Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

PENGABDIAN K3 MASYARAKAT MAHASISWA

Dosen Pembimbing :
Su’udi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :

1. Yuni Ardiana Savita 11. Dimas Adetia Pratama


2. Ade Windhia 12. M. Fairuz Ramadhan
3. Luatum Munawaroh 13. Risa FitriaMahadhika
4. Ria Mar’atusSholikah 14. Fenti Erlindaningtyas
5. Siti Nur Chamidah 15. Silmi Nur Azizah
6. Desy Norita Sari 16. Kartika Bhakti Buwana
7. Lailatul Muamanah 17. Fatikhatul Mufidah Agustina
8. Nadya Putri Permatasari 18. Nabi’illatus Salaamah
9. Fery Hidayah 19. Nur Isnaini Wulan Ramadhani
10. Adellia Dwi Oktavia

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Proposal Kegiatan K3
iniyang berjudul "Pengabdian K3 MasyarakatMahasiswa” tepat pada waktunya.
Tujuan disusunnya laporan ini untuk memenuhi tugas K3 2 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Tuban, 21Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1...........................................................................................................................................Lat
arbelakangmasalah...........................................................................................................1
1.2...........................................................................................................................................Ru
musanMasalah..................................................................................................................3
1.3...........................................................................................................................................Tuj
uan....................................................................................................................................3
1.4...........................................................................................................................................Ma
nfaat..................................................................................................................................4

BAB 2 SOLUSI PERMASALAHAN


2.1 KonsepTeori.....................................................................................................................5
2.2 KerangkaMasalah............................................................................................................10
2.3 PemecahanMasalah..........................................................................................................11

BAB 3 METODOLOGI PELAKSANAAN


3.1 Khalayaksasaran..............................................................................................................12
3.2 MetodePengabdian...........................................................................................................12
3.3 Waktudantempatkegiatan.................................................................................................12
3.4 Keterkaitan.......................................................................................................................12
3.5 Pihak yang terlibat...........................................................................................................13
3.6 Rancanganevaluasi...........................................................................................................13

BAB 4 LUARAN DAN TARGET PENCAPAIAN


4.1 Luaran..............................................................................................................................14
4.2 Target capaian..................................................................................................................14

BAB 5 PETA LOKASI


5.1 Peta Lokasi.......................................................................................................................15
ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
LAMPIRAN..........................................................................................................................17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya
yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat
buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia hidup di
tengah atau bersama bahaya. Hal serupa juga terjadi di tempat kerja. Penggunaan
mesin, alat kerja, material dan proses produksi telah menjadi sumber bahaya yang dapat
mencelakakan. Karena itu, abad modern ini, aspek keselamatan telah menjadi tuntutan
dan kebutuhan umum. Walaupun keselamatan telah menjadi kebutuhan, namun dalam
kenyataannya manusia masih mengabaikan keselamatan (Soehatman Ramli, 2010).
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan bidang yang berhubungan
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah ”yang
mengatur tentang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu suatu aspek perlindungan
tenaga kerja. Unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku
pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Dengan mengaplikasikan
teknologi penanggulangan keselamatan dankesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja
akan mencukupi, daya kerja, kesehatan dan tingkat ketahanan fisik yang tinggi. Di
samping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi”.
Risiko kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja selalu
dipunyai setiap tempat kerja. Besar risiko tergantung jenis industri, teknologi, serta
upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Saat ini angka kecelakaan di Indonesia
masih cukup tinggi, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam pemasyarakatan
keselamatan dan kesehatan kerja. Walaupun belum ada survei untuk penghitungan
berapa besar kerugian yang timbul akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja ini, tapi
dapat diperkirakan kerugian yang ditimbulkannya cukup besar (Syukri Sahab, 1997).
Kecelakaan dapat ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber bahaya potensial yang
terdapat di tempat kerja dapat berupa faktor manusia atau dikenal dengan istilah
tindakan tidak aman (unsafe actions) dari tenaga kerja maupun faktor lingkungan atau

