Sebagai Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja
Semester 3 yang dibimbing Elok Permatasari, SKM, M.Kes
Tahun Pelajaran 2017 – 2018
Oleh Kelompok 8:
Eva Meiroikhatul Jannah (1611011002)
Bintari Puspa Alfirosa (1611011005)
Okta Savira Devi N. (1611011017)
November, 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :
“Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Penambang Pasir
Sungai Di Daerah Jembatan Korek, Andongsari- Ambulu, Kabupaten Jember”.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Elok Permatasari, SKM, M.Kes selaku Dosen mata kuliah Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan yang telah memberikan banyak
bimbingan sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
2. Pekerja Penambang Pasir di Daerah Andongsari - Ambulu yang telah bersedia
meluangkan sedikit waktu untuk diwawancarai.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat
kemampuan penulis yang terbatas dan semoga dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat
memberiakan manfaat kepada pembaca. Amin.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
LAMPIRAN................................................................................................................... 14
iii
PENDAHULUAN
Data Sakernas menyebutkan sampai dengan Agustus 2008, sektor informal masih
mendominasi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dengan kontribusi sekitar 65,92% pekerja
laki-laki dan 73,54% pekerja perempuan. Meskipun nilai tambah penyerapan tenaga kerja di
sektor informal tidak sebesar di sektor formal. Wilayah pedesaan masih dominan menjadi
sarang sektor informal. Dari segenap pekerja di pedesaan lebih dari 75%-nya bekerja di
sektor informal, sedangkan di perkotaan hanya 40% pekerja.
Tenaga kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis
pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak.
Pekerja sektor informal seperti buruh dianggap sebagai pekerja kasar (blue collar) sebagai
pekerja pada pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik pada kelompok lapangan usaha
Salah satu pekerjaan yang termasuk dalam sektor informal adalah pekerja pada
tambang pasir.
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Hubungan kerja disini dapat diartikan bahwa kecelakaan terjadidikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan selalu ada penyebabnya, dan cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan
diberbagai negara juga tidak sama. Namun secara umum, sebab-sebab kecelakaan kerja
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts)
Umumnya bahaya-bahaya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor ini antara lain:
Bekerja pada mesin yang bukan haknya, melupakan keamananatau peringatan.
Bekerja dengan kecepatan dan berbahaya (terlalu cepat, terlalulambat atau tergesa-
gesa).
Tidak memperhatikan peraturan, mengganggu orang lain, marah-marah dan
bercanda.
Lupa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) misalnya sumbat telinga, masker,
helm, topi dan sebagainya.
2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions).
Sebab-sebab kecelakaan yang ditimbulkan oleh keadaan lingkungan yangtidak
aman meliputi: kendaraan, mesin, debu, bahan kimia dan lain-lain.
Antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Perkakas, alat-alat dan bahan-bahan yang rusak, misalnya karenasudah tua, pecah
dan lain-lain.
Pengamanan mesin yang tidak baik atau alat-alat perkakas yangsama sekali tanpa
alat pengaman, misal gir, ban berjalan, mata pisau, pisau, rantai dan lain-lain.
Keadaan lingkungan kerja yang tidak diinginkan. Misalnya banyak timbunan, suhu
yang tidak tepat, pertukaran udara yangkurang, tidak ada penghisap debu, keadaan
lingkungan yang tidak sehat dan lain-lain.
Tata rumah tangga yang tidak baik.
Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh
kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi
penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau
kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler,
2007). Masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang tidak tampak. Penyakit
ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti flu, hingga penyakit yang serius
3
yang berkaitan dengan pekerjaannya (Malthis dan Jackson, 2002). Schuler dan Jackson
(1999) menjelaskan bahwa dalam jangka panjang, bahaya-bahaya di lingkungan tempat
kerja dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal; penyakit
paru-paru putih, cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis; emphysema dan lymphoma;
anemia plastik dan kerusakan sistem saraf pusat; dan kelainan kelainan reproduksi (misal
kemandulan, kerusakan genetic, keguguran dan cacat pada waktulahir).
