Dosen Pembimbing :
Su’udi, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Proposal Kegiatan K3
iniyang berjudul "Pengabdian K3 MasyarakatMahasiswa” tepat pada waktunya.
Tujuan disusunnya laporan ini untuk memenuhi tugas K3 2 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1...........................................................................................................................................Lat
arbelakangmasalah...........................................................................................................1
1.2...........................................................................................................................................Ru
musanMasalah..................................................................................................................3
1.3...........................................................................................................................................Tuj
uan....................................................................................................................................3
1.4...........................................................................................................................................Ma
nfaat..................................................................................................................................4
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dikenal dengan kondisi tidak aman (unsafe condition). Unsafe acts atau tindakan tidak
aman adalah tindakan manusia atau tenaga kerja yang membahayakan dan dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Sedangkan unsafe condition adalah kondisi tidak
aman dari mesin, peralatan, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat
pekerjaan dan sistem kerja (Tarwaka, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Maryam Uswatun Hasanah (2010) di kampung batik
Semarang perajin batik mengaku sering terkena tumpahan cairan malam (30,76%),
mata pedih berair terkena uap perebusan (23,07%), pegal pada leher saat menembok
(30,76%), dada sesak saat pembuatan resep warna (7,69%), dan pegal atau merasa sakit
bagian belakang (punggung) saat pencelupan warna dan menyanting (23,07%). Hal ini
terjadi karena kurangnya kepedulian pekerja dalam memakai APD dan ergonomi yang
salah sehingga perajin batik sering sekali mengalami gangguan pada tulang
belakangnya dan mengeluh luka bakar pada tangannya tak hanya itu perajin juga
mengeluh sesak nafas saat proses perebusan malam.Perajin industri batik tulis sebagian
besar pembatik adalah wanita. Mereka membatik sampai proses menempelkan malam
pada posisi sikap kerja duduk membungkuk di kursi yang sangat pendek maupun duduk
dilantai, kalau sudah asyik menulis dan membatik apalagi saat pesanan sangat banyak.
Pencahayaan yang kurang saat membuat desain juga akan berpengaruh pada
penglihatan perajin batik dan akan menimbulkan gangguan penglihatan.
Faktor penyebab kecelakaan kerja dalam teori domino adalah tindakan tidak
aman dari manusia (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Model teori
ini, kejadian kecelakaan kerja seperti efek batu domino yang tersusun, apabila salah
satu terjatuh maka akan menimbulkan dan menyebabkan kerugian.(Ramli, 2010).
Urutan terjadinya kecelakaan kerja menurut teori ini yaitu kurangnya kontrol atau
ketimpangan sistem manajemen menimbulkan adanya penyebab tidak langsung dan
penyebab langsung, terjadi kecelakaan dan mengakibatkan kerugian. Kecelakaan kerja
yang terjadi akan menimbulkan kerugian yang besar, baik kerugian ekonomi, kerugian
material, dan kerugian fisik. Kerugian yang terjadi dapat berupa kerugian ekonomi,
seperti : kerusakan alat atau mesin, bahan dan bangunan; biaya pengobatan dan
perawatan; tunjangan kecelakaan, jumlah produksi dan mutu berkurang; kompensasi
kecelakaan dan penggantian tenaga kerja; serta kerugian non ekonomi, seperti :
penderitaan korban dan keluarga, aktifitas kerja berhenti sementara dan hilangnya
waktu bekerja (Anizar, 2009).
2
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada industri batik yang
terdapat di wilayah Desa Sumurgung Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban, industri
batikdi Desa Sumurgung yang merupakan industri rumahan atau yang sering disebut
home industry, yang termasuk dalam kategori industri informal. Industri batik di
Kecamatan Sumurgung terdapat 15-20perajin batik yang semuanya adalah pekerja
wanita. Dengan adanya bahan baku yang menggunakan bahan kimia, serta banyaknya
proses kerja dengan cara tradisional yang kurang aman, dan pekerja yang hanya bekerja
saja tanpa peduli keselamatannya tanpa menggunakan APD seperti masker dapat
menimbulkan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Selain itu banyaknya jumlah pekerja dan tidak adanya perhatian tentang
kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya sehingga memungkinkan untuk
terjadi kecelakaan kerja.
Berdasarkan dari uraian di atas kami akan melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Industri Batik di
wilayah Desa Sumurgung, Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.
