PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia), lanjut usia merupakan
kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia dikelompokkan sebagai
berikut :
Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap, yakni :
Berikut ini akan dijelaskan teori proses menua menurut Nasrullah, 2016 :
1. Teori Biologi
2. Teori Psikososial
a. Activity theory
Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Continitas theory
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang
meningkatkan stress.
c. Dissaggement theory
Putusnya hubungan dengan luar seperti dengan masyarakat, hubungan dengan individu
lain.
3. Teori Sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain :
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
j. Perubahan Psikososial
k. Kehilangan financial (pendapatan berkurang).
l. kehilangan status, teman atau relasi.
m. Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
n. Sadar akan datangnya kematian.
o. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
p. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
q. Penyakit kronis.
r. Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
s. Gangguan syaraf panca indra.
t. Gizi.
u. Kehilangan teman dan keluarga.
v. Berkurangnya kekuatan fisik (Nugroho, 2008)
5. Tipe Lanjut Usia
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah, pengalaman, penyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dan
mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan kehilangan kecantikab, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani
dan pengkritik.
4. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
(habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
5. Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
( Nasrullah, 2016)
2.2 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak
adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan
pada retina.Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2003).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang
yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
1. Pengkajian Keperawatan
Tanggal pengkajian :
a) Data Biologis
Nama, TTL, pendidikan, agama, status perkawinan, TB/BB, penampilan (apakah lansia
masih mampu dalam menggunakan pakaian, mandi dsb), citra tubuh, alamat, orang
terdekat yang dapat dihubungi, hubungan dengan usila, alamat.
b) Riwayat Keluarga
- Genogram
Berisikan genogram keluarga dan klien disertai keterangan.
c) Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan sebelum sakit dan saat dirasakan keluhan.
d) Riwayat Lingkungan Hidup
Riwayat klien tinggal dengan keluarga dahulu dan sekarang, keadaan rumah yang
dihuni saat ini.
e) Riwayat Rekreasi
Pada saat sekarangklien rekreasi mengisi waktu dengan apa?
f) Sistem Pendukung
Bagaimana sistem pendukung kesehatan saat klien sakit, apakah ada kunjungan dari
petugas kesehatan dan bagaimana perawatannya saat klien sakit.
g) Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan klien melaksanakan sholat 5 waktu dan mendengarkan ceramah agama.
h) Status Kesehatan
Status kesehatan klien sebelumnya, dan saat ini.Perasaan yang timbul ketika sakit.
- Keluhan utama yang dirasakan :
Apa yang dirasakan saat ini, provocative/ palliative, Quality/ Quantity, Region,
Timing (serangan timbul saat pagi, siang, atau malam).
- Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
Berapa lama klien menderita gastritis, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
- Penyakit yang pernah diderita
Riwayat penyakit yang pernah diderita klien sebelum menderita penyakit saat ini.
i) Aktivitas Hidup Sehari-hari
- Indeks Katz
Klien mempunyai indeks kemandirian dengan skor apa, jika klien mandiri
dalam melakukan makan, BAB, BAK, mandi, berpakaian, mencuci pakaian dan
dapat berpindah dari satu tempat ketempat lain maka skor yang didapatkan adalah
A.
- Oksigenasi
Klien bernapas dengan bebas ataukah dengan alat bantu napas.
- Cairan dan Elektrolit
Turgor kulit jelek, hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet.
- Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parastesia, dan
gangguan penglihatan.
- Nutrisi
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
- Aktivitas
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
- Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
- Istirahat Tidur
Bagaimana pola istirahat tidurnya apakah terganggu karena sering BAK.
- Personal hygiene
Bagaimana kebersihan klien, mandi berapa kali dalam sehari.
- Seksual
Apakah klien masih memikirkan kebutuhan seksualnya ataukah tidak karena
merasa sudah tua.
- Psikologi
Persepi klien : bagaimana perasaan klien tentang keadaan yang semakin tua dan
perasaan mengenai penyakitnya.
Konsep diri : bagaimana konsep dirinya tentang penuaan
Emosi : keadaan emosi klien stabil/ tidak
Adaptasi : apakah klien mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Mekanisme pertahanan diri : bagaimana jika klien sakit apa yang segera
dilakukan, apakah langsung memanggil petugas kesehatan atau langsung dibawa
ke pelayanan kesehatan.
j) Tinjauan Sistem
- Kesehatan umum : bagaimana kondisi
- Tingkat kesadaran : komposmentis, derilium, somnolen, spoor, semicoma,
coma.
- Skala Coma Glasgow : 15-14 (komposmentis), 13-12 (apatis), 11-10 (derilium),
9-7 (somnolen), 6-4 (stupor), 3 (koma).
- Tanda-tanda vital : nadi, suhu, RR, TD
- Kepala : Inspeksi : Rambut hitam, coklat, pirang, berbau. Palpasi :
Mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum menunjukkan tingkat hygiene
seseorang.
- Mata, telinga, hidung : mata; apakah masih dapat melihat dengan jarak
dekat/jauh, telinga; ada gangguan pendengaran, hidung; dapat membedakan bau basi
atau tidak.
- Leher : adakah bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar
gondok.
- Dada dan punggung :
a) Inspeksi : dada simetris kanan/kiri, pernafasan menggunakan otot
dada/perut/diafragma, punggung apakah bungkuk/tidak
b) Palpasi : denyut jantung teraba
c) Auskultasi : adakah suara ronki, wheezing.
d) Perkusi : didapatkan suara sonor
- Abdomen dan pinggang :
a) Inspeksi : adakah bekas luka operasi, adakah distensi abdomen.
b) Auskultasi : bising usus terdengar/tidak
c) Perkusi : sonor
d) Palpasi : adakah nyeri tekan dan pembesaran hepar/tidak, adakah nyeri
tekan.
e) Pinggang : dapat digerakkan dengan bebas atau terbatas.