1
dikenal dengan kondisi tidak aman (unsafe condition). Unsafe acts atau tindakan tidak
aman adalah tindakan manusia atau tenaga kerja yang membahayakan dan dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Sedangkan unsafe condition adalah kondisi tidak
aman dari mesin, peralatan, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat
pekerjaan dan sistem kerja (Tarwaka, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Maryam Uswatun Hasanah (2010) di kampung batik
Semarang perajin batik mengaku sering terkena tumpahan cairan malam (30,76%),
mata pedih berair terkena uap perebusan (23,07%), pegal pada leher saat menembok
(30,76%), dada sesak saat pembuatan resep warna (7,69%), dan pegal atau merasa sakit
bagian belakang (punggung) saat pencelupan warna dan menyanting (23,07%). Hal ini
terjadi karena kurangnya kepedulian pekerja dalam memakai APD dan ergonomi yang
salah sehingga perajin batik sering sekali mengalami gangguan pada tulang
belakangnya dan mengeluh luka bakar pada tangannya tak hanya itu perajin juga
mengeluh sesak nafas saat proses perebusan malam.Perajin industri batik tulis sebagian
besar pembatik adalah wanita. Mereka membatik sampai proses menempelkan malam
pada posisi sikap kerja duduk membungkuk di kursi yang sangat pendek maupun duduk
dilantai, kalau sudah asyik menulis dan membatik apalagi saat pesanan sangat banyak.
Pencahayaan yang kurang saat membuat desain juga akan berpengaruh pada
penglihatan perajin batik dan akan menimbulkan gangguan penglihatan.
Faktor penyebab kecelakaan kerja dalam teori domino adalah tindakan tidak
aman dari manusia (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Model teori
ini, kejadian kecelakaan kerja seperti efek batu domino yang tersusun, apabila salah
satu terjatuh maka akan menimbulkan dan menyebabkan kerugian.(Ramli, 2010).
Urutan terjadinya kecelakaan kerja menurut teori ini yaitu kurangnya kontrol atau
ketimpangan sistem manajemen menimbulkan adanya penyebab tidak langsung dan
penyebab langsung, terjadi kecelakaan dan mengakibatkan kerugian. Kecelakaan kerja
yang terjadi akan menimbulkan kerugian yang besar, baik kerugian ekonomi, kerugian
material, dan kerugian fisik. Kerugian yang terjadi dapat berupa kerugian ekonomi,
seperti : kerusakan alat atau mesin, bahan dan bangunan; biaya pengobatan dan
perawatan; tunjangan kecelakaan, jumlah produksi dan mutu berkurang; kompensasi
kecelakaan dan penggantian tenaga kerja; serta kerugian non ekonomi, seperti :
penderitaan korban dan keluarga, aktifitas kerja berhenti sementara dan hilangnya
waktu bekerja (Anizar, 2009).

2
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada industri batik yang
terdapat di wilayah Desa Sumurgung Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban, industri
batikdi Desa Sumurgung yang merupakan industri rumahan atau yang sering disebut
home industry, yang termasuk dalam kategori industri informal. Industri batik di
Kecamatan Sumurgung terdapat 15-20perajin batik yang semuanya adalah pekerja
wanita. Dengan adanya bahan baku yang menggunakan bahan kimia, serta banyaknya
proses kerja dengan cara tradisional yang kurang aman, dan pekerja yang hanya bekerja
saja tanpa peduli keselamatannya tanpa menggunakan APD seperti masker dapat
menimbulkan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Selain itu banyaknya jumlah pekerja dan tidak adanya perhatian tentang
kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya sehingga memungkinkan untuk
terjadi kecelakaan kerja.
Berdasarkan dari uraian di atas kami akan melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Industri Batik di
wilayah Desa Sumurgung, Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.

