Anda di halaman 1dari 123

Tugas Individu

MAKALAH

“MANAJEMEN LOGISTIK”

OLEH :

HERLINAYANTI

J1A118136

AKK 2018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen
Logistik” ini dengan tepat waktu. Terima kasih juga kami ucapkan atas bantuan
dari pihak yang telah mendukng serta membantu selama proses pembuatan
makalah ini hingga selesai.

Kami berharap dengan adanya makalah ini bisa memberikan manfaat serta
edukasi atau pemahaman bagi masyarakat yang masih kurang pengetahuan nya
tentang “Manajemen Logistik”.Kami juga menyadari dengan sepenuh hati bahwa
terdapat ketidaksempurnaan atau kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu,
kami sangat meminta kritik dan saran dari para pembaca agar makalah berikutnya
dapat lebih baik lagi.Akhir kata kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
sebesarnya.

Muna, 01 Januari 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

BAB II PENYIMPANAN......................................................................................19

A. Pengertian Penyimpanan.............................................................................19

B. Tujuan Penyimpanan...................................................................................22

C. Fungsi Penyimpanan...................................................................................23

D. Kegiatan Penyimpanan Logistik.................................................................30

BAB III DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT............................................32

A. Pengertian Distribusi...................................................................................32

B. Tujuan Distribusi.........................................................................................35

C. Kegiatan Distribusi.....................................................................................36

D. Pelayanan Di kamar Obat...........................................................................36

BAB IV PEMELIHARAAN LOGISTIK..............................................................52

A. Pengertian Pemeliharaan.............................................................................52

B. Tujuan Pemeliharaan...................................................................................54

C. Manfaat Pemeliharaan.................................................................................54

D. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan..............................................................57

E. Upaya Menjamin Kelancaran Pemeliharaan...............................................59

F. Alasan Penggantian Peralatan.....................................................................62

G. Jenis Pemeliharaan......................................................................................63

H. Hal Yang Diperhatikan Terkait Biaya........................................................64

iii
I. Tahapan Pemeliharaan...............................................................................65

BAB V PENGHAPUSAN PERSEDIAAN LOGISTIK........................................69

A. Pengertian Penghapusan Logistik...............................................................69

B. Kegiatan Penghapusan Logistik..................................................................73

C. Alasan Penghapusan Logistik.....................................................................73

D. Kriteria Penghapusan Logistik....................................................................76

E. Cara Penghapusan Logistik.........................................................................78

BAB VI PENCATATAN DAN PELAPORAN....................................................82

A. Pengertian Pencatatan.................................................................................82

B. Pelaporan.....................................................................................................85

C. Sarana Pencacatan dan Pelaporan...............................................................88

D. Alur Laporan...............................................................................................91

E. Periode Laporan..........................................................................................97

BAB VII PENGENDALIAN LOGISTIK.............................................................99

A. Pengertian Pengawasan dan Pengendalian Logistik...................................99

B. Tujuan Pengendalian.................................................................................103

C. Karakteristik Pengawasan dan Pengendalian Logistik.............................111

BAB VIII PENUTUP...........................................................................................112

A. Kesimpulan...............................................................................................113

B. Saran..........................................................................................................116

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan
dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan
biaya serendah-rendahnya.Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai
pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah:
Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan,
pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri.

Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 penyimpanan


merupakan kegiatan melakukan penerimaan, penyimpanan, pengaturan,
pembukuan, pemeliharaan barang dan pengeluaran dari tempat penyimpanan.
Sedangakan menurut Subagya  (1988:68) penyimpanan juga dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan,
penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang
penyimpanan. Penyimpanan juga dapat diartikan kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengurusan penyelenggaraaan dan pengaturan barang-barang
persediaan di dalam ruang penyimpanan.Penyimpanan barang daerah
dilaksanakan dalam rangka pengawasan, penyelenggaraan dan pengaturan
barang persediaan di dalam gudang/ruang penyimpanan sehingga dalam
pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani
dengan cepat dan tepat.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat–obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat (Depkes RI, 2007).

1
Penyimpanan dilakukan agar p ersediaan dalam keadaan stabil, terjaga
kualitasnya, mudah dicari, mudah diawasi, dan terjaga keamanannya.
Penyimpanan barang logistik dapat dilakukan dengan metode FIFO (First In
First Out), Fast and slow moving, sistem abjad, dan kelompok barang
(Subagya, 1994). Dalam melakukan penyimpanan ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu penyediaan tempat dan penentuan tempat (B.O. Harahap,
1992). Hal ini ditujukan agar fungsi penyimpanan dapat berjalan dengan
benar.Penyimpanan logistik umumnya dilakukan di sebuah gudang.Saat ini,
fungsi gudang telah berkembang, tidak hanya sebagai tempat penyimpanan.
Banyak organisasi yang memanfaatkan gudang sebagai tempat melakukan
berbagai kegiatan yang terkait proses penerimaan, put away, storing, picking,
and delivering (Widiyanto dan Tenaka dalam PPM dan Asosiasi Logistik
Indonesia, 2011).

Penyimpanan merupakan proses penahanan barang sewaktu


menunggu permintaan untuk dikeluarkan. Proses penahanan barang tersebut
dilakukan disatu tempat yang berupa gudang. Jadi gudang atau storage
merupakan tempat untuk menyimpan barang baik bahan baku, barang
setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikirim kepelanggan. Sebagian
besar gudang yang digunakan untuk menyimpan barang ditempatkan pada
lokasi tertentu sampai barang tadi diperlukan di dalam proses produksi.
Bentuk gudang akan tergantung ukuran dan kuantitas dari komponen didalam
persediaan dan karakter sistem penanganan.

Penyimpanan barang di gudang dilakukan dengan menggunakan


lemari, rak, rak palet, dan tanki (G. Ghiani, G. Laporte and R. Musmanno,
2004). Penyimpanan logistik dengan alat penyimpanan yang sesuai dan
dilakukan secara benar maka akan mempermudah petugas gudang dalam
melakukan kegiatan lainnya seperti pendistribusiaan dan pemeliharaan
barang, serta menghindari hal- hal yang dapat merusak barang. Untuk

2
produk-produk yang memiliki pergerakan tinggi dan memiliki bobot yang
lebih berat harus diletakkan di dekat pintu gudang, aisle utama, dan pada
posisi bawah jika diletakkan dalam rak (Widiyanto dan Tenaka dalam PPM
dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011). Untuk obat- obatan tertentu yang
membutuhkan penyimpanan khusus, biasanya disimpan dalam sebuah
kulkas atau lemari pendingin. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan
usaha untuk melakukan pngelolaan barang persediaan di tempat
penyimpanan.

Penyimpanan didalam gudang barang jadi bisa mencapai waktu yang


cukup lama itu berdasarkan kebutuhan barang itu sendiri, sehingga ada
beberapa macam tipe penimpanan didalam gudang yaitu dari macam-macam
produk, produk yang mungkin tingkat umurnya pendek hanya menyimpan
dalam skala waktu beberapa lama, akan tetapi produk yang umur produknya
lama bisa menyimpan dalam waktu yang cukup lama, sehingga perlu
membutuhkan tempat penyimpanan atau (storage).

Distribusi berakar dari bahasa inggris distribution yang berarti


penyaluran. Sedangkan kata dasarnya to distribute, berdasarkan Kamus
Inggris Indonesia John M, Echols dan Hassan Shadilly dalam Damsar (2009 :
93) bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan,
dan mengageni. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
distribusi dimaksudkan sebagai penyalur (pembagian, pengiriman) kepada
beberapa orang atau beberapa tempat. Jadi berdasarkan rujukan di atas,
distribusi dapat dimengerti sebagai proses penyaluran barang atau jasa kepada
pihak lain.

Dalam kegiatan distribusi diperlukan adanya sarana dan tujuan


sehingga kegiatan distribusi dapat berjalan dan terlaksana dengan
baik.Kegiatan distribusi merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat
penting dilakukan dalam pemasaran yaitu untuk mengembangkan dan

3
memperluas arus barang atau jasa mulai dari produsen sampai ketangan
konsumen sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Pemilihan
proses distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab
kesalahan dalam pemilihan proses distribusi dapat memperlambat proses
penyaluran barang atau jasa sampai ketangan konsumen atau pemakai. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai pengertian distribusi, berikut ini
dikemukakan pendapat dari beberapa ahli antara lain :

Menurut Gugup Kismono (2001 : 364), Distribusi adalah perpindahan


barang dan jasa dari produsen kepemakai industri dan konsumen. Menurut
Sofyan Assauri (2004 : 83) distribusi merupakan suatu lembaga yang
memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari produsen ke
konsumen. C. Glenn Walters dalam Angipora (2002 : 295), Distribusi adalah
sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara
pemindahan fisik dan nama dari satu produk untuk menciptakan penggunaan
pasar tertentu.

Distribusi adalah kegiatan yang terlibat dalam pengadaan dan


penggunaan semua bahan yang dipergunakan untuk memproduksi barang
jadi, kegiatan ini meliputi pengendalian produksi dan penanganan bahan dan
penerimaan. (Charles A. Taff, 1998 : 87) Sedangkan menurut Keegan (2003 :
136) distribusi adalah sistem yang menghubungkan manufaktur kepada
pelanggan, saluran konsumen dirancang untuk menempatkan produk tersebut
ditangan orang-orang untuk digunakan sendiri, sedangkan saluran barang
industri menyampaikan produk ke manufaktur atau organisasi yang
menggunakan produk tersebut dalam proses produksi atau dalam operasi
sehari-hari. Menurut pandangan Islam konsep distribusi adalah peningkatan
dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata
dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja.

4
Sedangkan menurut Fandi Tjiptono (2002 : 73), distribusi diartikan
sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen atau pemakai.
Ditinjau dari bagian-bagiannya, distribusi merupakan suatu sub sistem yang
saling bekerja sama untuk membentuk suatu sistem yang sesuai dengan
tujuan tertentu. Sistem ini harus diawasi agar dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Secara sederhana sistem ini juga merupakan seperangkat elemen
yang saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu.

Sistem distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setel
ah sediaandisiapkan oleh IFRS, dihantarkan kepada perawat, dokter atau
profesional pelayanankesehatan lain untuk diberikan kepada penderita.
Sistem pendistribusian obat yang dibuatharus mempertimbangkan efisiensi
penggunaan sarana, personel, waktu dan men"egahkesalahan atau
kekeliruan.Sistem ini melibatkan sejumlah prosedur, personel dan fasilitas. 

Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, p
ersonel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi
penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat dan informasinya kepada
penderita. Sistem distribusi obat dirumah sakit men"akup penghantaran
sediaan obat yang telah didispensing IFRS ke daerahtempat perawatan
penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan penderita,ketepatan
jadwal, tanggal, waktu, metode pemberian, keutuhan mutu obat dan
ketepatan personel pemberi obat. 

Distribusi merupakan suatu kegiatan penyaluran barang dan jasa yang


dibuat dari produsen ke konsumen supaya tersebar luas. Kegiatan distribusi
fungsi nya mendekatkan produsen dengan konsumen sehingga barang atau
jasa dari seluruh indonesia atau luar indonesia bisa kita barang dan jasa
tersebut. Kegiatan distribusi adalah suatu penghubung antara kegiatan
produksi dan konsumsi.Pelaku kegiatan distribusi dinamakan

5
distributor.Dalam kegiatan ekonomi, distribusi adalah suatu kegiatan yang
berada di antara sampai ke tangan konsumen.Barang yang sudah dihasilkan
oleh produsen supaya sampai ke tangan konsumen memerlukan adanya
lembaga yang biasa disebut dengan distributor.