4
HASIL OBSERVASI
Keberadaan Presentase
Jenis Risiko Resiko Jumlah (%)
Gatal- gatal pada bagian tubuh Pernah Mengalami 10 90,9
yang tertutupi celana dalam Tidak Mengalami 1 9,91
Pernah Mengalami 8 72,7
Kutu air pada kaki
Tidak Mengalami 3 27,3
Pernah Mengalami 5 45,4
Telinga sakit kemasukan air
Tidak Mengalami 6 54,6
Pernah Mengalami 5 45,4
Sakit pada pinggang
Tidak Mengalami 6 54,6
Pernah Mengalami 9 81,8
Sakit pada punggung
Tidak Mengalami 2 18,2
Terpapar suhu yang terlalu Pernah Mengalami 11 100
dingin atau panas Tidak Mengalami 0 0
Kaki tertusuk beling, kerikil Pernah Mengalami 7 63,7
lancip dan bambu Tidak Mengalami 4 36,3
Pernah Mengalami 5 45,4
Terjatuh di pusaran air
Tidak Mengalami 6 54,6
Tenggelam di sungai Pernah Mengalami 1 9,91
5
Tidak Mengalami 10 90,9
Pernah Mengalami 1 9,91
Terbawa arus sungai
Tidak Mengalami 10 90,9
Tidak sengaja meminum air Pernah Mengalami 11 100
sungai Tidak Mengalami 0 0
Tabel 1. Menunjukkan risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terbanyak atau
yang dialami oleh seluruh pekerja penambang pasir adalah gatal- gatal pada bagian tubuh
yang tertutupi celana dalam 100% (11 responen), terpapar suhu yang terlalu dingin atau
panas sebesar 100% (11 responen), dan tidak sengja meminum air sungai 100% (11
responden). Risiko yang sangat jarang dialamii oleh pekerja penambang pasir adalah
tenggelam di sungai.
Dari tabel 2. diketahui bahwa penggunan Alat Pelindung Diri (APD) sangat jarang
diterapkan oleh para pekerja penambangan pasir di Jembatan Korek Andongsari- Ambulu.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) hanya dilakukan oleh 5 pekerja penambangan pasir,
itupun Alaat Pelindung Diri (APD) yang mereka gunakan hanya memakai penutup telinga
6
berupa kasa untuk menghambat air masuk ke dalam telinga. Dalam praktiknya, mereka
mencari pasir di sungai hanya dengan memakai celana dalam saja.
7
sakit kemasukan air, sakit pada pinggang, tenggelam di sungai dan tidak sengaja meminum
air sungai.
8
A. Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Penambangan Pasir Jembatan Korek
Andongsari- Ambulu Kabupaten Jember
9
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor ER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal 1 menjelaskan
bahwa Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja. Dalam sektor formal, Alat Pelindung Driri (APD)
disediakan secara gratis oleh perusaan yang menaungi sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab dan fasilitas yang diterima oleh para pekerjanya. Namun penambangan
pasir adalah pekerjaan sektor informal, dimana tidak ada perusahaan atau pengusaha
yang menaunginya. Sehingga untuk urusan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
bergantung penuh pada kesadaran dan keinginan setiap individu untuk memakainya.
Tingkat kesadaran para pekerja pencari pasir di Penambangan Pasir Jembatan Korek,
Andongsari- Ambulu Kabupaten Jember akan pentingnya Alat Pelindung Diri (APD)
masih sangat rendah, pemahaman mereka akan bahaya penyakit dan kecelakaan yang
akan diderita juga dianggap permasalahan yang tidak terlalu serius. Para pekerja di sana
juga memiliki kendala berupa upah pembelian pasir hasil pencarian mereka selama
berhari- hari masih terlalu sedikit jika harus digunakan untuk membeli Alat Pelindung
Diri (APD).
