Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG”

OLEH

KELOMPOK 1

KELAS AKK 018

1. VALENTINA AJAMI (J1A117353)


2. INTAN EKASAPUTRI ISCHAK (J1A117224)
3. INTAN PERMATASARI (J1A118001)
4. IKRAWATI SUMI (J1A118003)
5. LISNAWATI ( J1A118013)
6. ZULIANTI (J1A118020)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
“Epidemiologi Penyakit Jantung” ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai“Epidemiologi Penyakit Jantung. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan. 

kendari, 19 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

2.1. Gambaran Umum Epidemiologi Penyakit Jantung...............................................................3

2.2. Frekuensi Epidemiologi Penyakit Jantung............................................................................5

2.3. Distribusi Epidemiologi Penyakit Jantung............................................................................6

2.4. Determinan Epidemiologi Penyakit Jantung.........................................................................8

2.5. Faktor Risiko Epidemiologi Penyakit Jantung......................................................................8

2.6. Patofisiologi Epidemiologi Penyakit Jantung....................................................................12

BAB III.........................................................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................................................14

3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................14

3.2. Saran....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit tidak menular adalah Penyakit non-Infeksi  karena penyebabnya bukan


mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya
penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi
infeksi.. Penyakit tidak menular adalah Penyakit degenerative karena berhubungan
dengan proses degenerasi (ketuaan). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap
berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah penyaki t menular demi mengatasi
kejadian penderitaan dan kematian akibat penyakit. Berdasarkan perjalanannya penyakit
dapat dibagi menjadi Akut  dan Kronis.   (Purnamasari, 2018).
Pengaruh globalisasi yang terjadi saat ini dapat berdampak buruk, terutama bagi
kesehatan. Globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup pada masyarakat
yang menyimpang dari prinsip kesehatan. Perubahan gaya hidup yang menyimpang ini
dapat mengakibatkan meningkatnya penyakit akibat gaya hidup dan penyakit-penyakit
degeneratif yang sifatnya tidak menular . Peningkatan kasus penyakit tidak menular
(PTM) cenderung dipacu oleh berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan
globalisasi. Gaya hidup yang diadopsi masyarakat saat ini kebanyakan merupakan gaya
hidup yang tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak
dan kalori, serta konsumsi alkohol. Gaya hidup tidak sehat ini diduga merupakan faktor
risiko dari penyakit tidak menular (PTM). Salah satu penyakit tidak menular yang terjadi
akibat perubahan gaya hidup tersebut adalah penyakit jantung

Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia (global threat) dan


merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di
seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta

1
orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Jenis penyakit
yang menyumbang angka mortalitas terbanyak pada kelompok penyakit tidak menular
adalah penyakit kardiovaskular(Riet et al., no date).
Berbeda dengan negara maju yang angka kematian akibat penyakit jantung koroner
menurun dengan cepat, justru meningkat di negara berkembang. Peningkatan ini didorong
oleh industrialisasi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup terkait dan disebut transisi
epidemiologis.Transisi ini mempengaruhi negara maju, termasuk negara-negara Eropa
dan Amerika Utara, pada awal abad ke-20 dan menyebar ke negara-negara berkembang
50 tahun kemudian(Gupta, 2016).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Gambaran Umum Epidemiologi Penyakit Jantung?
2. Berapa Frekuensi Epidemiologi Penyakit Jantung?
3. Bagaimana Distribusi Epidemiologi Penyakit Jantung?
4. Bagaimana Determinan Epidemiologi Penyakit Jantung?
5. Apa saja Faktor Risiko Epidemiologi Penyakit Jantung?
6. Bagaimana Patofisiologi Epidemiologi Penyakit Jantung?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Gambaran Umum Epidemiologi Penyakit Jantung
2. Untuk mengetahui Frekuensi Epidemiologi Penyakit Jantung
3. Untuk mengetahui Distribusi Epidemiologi Penyakit Jantung
4. Untuk mengetahui Determinan Epidemiologi Penyakit Jantung
5. Untuk mengetahui Faktor Risiko Epidemiologi Penyakit Jantung
6. Untuk mengetahui Patofisiologi Epidemiologi Penyakit Jantung

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum Epidemiologi Penyakit Jantung