Pemeliharaan adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk


mempertahankan kondisi sebuah item atau peralatan, atau mengembalikannya
ke dalam kondisi tertentu.Kemudian dengan penekanan inti definisi yang
sejalan Ansori dan Mustajib (2013) di dalam bukunya mendefinisikan
perawatan atau maintenance sebagai konsepsi dari semua aktivitas yang di
perlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar
dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awal.

Jadi, pada hakikatnya pemeliharaan logistik merupakan salah satu


fungsi manajemen logistik yang berupa serangkaian kegiatan atau proses
yang di dalamnya berupa segala bentuk perawatan, pemeliharaan dan
penjagaan keadaan barang agar barang-barang yang dimiliki oleh suatu
organisasi tetap dapat digunakan kapanpun serta mampu mencapai umur
ekonomis dari barang tersebut sesuai dengan masa pakai barang tersebut yang
pada dasarnya bertujuan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan organisasi
agar tetap efektif dan efisien. 

Penghapusan, merupakan kegiatan pembebasan logistik dari


pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.Secara operasional, penghapusan logistik merupakan
pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan-pertimbangan dan
argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.Dengan
demikian, dalam kegiatan penghapusan logistik harus mempertimbangkan
alasan-alasan normatif tertentu. Muara berbagai pertimbangan tersebut tidak
lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi.

6
Menurut Subagya Malaya Suganda dalam Manajemen Logistik
,mengatakan penghapusan barang inventaris adalah proses kegiatan yang
bertujuan untuk mengeluarkan / menghilangkan barang-barang dari daftar
inventaris karena barang itu sudah dianggap tidak mempunyai nilai guna atau
sudah tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk
kepentingan dinas, misalnya rusak, susut, mati atau biayanya terlalu mahal
bila dipelihara / diperbaiki.

Jika barang-barang atau produk yang ada di perusahaan sudah


memasuki jangka waktu habis pakai (expired) maka barang-barang tersebut
harus dihapuskan dari daftar barang karena barang tersebut sudah tidak
berdaya guna maupun bernilai guna.

Menurut Tunggal dalam proses kegiatan manajemen logistik terdapat


input dan output. Input proses manajemen logistik meliputi sumber daya
alam, manusia, finansial dan sumber informasi. Perencanaan logistik
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan input ini dalam berbagai
bentuk, meliputi bahan mendat (seperti subassemblies, lokasi, pengepakan
bahan, komoditi dasar), barang setengah jadi serta barang siap pakai (seperti
produk lengkap siap dijual pada pelanggan tingkat menengah ataupun
pelanggan akhir).

Sedangkan output proses manajemen logistik meliputi keuntungan


kompetitif untuk organisasi, hasil dari orientasi pemasaran dan keefesienan
serta keefektifan operasional, pemanfaatan waktu dan tempat, dan
perpindahan yang efisien ke pelanggan. Output lainnya terjadi ketika
pelayanan logistik bercampur sedemikian rupa sehingga menjadi aset milik
organisasi.

Penghapusan logistik merupakan kegiatan pembebasan barang dari


pertanggung jawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat

7
dipertanggungjawabkan.Secara lebih operasional, penghapusan logistik
merupakan pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan- pertimbangan
dan argumentasi- argumentasi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.Dengan demikian, dalam kegiatan
penghapusanlogistik harus mempertimbangkan alasan-alasan normative
tertentu.

Pengertian Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian


kegiatan dalam rangka pengelolaan obat secara tertib baik obat yang diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan diunit pelayanan kesehatan

Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga


kesehatan adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan
bagi tenaga kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang
berwenang berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan
menggunakan format yang di tetapkan.

Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah


melakukan pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan
dan melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan
kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di
tetapkan
Pencatatan dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di
selenggarakan setiap triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk
semua kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan
data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan
kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang telah di
tetapkan.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)


didalam pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari

8
interaksi antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan.SP2TP/SIMPUS dapat
juga membantu dalam perencanaan program-program kesehatan di
puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti yang
harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas
dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi
dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di
Puskesmas, menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek
teknis dan non teknis.

Reporting (pelaporan) menurut Luther M. Gullick dalam bukunya


Papers on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau
pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi. baik secara lisan maupun
tertulis sehingga dalam penerimaan laporan dapat memperoleh gambaran
bagaimana pelaksanaan tugas orang yang member laporan. Selain itu,
pelaporan merupakan catatan yg memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tertentu.

Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bawahan untuk


menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah
dilakukan selama satu periode tertentu.Pelaporan dilakukan kepada atasan
kepada siapa bawahan tersebut bertanggung jawab.Pelaporan adalah aktivitas
yang berlawanan arah dari pengawasan, Jika pengawasan dilakukan oleh
pihak atasan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan
kerja bawahan, maka pelaporan merupakan jawaban dari kegiatan
pengawasan tersebut.Pelaporan tidak dibawa langsung oleh atasan pada
waktu mengadakan pengawasan, tetapi “diantar” oleh bawahan baik dibawa
sendiri maupun dikirim.Laporan dibuat oleh semua personal yang mendapat
tugas dari atasan.Laporan bukan merupakan monopoli para atasan

9
saja.Karena atasan harus membuat laporan kepada atasannya lagi. Laporan
yang disampaikan kepada atasan tidak harus berupa uraian lengkap seperti
memorandum akhir jabatan, atau tidak juga seperti laporan penelitian yang
wujudnya tebal dengan sistematika baku, tetapi dapat disusun mulai dari
bentuk yang paling sederhana sampai yang paling lengkap.

Laporan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas suatu


tindakan atau kegiatan yang dilakukan.Berikut ini merupakan pengertian
laporan yang disampaikan oleh beberapa ahli. Menurut Keraf , laporan
adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi
kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.

Laporan berisi informasi yang didukung oleh data yang lengkap sesuai
dengan fakta yang ditemukan.Data disusun sedemikian rupa sehingga akurasi
informasi yang kita berikan dapat dipercaya dan mudah dipahami.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan


adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang didukung oleh data yang
lengkap sesuai dengan fakta sehingga informasi yang diberikan dapat
dipercaya serta mudah dipahami.Dalam penyampaiannya, laporan dapat
bersifat lisan maupun tertulis.

Pelaporan tidak lepas dari pencatatan sebab sebelum diadakannya


pelaporan dari bawahan kepada atasannya atau dari suatu intansi daerah ke
instansi pusat haruslah dilakukan pencatatan mengenai hal yang akan
dilaporkan kemudian dilakukan perekapan kemudian dilaporkan.

Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan masyarakat pencatatan


(recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman pada sistem pencatatan
dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).

10
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk menjaga
pelaksanaan setiap tindakan dan kegiatan dalam pengelolaan logistik sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, baik berkaitan dengan
pemakaian/pengguna logistik maupun hasil/out put pengelolaan. Sedangkan
secara lebih operasional pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan.

Pengawasan sendiri memilki istilah lain yakni pengendalian.


Pengawasan memilki makna yang sama dengan pengendalian. Pengendalian
logistik sendiri merupakan serangkaian kegiatan penetapan standar (satuan
pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil/ out
put maupun proses) dari setiap fungsi operasional managemen logistik
maupun dalam penggunaan logistik, pengukuran logistik dan evaluasi
pelaksanaan dan tindakan korektif bila diperlukan dalam setiap tindakan dan
kegiatan dlm pengelolaan logistik, sehingga dapat menjamin tercapainya
tujuan-tujuan manajemen logistik maupun tujuan-tujuan organisasi secara
keseluruhan.

Namun ada beberpa pihak yang menyatakan bahwa ada perbedaan


antara pengawasan dan pengendalian. Tetapi pada dasarnya pengawasan
memilki makna yang sama dengan pengendalian. Penggunaan istilah
pengendalian pada dasarnya hanya mengacu pada konotasi istilah
pengendalian itu sendiri yang bermakna pada suatu penekanan bahwa
kegiatan pengawasan yang dilakukan setiap saat selama proses suatu kegiatan
berjalan. Selain itu pengendalian logistik tidak sebatas dilakukan pada saat
kegiatan operasional pengelolaan logistik sedang berjalan, tetapi juga
dilakukan sebelum, selama dan sesudah kegiatan pengelolaan logistik
dilaksanakan dan berjalan. Sehingga jelas bahwa pengawasan memilki makna

11
yang sama dengan pengendalian logistik, hanya saja pemakaian istilahnya
saja yang berbeda.

Jadi, pengawasan logistik itu sendiri secara lebih nyata dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan atau proses yang termasuk dalam fungsi manajemen
logistik dan juga merupakan fungsi kunci yang di dalamnya terdapat beberapa
kegiatan tang berkaitan dengan koreksi dan evaluasi terhadap kegiatan
manajemen logistik lainnya agar nantinya tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang akan merugikan organisasi.

Dalam melakukan pengawaan dikenal adanya metode dan teknik


pengawaan logistik.Metode yang biasanya digunakan untuk melakukan
pengawasan logistik adalah metode non-kuantitatif. Metode ini digunakan
karena yang menjadi obyek pengawasan logistik dalam suatu organisasi
biasanya tidak bisa dihitung secara kuantitas dengan kata lain dilihat secara
kualitas dari logistik tersebut.

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen.


Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun
tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian merupakan salah satu tugas dari
manager.

Pengendalian (kontrol) adalah salah satu fungsi manajerial seperti


perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan mengarahkan.
Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk
memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga
meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa tujuan
organisasi telah tercapai dengan cara yang baik.

12
Menurut konsep modern kontrol adalah tindakan meramalkan
sedangkan konsep awal pengendalian hanya digunakan ketika kesalahan
terdeteksi.Kontrol dalam manajemen berarti menetapkan standar, mengukur
kinerja aktual dan mengambil tindakan korektif.

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen.


Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun
tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian merupakan salah satu tugas dari
manager.

Pengendalian (kontrol) adalah salah satu fungsi manajerial seperti


perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan mengarahkan.
Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk
memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga
meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa tujuan
organisasi telah tercapai dengan cara yang baik.

Menurut konsep modern kontrol adalah tindakan meramalkan


sedangkan konsep awal pengendalian hanya digunakan ketika kesalahan
terdeteksi.Kontrol dalam manajemen berarti menetapkan standar, mengukur
kinerja aktual dan mengambil tindakan korektif.

Era globalisasi ekonomi sekarang ini, perusahaan memasuki


lingkungan bisnis yang sangat berbeda dengan lingkungan bisnis
sebelumnya.Pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing-pesaing domestik,
namun telah didatangi oleh pesaing-pesaing mancanegara yang membawa
produk dan jasa yang sarat dengan kandungan persaingan. Selain membawa
perubahan yang kita secara nilai secara postif, globalisasi ekonomi ternyata
membawa permasalahan yaitu perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai
struktur sistem pengendalian manajemen yang baik akan tersisih, banyak

13
sistem manajemen perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan arus
perubahan dalam globalisasi ekonomi.

Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya suatu sistem yang


digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan organisasi. untuk
membangun masa depan organisasi, perlu ditentukan lebih dahulu dalam
bisnis apa organisasi akan berusaha. Jabawan atas pertanyaan tersebut
merupakan misi organisasi dengan demikian misi organisasi merupakan the
chosen track untuk membawa organisasi mewujudkan masa depannya.
Diharapkan dengan dilaksanakannnya struktur sistem manajemen akan
tercipta visi dan misi organisasi perusahaan kemudian
mengimplementasikannya.

