Anda di halaman 1dari 19

Makalah

KESELAMATAN KERJA
(Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan kerja yang diampuh oleh
Ibu Desrifana Yunus S.KM., M.PH)

Disusun :

NAMA : NURNAWINDI LAMANI


NIM: 811418101
KELAS : C-3

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTAO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya lah serta
Karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Keselamatan Kerja.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja..
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan pengetahuan dan semangatnya dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun sebagaimana layaknya seorang pemula, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran akan senantiasa diterima dengan terbuka
demi tersempurnanya makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
pembaca.

Gorontalo, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................................ 2
BAB II ............................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................... 3
A. Pengertian Keselamatan Kerja................................................................................................ 3
B. Tujuan Keselamatan Kerja ..................................................................................................... 5
C. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja ........................................................................................ 6
D. Syarat-syarat Keselamatan Kerja............................................................................................ 8
E. Program Keselamatan Kerja ................................................................................................... 8
F. Fokus Program Keselamatan Kerja ...................................................................................... 10
G. Penyebab Kecelakaan Kerja ................................................................................................. 11
H. Usaha-usaha untuk Tercapainya Keselamatan Kerja ........................................................... 11
I. Masalah Dalam Aspek Keselamatan Kerja .......................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................................................ 15
PENUTUP ....................................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 15
B. SARAN................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara yang sedang berkembang dan membagun maka diindonesia masalah
keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting seperti diuraikan oleh suma’mur (1989:50)
bahwa: “Didalam masyarakat yang sedang membangun salah satunya aspek pembangunan adalah
bidang ekonomi dan sosial,maka keselamatan kerja lebih terampil kedepan lagi dikarenakan
cepatnya problematik keselamatan kerja menampilkan banyak permasalahan sedangkan kondisi
sosial-kultural belum cukup siap menghadapinya.” Maka daripada itu, sebagai akibat tidak
cukupnya perhatian yang diberikan, disana-sini terlihat adanya problem keselamatan kerja, bahkan
kadang-kadang hilang sama sekali hasil jerih payah suatu usaha dikarenakan kecelakaan.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor kecelakaan,
karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri
karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa
sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat
memasuki ruang kerja agar mendeteksi secara dini kesehatan pekerja saat akan memulai
pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan
keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik
itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan
lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani
dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja
akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain:
keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Berdasarkan hal
tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian keselamatan kerja itu?
2. Apa tujuan keselamatan kerja?
3. Apa ruang ringkup keselamatan kerja?
4. Apa saja syarat-syarat keselamatan kerja?
1
5. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
6. Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?
7. Apa saja yang menjadi masalah dalam aspek keselamatan kerja?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta untuk mengetahui lebih lanjut tentang keselamatan
kerja.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan
safety saja, oleh American Society of Safety Engineers (ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan
yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan
dan situasi kerja. Sedangkan secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Definisi keselamatan kerja menurut para ahli:
a) Menurut Suma’mur, 1995 keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
b) Menurut Ramlan Dj, 2006, pelaksanaan keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor
bahaya, baik berasal dari penggunaan mesin-mesin produksi maupun lingkungan kerja serta
tindakan pekerja sendiri.
c) Menurut Rika Ampuh Hadiguna, 2009 Keselamatan kerja adalah proses merencanakan dan
mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan
prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja.
d) Menurut Tulus Agus, 1989 Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman
dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga
bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik.
e) Menurut Malthis dan Jackson (2002), keselamatan kerja adalah menunjuk pada perlindungan
kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait
dengan pekerjaan.
Jadi Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di manapara karyawan terlindungi dari cedera yang
disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Secara umum
keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya yang berkaitan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungan kerja dan sebagai unsur-unsur penunjang seorang karyawan agar selamat saat sedang
bekerja dan setelah mengerjakan pekerjaannya serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin
keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.
3
Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan jam kerja
yang manusiawi.
Adapun Unsur penunjang keselamatan kerja, yaitu adanya unsur keamanan dan kesehatan kerja,
kesadaran keamanan dan kesehatan kerja, teliti dalam bekerja dan melaksanakan prosedur kerja.
Dalam konsep pengelolaan keselamatan kerja modern (Modern Safety Management = MSM)
dikenal 2 definisi keselamatan kerja. Pertama, didefinisikan sebagai bebas dari kecelakaan-
kecelakaan atau bebas dari kondisi sakit, luka atau bebas dari kerugian. Kedua, didefinisikan
sebagai pengontrolan kerugian. Definisi ini lebih fungsional karena berkaitan dengan luka, sakit,
kerusakan harta dan kerugian terhadap proses. Definisi kedua ini juga termasuk dalam hal
pencegahan kecelakaan dan mengusahakan seminimum mungkin terjadinya kerugian.
Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai seperti
berikut:
1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian
sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan
tenaga kerja, kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan
kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya
proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya
sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung, cukup bahkan kadang-
kadang terlampau besar sehingga bila diperhitungkan secara nasional hal itu merupakan
kehilangan yang berjumlah besar.
2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar wajib
lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan
dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja.
3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan ekonomi
jelas dapat diobservasi, misalnya:
a) Sektor pertanian yang juga meliputi perkebunan menampilkan aspek-aspek bahaya
potensial seperti modernisasi pertanian dengan penggunaan racun-racun hama dan
pemakaian alay baru seperti mekanisasi.
b) Sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan- keracunan bahan kimia,
kecelakaan-kecelakaan oleh mesin, kebakaran, ledakan-ledakan dan lain-lain.
c) Sektor pertambangan mempunyai risiko-risiko khusus sebagai akibat kecelakaan tambang,
sehingga keselamatan pertambangan perlu dikembangkan secara sendiri, minyak dan gas
bumi termasuk daerah rawan kecelakaan.