Indonesia merupakan salah satu negara didunia yang sedang menghadapi


masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut bukan lagi beban penyakit ganda,
melainkan telah berkembang menjadi tiga beban penyakit. Tiga beban penyakit yang
dimaksud adalah (1) penyakit menular (PM) yang belum tuntas diselesaikan, (2)
penyakit tidak menular (PTM) yang mulai banyak diderita oleh masyarakat, dan (3)
munculnya penyakit baru yang belum pernah ada sebelumnya (Depkes RI, 2007).
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesiayang sedang dihadapi dalam pembangunan
kesehatan bersifat double burden, yaitu masihbanyaknya penyakit menular yang belum
terselesaikan, namun penyakit tidak menular semakin meningkat terutama penyakit
jantung dan pembuluh darah (PJPD). Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD)
merupakan penyakit yang menyerang organ tubuh jantung dan pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan pada organ tersebut . Setiap tahun terjadi 58 juta kematian di
dunia, 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh PJPD, terutama oleh serangan
jantung sebanyak 7,6 juta (43%). Tahun 2015, diperkirakan kematian akibat PJPD di
dunia meningkat menjadi 20 juta. Proporsi penyebab kematian tertinggi di Indonesia
adalah penyakit kardiovaskuler(31,9%),

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah sekelompok penyakit yang meliputi


jantung dan pembuluh darah (1), dengan demikian termasuk penyakit jantung koroner
(PJK) dan penyakit arteri koroner (CAD), dan sindrom koroner akut (ACS) di antara
beberapa kondisi lainnya. Meskipun para ahli kesehatan sering menggunakan kedua
istilah CAD dan ACS secara bergantian, serta PJK, keduanya tidak sama. ACS adalah
subkategori CAD, sedangkan CHD hasil dari CAD. Di sisi lain, CAD ditandai dengan
aterosklerosis di arteri koroner dan dapat asimtomatik, sedangkan ACS hampir selalu
muncul dengan gejala, seperti angina tidak stabil, dan sering dikaitkan dengan infark
miokard (MI) terlepas dari adanya CAD (2). ). Terakhir, PJK biasanya digunakan untuk

3
merujuk pada proses patologis yang mempengaruhi arteri koroner (biasanya
aterosklerosis) sementara PJK mencakup diagnosis angina pektoris, MI, dan iskemia
miokard diam (3). Pada gilirannya, kematian akibat PJK akibat PJK. Untuk tujuan
kesederhanaan, di sini kita akan menyebut CAD sebagai CHD(Sanchis-gomar et al.,
2016).

Jenis penyakit yang menyumbang angka mortalitas terbanyak pada kelompok


penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit jantung / kardiovaskular
adalah penyakit yang disebabkan karena baik organ jantung maupun pembuluh darah
mengalami gangguan dan tidak dapat berfungsi secara normal sehingga menyebabkan
munculnya penyakit seperti penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, penyakit
jantung ckongenital,stroke, dan gagal jantung(Diastutik and Timur, 2016).

Penyakit jantung terjadi ketika gumpalan darah menyumbat salah satu arteri
jantung. Aliran darah yang rendah menyebabkan jantung kekurangan oksigen, sehingga
merusak atau membunuh sel-sel jantung. Penyumbatan tersebut terjadi ketika arteri
menyempit, disebabkan oleh munculnya substansi yang disebut plak sepanjang dinding
arteri. Kadangkadang plak tersebut retak dan memicu bekuan darah. Penyakit jantung
memiliki gejala yang khas, yaitu nyeri dada(Tiani, 2015).

Ada beberapa macam penyakit jantung yang diderita yaitu sebagai berikut:.

1. Penyakit jantung coroner


Penyakit Jantung Koroner atau PJK terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan
di dinding nadi koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga
mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu.
2. Penyakit jantung Rematik
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada
katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR)
3. Penyakit jantung bawaan (PJB)

4
adalah kelainan pada struktur jantung yang umumnya muncul sejak lahir.
Kelainan jantung ini bisa mengubah struktur, susunan arteri, pembuluh darah, dinding
jantung, katup jantung, dan hal-hal lainnya terkait fungsi jantung.
4. Serangan jantung
Serangan jantung adalah kondisi darurat yang terjadi saat pasokan darah ke
jantung terhambat secara total, sehingga sel-sel otot jantung mengalami kerusakan.
Serangan jantung biasanya disebabkan oleh penyakit jantung coroner
5. Gagal jantung
Gagal jantung adalah kondisi jantung yang terlalu lemah untuk memompa darah
ke seluruh tubuh. Bila berlangsung dalam jangka panjang, gagal jantung dapat
memicu komplikasi serius yakni henti jantung, edema paru, gagal hati, dan gagal
ginjal.Gagal jantung adalah penyakit jantung yang berkembang perlahan-lahan secara
bertahap. Kondisi ini biasanya diawali oleh adanya penyakit penyerta lain, seperti
tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, diabetes, dan penyakit jantung
bawaan
2.2. Frekuensi Epidemiologi Penyakit Jantung