Dampak yang timbul dikarenakan perusahaan tidak memberlakukan


struktur sistem pengendalian manajemen antara lain organisasi perusahaan
akan kesulitan menghadapi berbagai perubahan tajam radikal, konstan, pesat,
serentak sehingga roda organisasi tidak akan jalan dan tidak dapat membuat
berbagai perencanaan, tidak dapat memprediksi target organisasi ke depannya

Permasalahan yang timbul dalam implementasi struktur sistem


pengendalian manajemen yang dapat diidentifikasikan sekarang ini adalah
terletak pada kelemahan struktur dan kelemahan proses. Sistem pengendalian
manajemen tidak dapat mewujudkan tujuan sistem kemungkinan karena
strukturnya tidak pas dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan, dapat
juga terjadi tujuan sistem pengendalian manajemen tidak tercapai karena
proses sistem pengendalian manajemennya lemah.

Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi


berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta
memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi pengendalian dilakukan
sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir

14
diketahui. Dengan pengendalian diharapkan pemanfaatan unsur-unsur
manajemen efektif dan efisien.

Permasalahan struktur sistem pengendalian manajemen penting untuk


dikaji karena memberikan harapan yaitu kemampuan bagi manajemen
perusahaan untuk memetakan secara komprehensif lingkungan bisnis yang
akan dimasuki oleh organisasi perusahaan di masa depan, melakukan
perubahan dengan cepat peta perjalanan tersebut sesuai dengan tuntutan
perubahan yang diperkirakan akan terjadi dan melipatgandakan kinerja
perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan, sehingga perusahaan
memiliki kemampuan yang luar biasa besarnya untuk senantiasa melakukan
perubahan yang diperlukan.

Distribusi merupakan suatu kegiatan penyaluran barang dan jasa yang


dibuat dari produsen ke konsumen supaya tersebar luas. Kegiatan distribusi
fungsi nya mendekatkan produsen dengan konsumen sehingga barang atau
jasa dari seluruh indonesia atau luar indonesia bisa kita barang dan jasa
tersebut. Kegiatan distribusi adalah suatu penghubung antara kegiatan
produksi dan konsumsi.Pelaku kegiatan distribusi dinamakan
distributor.Dalam kegiatan ekonomi, distribusi adalah suatu kegiatan yang
berada di antara sampai ke tangan konsumen.Barang yang sudah dihasilkan
oleh produsen supaya sampai ke tangan konsumen memerlukan adanya
lembaga yang biasa disebut dengan distributor.

Dalam kenyataan tidak selamanya barang yang dihasilkan produsen


untuk sampai ke konsumen harus melewati distributor.Akan tetapi, dalam
perekonomian modern suatu kegiatan distribusi memegang peranan yang
penting.

Lebih-lebih dengan makin majunya teknologi transportasi yang


mengakibatkan hubungan antarbangsa menjadi lebih dekat.Hal ini

15
mengakibatkan peranan distribusi makin penting karena barang yang ada
didalam negeri tetapi juga konsumen yang ada diluar negeri.

Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 penyimpanan


merupakan kegiatan melakukan penerimaan, penyimpanan, pengaturan,
pembukuan, pemeliharaan barang dan pengeluaran dari tempat penyimpanan.
Sedangakan menurut Subagya  (1988:68) penyimpanan juga dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan,
penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang
penyimpanan. Penyimpanan juga dapat diartikan kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengurusan penyelenggaraaan dan pengaturan barang-barang
persediaan di dalam ruang penyimpanan.Penyimpanan barang daerah
dilaksanakan dalam rangka pengawasan, penyelenggaraan dan pengaturan
barang persediaan di dalam gudang/ruang penyimpanan sehingga dalam
pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani
dengan cepat dan tepat.

Pelayanan kesehatan kepada masyarakat bertujuan membentuk


masyarakat yang sehat.Diperlukan upaya-upaya kesehatan yang menyeluruh
dan terpadu untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut (Siregar,
2003).
Puskesmas merupakan lembaga kesehatan yang pertama berhadapan
langsung dengan pasien.Puskesmas memiliki tanggung jawab terhadap
wilayah kerja yaitu suatu kecamatan.Puskesmas memiliki visi yaitu
tercapainya kecamatan yang sehat.Kecamatan sehat mencakup 4 indikator
utama, yaitu hubungan yang sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk.Untuk mencapai
visi tersebut puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang
bermutu.Pelayanan kefarmasian pada saat ini, telah berubah paradigmanya
dari orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian.
Hal-hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam pelayanan kefarmasian di

16
Puskesmas antara lain sumber daya manusia (SDM), pengelolaan sediaan
farmasi, pelayanan farmasi klinik dan mutu pelayanan/tingkat kepuasan
konsumen (Anonim, 2006).

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul


sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkan dengan apa yang dirasakan. Pasien akan merasa puas apabila
kinerja layanan kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan (Pohan,
2006).

Menurut PP NO 51 Tahun 2009 pasal 1 ayat 4 yang dimaksud


pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pada
pasal 1 ayat 11 fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. Pada
PP NO 51 Tahun 2009 bagian ketujuh (pengendalian mutu dan biaya) pasal
31 ayat 1 menyatakan bahwa setiap tenaga kefarmasian dalam melaksanakan
pekerjaan kefarmasian wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan
kendali biaya (Anonima, 2009).

Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu menunjukkan


tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, di satu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan dan dipihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1983). Apabila konsep apotek
dijalankan sesuai dengan standar pelayanan tersebut, maka kepuasan pasien
terhadap kualitas pelayanan di apotek tersebut akan terpenuhi (Hartini dan
Sulasmono, 2007).

17
Pengukuran kepuasan pengguna jasa kesehatan merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan pelanggan
atas produk akan mempengaruhi pola perilaku selanjutnya seperti minat beli
ulang produk. Beberapa penelitian menemukan bahwa pasien yang merasa
puas atas pelayanan kesehatan berminat melakukan kunjungan ulang (Pohan,
2006).

Kunjungan di Puskesmas Banyuanyar cukup besar yaitu sekitar 40-60


pasien perhari (Anonimb, 2009).Puskesmas Banyuanyar merupakan salah
satu puskesmas di Kota Surakarta yang mendapatkan ISO 9001:2000 selain
puskesmas Pajang dan Sibela.Puskesmas Banyuanyar memiliki pelayanan
kefarmasian yang disebut kamar obat.Kamar obat puskesmas Banyuanyar
dipimpin oleh seorang apoteker (Anonim, 2010).

18
BAB II
PENYIMPANAN

A. Pengertian Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan.Penyimpanan berfungsi
untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi
sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-
rendahnya.Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan,
pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: Kualitas
barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian
barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri(Mokalu, 2019).

Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 penyimpanan


merupakan kegiatan melakukan penerimaan, penyimpanan, pengaturan,
pembukuan, pemeliharaan barang dan pengeluaran dari tempat penyimpanan.
Sedangakan menurut Subagya  (1988:68) penyimpanan juga dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan,
penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang
penyimpanan. Penyimpanan juga dapat diartikan kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengurusan penyelenggaraaan dan pengaturan barang-barang
persediaan di dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan barang daerah
dilaksanakan dalam rangka pengawasan, penyelenggaraan dan pengaturan
barang persediaan di dalam gudang/ruang penyimpanan sehingga dalam
pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani
dengan cepat dan tepat(Mokalu, 2019).

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara


dengan cara menempatkan obat–obatan yang diterima pada tempat yang

19
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat (Depkes RI, 2007).

Penyimpanan dilakukan agar p ersediaan dalam keadaan stabil, terjaga


kualitasnya, mudah dicari, mudah diawasi, dan terjaga keamanannya.
Penyimpanan barang logistik dapat dilakukan dengan metode FIFO (First In
First Out), Fast and slow moving, sistem abjad, dan kelompok barang
(Subagya, 1994). Dalam melakukan penyimpanan ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu penyediaan tempat dan penentuan tempat (B.O. Harahap,
1992). Hal ini ditujukan agar fungsi penyimpanan dapat berjalan dengan
benar.Penyimpanan logistik umumnya dilakukan di sebuah gudang.Saat ini,
fungsi gudang telah berkembang, tidak hanya sebagai tempat penyimpanan.
Banyak organisasi yang memanfaatkan gudang sebagai tempat melakukan
berbagai kegiatan yang terkait proses penerimaan, put away, storing, picking,
and delivering (Widiyanto dan Tenaka dalam PPM dan Asosiasi Logistik
Indonesia, 2011).

Penyimpanan merupakan proses penahanan barang sewaktu


menunggu permintaan untuk dikeluarkan. Proses penahanan barang tersebut
dilakukan disatu tempat yang berupa gudang. Jadi gudang atau storage
merupakan tempat untuk menyimpan barang baik bahan baku, barang
setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikirim kepelanggan. Sebagian
besar gudang yang digunakan untuk menyimpan barang ditempatkan pada
lokasi tertentu sampai barang tadi diperlukan di dalam proses produksi.
Bentuk gudang akan tergantung ukuran dan kuantitas dari komponen didalam
persediaan dan karakter sistem penanganan (Mokalu, 2019).

Penyimpanan barang di gudang dilakukan dengan menggunakan


lemari, rak, rak palet, dan tanki (G. Ghiani, G. Laporte and R. Musmanno,
2004). Penyimpanan logistik dengan alat penyimpanan yang sesuai dan
dilakukan secara benar maka akan mempermudah petugas gudang dalam

20
melakukan kegiatan lainnya seperti pendistribusiaan dan pemeliharaan
barang, serta menghindari hal- hal yang dapat merusak barang. Untuk
produk-produk yang memiliki pergerakan tinggi dan memiliki bobot yang
lebih berat harus diletakkan di dekat pintu gudang, aisle utama, dan pada
posisi bawah jika diletakkan dalam rak (Widiyanto dan Tenaka dalam PPM
dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011). Untuk obat- obatan tertentu yang
membutuhkan penyimpanan khusus, biasanya disimpan dalam sebuah
kulkas atau lemari pendingin. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan
usaha untuk melakukan pngelolaan barang persediaan di tempat
penyimpanan(Mokalu, 2019).

Penyimpanan didalam gudang barang jadi bisa mencapai waktu yang


cukup lama itu berdasarkan kebutuhan barang itu sendiri, sehingga ada
beberapa macam tipe penimpanan didalam gudang yaitu dari macam-macam
produk, produk yang mungkin tingkat umurnya pendek hanya menyimpan
dalam skala waktu beberapa lama, akan tetapi produk yang umur produknya
lama bisa menyimpan dalam waktu yang cukup lama, sehingga perlu
membutuhkan tempat penyimpanan atau (storage).

Faktor – faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan


adalah:

a. Pemilihan lokasi

Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung


barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.

b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)

Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam: Barang biasa:


tissue,pewangi ruangan,baterai dll. Barang khusus: cemikel atau yang
beracun (Pestisida)dll.

c. Pengaturan ruang

21
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan
ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.

d. Prosedur/sistem penyimpanan

Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan,


cara pengambilan barang dll.

e. Pengamanan dan keselamatan

Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap


kecelakan, gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.