- Ekstermitas atas dan bawah
Bentuk ekstermitas antara kanan dan kiri simetris atau tidak, dapat digunakan secara
bebas atau terbatas, tonus otot kuat/lemah.
- Sistem imun
Apakah klien masih dapat imunisasi
- Sistem reproduksi
Klien menikah berapa kali dan mempunyai anak berapa , apakah mempunyai keluhan
penyakit pada system reproduksi.
- Sistem persyarafan
Sentuhan dan perabaan kulit normal/tidak, sentuhan benda tumpul dan tajam masihkan
dapat membedakan.
- Sistem pengecapan
Dapatkah klien merasakan dan membedakan rasa asin, pahit, manis, asam, pedas.
- System penciuman
Apakah klien dapat membedakan bau harum, bau busuk.
- Taktil respon
- Apakah klien masih dapat merespon dengan cepat ketika dicubit.
e) Status Kognitif/Afektif/Sosial
Dengan menggunakan skore Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Ketengan :
1. Kesalahan 0 -2 :Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana perawat secara
kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan , menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan
penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan
vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d
tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
3.2.3. Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi
atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi(Nursalam,2001).
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Mandiri:
Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata.
Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata , membongkok.
Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi,
visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-
tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan
pada mata) pada mata dengan senter sesuai indikasi.
Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi:
Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox).
Sikloplegis.
Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol).
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi
Mandiri:
Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan masukan lensa kontak
bila menggunakan.
Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.
Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan , kelopak bengkak ,
drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Kolaborasi:
Beri obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival).
Streoid.
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Mandiri
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.
Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sembuh dari anestesia.
Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong orang
terdekat tinggal dengan pasien.
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang
tak dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Mandiri:
Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan
berawan.
Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien,
contoh peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.
Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk,
merokok (sendiri/orang lain).
Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton
televisi.
Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.
Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan /
penutup pada malam.
Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata
gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala belakang (bukan
kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuk.
Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh; pindahkan
perabot dari lalu lalang jalan.
Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses yanbg
dijual bebas, bila diindikasikan.
Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-
tiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata
berair, fotofobia.
Rasional
Diagnosa keperawatan 1
Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan.
Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau
menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,
meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan terbuka.
Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO
Memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan
TIO.
Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO.
Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.
Ketidak nyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut menunjukkan TIO
ddan/atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui penyebabnya (jaringan
sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler sangat rentan).
Menunjukkan proplaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau
tekanan mata.
Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk mencegah
cedera okuler.
Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada
produksi akueus humor.
Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris setelah
pembedahan bila lensa tidak terganggu.
Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/ mencegah gelisah,
yang dapat mempengaruhi TIO.
Diagnosa Keperawatran 2
Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.
Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Adanya
ISK meningkatkan kontaminasi silang.
Sediakan topikal diguna setelah profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila
terjadi infeksi.catatan: Steriod mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien
mengalami implantasi IOL.
Digunakan untuk menurunkan inflamasi.
Diagnosa Keperawatan 3
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang
berbeda. Tetapi biasanya hanya saja satu mata diperbaiki per prosedur.
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan. Menurunkan cemas dan
disorientasi pascaoperasi.
Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbataasan
penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan resiko jatuh bila
pasien bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.
Memberi rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara
bertahap menurun dengan penggunaan.catatan: iritasi lokal harus dilaporkan ke dokter,
tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara.
Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung, penglihatan/
meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan.
Diagnosa Keperawatan 4
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pascaoperasi.
Pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius. Pada beberapa pasien kapsul
posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2 minggu sampai beberapa tahun
pascaoperasi, memerlukan terapi laser untuk memperbaiki defisit penglihatan.
Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.
Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat beta ,dan agen
antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi;pencetus
dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada
insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik,
meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.
Aktivitas yang menyebabkan mata lelah /regang, manuver Valsava ,atau meningkatkan
TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetus pendarahan. Catatan: Iritasi
pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO.
Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih
mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh. Catatan:menonton
televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan sedikit menimbulkan stres
dibanding membaca.
Dapat meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.
Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan risiko peningkatan TIO
sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.
Mencegah cedera kecelakaan pada mata.
Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat menyebabkan
pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau menabrak perabot.
Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.
Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan
penglihatan.
2.2.4 Implementasi
Implemenetasi adalah tahap pelaksanaan terhadap encana tindakan yang telah ditetapkan
untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan setealha
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknik
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pda situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien (Bararah & Jauhar,
2013).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai (Nursalam, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Ratu, R. Ardian dan Made, Adwan G. 2013. Penyakit Hati,Lambung, Usus,dan Ambeien.
Yogyakarta : Nuha Medika
Azhar, Tauhid Nur & Trim, Bambang. 2007. Jangan Ke Dokter Lagi! Rahasia Sistem Imun
&Kiat Menghalau Penyakit “Edisi II”. Bandung : MQ Gress
Saturah dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta : TIM
Ode, Syarif La. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berdasarkan Nanda, NIC, dan
NOCDilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep.Yogyakarta : Nuha Medika
Nasrullah, Dede. 2016. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 1 Dengan Pendekatan
AsuhanKeperawatan NANDA, NIC dan NOC. Jakarta : TIM