1.2............................................................................................................................................Ru
musanMasalah
1.2.1. Bagaimana implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Home
Industry Batik di Desa Sumurgung, Tuban?
1.2.2. Bagaimana pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Home Industry
Batik di Desa Sumurgung, Tuban?
1.3...........................................................................................................................................Tuj
uan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuanumumdari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkanbudaya kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat kerja sehinggatercipta kondisi kerja yang nyaman
dan aman bagi para pekerja untukmencegah terjadi kecelakaan akibat kerja (KAK)
dan penyakit akibatkerja (PAK).

1.3.2. TujuanKhusus
1. Untuk mengetahui konsep teori K3 khususnya pada perbengkelan
2. Untuk mengetahui kerangka masalah

3
3. Untuk mengetahui pemecahan masalah dan khalayak sasaran
4. Untuk mengetahui metode pelaksanaan
5. Untuk mengetahui luaran dan target capaian
6. Untuk mengetahui peta lokasi

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
a. Sebagai pengaplikasian dari ilmu dan teori yang telah mahasiswa dapatkan dalam
bidang K3 khususnya penilaian resiko keselamatan kerja.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan penilaian resiko keselamatan kerja pada pekerja
bagian pembuatan batik.
c. Memperluas pengetahuan dan wawasan dalam bidang K3 pada pembuatan batik.
1.4.2 Bagi Tempat Penyuluhan
a. Pekerja dapat memperoleh informasi tentang tingkat resiko pekerjaan pembuatan
batik pada setiap langkahnya.
1.4.3 Bagi Kampus
a. Menambah pustaka/refrensi bagian keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja
khususnya mengenai penilaian resiko keselamatan kerja pada pekerja pembuatan
batik.

4
BAB 2

SOLUSI PERMASALAHAN

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Konsep TeoriKesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
A. Pengertian K3
Kesehatan kerja (Health) adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas
dari gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan
lingkungannya (Kuswana, 2014). Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental maupun
sosial dengan usahausaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan
yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum (Santoso, 2012).
Keselamatan kerja (Safety) suatu keadaan yang aman dan selamat dari
penderitaan dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai
alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan,
maupun menjaga dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja (Kuswana, 2014).
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik
fisik, mental maupun emosi terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan, serta menyangkut berbagai unsur dan pihak (Sucipto, 2014). Menurut
Ridley dan John (1983), mengartikan K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar tempat kerja tersebut (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
B. Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup K3 sangat luas, di dalamnya termasuk perlindungan teknis
yaitu perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan
dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
C. Tujuan K3

5
Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari kecelakaan
akibat kerja. Sutrisno dan Ruswandi (2007) mengemukakan bahwa tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan
seseorang saat bekerja dan setelah bekerja (Gayatri, 2014).
Budaya K3 yang baik akan terbentuk setelah usaha-usaha penerapan program
K3 dan pencegahan kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka panjang. K3
merupakan kendaraan untuk melakukan sesuatu secara benar pada waktu yang tepat.
Dapat disimpulkan bahwa pencegahan kecelakaan merupakan sesuatu yang mutlak
harus dilakukan. Tiga alasan yang menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan yaitu:
faktor kemanusiaan; faktor pemenuhan peraturan dan perundang-undangan; dan
faktor biaya. (Somad, 2013).
D. Hazard
Hazard adalah elemen-elemen lingkungan fisik, berbahaya bagi manusia dan
disebabkan oleh kekuatan luar baginya. Hazard suatu objek yang terdapat energi, zat
atau kondisi kerja yang potensial serta dapat mengancam keselamatan. Hazard dapat
berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik atau
mental, kerusakan properti, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau kombinasi
dari kerugian-kerugian tadi. Adapun jenis potensi bahaya (Hazard) adalah sebagai
berikut:
1) Bahaya fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar
tempat kerja pada satu waktu tertentu. Hal itu termasuk kondisi tidak aman yang
dapat menyebabkan cedera, penyakit dan kematian. Bahaya ini biasanya paling
mudah diidentifikasi tempatnya, tetapi sering terabaikan karena sudah dipandang
akrab dengan situasi demikian. Bahaya fisik sering dikaitkan dengan sumber
energi yang tidak terkendali seperti kinetik, listrik, pneumatik dan hidrolik.
Contoh bahaya fisik antara lain: kondisi permukaan lantai basah dan licin;
penyimpanan benda di lantai sembarangan; tata letak kerja area yang tidak tepat,
permukaan lantai yang tidak rata, postur tubuh canggung, desain stasiun kerja
yang kurang cocok, kondisi pencahayaan, suhu ekstrem, bekerja pada ruang
terbatas.
2) Bahaya Bahan Kimia