B. Tujuan Penyimpanan
Adapun tujuan penyimpanan antara lain:
1. Untuk menerima berbagai macam alat-alat, material komponen, dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan logistic.
2. Untuk menjaga kelayakan, kualitas dan keawetan barang-barang logistic.
3. Untuk mengatur keluarnya barang secara wajar kepada konsumen.
4. Untuk meminimalisir berbagai kerusakan barang-barang logistic
5. Untuk mengukur dan meneliti jumlah barang-barang logistic
6. Untuk melakukan pengamanan terhadap barang logistic dari berbagai
ancaman
7. Untuk memberikan informasi mkepada pihak lain yang membutuhkan.

Adapun tujuan dari adanya penyimpanan ini dalam suatu rumah sakit
berdasarkan pada Depkes RI (2004) menyatakan bahwa tujuan penyimpanan
antara lain:

1. Aman, setiap barang/obat yang disimpan tetap aman dan terhindar dari
kerusakan.
2. Awet, barang tidak berubah warnanya, baunya, gunanya, sifatnya, ukuran,
fungsinya, dan lain-lain.

22
3. Cepat, Cepat dalam penanganan barang berupa menaruh atau menyimpan
mengambil dan lain-lainnya.
4. Tepat, dimana bila ada permintaan barang, barang yang diserahkan
memenuhi lima prinsip tepat, tepat barang, kondisi jumlah, waktu dan
harganya.
5. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
6. Mudah,

C. Fungsi Penyimpanan
Menurut Subagyo, penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan
yang telah ditetapkan dalam fungsi–fungsi sebelumnya dengan pemenuhan
setepat–tepatnya dan dengan biaya serendah mungkin.
Penyaluran merupakan kegiatan untuk melakukan pengiriman barang dari
gudang ke unit kerja.Fungsi penyaluran adalah menyelenggarakan
pengurusan pembagian/pelayanan barang secara tepat, cepat dan teratur
sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan Penyaluran yaitu:
a. Menyelenggarakan penyaluran barang kepada unit kerja
b.  Menyelenggarakan adminstrasi penyaluran dengan tertib
dan rapi
c. Membuat laporan realisasi penyaluran barang milik daerah.

Dalam setiap kegiatan pasti ada masalah-masalah yang dihadapi. Hal


tersebut juga sama halnya dengan fungsi penyimpanan logistik yang
memilki berbagai permasalahan. Berikut ini adalah beberapa permasalahan
yang dihadapi dalam penyimpanan logistik:
 Penanganan administrasi fisik: jumlah jenis klasifikasi, karakteristik
dari barang
 Unsur pertanggung jawaban barang: Kekayaan negara dan instansi
yang memiliki nilai yang besar

23
 Pengadministrasian harus diikuti perkembangan agar menunjang
fugnsi perencanaan dan penentuan kebutuhan: terutama bahan dan
suku cadang
 Pembiayaan yang khusus
 Modal yang ditanam: gudang, jalan, dermaga, pemasangan
instalasi, drek dan crane, pendingin, pemanas, peralatan
pengendali.
 Biaya operasional: administrasi dan overhead, untuk biaya-biaya
pengawetan, penerangan, perawatan, pendingin, pengaman,
pengendalian, penyusutan modal.

Dalam penyimpanan logistik kita juga harus memperhatikan beberapa


faktor.Hal ini berkaitan dengan efektitas dan efisiensi penyimpanan barang
tersebut. Adapun beberapa faktor tersebut antara lain:
1. Pemilihan lokasi, Dalam rangka memperlancar, dengan
mempertimbangkan jalur cepat, lokasi mudah, dalam
mempersiapkan kematangan penyampaian barang.
2. Barang, Dalam hal ini harus diperhatikan mengenai klasifikasi dan
jenis barang. Barang-barang harus diklasifikasikan sesuai dengan
jenisnya.
3. Pengaturan ruang, Ruangan penyimpanan barang harusnya
mematuhi segala aturan ruangan yang telah ditentukan. Jangan
sampai barang itu rusak karena penataan ruangan yang tidak benar.
4. Prosedur atau sistem penyimpanan, Faktor ini mencakup segala tata
cara terkait penyimpanan barang yang di dalamnya juga
memeprhatikan aspek keamanan barang.

Selain itu penyimpanan atau pergudangan barang juga mempunyai


berbagai tujuan. Adapun tujuan penyimpanan antara lain:
1) Untuk menerima berbagai macam alat-alat, material komponen,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan logistik.

24
2) Untuk menjaga kelayakan, kualitas dan keawetan barang-barang
logistik.
3) Untuk mengatur keluarnya barang secara wajar kepada
konsumen.
4) Untuk meminimalisir berbagai kerusakan barang-barang logistik.
5) Untuk mengukur dan meneliti jumlah barang-barang logistik.
6) Untuk melakukan pengamanan terhadap barang logistik dari
berbagai ancaman .
7) Untuk memberikan informasi kepada pihak lain yang
membutuhkan.

Dalam penyimpanan logistik tidak akan pernah dapat lepas dari


adanya gudang. Sama halnya seperti konsep dan istilah penyimpanan gudang
juga memiliki banyak pengertian atau definisi, berikut ini adalah beberapa
pengertian gudang dari berbagai literatur dan sumber:
 Kamus, Gudang (kb) adalah bangunan yang dipergunakan untuk
menyimpan barang dagangan.
 Ibnu syamsi, 1997:28, Gudang adalah ruangan untuk menyimpan
barang yang berdinding, beratap dan terkunci.
 Sukadarto, 2001:18, Gudang adalah suatu ruangan yang tidak
bergerak, dapat ditutup, tidak untuk lalu lintas umum, melainkan
dipergunakan untuk menyimpan barang – barang.
 Lucas dan Rumsari, 2004:84, Gudang merupakan suatu ruangan
tertutup, tidak bergerak, tidak untuk lalu lintas umum dan berfungsi
untuk menyimpan barang.
 Perppu No. 5 Tahun 1962, Gudang adalah ruangan yang tidak
bergerak, yang dapat ditutup, dengan tujuan tidak untuk dikunjungi
oleh umum melainkan untuk dipakai khusus sebagai tempat barang.

Sesuatu dapat dikatakan gudang jika memenuhi unsur-unsur sebagai


berikut:

25
a) Adanya “ruangan”, Menurut Ibnu Syamsi pengertian ruangan lebih
luas dibandingkan dengan gudang, karena ruangan meliputi :
1. Ruangan terbuka, Ruangan terbuka adalah ruangan yang
dibentuk tanpa atap dan tanpa pagar. Biasanya ruangan terbuaka
dipergunakan untuk menyimpan barang-barang yang tahan
cuaca dan tidak khawatir untuk dicuri. Contoh: batu, pasir, dll.

2. Ruangan setengah terbuka


 Berpagar tanpa atap, Sama halnya seperti ruanagan
terbuka, akan tetapi ruangan ini tidak memiliki atap tapi
berpagar. Hal ini dikarenakan karena biasanya digunakan
untuk menyimpan barang yang rawan untuk dicuri.
Contoh: batu bata dan sejenisnya.
 Tak berpagar tapi beratap, Hampir sama dengan ruangan
semi terbuka di atas hanya bedanya ruangan ini tidak
berpagar namun memiliki atap. Karena barang yang
disimpan di ruangan ini tidak tahan cuaca namun tidak
rawan pencurian. Contoh: gerobak, stoomwals, den
sejenisnya

3. Ruangan tertutup (Gudang)


 Tertutup, Yang dimaksud tertutup di sini adalah ruangan
tersebut berpagar dan beratap serta dapat dikunci.
 Tidak bergerak dalam artian tidak berpindah-pindah
 Tidak untuk lalu lintas, yang dimakud tidak untuk lalu
lintas adalah gudang tersebut bukan merupakan akses
jalan keluar masuk yang nantinya dikhawatirkan akan
mengganggu kondisi barang yang disimpan. Misalnya
gudang penyimpanan minyak, jika gudang tersebut
terletak di tempat yang digunakan untuk lalu lintas
dikhawatirkan nantinya akan terjadi kebakaran.

26
Selain itu gudang dapat dibedakan menjadi bermacam-macam dan
didasarkan atas berbagai hal, berikut adalah macam-macam gudang
didasarkan atas berbagai aspek:
1) Berdasarkan bentuk dan karakteristik bangunannya (Lucas dan Rumsari
2004: 84)
a. Gudang tertutup
b. Gudang terbuka, dibedakan menjadi 2 yaitu:
 Gudang terbuka yang tidak diolah adalah gudang yang berupa
lapangan terbuka yang permukaannya diratakan tanpa diperkeras
biasanya digunakan untuk menyimpan logistik yangg tidak
terpengaruh perubahan cuaca/untuk penyimpanan yang sifatnya
sementara.
 Gudang terbuka diolah adalah lapangan terbuka sudah diratakan
dan diperkeras. Digunakan untuk menyimpan logistik yang tidak
cepat terpengaruh perubahan cuaca.
c. Gudang semi tertutup (lumbung) adalah bangunan beratap tanpa
dinding– dinding ujung yang lengkap dan digunakan untuk logistik
yang memerlukan pertukaran udara maksimum, tidak memerlukan
perlindungan lengkap terhadap udara.

2) Berdasarkan fungsinya
 Gudang operasional
 Gudang perlengkapan
 Gudang pemberangkatan, dan
 Gudang musiman

3) Berdasarkan barang-barang yang disimpan di dalamnya


 Gudang alat tulis
 Gudang alat medis
 Gudang BBM

27
 Gudang tenun
 Gudang alat rumah tangga
 Gudang teknik
 Gudang barang rongsokan

4) Berdasarkan tujuannya (Ibnu syamsi 1997:28)


 Gudang pusat (stafel magazijne)
 Gudang persediaan (gebruiks-gudang)
 Gudang pemakaian (verbruiks-gudang)
 Gudang penyaluran

5) Berdasarkan artiannya (Sukadarto 2001:18)


 Gudang dalam arti statis (gudang persediaan) :Tempat atau bangunan
tertutup didalamnya terdapat barang – barang serta tidak seorang pun
yang boleh masuk kecuali pegawai yg diserahi tugas. Untuk
pengawasan terhadap barang–barang dalam gudang ditunjuk
Bendaharawan Materiil.
 Gudang dalam arti dinamis (gudang penyaluran) : Tempat atau
bangunan untuk menyimpan dan mendistribusikan barang – barang
baik dari hasil pembelian maupun hasil pembuatan sendiri. Jadi,
gudang dapat diartikan sebagai tempat menampung, menyimpan dan
mendistribusikan barang – barang serta ada unsur manusia (orang)
untuk mengatur (mengelola) barang – barang yang ada di dalamnya.

6) Berdasarkan jenis barangnya


 Gudang transit
 Gudang serbaguna
 Gudang kedap udara
 Gudang pendinginan
 Tangki kering
 Gudang penyimpanan tahan api

28
 Dangau orang eskimo (iglo)

Gudang  dibuat memiliki fungsi utama yaitu untuk menampung


barang – barang untuk sementara waktu, menunggu saat barang itu
dipergunakan dan untuk menjamin kontinuitas pelaksanaan kerja. Sedangkan
menurut sukadarto gudang memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Penerimaan, Penerimaan merupakan proses penyerahan dan
penerimaan logistik dan peralatan di gudang. Dalam proses
penyerahan dan penerimaan ini dilakukan:
 Pendataan jumlah dan mutu logistik dan peralatan harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku/layak untuk diberikan kepada
korban bencana.
 Pencatatan administratif sebagai dokumen yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh petugas yang bersangkutan.