PTM pada data berikut adalah orang yang didiagnosis PTM di Puskesmas
bersumber dari data sistem informasi surveilans PTM berbasis FKTP (web based) dan
dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).

1. Jantung koroner
a. Menurut Sistem Informasi Surveilans PTM

Diagnosis PJK yang bersumber pada Sistem Informasi PTM berbasis web
mencapai 4.920 terbesar pada perempuan 2.600. Jumlah diagnosis PJK menurut
kelompok umur, terbesar pada kelompok lanjut usia (umur _60 tahun) sebesar 2.228

b. Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner (Infark Miokard Akut dan Penyakit
Jantung Iskemik) yang dirawat inap di Rumah Sakit di Indonesia (SIRS 2015) lebih
banyak pada laki-laki (32.314 kasus) dibanding perempuan (18.846 kasus). Menurut

5
kelompok umur, kasus penyakit jantung koroner terbanyak di RS adalah kelompok
umur 45-64 tahun sebanyak 29.074 kasus

Adapun menurut provinsi, terbanyak di Provinsi Jawa Tengah 7.737

2. Gagal Jantung
a. Data Sistem Informasi Surveilans PTM

Penyakit Gagal Jantung pada Sistem Informasi PTM berbasis web mencapai
4.161 kasus, terbesar pada kelompok perempuan mencapai 2.247 kasus. Sedangkan
menurut kelompok umur, diagnosis gagal jantung terbesar pada kelompok lanjut usia
(umur _60 tahun) sebesar 1.880.
Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh
pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih
tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang
dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan
pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi
dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang
satu diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK.

Selain PJK, PJB merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan. Angka
kejadian PJB di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus dari 135 juta
kelahiran hidup setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 300.000 kasus
dikategorikan PJB berat yang membutuhkan operasi kompleks agar dapat bertahan hidup.
Sementara di Indonesia, angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari
4,8 juta kelahiran hidup (9 : 1000 kelahiran hidup) setiap tahunnya.2

b. Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

Jumlah kasus dengan diagnosis Gagal Jantung yang dirawat inap di Rumah Sakit
diIndonesia (SIRS 2015) lebih banyak pada laki-laki (25.508 kasus) daripada
perempuan (24.507 kasus). Menurut umur, kasus gagal jantung terbanyak pada
kelompok usia 45-64 tahun sebesar 24.283 kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal
sebanyak 4.996 orang.Jumlah kasus Gagal Jantung yang dirawat inap di Rumah Sakit

6
di Indonesia (SIRS 2015) berdasarkan provinsi, terbanyak di Provinsi Jawa Tengah
8.658
2.3. Distribusi Epidemiologi Penyakit Jantung
Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat
Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan
pembuluh darah, yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian. Riskesdas 2018 menunjukkan
prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%,
dengan peringkat prevalensi tertinggi

1. Provinsi Kalimantan Utara 2,2%,


2. DIY 2%,
3. Gorontalo 2%.
Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8 provinsi lainnya dengan prevalensi yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional. Delapan provinsi tersebut
adalah:

1. Aceh (1,6%),
2. Sumatera Barat (1,6%),
3. DKI Jakarta (1,9%),
4. Jawa Barat (1,6%),
5. Jawa Tengah (1,6%),
6. Kalimantan Timur (1,9%),
7. Sulawesi Utara (1,8%) dan
8. Sulawesi Tengah (1,9%).
Berdasarkan jenis kelamin, Prevalensi PJK lebih tinggi pada perempuan (1,6%)
dibandingkan pada laki-laki (1,3%). Sedangkan jika dilihat dari sisi pekerjaan, ironisnya
penderita Penyakit Jantung tertinggi terdapat pada aparat pemerintahan, yaitu
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan prevalensi 2,7%. Begitu pula, jika dilihat dari
tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita Penyakit Jantung dengan
prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk perdesaan yang hanya 1,3%.