6
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karateristik dan efek, dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimia mencakup
paparan dapat berupa, antara lain: penyimpanan bahan kimia; bahan yang mudah
terbakar.
3) Bahaya Biologis
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme
yang mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan manusia.
Bahaya biologis mencakup paparan, antara lain: darah atau cairan tubuh lain atau
jaringan; jamur, bakteri dan virus.
4) Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi
kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk diidentifikasi
secara langsung karena kita tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh
atau bahaya-bahaya ini saat melakukan. Bahaya ergonomi meliputi, antara lain:
redup; tempat kerja tidak tepat dan tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja; postur
tubuh yang kurang memadai; mengulangi gerakan yang sama berulang-ulang.
5) Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau
gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, namun sangat
penting bahwa bahaya psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan
dikendalikan. Contoh bahaya psikologis meliputi, antara lain: kecepatan kerja;
kurangnya motivasi; tidak ada prosedur yang jelas; kelelahan (Kuswana, 2014).
2.1.2 Konsep Teori Industri Batik
A. Pengertian Industri Batik
Industri adalah pengolahan bahan baku atau barang setengah jadi menjadi
barang jadi yang membawa keuntungan (Wirastuti, 2010). Menurut Hasibuan
(2000) industri merupakan kumpulan dari sejumlah perusahaan yang
menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat
saling mengganti sangat erat. Dalam konteks ini menghasilkan barang-barang
homogen dalam industri batik misalnya, berarti himpunan atau kelompok
perusahaan penghasil batik.
Menurut Hamzuri (1989), pengertian Batik ialah lukisan atau gambar pada mori
yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Orang yang melukis atau
menggambar pada mori memakai canting disebut membatik. Membatik ini
7
menghasilkan batik yang berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat
khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri.
Industri batik adalah perusahaan yang melakukan proses pemalaman (lilin),
pencelupan (pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan) pada kain sehingga
menghasilkan motif yang halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang
tinggi dan menjual kain tersebut (Syakur, 1997).
B. Macam-macam Batik
1. Batik tulis
Proses penggambaran lilin batik pada kain menggunakan canting dan
denganalat yang tradisional. Batik yang dianggap paling baik dan tradisional,
yang prosespembuatannya melalui tahap-tahap persiapan, pemolaan,
pembatikan, pewarnaan,pelorodan dan penyempurnaan. Pada batik tulis sangat
sulit dijumpai pola ulangyang dikerjakan persis sama, pasti ada selintas
perbedaan, contohnya : lengkungangaris atau sejumlah titik. Kekurangan
tersebut merupakan kelebihan dari hasilpekerjaan tangan. Pada proses
pembatikan sering terjadi gerakan spontan, tanpadihitung atau diperhitungkan
lebih rinci. Batik tulis dibuat masal dengan standarketetapan yang sama dari
faktor tangan manusia.
2. Batik cap
Batik Cap adalah batik yang proses pembuatanya melalui tahap-
tahappersiapan, pencapaan, pewarnaan, pelorodan dan penyempurnaan.
Pelaksanaanpembuatan batik cap lebih mudah dan cepat. Kelemahan pada
batik cap ialahmotif yang dapat dibuat terbatas dan tidak dapat membuat
motif-motif besar.Selain itu pada batik cap tidak terdapat seni coretan dan
kehalusan motif yangdianggap menentukan motif batik.
3. Batik Kombinasi Tulis dan Cap
Batik Kombinasi (Tulis dan Cap) adalah batik yang dibuat dalam
rangkamengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada produk batik
cap, sepertimotif besar dan seni coretan yang tidak dapat dihasilkan dengan
tangan. Dala proses pembuatan batik kombinasi ini memerlukan persiapan-
persiapan yan rumit, terutama pada penggabungan motif yang ditulis dan
motif capnya, sehinggaefisiensinya rendah (hampir sama dengan batik tulis)
dan nilai seni produknyadisamakan dengan batik cap. Adapun proses
pembuatannya melalui tahappersiapan, pemolaan (untuk motif besar),
8