2. Penyimpanan, Penyimpanan merupakan proses kegiatan penyimpanan


logistik dan peralatan di gudang dengan cara menempatkan logistik
dan peralatan yang diterima:
 Penempatan sesuai dengan denah.
 Aman dari pencurian.
 Aman dari gangguan fisik.
 Aman dari pencemaran secara kimiawi dan biologi yang dapat
merusak kualitas dan kuantitas.
 Aman dari kebakaran.
 Penataan sesuai dengan standar pergudangan.

3. Pemeliharaan,Pemeliharaan merupakan kegiatan perawatan logistik


dan peralatan agar kondisi tetap terjamin dan siap pakai untuk
dipergunakan dalam penanggulangan bencana secara efektif dan
efisien dan akuntabel.

29
4. Pengamanan, Untuk menjaga keamanan dan keselamatan logistik dan
peralatan di gudang perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Lokasi Pergudangan diupayakan secara historis aman dari
bencana (misalnya aman dari gempa, banjir, tanah longsor)
b. Pencegahan Kebakaran
 Dihindari penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar.
 Dipasang alat alarm kebakaran.
 Alat pemadam kebakaran harus diletakkan pada tempat
yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup.
Contoh: tersedianya bak pasir, tabung pemadam
kebakaran, hidran, karung goni, galah berpengait besi.
c. Keamanan Gudang
 Dipagar keliling
 Alat pemantau keamanan seperti : alarm atau kamera
CCTV
 Petugas keamanan

Jadi, pada intinya gudang adalah suatu ruangan atau tempat yang
dibebani tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam
produksi, dari mulai barang itu diterima sampai pada saatnya barang itu
dipergunakan atau dipindahkan. Selain itu dalam gudang juga harus
diperhatikan terkait pemeliharaan dan keamanan barang-barang logistik yang
disimpan.          

D. Kegiatan Penyimpanan Logistik


Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 penyimpanan
merupakan kegiatan melakukan penerimaan, penyimpanan, pengaturan,
pembukuan, pemeliharaan barang dan pengeluaran dari tempat penyimpanan.
Sedangakan menurut Subagya  penyimpanan juga dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan

30
pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan
juga dapat diartikan kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan
penyelenggaraaan dan pengaturan barang-barang persediaan di dalam ruang
penyimpanan.Penyimpanan barang daerah dilaksanakan dalam rangka
pengawasan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam
gudang/ruang penyimpanan sehingga dalam pengurusan barang persediaan
agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan tepat. Adapun
kegiatan dari penyimpanan, antara lain:
1. menerima, menyimpan, mengatur dan menjaga keutuhan barang
dalam gudang/ruang penyimpanan agar dapat dipergunakan sesuai
dg rencana secara tertib, rapi dan aman;
2. menyelenggarakan administrasi penyimpanan/pergudangan atas
semua barang yg ada dalam gudang;
3. melakukan stock opname secara berkala ataupun insidentil
terhadap barang persediaan yg ada di dalam gudang agar
persediaan selalu dapat memenuhi kebutuhan;
4. Membuat laporan secara berkala atas persediaan barang yg ada di
gudang.

Menurut Subagyo (1988:68), penyimpanan berfungsi untuk menjamin


penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi–fungsi sebelumnya
dengan pemenuhan setepat–tepatnya dan dengan biaya serendah mungkin

31
BAB III
DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT

A. Pengertian Distribusi
Distribusi berakar dari bahasa inggris distribution yang berarti
penyaluran. Sedangkan kata dasarnya to distribute, berdasarkan Kamus
Inggris Indonesia John M, Echols dan Hassan Shadilly dalam Damsar (2009 :
93) bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan,
dan mengageni. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
distribusi dimaksudkan sebagai penyalur (pembagian, pengiriman) kepada
beberapa orang atau beberapa tempat. Jadi berdasarkan rujukan di atas,
distribusi dapat dimengerti sebagai proses penyaluran barang atau jasa kepada
pihak lain.

Dalam kegiatan distribusi diperlukan adanya sarana dan tujuan


sehingga kegiatan distribusi dapat berjalan dan terlaksana dengan
baik.Kegiatan distribusi merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat
penting dilakukan dalam pemasaran yaitu untuk mengembangkan dan
memperluas arus barang atau jasa mulai dari produsen sampai ketangan
konsumen sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Pemilihan
proses distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab
kesalahan dalam pemilihan proses distribusi dapat memperlambat proses
penyaluran barang atau jasa sampai ketangan konsumen atau pemakai. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai pengertian distribusi, berikut ini
dikemukakan pendapat dari beberapa ahli antara lain :

Menurut Gugup Kismono, Distribusi adalah perpindahan barang dan


jasa dari produsen kepemakai industri dan konsumen. Menurut Sofyan
Assauri distribusi merupakan suatu lembaga yang memasarkan produk, yang
berupa barang atau jasa dari produsen ke konsumen. C. Glenn Walters dalam

32
Angipora (2002 : 295), Distribusi adalah sekelompok pedagang dan agen
perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari
satu produk untuk menciptakan penggunaan pasar tertentu.

Distribusi adalah kegiatan yang terlibat dalam pengadaan dan


penggunaan semua bahan yang dipergunakan untuk memproduksi barang
jadi, kegiatan ini meliputi pengendalian produksi dan penanganan bahan dan
penerimaan. (Sedangkan menurut Keegan distribusi adalah sistem yang
menghubungkan manufaktur kepada pelanggan, saluran konsumen dirancang
untuk menempatkan produk tersebut ditangan orang-orang untuk digunakan
sendiri, sedangkan saluran barang industri menyampaikan produk ke
manufaktur atau organisasi yang menggunakan produk tersebut dalam proses
produksi atau dalam operasi sehari-hari. Menurut pandangan Islam konsep
distribusi adalah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar
sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat
melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu
saja.

Sedangkan menurut Fandi Tjiptono (2002 : 73), distribusi diartikan


sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen atau pemakai.
Ditinjau dari bagian-bagiannya, distribusi merupakan suatu sub sistem yang
saling bekerja sama untuk membentuk suatu sistem yang sesuai dengan
tujuan tertentu. Sistem ini harus diawasi agar dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Secara sederhana sistem ini juga merupakan seperangkat elemen
yang saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu.

Sistem distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setel
ah sediaandisiapkan oleh IFRS, dihantarkan kepada perawat, dokter atau
profesional pelayanankesehatan lain untuk diberikan kepada penderita.
Sistem pendistribusian obat yang dibuatharus mempertimbangkan efisiensi

33
penggunaan sarana, personel, waktu dan men"egahkesalahan atau
kekeliruan.Sistem ini melibatkan sejumlah prosedur, personel dan fasilitas. 

Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, p
ersonel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi
penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat dan informasinya kepada
penderita. Sistem distribusi obat dirumah sakit men"akup penghantaran
sediaan obat yang telah didispensing IFRS ke daerahtempat perawatan
penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan penderita,ketepatan
jadwal, tanggal, waktu, metode pemberian, keutuhan mutu obat dan
ketepatan personel pemberi obat. 

Infalkes akan memberikan tanda terima kepada pihak instansi yang be
rsangkutandan pihak instansti tersebut harus menanda tangani bukti tanda
terima tersebut. Sistem pendistribusiaan menggunakan sistem FIFO (Frist In
frist Out) dimana barang yang datangterlebih dahulu akan di distribusikan
terlebih dahulu, dan sitem FIFO (First in First out) yaitu barang yang
memiliki pendek ( mendekati tanggal akan di keluarkanterlebih dahulu.
Selama satu tahun, di Infalkes ada dua kali distribusi ke puskesmas dan
rumah sakit, yakni pada bulan January, February dan bulan juli, agustus. Dan
juga, yaitukebutuhan barang mendadak dari puskesmas dan rumah sakit,
selama persediaan masih ada, pihak infalkes harus menyediakannyaSetelah
Infalkes mendistribusikan sediaan farmasi kepada pukesmasdan rumah
sakit, pihak infalkes akan memasukkan jumlah barang yang keluar ke dalam
kartu stok danmenghitung sisa yang ada di gudang.Instalasi Farmasi
bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman di RumahSakit,
Puskesmas, maupun distribusi ke tempat lain. Tanggung jawab ini meliputi
seleksi, pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk dikonsumsi dan
distribusi obat ke daerah perawatan penderita. !erkaitan dengan tanggung
jawab penyampaian dan distribusi obat dariIF ke daerah perawatan pasien
maka dibuat sistem distribusi obat.Sistem distribusi obat adalah suatu proses

34
penyerahan obat sejak setelah sediaandisiapkan oleh IF, dihantarkan kepada
perawat, dokter atau profesional pelayanan kesehatanlain untuk diberikan
kepada penderita. Sistem pendistribusian obat yang dibuat
harusmempertimbangkan efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan
men"egah kesalahanatau kekeliruan.Sistem ini melibatkan sejumlah prosedur,
personel dan fasilitas.

B. Tujuan Distribusi
Tujuan kegiatan distribusi baik yang dilakukan oleh individu atau
lembaga yaitu sebagai berikut ini :

 Kelangsungan kegiatan produksi dapat terjamin

Produsen atau perusahaan membuat barang untuk dijual dan


mendapatkan suatu keuntungan dari hasil penjualan yang kembali
digunakan untuk sebuah proses produksi dimana keuntungan tersebut
didapatkan bila terdapat distributor.

 Barang atau Jasa Hasil Produksi dapat bermanfaat bagi


konsumen

Barang atau jasa produksi tidak akan ada artinya bila tetap berada di
tempat produsen. Barang atau jasa bisa bermanfaat bagi konsumen
bila sudah ada kegiatan distribusi.

 Konsumen Memperoleh Barang dan Jasa dengan Mudah

Tidak semua barang atau jasa bisa dibeli langsung konsumen dari
produsen dimana hal ini membutuhkan penyalur atau distribusi dari
produsen ke konsumen.

35
C. Kegiatan Distribusi
Distribusi merupakan suatu kegiatan penyaluran barang dan jasa yang
dibuat dari produsen ke konsumen supaya tersebar luas. Kegiatan distribusi
fungsi nya mendekatkan produsen dengan konsumen sehingga barang atau
jasa dari seluruh indonesia atau luar indonesia bisa kita barang dan jasa
tersebut. Kegiatan distribusi adalah suatu penghubung antara kegiatan
produksi dan konsumsi.Pelaku kegiatan distribusi dinamakan
distributor.Dalam kegiatan ekonomi, distribusi adalah suatu kegiatan yang
berada di antara sampai ke tangan konsumen.Barang yang sudah dihasilkan oleh
produsen supaya sampai ke tangan konsumen memerlukan adanya lembaga
yang biasa disebut dengan distributor.

Dalam kenyataan tidak selamanya barang yang dihasilkan produsen


untuk sampai ke konsumen harus melewati distributor.Akan tetapi, dalam
perekonomian modern suatu kegiatan distribusi memegang peranan yang
penting.

Lebih-lebih dengan makin majunya teknologi transportasi yang


mengakibatkan hubungan antarbangsa menjadi lebih dekat.Hal ini
mengakibatkan peranan distribusi makin penting karena barang yang ada
didalam negeri tetapi juga konsumen yang ada diluar negeri.