4
d) Sektor perhubungan ditandai dengan kecelakaan-kecelakaan lalu lintas darat, laut dan udara
serta bahaya-bahaya potensial pada industri pariwisata, demikian pula telekomunikasi
mempunyai kekhususan dalam risiko bahaya.
e) Sektor jasa, walaupun biasanya tidak rawan kecelakaan juga menghadapkan problematik
bahaya kecelakaan khusus.
4. Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak
menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi. Padahal dengan
hilangnya satu atau dua jam sehari mengakibatkan kehilangan jam kerja yang besar secara
keseluruhan.
5. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor penyebabnya,
sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan lingkungan serta kepada
manusianya sendiri. Untuk mencegah kecelakaan, penyebab-penyebab ini harus dihilangkan.
6. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia, maka dari itu usaha-usaha
keelamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus memperhatikan secara khusus
aspek manusiawi. Dalam hubungan ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada
tenaga kerja merupakan sarana yang sangat penting.
7. Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih mungkin terjadi dan
dalam hal ini adalah besar peranan kompensasi kecelakaan sebagai suatu segi jaminan sosial untuk
meringankan bebab penderita.

B. Tujuan Keselamatan Kerja


1. Tujuan keselamatan kerja menurut Sudjan Manulang (2001)adalah:
a. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produktifitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
c. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
2. Tujuan keselamatan kerja menurut Suma’mur (1981) adalah sebagai berikut:
a. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya.
c. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.
e. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
g. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

5
Adapun alasan yang berkaitan dengan tujuan dan pentingnya keselamatan kerja adalah:
a) Manfaat Lingkungan Yang Aman Dan Sehat
Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan – kecelakaan kerja,
penyakit, dan hal – hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kulitas
kehidupan kerja para pekerja, perusahan akan semakin efektif. Peningkatan – peningkatan
terhadap hal ini akan mengasilkan :
- Mengingkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
- Menginkatnya efisensi dan kualitas kerja yang lebih berkomitmen
Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi
Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim
Felksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
partisipasi dan rasa kepemilikan
Rasio seleski tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan
b) Kerugian Lingkungan Kerja Yang Tidak Aman dan Tidak Sehat
Jumlah biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian – kerugian akibat kematian dan
kecelakaan di tempat kerja dan kerugian menderita penyakit – penyakit yang berkaitan dengan
kondisi pekerjaan.
Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa bidang keselamatan kerja mempunyai tujuan
untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan melalui perancangan
sistem kerja (contoh: desain alat, mesin, alat pelindung diri, manajemen resiko dll bahkan
sampai tingkat sosial seperti desain organisasi kerja, waktu kerja, dll) yang baik. Intinya
keselamatan kerja ’mencegah’ munculnya gangguan kesehatan kerja.
Perlunya Menjalankan Program Keselamatan Kerja untuk :
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial yang bisa diderita karyawan.
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan.
3. Menghemat biaya premi asuransi.
4. Menghindari tuntutan hukum.

C. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja


Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 2 ruang lingkup keselamatan kerja mencakup
dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Ketentuan-ketentuan ruang lingkup tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana:

6
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, mekanik. perkakas, peralatan
atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau
barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuh
tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaranrumah,gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran
atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;
d. dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan
kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya,
batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi,
maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui
terowongan,di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang
menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,
minyak atau air;
r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai
peralatan, instalasi listrik.

7
D. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk:
a) mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d) memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya;
e) memberi pertolongan pada kecelakaan;
f) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis,
peracunan, infeksi dan penularan;
i) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j) menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
q) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

E. Program Keselamatan Kerja


Keselamatan Kerja (Safety AccountPada dasarnya program keselamatan kerja dibuat untuk
menciptakan suatu lingkungan dan perilaku kerja yang aman dan nyaman pada saat melakukan
kegiatan kerja guna mencapai tujuan keberhasilan suatu usaha yang baik.
Usaha keselamatan kerja merupakan partisipasi dan kerja sama antara pegelola usaha dan para
karyawan atau pekerja itu sendiri karena kesehatan dan keselamatan para karyawan berpengaruh
terhadap produktifitas kerja dan mempengaruhi keberhasilan suatu usaha.
8
Program keselamatan kerja yang baik adalah program yang didasarkan pada prinsip close the loop
atau prinsip penindaklanjutan hingga tuntas. Secanggih apapun program yang ditawarkan, jikalau
berhenti di tengah jalan dan tidak diikuti dengan tindak lanjut yang nyata tentu tidak memiliki arti.
Baik Internationa Loss Control Institute (ILCI) maupun National Occupational Safety Association
(NOSA) menyebutkan bahwa sistem keselamatan kerja yang efektif harus memenuhi prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a. Identifikasi Bahaya (Identification Hazzard)
Adalah tidak sama bahaya di lingkungan kerja satu dengan yang lain. Untuk program yang umum
dijumpai di industri pertambangan dalam kaitannya dengan prinsip ini antara lain :
1) Program pengenalan dan peduli bahaya (Hazzard Recognition and awareness Program)
2) Program komunikasi bahaya dan inventori bahan kimia ( Hazard Communication and
Chemical Inventory Program)
3) Program Pemantauan Higiena Perusahaan
4) Program Percontoh (Sampling Program)
5) STOP Program
6) Program Penilaian Resiko (Risk Assesment Program)
7) Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)
8) Audit Dasar Pihak Ketiga (Third Party Baseline Audit)
b. Menyusun Standart Kinerja Dan Sistem Pengukuran (Set Standart of Performance and
Measurement)
Di dalam langkah ini dipandang sangat penting untuk menmbuat standart, prosedur atau kebijakan
yang berkaitan dengan potensi bahaya yang telah diketahui. Dalam penyusunan prosedur ini
sebaiknya melibatkan semua tingkatan managemen dan pelaksana di lapangan.
1) Program Penyusunan Kebijakan, Standart Kerja, Prosedur dengan tolok ukur standart
institusi international, pemerintah dan pabrik.
2) Program Review Prosedur Kritis (Critical Prosedur Review)
3) Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)
4) Program Pertanggunggugatan Keselability Program)
5) Program Pertemuan Keselamatan Kerja (Safety Meeting Program)
c. Menyusun Standart Pertangunggugatan (Set Standard of Accountability)
Langkah ini adalah untuk menetapkan sistem pertanggunggugatan untuk masing-masing tingkatan
manajemen. Program yang sering dijumpai berkaitan dengan langkah ini adalah:
1) Program Standarisasi Penugasan (Assignment Standardization Program )
2) Program Standarisasi Pertanggunggugatan (Accountability Standardisation Program)
3) Program Evaluasi Diskripsi Kerja (Job Description Evaluation Program)
9
4) Program KRA-KPI
d. Mengukur Kinerja Terhadap Standar yang Ditentukan (Measure Performance against Standard)
Langkah ini untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja yang dipakai terhadap standar yang ada.
Beberapa program yang telah sangat dikenal dalam langkah ini adalah :
1) Audit keselamatan kerja Internal dan Eksternal (Internal & External Safety Audit)
2) Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)
3) Program Analisa Kecelakaan (Accident Investigation Program)
4) NOSA Five Starrs Grading Audit
5) Housekeeping Evaluation
e. Mengevaluasi Hasil yang dicapai (Evaluate Outcome)
Termasuk dalam langkah ini adalah mengevaluasi adanya penyimpangan dari peraturan
perundangan dan standar internasional yang berlaku. Contoh program dalam langkah ini antara
lain:
1) Program statistik kecelakaan (Safety Statistic Program)
2) Program Pelaporan ke Pemerintah (Government Reporting )
3) Program Analisa Kecelakaan (accident Analysis Program)
4) Evaluasi Kesehatan Karyawan (Medical Evaluation)
5) Program Perlindungan Pendengaran dan Pernafasan
6) Audit Follow up
f. Melakukan Koreksi Terhadap Penyimpangan yang Ada (Correct Deviations and Deficiencies )
Salah satu contoh yang amat dikenal dalam langkah ini adalah :
1) Program Penghargaan Safety (Safety Recognition Program)
2) Program Koreksi Tuntas (Correction –Close The Loop Program)
3) Program Pertemuan Kepala Teknik Tambang (Technical Manager Meeting)