7
Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 menunjukkan PJK
merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah stroke, yaitu sebesar 12,9% dari
seluruh penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

2.4. Determinan Epidemiologi Penyakit Jantung


Ada beberapa faktor determinaan yang menyebabkan berbagai macam penyakit
jantung yaitu:
1. Penyakit jantung koroner, disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah di jantung.
Beberapa faktor risikonya, antara lain gaya hidup tidak sehat, seperti makan makanan
tinggi karbohidrat atau lemak, obesitas, jarang melakukan aktivitas fisik, serta
kebiasaan merokok.
2. Penyakit jantung bawaan, hingga saat ini tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
Beberapa faktor risikonya, antara lain ibu terinfeksi rubella saat hamil, ibu
mengonsumsi obat tertentu saat hamil, atau adanya kelainan gen.
3. Infeksi jantung (endokarditis), umumnya disebabkan oleh virus atau bakteri. Bakteri
yang paling umum ditemui sebagai penyebabnya adalah infeksi bakteri Streptococcus
beta hemolyticus grup A.
4. Gagal jantung, umumnya disebabkan oleh penyakit jantung koroner, infeksi, atau
adanya kelainan katup jantung.
5. Aritmia, umumnya disebabkan oleh kelainan bawaan, adanya otot jantung yang mati
karena penyakit jantung koroner, konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan, stres,
atau efek samping obat tertentu.

2.4. Faktor Risiko Epidemiologi Penyakit Jantung


Faktor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan
risiko timbulnya penyakit yang bersangkutan. Namun hal itu bukan bersifat absolut.
Artinya bila seseorang memiliki satu faktor saja atau kombinasi dari beberapa jenis faktor
risiko, tidak berarti bahwa secara otomatis ia akan mengalami penyakit yang

8
bersangkutan. Tetapi ia akan lebih memiliki kemungkinan terkena penyakit tersebut
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki faktor risiko

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah


a. Umur
Semakin bertambahnya usia akan meningkatkan risiko kerusakan dan
penyempitan arteri selain itu, kerja otot jantung melemah atau menebal seiring
bertambahnya usia. Risiko penyakit jantung meningkat pada usia diatas 55 tahun
untuk laki laki dan diatas 65 tahun untuk perempuan.
b. Jenis kelamin

Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko penyakit jantung lebih tinggi


dibandingkan perempuan. Laki-laki diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
dapat meningkatkan risiko Penyakit jantung dibandingkan dengan wanita . Chung
(1995) mengemukanan dalam bukunya bahwa, laki-laki yang berusia diatas 35
tahun dengan tekanan darah 130/90 mmHg mempunyai masa hidup 4 tahun lebih
singkat dibandingkan laki-laki yang mempunyai tekanan darah normal. Laki-laki
yang mempunyai tekanan darah 140 per 90 mempunyai pengurangan 9 tahun
harapan hidup, dan pengurangan 17 tahun, jika tekanan darahnya 150 per 100
mmHg.

c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita penyakit jantung (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena penyakit jantung. Tentunya faktor
genetik ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian
menyebabkan seseorang menderita penyakit jantung. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel(Sulis,
2015)
2. Faktor Risiko yang Dapat Diubah
a. Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok
Salah satu faktor perilaku tidak sehat yang sering dikaitkan dengan
kejadian penyakit jantung koroner adalah kebiasaan merokok. Pedoman
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang dikeluarkan

9
Departemen Kesehatan pada tahun2007 menyebutkan bahwa kebiasaan merokok
bukan merupakan faktor risiko utama penyebab terjadinya penyakit jantung
koroner. Namun diperkirakan dalam perkembangannya beberapa tahun kedepan
akan menjadi faktor risiko utama bersama dengan faktor risiko utama lainnya
seperti hipertensi, kolesterol,
dan diabetes mellitus (Depkes RI, 2007).