Berdasalkan hasil observasi, Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) hanya dilakukan
oleh 5 pekerja penambangan pasir, itupun Alat Pelindung Diri (APD) yang mereka
gunakan hanya memakai penutup telinga berupa kasa untuk menghambat jumlah air
masuk ke dalam telinga. Sepatu Karet atau Sepatu Pengaman Untuk Penggunaan sarung
tangan, masker, kaca mata pengaman, dan penutup Telinga tidak ada satu pun pekerja
penambangan pasir di daerah sugai Jembatan Korek, Andongsari –Ambulu Kabupaten
Jember yang memakainya.
Penilaian risiko didapatkan dari hasil kali dari tingkat Peluang/ Kemungkinan dan
Akibat dari suatu risiko. Untuk memudahkan menentukan penilaian suatu risiko maka
digunakan matriks penilaian risiko yang berisi kombinasi antara peluang dan akibat dari
suatu risiko. Selanjutnya setelah keduanya dikombinasi atau dikalikan akan diperoleh
peringkat risiko yang dikategorikan atas: T (Tinggi) ditandai dengan warna merah
10
diperoleh jika angkanya mencapai salah satu dari 15, 16, 20 atau 25; S (Signifikan)
ditandai dengan warna orange jika diperoleh angka- angka kombinasinya mencapai salah
satu dari 8, 9, 10 ataupun 12; M (Moderat) ditandai dengan warna kuning jika hasil
kombinasinya berupa salah satu dari angka 4, 5, 6; R (Rendah) ditandai dengan warna
hijau jika hasil kombinasi diperoleh angkan berupa salah satu dari 1 , 2 ataupun 3..
Diketahui bahwa kategori Rendah memiliki keterangan risiko cukup ditangani dengan
prosedur rutin yang berlaku, Moderat memiliki keterangan tidak melibatkan manajemen
puncak namun sebaliknya segera diambil tindakan penanganan / kondisi bukan darurat,
Signifikan memiliki keterangan memerlukan perhatian dari pihak manajemen dan
melakukan tindakan perbaikan secepat mungkin, serta Tinggi memiliki keterangan
memerlukan perencanaan khusus di tingkat manajemen puncak dan penanganan dengan
segera / kondisi darurat.
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan, diketahui bahwa penilaian risiko pada
pekerja penambangan Pasir Jembatan Korek Andongsari- Ambulu adalah Signifikan dan
Moderat. Berdasarkan hasil observasi, Signifikan diperoleh dari gatal- gatal pada bagian
tubuh yang tertutupi celana dalam, kutu air pada kaki, sakit pada punggung, terpapar
suhu yang terlalu dingin atau panas, terbawa arus sungai, terjatuh di pusaran air serta
kaki tertusuk beling kerikil lancip dan bambu. Selanjutnya Moderat diperoleh dari telinga
sakit kemasukan air, sakit pada pinggang, tenggelam di sungai dan tidak sengaja
meminum air sungai.
Dengan kata lain untuk jenis risiko berupa gatal- gatal pada bagian tubuh yang
tertutupi celana dalam, kutu air pada kaki, sakit pada punggung, terpapar suhu yang
terlalu dingin atau panas, terbawa arus sungai, terjatuh di pusaran air serta kaki tertusuk
beling kerikil lancip dan bambu memerlukan perhatian dan perlu dilakukan tindakan
perbaikan secepat mungkin. Kemudian untuk jenis risiko berupa telinga sakit kemasukan
air, sakit pada pinggang, tenggelam di sungai dan tidak sengaja meminum air sungai
masuk kategori bukan kondisi darurat namun sebaiknya segera diambil tindakan
pengamanan.
11
Diketahui dari analisis diatas bahwa pengendalian risiko merupakan langkah penting
dalam menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Jika pada tahapan sebelumnya
lebih banyak bersifat konsep dan perencanaan, maka pada tahap ini sudah merupakan
realisasi dari upaya pengelolaan risiko. Risiko yang telah diketahui kemungkinan
penyebab besar dan potensi akibatnya juga besar harus dikelola dengan tepat, efektif dan
sesuai dengan kemampuan dan kondisi lokasi penambangan.