F. Fokus Program Keselamatan Kerja


Program keselamatan kerja difokuskan pada dua aspek:
1) Perilaku Kerja:
a) Membentuk sikap karyawan yang pro-keselamatan kerja.
b) Mendorong upaya seluruh karyawan untuk mewujudkan keselamatan kerja, mulai dari
manajemen puncak hingga karyawan level terendah.
c) Menekankan tanggung jawab para manajer dalam melaksanakan
program keselamatan kerja.
2) Kondisi Kerja:

10
Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang aman, misalnya dengan
penyediaan alat-alat pengaman.

G. Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan
keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan
berbau tidak enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a) Stamina pegawai yang tidak stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan
kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang
cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja
yang membawa risiko bahaya.

H. Usaha-usaha untuk Tercapainya Keselamatan Kerja


i. Job Hazard analysis
Proses untuk mempelajari dan menganalisa suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tsb
ke dalam langkah langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.
Contoh hasil job hazard analysis:
a. Repetitive Stress Injuries: suatu kondisi yang disebabkan terlalu banyak tekanan
pada persendian akibat melakukan suatu gerakan berulang a.l Carpal Tunnel

11
Syndrome : tekanan pada syaraf karena penyempitan pembuluh tempat syaraf tsb
akibat gerakan/posisi tertentu yang berulang
b. Ergonomic problem Interaksi manusia dengan usaha kerja, peralatan,
perlengkapan, dan lingkungan fisik yang kurang cocok/nyaman.
ii. Risk Management
mengantisipasi kemungkinan kerugian/kehilangan (waktu,produktivitas,dll) yang berkaitan
dengan program keselamatan dan penanganan hukum
iii. Adanya Safety Engineer
memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager lini produksi,mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkan yang kurang aman
tersebut
4. Job Rotation
5. Personal protective equipment
6. Penggunaan poster/propaganda
7. Perilaku yang berhati-hati

I. Masalah Dalam Aspek Keselamatan Kerja


Walaupun masalah keselamatan kerja sudah dianggap penting dalam aspek kegiatan operasi
namun didalam pelaksanaannya masih saja ditemui hambatan serta kendala-kendala. Hambatan
tersebut ada yang bersifat makro (di tingkat nasional) dan ada pula yang bersifat mikro (dalam
perusahaan).
1. Masalah Makro
Di tingkat nasional (makro) ditemui banyak faktor yang merupakan kendala yang menyebabkan
kurang berhasilnya program keselamatan kerja antara lain :
a) Pemerintah
Masih dirasakan adanya kekurangan dalam masalah pembinaan (formal & non formal),
bimbingan (pelayanan informasi, standar, code of pratice), pengawasan (peraturan,
pemantauan / onitoring serta sangsi terhadap pelanggaran), serta bidang-bidang pengendalian
bahaya.
b) Teknologi
Perkembangan teknologi perlu diantisipasi agar bahaya yang ditimbulkannya dapat
diminimalisasi atau dihilangkan sama sekali dengan pemanfaatan ketrampilan di bidang
pengendalian bahaya.
c) Sosial Budaya