Beberapa teori yang ada maupun penelitian yang dilakukan baik di


Indonesia maupun di Negara lain menyebutkan bahwa merokok merupakan salah
satu faktor perilaku tidak sehat yang menjadi faktor risiko pemicu kejadian
penyakit jantung koroner. Pemicu tersebut disebabkan oleh jenis bahan kimia
yang terkandung dalam rokok, mulai dari proses pembuatan hingga pembakaran
saat dihisap oleh perokok aktif (U.S. Departmen of Health and Human Services,
2010). Jenis bahan kimia yang mendapat perhatian lebih dalam penyebab
terjadinya penyakit jantung koroner adalah nikotin dan karbon monoksida. Selain
nikotin dan karbon monoksida, zat lain yang juga menjadi pemicu terjadi penyakit
jantung koroner adalah zat oksidan. Pada sebatang rokok, zat oksidan terdiri
beberapa bahan kimia seperti nitrogen, tar, dan bahan radikal lainnya. Banyaknya
zat oksidan tersebut dapat menyebabkan pengurangan zat antioksidan yang ada di
dalam tubuh secara drastis dan menyebabkan peningkatanproduksi LDL(Diastutik
and Timur, 2016).

b. Diabetes
Diabetes merupakan salah satu faktor risiko penting terjadinya penyakit
jantung koroner. diabetes mellitusdi di Indonesia salah satu prioritas
pengendalian PTM, karena jika diabetes mellitus tidak dikelola dengan baik maka
akan menimbulkan PTM lanjutan seperti jantung, stroke, gagal ginjal, dsb
(Rosdiana, 2017).Semakin lama seseorang menderita DM maka semakin mudah
penderita DM mengalami komplikasi (Lathifah, 2017). Diabetes mellitusyang
tidak dikelola dengan baik mengakibatkan komplikasi yang bersifat kronik salah
satunya yaitu komplikasi makroangiopati. Makroangiopati diabetik mempunyai
gambaran histopatologi berupa aterosklerosis yang pada akhirnya menyebabkan

10
penyumbatan vaskuler. Bila mengenai arteri perifer, maka dapat menyebabkan
insufisiensi intravaskuler perifer, gangren extremitas, serta insufisiensi serebral
dan stroke. Bila mengenai arteri koronaria dan aorta, maka dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner (Utami and Azam, 2019).
Penderita diabetes mellitus memiliki kadar glukosa yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan viskositas darah. Meningkatnya viskositas darah ini dapat
menyebabkan kerja jantung lebih berkerja keras. Selain itu tingginya glukosa
akan diiringi pula meningkatnya kadar lemak yang menempel di dinding
pembuluh darah. Adanya lemak ini akan menyebabkan menyempitnya pembuluh
darah sehingga aliran darah dapat terganggu. Adanya lemak yang menempel juga
akan menyebabkan pembuluh darah yang menjadi keras dan penyumbatan
pembuluh darah (Nugroho, 2017).
c. .Konsumsi Kopi

Pengaruh kafein terhadap jantung dan pembuluh darah sangat kompleks


dan berbeda-beda sesuai dengan banyaknya kafein yang diminum dan toleransi
seseorang terhadap kafein. Pada kebanyakan orang kafein merangsang dan
meningkatkan kerja jantung. Sebagian pakar yakin bahwa kafein dapat
melebarkan pembuluh arteri koroner dan menambah aliran darah melalui
pembuluh itu. Namun yang lain percaya bahwa, penambahan aliran darah ini
disebabkan oleh kegiatan jantung dan bukan karena kegiatan pembuluh darah.
Ketidakteraturan denyut dan debaran jantung lebih biasa terjadi pada mereka
yang pemasukan kafeinnya tinggi. Risiko PJK meningkat pada mereka yang
meminum kopi enam cangkir atau lebih dalam sehari. Peminum kopi kronis
menunjukkan peningkatan kolesterol darah , lemak darah (trigliserida), dan gula

d.obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20%
berat badan normal atau indeks masa tubuh (IMT) yaitu suat angka yang didapat
dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter
kuadrat.Berat badan normal bila IMT anatara 18,5-24,9kg/m2, Berat badan lebih
dan obesitas disebut obesitas umum.

11
Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam
peningkatan faktor risiko penyakit jantung. Penumpukan lemak dibagian sentral
tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Lingkar perut laki-laki >90 dan
>80 cm untuk perempuan (obesitas sentral) akan meningkatkan risiko penykit
jantung.

e. pola makan

Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang
tidak sehat dan tidak seimbang karena mengandung kalori, lemak, protein, dan
garam tinggi, tetapi rendah serat pangan . jenis makanan ini membawa
konsekuensi terhadap perubahan status gizi menuju gizi lebih dan obesitas
(kelebihan berat badan)yang memicu perkembangnya penyakit degenerative
sperti penyakit janatung dan pembuluh darah, khususnya penyakit jantung
coroner.