D. Pelayanan Di kamar Obat


Pelayanan kesehatan kepada masyarakat bertujuan membentuk
masyarakat yang sehat.Diperlukan upaya-upaya kesehatan yang menyeluruh
dan terpadu untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut.
Puskesmas merupakan lembaga kesehatan yang pertama berhadapan
langsung dengan pasien.Puskesmas memiliki tanggung jawab terhadap
wilayah kerja yaitu suatu kecamatan.Puskesmas memiliki visi yaitu
tercapainya kecamatan yang sehat.Kecamatan sehat mencakup 4 indikator

36
utama, yaitu hubungan yang sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk.Untuk mencapai
visi tersebut puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang
bermutu.Pelayanan kefarmasian pada saat ini, telah berubah paradigmanya
dari orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian.
Hal-hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam pelayanan kefarmasian di
Puskesmas antara lain sumber daya manusia (SDM), pengelolaan sediaan
farmasi, pelayanan farmasi klinik dan mutu pelayanan/tingkat kepuasan
konsumen

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul


sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkan dengan apa yang dirasakan. Pasien akan merasa puas apabila
kinerja layanan kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan (Pohan,
2006).

Menurut PP NO 51 Tahun 2009 pasal 1 ayat 4 yang dimaksud


pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pada
pasal 1 ayat 11 fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. Pada
PP NO 51 Tahun 2009 bagian ketujuh (pengendalian mutu dan biaya) pasal
31 ayat 1 menyatakan bahwa setiap tenaga kefarmasian dalam melaksanakan
pekerjaan kefarmasian wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan
kendali biaya (Anonima, 2009).

Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu menunjukkan


tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, di satu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan dan dipihak lain

37
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1983). Apabila konsep apotek
dijalankan sesuai dengan standar pelayanan tersebut, maka kepuasan pasien
terhadap kualitas pelayanan di apotek tersebut akan terpenuhi (Hartini dan
Sulasmono, 2007).

Pengukuran kepuasan pengguna jasa kesehatan merupakan salah satu


indikator untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan pelanggan
atas produk akan mempengaruhi pola perilaku selanjutnya seperti minat beli
ulang produk. Beberapa penelitian menemukan bahwa pasien yang merasa
puas atas pelayanan kesehatan berminat melakukan kunjungan ulang (Pohan,
2006).

Kunjungan di Puskesmas Banyuanyar cukup besar yaitu sekitar 40-60


pasien perhari (Anonimb, 2009).Puskesmas Banyuanyar merupakan salah
satu puskesmas di Kota Surakarta yang mendapatkan ISO 9001:2000 selain
puskesmas Pajang dan Sibela.Puskesmas Banyuanyar memiliki pelayanan
kefarmasian yang disebut kamar obat.Kamar obat puskesmas Banyuanyar
dipimpin oleh seorang apoteker (Anonim, 2010).

Mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kamar obat di


Puskesmas Banyuanyar Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1. Kepuasan
Menurut Parasuraman, dkk (1998) ada 5 dimensi yang mewakili
persepsi konsumen terhadap suatu kualitas pelayanan jasa, yaitu:
a. Keandalan (reliability) adalah dimensi yang mengukur
keandalan suatu pelayanan jasa kepada konsumen.
Keandalan didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
secara akurat dan terpercaya.

38
b. Ketanggapan (responsiveness) adalah kemampuan untuk
membantu konsumen dan memberikan pelayanan dengan
cepat kepada konsumen. Dimensi ketanggapan merupakan
dimensi yang bersifat paling dinamis. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor perkembangan teknologi. Salah satu contoh
aspek ketanggapan dalam pelayanan adalah kecepatan.

c. Jaminan (assurance) adalah dimensi kualitas pelayanan


yang berhubungan dengan kemampuan dalam menanamkan
kepercayaan dan keyakinan kepada konsumen. Dimensi
jaminan meliputi kemampuan tenaga kerja atas pengetahuan
terhadap produk meliputi kemampuan karyawan dan
kesopanan dalam memberi pelayanan, ketrampilan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang
ditawarkan dan kemampuan di dalam menanamkan
kepercayaan konsumen terhadap jasa yang ditawarkan.

d. Empati (emphaty) adalah kesediaan untuk peduli dan


memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi
kepada konsumen (pengguna jasa). Dimensi empati adalah
dimensi yang memberikan peluang besar untuk
menciptakan pelayanan yang “surprise” yaitu sesuatu yang
tidak diharapkan pengguna jasa tetapi ternyata diberikan
oleh penyedia jasa.

e. Berwujud (tangible) didefinisikan sebagai penampilan


fasilitas peralatan dan petugas yang memberikan pelayanan
jasa karena suatu service jasa tidak dapat dilihat, dicium,
diraba atau didengar maka aspek berwujud menjadi sangat
penting sebagai ukuran terhadap pelayanan jasa. Hal-hal

39
yang harus dilakukan agar pelayanan di apotek berjalan
dengan baik, adalah sebagai berikut:
a) Mempunyai sistem yang mampu mendukung
berjalannya dengan cepat, tepat, dan aman.
b) Sebaiknya mendistribusikan pelayanan dibeberapa
loket untuk memudahkan pasien.
c) Mampu membuat sistem inventory yang dapat
menurunkan penggunaan modal kerja.
d) Mampu menjalin komunikasi yang baik dengan
seluruh unit kerja di apotek.
e) Memiliki karyawan yang andal dan terlatih
(Aditama, 2003).

Menurut Muninjaya (2004), kepuasan pengguna jasa pelayanan


kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan
yang akan diterimanya.
b) Sikap peduli yang ditunjukkan oleh petugas
kesehatan.
c) Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai
sumber moral bagi pasien dan keluarganya.
d) Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi
kebersihan, dan kenyamanan ruangan.
e) Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas
kesehatan.
f) Keandalan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam
memberikan perawatan.
g) Kecepatan petugas dalam memberikan tanggapan
terhadap keluhan pasien.

Metode untuk mengukur kepuasaan konsumen ada 4 , yaitu:

40
1. Sistem keluhan dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer
oriented) perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para
konsumen untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan
mereka terhadap pelayanan yang disediakan (Kotler, 1997).
2. Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai
kepuasan konsumen adalah dengan memperkerjakan beberapa
orang (ghost shopping) untuk berperan atau bersikap sebagai
konsumen kepada pesaing. Cara ini dapat diketahui kekuatan
dan kelemahan dari pesaing (Kotler, 1997).
3. Lost Customer Analysis
Penyedia jasa mengevaluasi dan menghubungkan konsumen
yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah ke
penyedia jasa agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi
dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya.
Pemantauan terhadap lost customer analysis sangat penting
karena peningkatannya menunjukkan kegagalan penyedia jasa
dalam memuaskan konsumen (Kotler, 1997).
4. Survei kepuasan konsumen
Melalui survei, penyedia jasa akan memperoleh tanggapan dan
umpan balik (feedback) secara langsung dari konsumen serta
memberikan kredibilitas positif bahwa penyedia jasa menaruh
perhatian terhadap para konsumen (Kotler, 1997).

Salah satu cara mengukur kepuasan konsumen dengan metode survey


kepuasan konsumen dapat menggunakan pengukuran SERVQUAL (service
quality) yang dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu
persepsi konsumen atas layanan yang nyata mereka terima (perceived service)
dengan layanan yang diharapkan (expected service). Pengukuran kualitas jasa
(service quality) didasarkan pada skala multi item yang dirancang untuk

41
mengukur harapan dan persepsi pelanggan serta gap diantara keduanya pada
5 dimensi kualitas jasa (keandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan
berwujud).Kelima dimensi tersebut dijabarkan secara rinci untuk variabel
harapan dan variabel persepsi yang disusun dalam pertanyaan dan
berdasarkan bobot dalam skala Likert (Supranto, 1997).

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pengukuran kepuasan pelanggan


menurut Gerson (2001), adalah:
1) Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan
berprestasi, yang kemudian diterjemahkannya menjadi pelayanan
yang prima kepada pelanggan.
2) Pengukuran bisa dijadikan dasar penentuan standar kinerja dan
standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan
perusahaan menuju keadaan yang semakin baik dan kepuasan
pelanggan yang meningkat.
3) Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada perusahaan,
terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja perusahaan
yang memberikan pelayanan.
4) Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai
tingkat produktivitas yang lebih besar.

2. Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab melaksanakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Secara nasional
standart wilayah kerja Puskesmas adalah kecamatan.Apabila di
suatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah desa/kelurahan
dusun/rukun warga.Visi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan

42
sehat.Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat, dan cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu (Anonim, 2006).

Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan


perorangan di puskesmas adalah kepuasan pasien. Kepuasan
didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu
produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan
konsumen, sehingga mempengaruhi proses pengambilan
keputusan untuk pembelian ulang produk yang sama. Pengertian
produk mencakup barang, jasa, atau campuran antara barang dan
jasa.Produk puskesmas adalah jasa pelayanan kesehatan.

Menurut PP 51 tahun 2009 Pasal 1 ayat 1, Pekerjaan


Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

PP 51 Tahun 2009 pasal 4 berisi, tujuan pengaturan Pekerjaan


Kefarmasian untuk:
a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan
masyarakat dalam memperoleh dan/atau
menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian.
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta peraturan perundangan-undangan.
c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien,
masyarakat dan Tenaga Kefarmasian.

43
PP 51 Tahun 2009 pasal 21 ayat 1 berisi dalam
menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan
standar pelayanan kefarmasian (Anonim, 2009).

Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi


pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan
administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan
resep, peracikan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan
tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana
yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan yaitu terlaksananya pelayanan kefarmasian
yang bermutu dipuskesmas.

1. Pengelolaan Sumber Daya


a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia untuk melaksanakan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas adalah Apoteker (UU RI No23 Th
1992 tentang kesehatan). Kompetensi apoteker di Puskesmas
sebagai berikut:
1) Mampu memberikan dan menyediakan pelayanan
kefarmasian yang bermutu.
2) Mampu mengambil keputusan secara profesional.
3) Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien
maupun profesi kesehatan lainnya dengan
menggunakan bahasa verbal, non verbal maupun
bahasa lokal.

44
4) Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal
maupun informal, sehingga ilmu dan keterampilan
yang dimilki selalu baru (up to date).

Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat


membantu pekerjaan apoteker dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian tersebut (Anonim, 2006).
b. Prasarana dan Sarana
Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara
tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian, sedangkan
sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang secara
langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian.Dalam upaya
mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmas diperlukan
sarana dan prasarana yang memadaidisesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing puskesmas dengan memperhatikan
luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan,
angka kunjungan dan kepuasan pasien.

Prasarana dan sarana yang perlu dimiliki puskesmas untuk


meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai
berikut:
1) Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat
terlihat jelas oleh pasien.
2) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
3) Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain
timbangan gram dan miligram, mortir-stamper, gelas
ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain.
4) Tersedia tempat dan alat untuk mendisplay informasi
obat bebas dalam upaya penyuluhan pasien, misalnya
untuk memasang poster, temat brosur, leaflet, booklet
dan majalah kesehatan.

45
5) Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang
memadai untuk pelayanan informasi obat. Antara lain
Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi
Spesialite Obat Indonesia (ISO) dan Informasi Obat
Nasional Indonesia (IONI).
6) Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan
obat yang memadai.
7) Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es
untuk supositoria, serum dan vaksin, dan lemari
terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
8) Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat
atau komputer agar pemasukan dan pengeluaran obat,
termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau
dengan baik.
9) Tempat penyerahan obat, yang memungkinkan untuk
melakukan pelayanan informasi obat (Anonim, 2006).

c. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan


Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain
obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
kesehatan.Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan (Anonim, 2006).
d. Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,
pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan
kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatanmaupun pengeolaan resep supaya lebih
mudah dimonitor dan dievaluasi (Anonim, 2006).