12
Adanya kesenjangan sosial budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan kesadaran
masyarakat terhadap masalah keselamatan kerja, kebijakan asuransi yang tidak berorientasi
pada pengendalian bahaya, perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mengerti terhadap
bahaya-bahaya yang terdapat pada industri dengan teknologi canggih serta adanya budaya
“santai”dan“tidaKpeduli”darimasyarakat.
Faktor-faktor diatas ini akan ikut menentukan bentuk dan mutu penanganan usaha
keselamatan di perusahaan.
2. Masalah Mikro
Masalah yang bersifat mikro yang terjadi di perusahaan antara lain terdiri dari :
a) Kesadaran, dukungan dan keterlibatan
Kesadaran, dukungan dan keterlibatan manajemen operasi terhadap usaha pengendalian
bahaya dirasakan masih sangat kurang. Keadaan ini akan membudaya mulai dari lapis bawah
sehingga banyak para karyawan memilki kesadaran keselamatan yang rendah, disamping itu
pengetahuan mereka terhadap bidang rekayasa dan manajemen keselamatan kerja juga sangat
terbatas.
b) Kemampuan yang terbatas dari petugas keselamatan kerja
Kemampuan petugas keselamatan kerja dibidang rekayasa operasi, rekayasa keselamatan
kerja, manajemen pengendalian bahaya dirasakan sangat kurang sehingga merupakan kendala
diperolehnya kinerja keselamatan kerja yang baik.
Akibat daripada kekurangan ini terdapatnya kesenjangan antara makin majunya teknologi
terapan dengan dampak negatif yang makin tinggi dengan kemampuan para petugas
keselamatan kerja dalam mengantisipasi keadaan yang makin berbahaya.
c) Standard, code of practice
Masih kurangnya standard-standard dan code practice di bidang keselamatan kerja serta
penyebaran informasi di bidang pengendalian bahaya industri yang masih terbatas akan
menambah memperbesar resiko yang dihadapi.
a. Gangguan Terhadap Keselamatan kerja
Baik aspek fisik maupun sosio-psikologis lingkungan pekerjaan membawa dampak kepada
keselamatan kerja salah satunya sebagai berikut:
1. Kecelakaan – Kecelakaan Kerja
Perusahaan – perusahaan tertentu atau departemen tertentu cenderung mempunyai tingkat
kecelakaan kerja yang lebih tinggi dari pada lainnya. Beberapa karakteristik dapat menjelaskan
perbedaan tersebut
a. Kualitas Organisasi
Tingkat kecelakaan berbeda secara subtasial menurut jenis Industri
13
b. Pekerja Yang Mudah Celaka
Sebagai ahli menunjuk pekerja sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kecelakan
bergantung pada perilaku pekerja, tingakt bahaya dalam lingkungan pekerja, dan semata –
mata nasib sial
c. Pekerja Berperangai Sadis
Kekerasan di tempat pekerja meningkatkan dengan pesat, dan perusahaan dianggap
bertanggung jawab terhadap hal itu.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan kerja adalah
suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik
pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang
dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan
bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang
dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga
pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu
kehidupan dan produktivitas nasional.

B. SARAN
1) Bagi Perusahaan
Bagi pihak perusahaan untuk disarankan untuk menekankan seminimal mungkin terjadinya
kecelakaan kerja, dengan jalan antara lain meningkatkan dan menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja (k3) dengan baik dan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan sering diadakan
sosialisasi tentang manfaat dan arti pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
bagi karyawan, seperti misalnya dengan pemberitahuan bagaimana cara penggunaan
peralatan, pemakaian alat pelindung diri, cara mengoprasikan mesin secara baik dan benar.
Selain itu perusahaan harus meningkatkan program keselamatan dan kesehatan kerja (k3) serta
menerangkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dalam kegiatan
operasional.
2) Bagi karyawan
Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dengan
bekerja secara disiplin dan berhati-hati serta mengikuti proses.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan), Jakarta:
Penerbit Erlangga
Buhai sebastian, Elena conttini and Niels Westerg Ard-Nielsen,2015 “How productive is
workplace health and safety” Jurnal produktivitas kerja

Chiristina, wieke Yuni.2012 “pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap proyek
kontruksi “ Jurnal Teknik Sipil, Vol 6

Rivai,H. Veithzal., dan Ella Jauvani Sagala, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
perusahaan, Edisi Kedua, (Jakarta: Rajawali Pers).

Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Internasional
Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila Philippines

Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan
Kerja.

Lestari, T 2010. “Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan produktivitas kerja
karyawan “ Jurnal Ekonomi.

Suma’mur,1986, “keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan”, Gunung Agung, jakarta.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan
Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3.html)

16

Anda mungkin juga menyukai