2.5. Patofisiologi Epidemiologi Penyakit Jantung


a. Klasifikasi dan Patofisiologi Penyakit Jantung Bawaan
Secara umum penyakit jantung bawaan dibagi dua menjadi penyakit jantung
asianotik dan sianotik. Penyakit jantung sianotik terjadi bila terdapat hubungan pirau
sehingga darah mengalir dari sirkulasi jantung kanan ke kiri. Sebaliknya pada
penyakit jantung asianotik, hubungan pirau terjadi dari kiri ke kanan. Karena
perbedaan pirau ini, penyakit jantung bawaan diklasifikasikan menjadi penyakit
jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan (asianotik), pirau kanan ke kiri (sianotik),
lesi obstruktif murni, dan anomali arteri koroner.
1. Pirau Kiri ke Kanan (Asianotik)
Pada penyakit jantung bawaan dengan pirau dari bilik kiri ke kanan, tidak terjadi
gangguan pada saturasi oksigen yang dialirkan ke sirkulasi sehingga pada pasien
tidak didapatkan sianosis. Contoh penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke
kanan adalah :
a. Atrial Septal Defect (ASD) dimana terdapat defek pada septum atrium sehingga
terjadi pirau dari kiri ke kanan

12
b. Ventricular Septal Defect (VSD), dimana septum ventrikel mengalami defek.
c. Atrioventricular Septal Defect (AVSD) parsial atau komplit
d. Patent Ductus Arteriosus (PDA), duktus arteriosus tidak menutup sehingga
sebagian darah dari ventrikel kanan dan dari aorta bercampur.
2. Pirau Kanan ke Kiri (Sianotik)
Pada penyakit jantung bawaan dengan pirau dari bilik kanan ke kiri, terjadi
gangguan pada saturasi oksigen yang dialirkan ke sirkulasi sehingga pada pasien akan
didapatkan sianosis. Contoh penyakit jantung bawaan dengan pirau kanan ke kiri
adalah :
a. Tetralogy of Fallot (TOF), yang meliputi gabungan antara VSD yang lebar,
obstruksi keluaran ventrikel kanan yang biasanya disebabkan oleh stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan
b. Transposition of great arteries (TGA), aorta muncul dari ventrikel kanan dan
arteri pulmonal muncul dari venrikel kiri. Biasanya disertai dengan PDA
c. Persistent Trunchus Arteriosus
d. Hypoplastic Left Heart, biasanya dengan atresia mitral dan aliran darah ke aorta
adalah dari arteri pulmonal melalui duktus arteriosus
e. Hypoplastic Right Heart
3. Lesi Obstruktif Murni
Lesi obstruktif murni pada penyakit jantung bawaan diantaranya adalah stenosis
katup pulmonal, stenosis katup aortal, dan koarktasio aorta dimana terdapat
penyempitan pada bagian aorta.
4. Anomali Arteri Koroner
Penyakit jantung bawaan juga dapat berupa anomali arteri koroner, walaupun
kelainan ini lebih jarang terjadi. Anomale arteri koroner dapat terjadi pada left main
coronary artery (LMCA) dari arteri pulmonal, left main coronary artery (LMCA) dari
sinus Valsalva kanan, dan right main coronary artery dari sinus Valsalva kiri
b. Patofisiologi penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner terjadi apabila pembuluh darah yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa –sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada pembuluh
darah. Hal ini akan terjadi kekurangan supply oksigen dan nutrisi sehingga

13
menimbulkan infark myocard. Kolesterol dibawa oleh beberapa lipoprotein antara
lain VLDL (Very Low Density Lipoprotein) sebagai pengangkut dan salah satu
penumpangnya yaitu trigliserida, LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High
Density Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol. HDL akan menurunkan
resiko penyakit jantung. Kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL (Low
Density Lipoprotein) akan mempengaruhi resiko penyakit jantung koroner ( Maulana,
2008).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan karena baik organ jantung
maupun pembuluh darah mengalami gangguan dan tidak dapat berfungsi secara normal
sehingga menyebabkan munculnya penyakit seperti penyakit jantung koroner, penyakit
jantung rematik, penyakit jantung ckongenital,stroke, dan gagal jantung