pembatikan (motif yang tidak dapatdicap), pecapaan, pewarnaan, pelorodan
dan penyempurnaan.
Jadi berdasarkan pengertian batik di atas, dapat disimpulkan bahwa
industry batik tulis adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan proses
penggambaran atau penulisan dan pewarnaan pada kain dengan menggunakan
lilin batik (wax atau malam) dan menjualnya. Pekerjaan persiapan meliputi
segala pekerjaan pada kain mori hingga siap dibuat batik seperti nggirah atau
ngetel (mencuci), nganji (menganji), ngemplong (seterika). Sedangkan proses
membuat batik meliputi pekerjaan pembuatan batik yang sebenarnya terdiri
dari pembuatan motif, pelekatan lilin batik pada kain sesuai motif, pewarnaan
batik (celup, colet, lukis atau painting, printing), yang terakhir adalah
penghilangan lilin dari kain.
C. Faktor produksi
1. Kain Mori
Kain mori merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi
batik.Pilihan menggunakan kain mori karena harga yang relatif dapat
terjangkau olehpengrajin batik, walaupun ada kain yang lebih bagus yaitu kain
sutra yangharganya relatif mahal.
2. Malam
Malam merupakan bahan yang digunakan untuk membuat motif dan untuk
lepah kain mori setelah motifnya jadi dan jika akan memberikan warna pada
kain.
3. Obat pewarna (Naptol)
Naptol atau obat pewarna merupakan bahan yang digunakan untuk
member warna yang diinginkan pada kain batik. Biasanya warna batik yang
khas dariBatik Paoman Indramayu adalah warna-warna cerah.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan
dalamproses produksi dalam jumlah yang cukup.
5. Teknologi
Teknologi berperan penting dalam suatu proses produksi.
Keberadaanteknologi ini berguna untuk mempermudah dan mempercepat
proses produksi.
6. Produksi
9
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Untuk
usahaindustri batik tulis, produk yang dihasilkan adalah berupa kain batik
yang siap jual.Ukuran produksi dari usaha industri batik adalah perpotong.
Setiap pengusahaindustri batik menjual produknya berdasarkan jumlah potong
kain batik yangdiproduksi. Kemudian harga kain batik yang dihasilkan oleh
masing-masingpengusaha berbeda untuk setiap unitnya, tergantung kualitas
kain batik yangdihasilkan, banyak warna perpotong kain batik, dan motif yang
ada di dalam kainbatik tersebut sehingga pendapatan antar pengrajin batik itu
berbeda.
Berikut ini adalah proses pembuatan batik dari awal penyiapan bahan baku
sampai terciptanya kain batik yang siap dijual di pasar.
2.2 Kerangka Masalah
Tingkat penggunaan alat pelindung diri sangat berpengaruh pada tingkat
keselamatan kerja. Semakin rendah frekuensi penggunaan alat pelindung diri maka
semakin besar kesempatan terjadinya kecelakaan kerja. Pada kenyataannya masih
banyak juga pekerja yang tidak menggunakannya, walaupun telah diketahui besarnya
manfaat alat ini dan perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri. Hal tersebut
disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak
menggunakan alat pelindung diri tersebut (Cahyono, 2004).
Kondisi di industri batik terlihat tidak menggunakan alat pelindung diri,
sedangkan untuk pelindung badan, pekerja hanya menggunakan baju/pakaian biasa
atau pakaian yang sering mereka gunakan sehari-hari dan tidak menggunakan pakaian
pelindung. Untuk pelindung tangan para pekerja tidak menggunakan pelindung
apapun sedangkan pada tahap ini lah tangan sering tercampur dengan bahan bahan
kimia.
Pengetahuan pekerja pengrajin Batik menganai K3 masih sangat kurang,
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman individu terhadap suatu
objek dan informasi yang diterima oleh individu (Tjitarasa, 1992). Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan denganwawancara atau angket dan tes yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan (Notoatmojo, 2003).
Selain itu dalam pemakaian APD pada saat bekerja masih belum maksimal,
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
10
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,. Sehingga Perusahaan wajib melindungi keselamatan tenaga kerja yaitu dengan
memberi penjelasan kepada tenaga kerja tentang kondisi dan bahaya tempat kerja,
APD yang diharuskan dalam tempat kerja, APD bagi tenaga kerja, serta cara dan
sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1989).