1.2............................................................................................................................................Ru
musanMasalah
1.2.1. Bagaimana implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Home
Industry Batik di Desa Sumurgung, Tuban?
1.2.2. Bagaimana pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Home Industry
Batik di Desa Sumurgung, Tuban?
1.3...........................................................................................................................................Tuj
uan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuanumumdari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkanbudaya kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat kerja sehinggatercipta kondisi kerja yang nyaman
dan aman bagi para pekerja untukmencegah terjadi kecelakaan akibat kerja (KAK)
dan penyakit akibatkerja (PAK).
1.3.2. TujuanKhusus
1. Untuk mengetahui konsep teori K3 khususnya pada perbengkelan
2. Untuk mengetahui kerangka masalah
3
3. Untuk mengetahui pemecahan masalah dan khalayak sasaran
4. Untuk mengetahui metode pelaksanaan
5. Untuk mengetahui luaran dan target capaian
6. Untuk mengetahui peta lokasi
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
a. Sebagai pengaplikasian dari ilmu dan teori yang telah mahasiswa dapatkan dalam
bidang K3 khususnya penilaian resiko keselamatan kerja.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan penilaian resiko keselamatan kerja pada pekerja
bagian pembuatan batik.
c. Memperluas pengetahuan dan wawasan dalam bidang K3 pada pembuatan batik.
1.4.2 Bagi Tempat Penyuluhan
a. Pekerja dapat memperoleh informasi tentang tingkat resiko pekerjaan pembuatan
batik pada setiap langkahnya.
1.4.3 Bagi Kampus
a. Menambah pustaka/refrensi bagian keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja
khususnya mengenai penilaian resiko keselamatan kerja pada pekerja pembuatan
batik.
4
BAB 2
SOLUSI PERMASALAHAN
5
Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari kecelakaan
akibat kerja. Sutrisno dan Ruswandi (2007) mengemukakan bahwa tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan
seseorang saat bekerja dan setelah bekerja (Gayatri, 2014).
Budaya K3 yang baik akan terbentuk setelah usaha-usaha penerapan program
K3 dan pencegahan kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka panjang. K3
merupakan kendaraan untuk melakukan sesuatu secara benar pada waktu yang tepat.
Dapat disimpulkan bahwa pencegahan kecelakaan merupakan sesuatu yang mutlak
harus dilakukan. Tiga alasan yang menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan yaitu:
faktor kemanusiaan; faktor pemenuhan peraturan dan perundang-undangan; dan
faktor biaya. (Somad, 2013).
D. Hazard
Hazard adalah elemen-elemen lingkungan fisik, berbahaya bagi manusia dan
disebabkan oleh kekuatan luar baginya. Hazard suatu objek yang terdapat energi, zat
atau kondisi kerja yang potensial serta dapat mengancam keselamatan. Hazard dapat
berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik atau
mental, kerusakan properti, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau kombinasi
dari kerugian-kerugian tadi. Adapun jenis potensi bahaya (Hazard) adalah sebagai
berikut:
1) Bahaya fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar
tempat kerja pada satu waktu tertentu. Hal itu termasuk kondisi tidak aman yang
dapat menyebabkan cedera, penyakit dan kematian. Bahaya ini biasanya paling
mudah diidentifikasi tempatnya, tetapi sering terabaikan karena sudah dipandang
akrab dengan situasi demikian. Bahaya fisik sering dikaitkan dengan sumber
energi yang tidak terkendali seperti kinetik, listrik, pneumatik dan hidrolik.
Contoh bahaya fisik antara lain: kondisi permukaan lantai basah dan licin;
penyimpanan benda di lantai sembarangan; tata letak kerja area yang tidak tepat,
permukaan lantai yang tidak rata, postur tubuh canggung, desain stasiun kerja
yang kurang cocok, kondisi pencahayaan, suhu ekstrem, bekerja pada ruang
terbatas.
2) Bahaya Bahan Kimia
6
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karateristik dan efek, dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimia mencakup
paparan dapat berupa, antara lain: penyimpanan bahan kimia; bahan yang mudah
terbakar.
3) Bahaya Biologis
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme
yang mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan manusia.
Bahaya biologis mencakup paparan, antara lain: darah atau cairan tubuh lain atau
jaringan; jamur, bakteri dan virus.
4) Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi
kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk diidentifikasi
secara langsung karena kita tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh
atau bahaya-bahaya ini saat melakukan. Bahaya ergonomi meliputi, antara lain:
redup; tempat kerja tidak tepat dan tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja; postur
tubuh yang kurang memadai; mengulangi gerakan yang sama berulang-ulang.
5) Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau
gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, namun sangat
penting bahwa bahaya psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan
dikendalikan. Contoh bahaya psikologis meliputi, antara lain: kecepatan kerja;
kurangnya motivasi; tidak ada prosedur yang jelas; kelelahan (Kuswana, 2014).
2.1.2 Konsep Teori Industri Batik
A. Pengertian Industri Batik
Industri adalah pengolahan bahan baku atau barang setengah jadi menjadi
barang jadi yang membawa keuntungan (Wirastuti, 2010). Menurut Hasibuan
(2000) industri merupakan kumpulan dari sejumlah perusahaan yang
menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat
saling mengganti sangat erat. Dalam konteks ini menghasilkan barang-barang
homogen dalam industri batik misalnya, berarti himpunan atau kelompok
perusahaan penghasil batik.
Menurut Hamzuri (1989), pengertian Batik ialah lukisan atau gambar pada mori
yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Orang yang melukis atau
menggambar pada mori memakai canting disebut membatik. Membatik ini
7
menghasilkan batik yang berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat
khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri.
Industri batik adalah perusahaan yang melakukan proses pemalaman (lilin),
pencelupan (pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan) pada kain sehingga
menghasilkan motif yang halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang
tinggi dan menjual kain tersebut (Syakur, 1997).
B. Macam-macam Batik
1. Batik tulis
Proses penggambaran lilin batik pada kain menggunakan canting dan
denganalat yang tradisional. Batik yang dianggap paling baik dan tradisional,
yang prosespembuatannya melalui tahap-tahap persiapan, pemolaan,
pembatikan, pewarnaan,pelorodan dan penyempurnaan. Pada batik tulis sangat
sulit dijumpai pola ulangyang dikerjakan persis sama, pasti ada selintas
perbedaan, contohnya : lengkungangaris atau sejumlah titik. Kekurangan
tersebut merupakan kelebihan dari hasilpekerjaan tangan. Pada proses
pembatikan sering terjadi gerakan spontan, tanpadihitung atau diperhitungkan
lebih rinci. Batik tulis dibuat masal dengan standarketetapan yang sama dari
faktor tangan manusia.
2. Batik cap
Batik Cap adalah batik yang proses pembuatanya melalui tahap-
tahappersiapan, pencapaan, pewarnaan, pelorodan dan penyempurnaan.
Pelaksanaanpembuatan batik cap lebih mudah dan cepat. Kelemahan pada
batik cap ialahmotif yang dapat dibuat terbatas dan tidak dapat membuat
motif-motif besar.Selain itu pada batik cap tidak terdapat seni coretan dan
kehalusan motif yangdianggap menentukan motif batik.
3. Batik Kombinasi Tulis dan Cap
Batik Kombinasi (Tulis dan Cap) adalah batik yang dibuat dalam
rangkamengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada produk batik
cap, sepertimotif besar dan seni coretan yang tidak dapat dihasilkan dengan
tangan. Dala proses pembuatan batik kombinasi ini memerlukan persiapan-
persiapan yan rumit, terutama pada penggabungan motif yang ditulis dan
motif capnya, sehinggaefisiensinya rendah (hampir sama dengan batik tulis)
dan nilai seni produknyadisamakan dengan batik cap. Adapun proses
pembuatannya melalui tahappersiapan, pemolaan (untuk motif besar),
8
pembatikan (motif yang tidak dapatdicap), pecapaan, pewarnaan, pelorodan
dan penyempurnaan.
Jadi berdasarkan pengertian batik di atas, dapat disimpulkan bahwa
industry batik tulis adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan proses
penggambaran atau penulisan dan pewarnaan pada kain dengan menggunakan
lilin batik (wax atau malam) dan menjualnya. Pekerjaan persiapan meliputi
segala pekerjaan pada kain mori hingga siap dibuat batik seperti nggirah atau
ngetel (mencuci), nganji (menganji), ngemplong (seterika). Sedangkan proses
membuat batik meliputi pekerjaan pembuatan batik yang sebenarnya terdiri
dari pembuatan motif, pelekatan lilin batik pada kain sesuai motif, pewarnaan
batik (celup, colet, lukis atau painting, printing), yang terakhir adalah
penghilangan lilin dari kain.