46
Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian,
yaitu:
1) Perencanaan
2) Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/kota
3) Penerimaan
4) Penyimpanan menggunakan kartu stok atau komputer
5) Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-
LPO
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep
berdasarkan pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan
bendel resep harian secara teratur selama 3 tahun dan
pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara.

2. Pelayanan Farmasi Klinik


a. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
dokter hewan kepada apoteker untuk menyediaakan dan
menyerakan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi


aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai
dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan
penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep
dilakukan sebagai berikut(Anonim, 2006):
1) Penerimaan Resep Setelah menerima resep dari
pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Pemeriksaan kelengkapan administratif
resep, yaitu: nama dokter, nomor surat
izin praktek (SIP), alamat praktek dokter,

47
paraf dokter, tanggal, penulisan resep,
nama obat,jumlah obat,cara
penggunaan,nama pasien, umur pasien,
dan jenis kelamin pasien.
b) Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu
bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
cara, dan lama penggunaan obat.
c) Pertimbangan klinik, seperti alergi, efek
samping, interaksi dan kesesuaian dosis.
d) Konsultasika dengan dokter apabila
ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia.
2) Peracikan Obat
a) Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-
hal sebagai berikut: Pengambilan obat
yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan
memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
b) Peracikan obat
c) Pemberian etiket warna putih untuk obat
dalam/oral dan etiket warna biru untuk
obat luar, serta menempelkan label
“kocok dahulu” pada sediaan obat dalam
bentuk larutan.
d) Memasukkan obat ke dalam wadah yang
sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan
penggunaan yang salah.
3) Penyerahan Obat
Setalah peracikan obat, dilakukan hal-hal berikut:

48
a) Sebelum obat diserahkan kepada pasien
harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat.
b) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah
dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan, mengingat pasien dalam kondisi
tidak sehat mungkin emosinya kurang
stabil.
c) Memastikan bahwa yang menerima obat
adalah pasien atau keluarganya.
d) Memberikan informasi cara penggunaan
obat dan hal-hal lain yang terkait dengan
obat tersebut, antara lain manfaat obat,
makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping,
cara penyimpanan obat, dll.
4) Pelayanan Informasi
Obat Pelayanan informasi obat harus benar, jelas,
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana, dan terkini sangat diperlukan dalam
upaya penggunaan obat yang rasional oleh
pasien.Sumber informasi obat adalah buku
Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat
Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional
Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta
buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat
diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat
yang berisi (Anonim, 2006):
a) Nama dagang obat jadi

49
b) Komposisi
c) Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
d) Dosis pemakaian
e) Cara pemakaian
f) Khasiat atau kegunaan
g) Kontra indikasi (bila ada)
h) Tanggal kadaluarsa
i) Nomor ijin edar/nomor regristasi
j) Nomor kode produksi
k) Nama dan alamat industri

Informasi obat yang diperlukan pasien adalah:


a) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan
dalam sehari, apakah diwaktu pagi, siang, sore atau malam.
Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau
sesudah makan.
b) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau
harus dihabiskan meskipun sudah merasa sembuh. Obat
antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya
resistensi.
c) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan
keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien harus
mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang
benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral,
obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot
hidung, tetes telinga, supositoria dan krim/salep rektal dan
tablet vagina. Petunjuk pemakaian obat yang benar:
a) Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)
1) Cara oral merupakan cara yang paling lazim, karena
sangat praktis, mudah dan aman. Yang terbaik adalah
minum obat dengan segelas air.

50
2) Ikuti petunjuk dari profesi kesehatan (saat makan atau
saat perut kosong)
3) Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan
seluruhnya, tidak boleh dikunyah atau dipecah.
4) Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang
telah diberi ukuran ketepatan dosis. Jangan gunakan
sendok rumah tangga.
5) Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang
dianjurkan oleh dokter minta pilihan bentuk sediaan
lain.
b) Petunjuk Pemakaian Obat Oral Untuk Bayi/Balita
1) Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya,
gunakan sendok takar dalam kemasan obat.
2) Segera berikan minuman yang disukai anak setelah
pemberian obat yang terasa enak/pahit.

51
BAB IV
PEMELIHARAAN LOGISTIK

A. Pengertian Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk
mempertahankan kondisi sebuah item atau peralatan, atau mengembalikannya
ke dalam kondisi tertentu.Kemudian dengan penekanan inti definisi yang
sejalan Ansori dan Mustajib (2013) di dalam bukunya mendefinisikan
perawatan atau maintenance sebagai konsepsi dari semua aktivitas yang di
perlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar
dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awal.
Menurut Mobley(2008) beberapa keuntungan yang di dapatkan
dengan menerapkan pemeliharaan sebagai penopang strategi perusahaan yaitu
:
1. Mengurangi total biaya pemeliharaan (biaya suku cadang dan biaya
overtime)
2. Memiliki stabilitas proses yang lebih baik
3. Memperpanjang usia peralatan dan mesin
4. Mengoptimalkan jumlah suku cadang
5. Meningkatkan keselamatan karyawan/operator
6. Mengurangi kerusakan lingkungan sekitar.

Perbedaan strategi pemeliharaan pada satu mesin dengan mesin


lainnya mungkin saja terjadi.Pemeliharaan sebaiknya dilakukan
dengan mengklsifikasikan mesin dan peralatan kedalam beberapa
kategori sehingga implementasi pemeliharaan dapat menjadi efektif.
Klasifikasi mesin atau peralatan yang menjadi sasaran sistem
pemeliharaan menurut Scheffer dan Girdhar (2004) dapat dibagi tiga,
yaitu:

52
1. Kategori kritis Mesin atau komponen mesin yang dianggap
kritis dalam pemeliharaan umumnya memiliki kriteria sebagai
berikut:
a) Kerusakan yang dapat membahayakan area pabrik
b) Mesin atau komponen mesin yang jika rusak/breakdown
dapat menghambat seluruh kegiatan produksi
c) Mesin atau komponen mesin yang mempunyai biaya
inisial yang tinggi, tidak dapat diperbaiki, atau dapat
diperbaiki namun dengan biaya yang mahal dan waktu
yang lama.
d) Mesin atau komponen mesin yang performanya sensitive
terhadap kerusakan kecil
e) Mesin atau komponen mesin yang jika dipelihara dapat
meningkatkan efisiensi dan menghemat energy.

2. Kategori Esensial Mesin atau komponen mesin yang dianggap


esensial dalam pemeliharaan umumnya memiliki kriteria :
a) Kerusakannya dapat membahayakan area pabrik
b) Mesin atau komponen mesin yang membutuhkan waktu
yang tidak terlalu lama dan biaya yang tidak terlalu mahal
dalam perbaikannya.
c) Mesin atau komponen mesin yang performanya sensitive
terhadap kerusakan kecil, namun kerusakannya dapat
dianalisa secara historis
d) Mesin atau komponen mesin yang memerlukan perawatan
berkala

3. Kategori Umum Mesin atau komponen mesin yang termasuk


kategori umum dalam pemeliharaan memiliki kriteria :
a) Kerusakannya tidak membahyakan area pabrik

53
b) Mesin atau komponen mesin yang fungsinya tidak kritis
pada lantai produksi
c) Mesin atau komponen mesin yang mempunyai cadangan

B. Tujuan Pemeliharaan
Beberapa tujuan pemeliharaan yang utama antara lain :
1...........................................................................................................................Kema
dengan rencana produksi.
2...........................................................................................................................Menja
yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dari kegiatan produksi
yang tidak terganggu.
3...........................................................................................................................Untuk
yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam
perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan
kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut.
4...........................................................................................................................Untuk
efisien keseluruhannya.
5...........................................................................................................................Untuk
tersebut.
6...........................................................................................................................Mema
(mengurangi downtime).
7...........................................................................................................................Untuk

C. Manfaat Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar semua barang
selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
 

54
Selain beberapa pengertian di atas, pemeliharaan logistik juga
memiliki sasaran dan tujuan adapun tujuan dari suatu pemeliharaan
logistik menurut Kepmendagri No. 17 Tahun 2007 adalah semua
barang-barang inventaris yang tercatat dalam buku inventaris. Jadi
segala barang yang tertera dalam buku inventaris perusahaan harus
dipelihara sedangkan yang tidak tercantum dalam buku inventaris tidak
ada suatu kewajiban untuk melakukan suatu pemeliharaan.
Pemeliharaan logistik juga memilki beberapa tujuan, antara lain:
1. Menjaga dan menjamin setiap logistik yeng ada tetap mampu
berfungsi sebagaimana mestinya sewaktu logistik tersebut
dibutuhkan sehingga kegiatan-kegiatan dalam organisasi tidak
mengalami hambatan/stagnasi.
Hal ini berkaitan dengan operasional dari barang-barang logistik
yang dipelihara.Agar suatu barang yang dimilki oleh perusahaan
atau organisasi tersebut tetap bisa beroperasi dengan baik maka
dibutuhkan suatu pemeliharaan. Sehingga nantinya ketika
barang tersebut akan dipakai sewaktu-waktu barang tersebut
tetap bisa dijalankan tanpa menghambat keberjalanan dari
organisasi tersebut. Contohnya: sebuah organisasi memilki
mobil. Mobil tersebut memilki kegunaan yang sangat penting
bagi organisasi tersebut.Untuk suatu waktu organisasi tersebut
tidak menggunakan mobil tersebut untuk beberapa
waktu.Meskipun tidak dipergunakan, sudah seharusnya mobil
tersebut harus dipelihara. Misalnya dengan memanasi mobil
tersebut setiap hari, mencucinya  minimal setiap minggu, dll.
Agar nantinya ketika secara tiba-tiba mobil tersebut akan
dipergunakan tidak menghambat kegiatan organisasi tersebut.

2. Agar umur pemakaian logistik dapat mencapai batas waktu yang


optimal (sesuai batas waktu yg ditetapkan). Tujuan ini berkaitan
dengan tingkat keawetan dari logistik tersebut. Setiap barang

55
logistik sebenarnya telah memilki umur ekonomis, yaitu suatu
batas waktu yang diperhitungkan dari masa pakai barang
tersebut. Agar waktu tersebut dapat sesuai dengan yang
direncanakan diperlukan suatu pemeliharaan logistik yang baik
dan benar. Sebagai contohnya: suatu organisasi memiliki sebuah
komputer yang telah diperhitungkan masa pakainya selama 2
tahun. Jika komputer tersebut tidak dipelihara dengan baik
belum tentu komputer tersebut dapat dipakai selama 2 tahun.
Oleh karena itu sudah seharusnya komputer tersebut stiap
harinya dipelihara baik itu dari segi hardware maupun
softwarenya.

3. Mendukung efisiensi organisasi,tujuan yang ketiga ini


sebenarnya merupakan tujuan utama dari pemeliharaan  logistik.
Tujuan ini telah mencakup dua tujuan dari pemeliharaan barang
yang telah dipaparkan di atas. Pada bagian ini tujuan
pemeliharaan barang berkaitan dengan keberlangsungan dari
kegiatan suatu organisasi tersebut dari segi efisiensinya. Tujuan
utama dari sebuah organisasi adalah mencapai cita-cita
organisasi secara efektif dan efisien. Oleh karenanya diperlukan
suatu sarana dan prasarana yang baik. Sarana dan prasarana
tersebut berupa barang-barang logistik yang dimilki oleh
perusahaan tersebut. Agar nantinya barang-barang tersebut tetap
dapat digunakan oleh perusahaan dalam rangka efisiensi
perusahaan maka dibutuhkan suatu pemeliharaan logistik.