2.3 Pemecahan Masalah


Pekerja pengerajin batik masih belum maksimal dalam penggunaan APD
disaat bekerja. Keadaan ini perlu ditingkatkan pemahamannya melalui pengenalan
terhadap alat pelindung diri diantaranya pakaian pelindung, sarung tangan, masker,
dan sepereangkat alat keselamatan lain yang digunakan oleh pekerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari pemamaparan potensi bahaya
dilingkungan kerjanya.
Peningkatan pengetahuan pekerja pengerajin batik ditingkatkan dengan cara
pengenalan oleh pemilik industri diantaranya diajarkan bagaimana menggunakan
pakaian pelindung, bagaimana penggunaan masker dan sarung tangan yang tepat serta
penyesuaian waktu yang tepat dalam penggunaan alat pelindung diri tersebut.
Penyediaan alat pelindung diri (APD) oleh industri harus disesuaikan dengan
jumlah pekerja pengerajin batik sehingga tidak ada alasan bagi pekerja untuk tidak
menggunakan alat pelindung diri. Pemilik industri juga harus memberi contoh kepada
pekerja dan menerapkannya secara ketat karena keselamatan dan kesehatan kerja itu
adalah tanggung jawab baik pemilik industri maupun pekerjanya.
Terjaminnya keselamatan dan kesehatan pekerja di industri batik merupakan
upaya meningkatkan produksi yang lebih baik dan terjamin mutunya.

11
BAB 3

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pengabdian masyarakat ini tentu saja adalah pemilik dan pekerja
home industri batik. Khalayak sasaran diutamakan pekerja yang belum mengerti keselamatan
dan kesehatan kerja pada industri batik.

Pelaksanaan Pengabdian ini tentu saja melibatkan beberapa pihak yang bekerja pada
home industri batik untuk peningkatan kualitas kinerja muju para pekerja. Oleh karena itu
untuk kelancaran kegiatan ini kami akan bekerja sama dengan pemilik home industri batik
dalam melaksanakan kegiatan pegabdian masyarakat tentang pentingnya Keselamatan dan
kesehatan kerja . Melalui kegiatan ini diharapkan wawasan dan pengetahuan para pekerja
tentang k3 di home industri batik ini semakin meningkat.

3.2 Metode Pengabdian


Metode dan Observasi dilaksanakan melalui tahap survey pendahuluan untuk mengetahui
kondisi di lapangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap observasi langsung di Home Industri
Batik di Desa Sumurgung, Tubandengan memperkenalkan alat-alat keselamatan kesehatan
kerja dan alat pelindung diri (APD) beserta fungsi dan kegunaanya untuk proses pembuatan
batik setiap hari.