2. Diagnosis PJK yang bersumber pada Sistem Informasi PTM berbasis web mencapai
4.920 terbesar pada perempuan 2.600. Jumlah diagnosis PJK menurut kelompok umur,
terbesar pada kelompok lanjut usia (umur _60 tahun) sebesar 2.228. Menurut kelompok
umur, kasus penyakit jantung koroner terbanyak di RS adalah kelompok umur 45-64
tahun sebanyak 29.074 kasus
3. Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter
di Indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat prevalensi tertinggi Provinsi Kalimantan
Utara 2,2%, DIY 2%, Gorontalo 2%. Berdasarkan jenis kelamin, Prevalensi PJK lebih
tinggi pada perempuan (1,6%) dibandingkan pada laki-laki (1,3%). Sedangkan jika
dilihat dari sisi pekerjaan, ironisnya penderita Penyakit Jantung tertinggi terdapat pada
aparat pemerintahan, yaitu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan prevalensi 2,7%.

14
4. Penyakit jantung koroner, disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah di jantung.
Infeksi jantung (endokarditis), umumnya disebabkan oleh virus atau bakteri. Bakteri yang
paling umum ditemui sebagai penyebabnya adalah infeksi bakteri Streptococcus beta
hemolyticus grup A.
5. Faktor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko
timbulnya penyakit yang bersangkutan. Faktor risiko dibagi menjadi dua yaitu faktir
risiko tidak dapa diubah contohnya umur, jenis kelamin dan keturunan. Sedangkan faktor
risiko yang dapat diubah yaitu kebiasaan merekok, diabetes, obesitas, pola makan,
konsumsi kopi.
6. Secara umum penyakit jantung bawaan dibagi dua menjadi penyakit jantung asianotik
dan sianotik. Penyakit jantung sianotik terjadi bila terdapat hubungan pirau sehingga
darah mengalir dari sirkulasi jantung kanan ke kiri. Sebaliknya pada penyakit jantung
asianotik, hubungan pirau terjadi dari kiri ke kanan. Karena perbedaan pirau ini, penyakit
jantung bawaan diklasifikasikan menjadi penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke
kanan (asianotik), pirau kanan ke kiri (sianotik), lesi obstruktif murni, dan anomali arteri
koroner.

1.2. Saran
Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatannya untuk itu
dibtuhkan saran dan kritik yang membangun bagi pembaca agar kedepannya dalam
pembuatan makalah dapat lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, P.S., 2017. Hubungan Diabetes mellitus dengan Penyakit Jantung Koroner
(Analisis Data Baseline Kohort PTM Tahun 2011). Tesis.Jakarta: Universitas Indonesia.

Diastutik, D. and Timur, J. (2016) ‘Proporsi karakteristik penyakit jantung koroner pada
perokok aktif berdasarkan karakteristik merokok’, (August), pp. 326–337. doi:
10.20473/jbe.v4i3.

Gupta, R., Mohan, I. and Narula, J. (2016) ‘Trends in Coronary Heart Disease
Epidemiology in India’, Annals of Global Health. Elsevier Inc, 82(2), pp. 307–315. doi:
10.1016/j.aogh.2016.04.002.

Purnamasari, D. (2018) ‘The Emergence of Non-communicable Disease in Indonesia’,


50(4), pp. 273–274.

Riet, E. E. S. Van et al. (no date) ‘Epidemiology of heart failure : the prevalence of heart
failure and ventricular dysfunction in older adults over time . A systematic review’, pp.
242–252.

Sanchis-gomar, F. et al. (2016) ‘Epidemiology of coronary heart disease and acute


coronary syndrome’, 4(13), pp. 1–12. doi: 10.21037/atm.2016.06.33.

Sulis, tiani (2015) ‘Determinan penyakit jantung dan pembuluh darah pada pasien
jantung dan poli penyakit dakam di RSD Dr. Soebandi Jember’.
16
Tiani, S., Wahjudi, P. and Wati, D. M. (2015) ‘Determinan Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah Pasien Rawat Jalan Poli Jantung dan Poli Penyakit Dalam RSD dr .
Soebandi Jember Cardiovascular and Internal Medicine Outpatients Clinic’, 3(3).

Utami, N. L. and Azam, M. (2019) ‘HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Mellitus’, 3(2), pp. 311–
323.

17

Anda mungkin juga menyukai