagian jari Nunu yang terpotong dengan perban. Padahal perban
tersebut hasil patungan para buruh, bukan disediakan oleh pihak perusahaan. “Hingga saat
ini, perusahaan masih terus mendampingi karyawan di Rumah Sakit untuk memastikan
karyawan mendapat perawatan yang terbaik dan akan memberikan santunan kecelakaan
sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya. Berdasarkan Pasal 31 Ayat

(1) UU SJSN, buruh yang menjadi korban kecelakaan kerja berhak mendapat layanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya. Selain itu korban juga berhak mendapat uang
tunai apabila mengalami kerugian berupa cacat permanen.

Sedangkan Pasal 9 UU Jamsostek dan Pasal 12 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, sebagaimana diubah PP 84/2013, korban berhak mendapat biaya transportasi hingga
ke rumah sakit atau rumahnya, seluruh biaya ketika dirawat di rumah sakit termasuk rawat
jalan, dan biaya rehabilitasi berupa alat bantu atau alat ganti bagi tenaga kerja yang anggota
badannya hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja. Selain itu, korban kecelakaan
kerja berhak mendapat santunan sementara karena tak mampu bekerja dan santunan cacat
permanen.
ANALISIS SAFETY COMPETENCE

Berdasarkan kasus kecelakaan kerja jari buruh terpotong mesin pemotong yang
dialami oleh Nunu, selaku karyawan PT. Alpen Food Indonesia (Es Krim Aice), dapat dicari
analisanya dengan hubungan safety competence, yang terbagi atas dua pengaruh sebagai
berikut:

A. PENGARUH DARI LUAR

1. Pelatihan

Setelah melalui proses auditing, diketahui bahwa Nunu sebagai buruh yang
mengoperasikan mesin pemotong plastik tidak pernah mengikuti pelatihan mengenai
pengoperasian mesin pemotong, dan pelatihan mengenai LOTO. Maka dari
permasalahan ini dilakukan rekomendasi berupa safety training untuk Nunu.

2. Safety Manajemen System

Pada dasarnya perusahaan diketahui telah menerapkan safety management system,


namun masih terjadi kecelakaan yg dialami oleh Nunu. Hal ini mengindikasikan
bahwa manajemen perusahaan tidak melakukan tindak lanjut mengenai safety
manajemen system yang ada. Oleh karenanya, pengendalian mengenai permasalahan
ini perusahaan harus:

(1) Melakukan penilaian resiko bahaya di area kerja, terutama pada tempat-tempat
pengoperasian mesin

(2) Implementasi kebijakan K3 yang dikomunikasikan langsung kepada para pekerja


berupa media poster, flyer, dll

(3) Melakukan inspeksi menganai prosedur maupun peralatan secara berkala

(4) Melakukan corrective maintenance secara berkala pada seluruh mesin yang
dioperasikan

(5) Melakukan toolbox meeting dan safety briefing setiap akan memulai pekerjaan

(6) Melakukan continual improvement dan evaluasi terhadap SMK3 yang telah ada,
serta melakukan pelaporan atau audit eksternal setiap tahunnya

(7) Melakukan audit internal sesuai timeline perusahaan

3. Komitmen K3

Kecelekaan yang dialami oleh Nunu telah diidentifikasi penyebabnya bahwa Nunu
tidak memakai APD secara lengkap sesuai dengan resiko bahaya di area kerjanya. Hal
ini merupakan bukti bahwa komitmen K3 masih dikesampingkan, baik oleh pekerja
maupun manajemen perusahaaan. Maka pengendalian atau rekomendasi yang
diberikan terkait hal ini diantaranya:

(1) Dilakukannya audit internal dan dilakukan evaluasi berupa pergantian beberapa
pihak manajemen perusahaan jika diperlukan

(2) Pemberian hukuman atau sanksi kepada pekerja yang melanggar aturan
peurusahaan

4. Pembelajaran Sosial

5. Peraturan dan Standart yg Mengenai Safety Competence

B. PENGARUH DARI DALAM

1. Manajemen Diri

Sesuai dengan BAP dapat diketahui bahwa Nunu masih mempunyai manajemen diri
yang rendah terhadap sikap lalai atau tidak mawas diri terhadap bahaya yang akan
terjadi. Dalam proses housekeeping yang dilakukan, Nunu tidak memperhatikan
prosedur LOTO mesin, di sisi lain Nunu juga memiliki manajemen diri yang rendah
dalam aspek hubungan antar manusia. Akibatnya, rekan kerja Nunu tidak mengetahui
bahwa pada jam tersebut Nunu sedang melakukan housekeeping dalam keadaan mesin
pemotong yang masih menyala.

2. Motivasi

Pada kasus kecelakaan kerja tersebut, dapat dianalisa bahwa motivasi dari pihak
supervisor rendah terkait keselamatan pekerja. Motivasi yang dimaksudkan dalam hal
ini berupa pengawasan dan komunikasi yang efektif dan berkala. Dari BAP dapat
diketahui bahwa kecelakaan terjadi pada saat jam akan pulang kerja, namun pihak
supervisor dilaporkan tidak ada di tempat kejadian.

Motivasi dalam bentuk lain dapat diberikan melalui komunikasi yang baik pada saat
safety briefing dan tool box meeting, pemberian penghargaan terhadap pekerja yang
peduli akan K3, dll.

Anda mungkin juga menyukai