C. Faktor produksi
1. Kain Mori
Kain mori merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi
batik.Pilihan menggunakan kain mori karena harga yang relatif dapat
terjangkau olehpengrajin batik, walaupun ada kain yang lebih bagus yaitu kain
sutra yangharganya relatif mahal.
2. Malam
Malam merupakan bahan yang digunakan untuk membuat motif dan untuk
lepah kain mori setelah motifnya jadi dan jika akan memberikan warna pada
kain.
3. Obat pewarna (Naptol)
Naptol atau obat pewarna merupakan bahan yang digunakan untuk
member warna yang diinginkan pada kain batik. Biasanya warna batik yang
khas dariBatik Paoman Indramayu adalah warna-warna cerah.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan
dalamproses produksi dalam jumlah yang cukup.
5. Teknologi
Teknologi berperan penting dalam suatu proses produksi.
Keberadaanteknologi ini berguna untuk mempermudah dan mempercepat
proses produksi.
6. Produksi
9
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Untuk
usahaindustri batik tulis, produk yang dihasilkan adalah berupa kain batik
yang siap jual.Ukuran produksi dari usaha industri batik adalah perpotong.
Setiap pengusahaindustri batik menjual produknya berdasarkan jumlah potong
kain batik yangdiproduksi. Kemudian harga kain batik yang dihasilkan oleh
masing-masingpengusaha berbeda untuk setiap unitnya, tergantung kualitas
kain batik yangdihasilkan, banyak warna perpotong kain batik, dan motif yang
ada di dalam kainbatik tersebut sehingga pendapatan antar pengrajin batik itu
berbeda.
Berikut ini adalah proses pembuatan batik dari awal penyiapan bahan baku
sampai terciptanya kain batik yang siap dijual di pasar.
2.2 Kerangka Masalah
Tingkat penggunaan alat pelindung diri sangat berpengaruh pada tingkat
keselamatan kerja. Semakin rendah frekuensi penggunaan alat pelindung diri maka
semakin besar kesempatan terjadinya kecelakaan kerja. Pada kenyataannya masih
banyak juga pekerja yang tidak menggunakannya, walaupun telah diketahui besarnya
manfaat alat ini dan perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri. Hal tersebut
disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak
menggunakan alat pelindung diri tersebut (Cahyono, 2004).
Kondisi di industri batik terlihat tidak menggunakan alat pelindung diri,
sedangkan untuk pelindung badan, pekerja hanya menggunakan baju/pakaian biasa
atau pakaian yang sering mereka gunakan sehari-hari dan tidak menggunakan pakaian
pelindung. Untuk pelindung tangan para pekerja tidak menggunakan pelindung
apapun sedangkan pada tahap ini lah tangan sering tercampur dengan bahan bahan
kimia.
Pengetahuan pekerja pengrajin Batik menganai K3 masih sangat kurang,
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman individu terhadap suatu
objek dan informasi yang diterima oleh individu (Tjitarasa, 1992). Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan denganwawancara atau angket dan tes yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan (Notoatmojo, 2003).
Selain itu dalam pemakaian APD pada saat bekerja masih belum maksimal,
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
10
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,. Sehingga Perusahaan wajib melindungi keselamatan tenaga kerja yaitu dengan
memberi penjelasan kepada tenaga kerja tentang kondisi dan bahaya tempat kerja,
APD yang diharuskan dalam tempat kerja, APD bagi tenaga kerja, serta cara dan
sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1989).
11
BAB 3
METODOLOGI PELAKSANAAN
Pelaksanaan Pengabdian ini tentu saja melibatkan beberapa pihak yang bekerja pada
home industri batik untuk peningkatan kualitas kinerja muju para pekerja. Oleh karena itu
untuk kelancaran kegiatan ini kami akan bekerja sama dengan pemilik home industri batik
dalam melaksanakan kegiatan pegabdian masyarakat tentang pentingnya Keselamatan dan
kesehatan kerja . Melalui kegiatan ini diharapkan wawasan dan pengetahuan para pekerja
tentang k3 di home industri batik ini semakin meningkat.