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan berbagai pilihan, misalnya dengan
eliminasi sumber bahaya, substitusi alat/ mesin/ bahan, modifikasi alat/ mesin/ bahan,
pererancangan administrasi berupa pemberian prosedur, pelatihan, aturan, durasi kerja,
tanda bahaya, rambu, poster dan label secara tepat, serta pemberian Alat Pelindung Diri
(APD) yang tepat. Untuk pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
penambang pasir jembatan korek di Desa Andongsari-Ambulu Kabupaten Jember
penulis mengambil pengendalian administrasi dan penggunaan APD.
Pengendalian adminitrasi ditujukan untuk jenis risiko berupa sakit pinggang dan sakit
pada punggung serta bisa diperbaiki dengan melakukan prosedur cara mengangkat beban
yang baik dan benar sehingga tidak berdampak pada bagian punggung dan pinggang.
Untuk jenis risiko terpapar suhu yang terlalu dingin atau panas bisa dilakukan dengan
pengendalian administrasi berupa pengaturan waktu agar tubuh bisa lebih adaptif.
Terjatuh di pusaran air, tenggelam di sungai, terbawa arus sungai bisa dilakukan dengan
pengendalian risiko berupa pemberian tanda bahayadi daerah rawan tersebut.
Pengendalian risiko untuk tidak sengaja meminum air sungai bisa dilakukan dengan
pengendalian diri dan sering berlatih sehingga risiko tersebut sedikit demi sedikit tidak
terjadi lagi.
Penggunaan APD yang di tujukan untuk jenis risiko berupa gatal-gatal pada bagian
tubuh yang tertutupi celana dalam dan kutu air pada kaki berupa suatu pelapis yang anti
air sehingga bagian tersebut tidak lembab karena air. Telinga sakit karena kemasukan air
bisa diatasi dengan penggunan ear plug. Lalu untuk kaki tertusuk beling, kerikil tajam
dan bambu bisa menggunakan sepatu karet yang tidak mengganggu jika digunakan di air
dan lumpur.
DAFTAR PUSTAKA
12
Yeoman, K. M., Halldin, C. N., Wood, J., Storey, E., Johns, D., & Laney, A. S. (2016).
Current knowledge of US metal and nonmetal miner health: Current and potential
data sources for analysis of miner health status. Archives of environmental &
occupational health, 71(2), 119-126.
Landen, D., Wilkins, S., Stephenson, M., & McWilliams, L. (2004). Noise exposure and
hearing loss among sand and gravel miners. Journal of occupational and
environmental hygiene, 1(8), 532-541.
Chevallier, R. (2014). Illegal sand mining in South Africa. South African Institute for
International Affairs, Policy Briefing, 116: 4.
Nur, R., Rusydi, M., & Hadi, A. G. (2017). Kelompok Perempuan Penambang Pasir Di Desa
Norhidayat, N., Rochgiyanti, R., & Effendi, R. (2017). Dinamika Sosial Ekonomi
Penambang
Pasir Tradisional di Desa Mataraman (1960-2010). Yupa: Historical Studies
Journal, 1(1), 63-72.
Suherman, D. W. (2015). Kajian Perubahan Kondisi Lahan, Air, Sosial Dan Ekonomi Akibat
13
LAMPIRAN
A. GAMBAR
Gambar 1 (Peralatan)
14
Gambar 3 (Saat memisahkan Batu dengan Pasir)
15
B. JURNAL
Chevallier, R. (2014). Illegal sand mining in South Africa. South African Institute for
International Affairs, Policy Briefing, 116: 4.
Atau klik
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwj57djAotHXAhUHS4
8KHdtMBkYQFgg8MAA&url=https%3A%2F%2Fwww.africaportal.org
%2Fdocuments
%2F12793%2Fsaia_spb__116_chavallier_20141208.pdf&usg=AOvVaw1IvXNq7x1
vHK5XVhfzTYTy
Norhidayat, N., Rochgiyanti, R., & Effendi, R. (2017). Dinamika Sosial Ekonomi
Penambang Pasir Tradisional di Desa Mataraman (1960-2010). Yupa: Historical
Studies Journal, 1(1), 63-72.
Atau klik
http://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/yupa/article/download/12/7
16