Adapun metode pengabdian masyarakat di home inudtri batik adalah sebagai berikut :

1. Melakukan kunjungan langsung ke Home Industri Batik di Desa Sumurgung, Tuban


untuk merumuskan masalah yang ada.
2. Persiapan materi dan alat Keselamatan Kesehatan Kerja.
3. Menggandakan modul pelatihan Keselamatan Kesehatan Kerja.
4. Memberikan dan menjelaskan pengertian dasar pentingnya K3.
5. Memberikan penyuluhan penggunaan Keselamatan Kesehatan Kerja.
6. Melakukan observasi dan pendampingan selama 3 hari untuk melihat perkembangan
dan kemajuan penggunaan serta Monitoring alat K3 pada Home Industry Batik di
Desa Sumurgung, Tuban
7. Membuat laporan ke ajuan hasil observasi dan penerapan K3.

12
3.3 Waktu dan tempat kegiatan

3.4 Keterkaitan
Keterkaiatan terhadap program penyuluhan masyarakat ini dengan pentingnya k3
dalam industri batik adalah didapatkan bahwa penerapan terhadap prinsip manajemen
K3 belum sepenuhnya diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari belum digunakannya APD
yang sesuai oleh para pekerja terutama pada saat dalam proses pembuatan batik,
rendahnya kesadaran para pekerja terhadap suatu bahaya yang bisa saja terjadi, dan
belum terciptanya lingkungan kerja yang nyaman serta kondusif bekerja. Hambatan-
hambatan penerapan prinsip K3 di industri batik tersebut dapat terjadi karena pemilik
usaha dan pekerja menganggap remeh terhadap bahaya yang mungkin terjadi dan juga
faktor pemberi kerja atau pemilik industri yang kurang memberikan pelatihan ataupun
pengawasan dan menyediakan alat pelindung yang memadai, tingkat Pendidikan
pekerja pun bisa mempengaruhi perilaku pekerja karena dengan tingkat Pendidikan
pengetahuan yang rendah, pada umumnya pekerja tidak begitu memahami prinsip K3.

Peran dan manfaat kita sebagai mahasiswa dalam memberikan penyuluhan dapat
dilihat dari inti dari penyuluhan tersebut untuk mementingkan dan memperhatikan
suatu resiko dari suatu pekerjaan. Jika tidak didasari dengan safety first mungkin akan
berakibat buruk terutama bagi pekerja di industri batik entah itu bersifat kesengajaan
atau tidak.

3.5 Pihak yang terlibat


Kegiatan pengabdian masyarakat yang berjudul Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Karyawan Home Industry Batik di Desa Sumurgung, Tubanmelibatkan seluruh pengrajin
batik di DesaSumurgungdanpemilikusaha Home Industry Batik sebagai auditor penerapan
K3. Adapun materi penyuluhan diberikan oleh perwakilan mahasiswa dengan melibatkan
dosen pembimbing.

3.6 Rancangan evaluasi


Evaluasi di laksanakan sebelum inti penyuluhan (pretest) dan akhir penyuluhan
(postest). Pretest dilakukan untuk mengetahuipemahaman pekerja tentang konsep

13
penyuluhan yang direncanakan. Postest dilakukan untuk melihat tercapainya tujuan dan
dijadikan sebagai masukan untuk analisis situasi berikutnya. Beberapa indikator tercapainya
tujuan yaitu:

1. Pekerja paham tentang isi dari penyuluhan, dilakukan dengan pemberian pertanyaan
kepada beberapa pekerja sebagai bahan evaluasi
2. Pekerja dapat menyebutkan apa saja dampak yang ditimbulkan jika tidak
menggunakan APD saat proses pembuatan batik.
3. Pekerja menggunakan APD seperti masker, sarung tangan dan safety shoes saat
proses pembuatan batik.