Adapun metode pengabdian masyarakat di home inudtri batik adalah sebagai berikut :
12
3.3 Waktu dan tempat kegiatan
3.4 Keterkaitan
Keterkaiatan terhadap program penyuluhan masyarakat ini dengan pentingnya k3
dalam industri batik adalah didapatkan bahwa penerapan terhadap prinsip manajemen
K3 belum sepenuhnya diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari belum digunakannya APD
yang sesuai oleh para pekerja terutama pada saat dalam proses pembuatan batik,
rendahnya kesadaran para pekerja terhadap suatu bahaya yang bisa saja terjadi, dan
belum terciptanya lingkungan kerja yang nyaman serta kondusif bekerja. Hambatan-
hambatan penerapan prinsip K3 di industri batik tersebut dapat terjadi karena pemilik
usaha dan pekerja menganggap remeh terhadap bahaya yang mungkin terjadi dan juga
faktor pemberi kerja atau pemilik industri yang kurang memberikan pelatihan ataupun
pengawasan dan menyediakan alat pelindung yang memadai, tingkat Pendidikan
pekerja pun bisa mempengaruhi perilaku pekerja karena dengan tingkat Pendidikan
pengetahuan yang rendah, pada umumnya pekerja tidak begitu memahami prinsip K3.
Peran dan manfaat kita sebagai mahasiswa dalam memberikan penyuluhan dapat
dilihat dari inti dari penyuluhan tersebut untuk mementingkan dan memperhatikan
suatu resiko dari suatu pekerjaan. Jika tidak didasari dengan safety first mungkin akan
berakibat buruk terutama bagi pekerja di industri batik entah itu bersifat kesengajaan
atau tidak.
13
penyuluhan yang direncanakan. Postest dilakukan untuk melihat tercapainya tujuan dan
dijadikan sebagai masukan untuk analisis situasi berikutnya. Beberapa indikator tercapainya
tujuan yaitu:
1. Pekerja paham tentang isi dari penyuluhan, dilakukan dengan pemberian pertanyaan
kepada beberapa pekerja sebagai bahan evaluasi
2. Pekerja dapat menyebutkan apa saja dampak yang ditimbulkan jika tidak
menggunakan APD saat proses pembuatan batik.
3. Pekerja menggunakan APD seperti masker, sarung tangan dan safety shoes saat
proses pembuatan batik.
14
BAB 4
4.1 Luaran
Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini antara lain: meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya K3 dan penerapan Prinsip K3, melaksanakan
Inspeksi K3, dan meningkatkan ketrampilan tehnik 5R kepada tenaga kerja. Program
pengabdian masyarakat ini telah dilakukan melalui: penyuluhan tentang pentingnya K3 dan
penerapan Prinsip K3, pendampingan implementasi Inspeksi K3 dan pelatihan ketrampilan
tehnik 5R kepada tenaga kerja. Hasil dari kegiatan ini terlihat dengan adanya peningkatan
kesadaran tenaga kerja dan komitmen pimpinan akan pentingnya penerapan prinsip-prinsip
K3 sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja di lingkungan kerja.
15
BAB 5
PETA LOKASI
Kabupaten Tuban memiliki jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa ini yang
terdiri dari 20 kecamatan beribukota di kota Tuban. Sumurgung merupakan satu dari 3
desa di Kecamatan Tuban. Luas wilayah Desa Sumurgung 21,29 km 2, menaungi 3
dusun yaitu Dusun Bongkhol 1, Dusun Bongkhol 2, dan Dusun Kuthi dan jarak ke
ibukota dari desa Sumurgung kurang lebih 2 km.
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai pengrajin batik. Hal ini disebabkan
Desa Sumurgung merupakan salah satu kawasan penghasil batik di Tuban selain Kerek
dan Semanding. Di desa ini kerajinan batik sudah menjadi sumber penghasilan secara
turun menurun bahkan sampai saat ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Somad. 2013. Teknik Efektif dan Membudayakan Keselamatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat
Sucipto, CD. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publushing
Santoso,GS. 2012. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka
Sutrisno dan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Galia
Triwibowo,C dan Pusphandani,ME. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha
Medika
Gayatri, I.A.E.M. 2008. Hubungan Keselamatan dan Kesetan Kerja dengan Kinerja
Karyawan Pada PT UOB Indonesia Cabang Bengkulu. Skripsi. Universitas Dehasen
Bengkulu. Hal: 186-189
Drs. Hamzuri.1989. batik Klasik. Jakarta :Djambatan
17