14
BAB 4

LUARAN DAN TARGET PENCAPAIAN

4.1 Luaran
Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini antara lain: meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya K3 dan penerapan Prinsip K3, melaksanakan
Inspeksi K3, dan meningkatkan ketrampilan tehnik 5R kepada tenaga kerja. Program
pengabdian masyarakat ini telah dilakukan melalui: penyuluhan tentang pentingnya K3 dan
penerapan Prinsip K3, pendampingan implementasi Inspeksi K3 dan pelatihan ketrampilan
tehnik 5R kepada tenaga kerja. Hasil dari kegiatan ini terlihat dengan adanya peningkatan
kesadaran tenaga kerja dan komitmen pimpinan akan pentingnya penerapan prinsip-prinsip
K3 sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja di lingkungan kerja.

4.2 Target capaian


Target capaian dari program pengabdian masyarakat ini antara lain:

1. Dapatmeningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya K3 dan penerapan


Prinsip K3
2. Dapatmelaksanakan Inspeksi K3
3. Dapat meningkatkan ketrampilan tehnik 5R kepada tenaga kerja
4. Dan dapatmeningkatan kesadaran tenaga kerja dan komitmen pimpinan akan
pentingnya penerapan prinsip-prinsip K3 sehingga dapat meningkatkan produktifitas
kerja di lingkungan kerja.

15
BAB 5

PETA LOKASI

5.1 Peta Lokasi


Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten dari 38 kabupaten dan kota
yang ada diwilayah administratif Provinsi jawa timur. Wilayah Kabupaten Tuban
Berada di jalur pantai utara Pulau Jawa. Luasnya 1.904,70 km 2. Kabupaten Tuban
memiliki letak yang strategis, yakni di perbatasan Provinsi jawa Timur dan Jawa
Tengah dengan dilintasi oleh Jalan Nasional Daendels di Pantai Utara.

Kabupaten Tuban memiliki jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa ini yang
terdiri dari 20 kecamatan beribukota di kota Tuban. Sumurgung merupakan satu dari 3
desa di Kecamatan Tuban. Luas wilayah Desa Sumurgung 21,29 km 2, menaungi 3
dusun yaitu Dusun Bongkhol 1, Dusun Bongkhol 2, dan Dusun Kuthi dan jarak ke
ibukota dari desa Sumurgung kurang lebih 2 km.

Sebagian besar penduduk bekerja sebagai pengrajin batik. Hal ini disebabkan
Desa Sumurgung merupakan salah satu kawasan penghasil batik di Tuban selain Kerek
dan Semanding. Di desa ini kerajinan batik sudah menjadi sumber penghasilan secara
turun menurun bahkan sampai saat ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Soehatman Ramli. (2010). Pedoman Praktis MANAJEMEN RISIKO dalam Perspektif K3


OHS Risk Management. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

Sahab, Syukri. (1997). Manajemen Keselamatan Kerja. Jakarta.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3 Di


Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Maryam Uswatun Hasanah. (2010).Perbedaan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik


Pencegahan Kecelakaan Kerja Sebelum dan Sesudah Penyuluhan K3 pada Perajin Batik,
Skripsi: Universitas Diponegoro.

Kusnawa,WS. 2014. Ergonomi Dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya

Somad. 2013. Teknik Efektif dan Membudayakan Keselamatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat

Sucipto, CD. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publushing

Santoso,GS. 2012. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka

Sutrisno dan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Galia

Triwibowo,C dan Pusphandani,ME. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha
Medika

Gayatri, I.A.E.M. 2008. Hubungan Keselamatan dan Kesetan Kerja dengan Kinerja
Karyawan Pada PT UOB Indonesia Cabang Bengkulu. Skripsi. Universitas Dehasen
Bengkulu. Hal: 186-189
Drs. Hamzuri.1989. batik Klasik. Jakarta :Djambatan

17

Anda mungkin juga menyukai