Selain beberapa tujuan di atas, pemeliharaan logistik juga memilki


beberapa manfaat. Adapun manfaat tersebut antara lain:
1) Dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi

56
2) Menjaga kualitas produksi yang tepat guna, memenuhi apa
yang dibutuhkan oleh produk dan tidak mengganggu kegiatan
produksi
3) Membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan diluar
batas dan menjaga modal untuk waktu yang ditentukan sesuai
kebijakan
4) Melaksanakan biaya serendah mungkin dan melalsanakan
kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien.

Jadi, pada hakikatnya pemeliharaan logistik merupakan salah satu


fungsi manajemen logistik yang berupa serangkaian kegiatan atau
proses yang di dalamnya berupa segala bentuk perawatan,
pemeliharaan dan penjagaan keadaan barang agar barang-barang yang
dimiliki oleh suatu organisasi tetap dapat digunakan kapanpun serta
mampu mencapai umur ekonomis dari barang tersebut sesuai dengan
masa pakai barang tersebut yang pada dasarnya bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan kegiatan organisasi agar tetap efektif dan
efisien. 

D. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan


Seluruh tugas dalam kegiatan pemeliharaan pada dasarnya
dapatdikelompokkan dalam tugas pokok sebagai berikut:

1. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan utama dari inspeksi adalah pemeriksaan rutin berkala dan
berdasarkan rencana.Adapun pengecekan dilakukan terhadap seluruh aset
produksi, mulai dari gedung hingga mesin.Seluruh aset harus mampu
mendukung kegiatan produksi, dan jika ditemui adanya kerusakan harus
segera dilaporkan pada bagian teknis.
Pelaporan adalah hal akhir darikegiatan inspeksi.
Berdasarkan temuan dapat ditentukan prioritas utama dalam hal

57
perbaikan, penggantian komponen, hingga pembelian mesin atau
peralatan baru.

2. Kegiatan Teknik (Engineering)


Kegiatan teknik adalah kegiatan yang mencakup layout mesin, setting
mesin, perbaikan, penggantian komponen, penelitian dan pengembangan
peralatan produksi.Bagian ini bertanggung jawab terhadap upaya-upaya
yang dapat dilakukan agar peralatan dan mesin mampu bertahan dan
dikembangkan kinerjanya.Pembelian peralatan baru dilakukan
berdasarkan penelitian atas kinerja mesin, dan jika mesin dianggap sudah
tidak mampu memenuhi target yang diharapkan.Kegiatan ini juga
berinisiatif terhadap rekayasa modifikasi alat atau mesin agar mampu
memenuhi kebutuhan produksi.
3. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan inti pemeliharaan adalah memperbaiki dan mereparasi peralatan
dan mesin.Dalam kegiatan produksi inilah pemeliharaan benar-benar
dilaksanakan dan ditelaah.Seluruh karyawan turut serta dalam kegiatan
ini.Kegiatan diawali dari kebersihan mesin, lingkungan, perawatan
pelumasan, pengecekan kesiapan kerja mesin dan keselamatan
kerja.Seluruh kegiatan ini berdasarkan saran danperintah kerja bagian
teknik.

4. Kegiatan Administrasi (Clerical Work)


Kegiatan yang tidak kalah penting adalah kegiatan administrasi. Unsur
administrasi menjadi penting, karena dari kegiatan ini akan terekam
sejarah pemakaian alat dan mesin. Berapa lama mesin telah dipakai,
kerusakan apa yang pernah terjadi, komponen apa yang telah diganti dan
apa yang telah dilakukan terhadap mesin. Pencatatan juga dilakukan
apakah kinerja mesin sesuai harapan, jika tidak apakah telah memenuhi
Prosedur Operasional Standar (POS).

58
5. Pemeliharaan Bangunan (House Keeping)
Kegiatan ini adalah kegiatan dalam kerangka agar fasilitas pendukung
kegiatan yang berupa gedung dan perlengkapannya dapat mendukung
produksi. Kegiatan utama adalah menjaga kebersihan dan perawatan
dinding dan konstruksi serta saran pendukungnya, seperti: AC, sanitari,
alat keselamatan kerja, sarana pemadam kebakaran dan lain sebagainya.

Dalam melakukan kegiatan berdasarkan jadwal kerja perlu adanya


diperhatikan hal-hal berikut:
1. Prioritas kegiatan harus berdasarkan kategori kerusakan
2. Penjadwalan kegiatan harian, mingguan, bulan dan seterusnya
berdasarkan manual mesin dan petunjuk teknis dari bagian teknik.
3. Pemeliharaan harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan dianjurkan
yang telah bersertifikat
4. Pemeliharaan rutin harian harus dilakukan operator mesin
5. Pemeliharaan rutin terjadwal dan terstruktur agar tidak mengganggu
kegiatan produksi
6. Setiap kegiatan terdokumentasi.

Jadwal pemeliharaan yang baik adalah berdasakan pedoman yang


pasti.Pedoman pemeliharaan dapat disusun berdasarkan waktu dan
menunjukkan bagian mana yang harus diperiksa dan bagaimana
melakukannya.Perlu diingat pula bahwa penyusunan jadwal yang baik harus
mengacu pada manual mesin, namun dapat pula disusun berdasarkan
pengalaman dan hasil penelitian bagian teknik.

E. Upaya Menjamin Kelancaran Pemeliharaan


Kegiatan perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
memerlukan perencanaan yang baik agar hasil yang didapat juga
baik.Perencanaan kegiatan pemeliharaan dapat dibuat berdasarkan periode
waktu tertentu baik dalam harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. 

59
Dalam perencanaan biasanya dituliskan sasaran atau target yang akan
dicapai dalam pekerjaan. Misalnya kapasitas kemampuan software dan
hardware komputer, kecepatan jaringan dan lainnya, jumlah komputer yang
siap untuk dipakai, kapasitas ruang, kemampuan pembacaan alat ukur dan
lain sebagainya.Dalam kegiatan perencanaan perawatan dan pemeliharaan
ada beberapa hal yang perlu disiapkan diantaranya adalah :
 Informasi/data aset sarana dan prasarana yang akan dilakukan
tindakan perawatan dan pemeliharaan. 
 Buku manual dari peralatan tersebut. 
 Hasil inspeksi dan saran yang ada. 
 Kondisi peralatan terkini. 
 Catatan kinerja sarana dan prasarana. 
 Jumlah dan kesiapan personil yang kompeten untuk setiap jenis
pekerjaan pemeliharaan. 

Pada dasarnya metode perawatan dan pemeliharaan sarana dan


prasarana telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.Masing-masing
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga beberapa organisasi
terkadang menerapkan gabungan dari beberapa metode dan teknik. Teknik
dan metoda Perawatan dan pemeliharaan mempunyai tujuan yang hampir
sama yaitu untuk meminimasi downtime (peralatan tidak dapat bekerja).
Downtime merupakan waktu dimana sarana dan prasarana dalam kondisi idle
atau menganggur karena adanya proses maintenance baik pemeliharaan
ataupun perbaikan.
Selain minimasi downtime, tindakan perawatan dan pemeliharaan juga
bertujuan untuk meminimasi ongkos perawatan dan pemeliharaan. Purwanto
dan M. Ali, (2008: 224), menyatakan ”Secara umum klasifikasi metode
perawatan dan dan perbaikan dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Time based maintenance

60
Time based maintenance merupakan perawatan dan pemeliharaan yang
dilakukan berdasarkan waktu operasi dari peralatan tersebut tanpa
melihat kondisi peralatan tersebut sudah atau belum memerlukan
pemeliharaan. 
2. Condition based maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan kondisi peralatan tersebut
tanpa melihat apakah sudah waktunya atau belum waktunya
dilaksanakannya pemeliharaan.
3. Breakdown maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap suatu peralatan karena terjadinya
breakdown peralatan tersebut. 
4. Reliability Centered maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap suatu peralatan berdasarkan
perhitungan tingkat keandalan atau reliabilitas suatu sistem.Reliabilitas
dapat diukur berdasarkan fungsi dari umur pakai peralatan tersebut.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian


pesat, metode perawatan dan pemeliharaan mengalami perkembangan
yang cukup signifikan dan dapat dibedakan berdasarkan penggolongan
sbb :
 Berdasarkan tindakan yang diambil apakah dilakukan sebelum
kerusakan terjadi. 
 Berdasar Urgensinya perawatan ini dalam bentuk darurat
(emergensi). 
 Berdasarkan prediksi atau sering disebut perawatan
monitoring.Kegiatan perawatan dan pemeliharaan prediktif
merupakan kegiatan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan
dengan memperkirakan kondisi peralatan dan mesin pada waktu
yang akan datang. 
 Berdasarkan keaktifannya (perawatan proaktif). 

61
F. Alasan Penggantian Peralatan
Secara rinci kegiatan perawatan dan pemeliharaan sarana danprasarana
memiliki beberapa tujuan yang mencakup:
 Menjamin sarana dan prasarana selalu dalam kondisi prima, siap
digunakan untuk mendukung proses bisnis atau fungsi-fungsi lainnya. 
 Memperpanjang umur pemakaian sarana dan prasarana atau peralatan
yang digunakan. 
 Menjamin kelancaran kegiatan organisasi. 
 Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pemakai 
 Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan yang timbul
sehingga tindakan perbaikannya dapat direncanakan dengan baik. 
 Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak. 
 Menghindari terjadinya kerusakan fatal yang mengakibatkan waktu
perbaikan yang lama dan biaya perbaikan yang besar. 
 Meningkatkanimage organisasi. 
 Meningkatkan budaya organisasi untuk mengembangkan sistem
manajemen perawatan dan pemeliharaan dengan baik sehingga
mempunyai dampak pada peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja. 
 Meningkatkan motivasi kerja 

Manfaat Pemeliharaan Sarana Prasarana


 Manfaat yang dapat diperoleh dapat berupa manfaat langsung maupun
manfaat tak langsung diantaranya adalah sebagai berikut : 
 Mengurangi terjadinya sarana dan prasarana mengalami breakdown atau
berhenti beroperasi. 
 Konservasi asset menjadi lebih baik. 
 Peningkatan ekspektasi umur peralatan dan komponen sehingga
mengurangi penggantian dini terhadap sparepart atau suku cadang sarana
dan prasarana. 

62
 Mengurangi biaya perawatan dan pemeliharaan. 
 Menjaga stabilitas hasil dengan kualitas yang tetap baik 
 kecelakaan kerja. 
 Meningkatkan motivasi pekerja Mengidentifikasi sarana dan prasarana
mana saja yang memerlukan perawatan lanjutan. 
 Meningkatkan keselamatan para pekerja sehingga menekan atau bahkan
menghilangkan 
 Mengurangi penggunaan tenaga kerja langsung berkaitan dengan tidak
berfungsinya peralatan. 
 Mengurangi terjadinya cacat produk sehingga pemroresan ulang atau
rework dapat ditekan.

G. Jenis Pemeliharaan
Tipe pemeliharaan atau pemeliharaan dapat dibagi kepada:
1. Pemeliharaan waktu rusak (breakdown maintenance) Pada tipe
ini perbaikan hanya dilakukan pada saat kondisi mesin rusak.
Tidak ada pengeluaran biaya untuk pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance). Kondisi ini hanya cocok bila ada
suku cadang yang memadai.
2. Pemeliharaan rutin (routine maintenance) Pemeliharaan ini
dilakukan secara periodik menurut siklus operasi berulang,
dapat berupa pemeliharaan harian, mingguan atau berdasarkan
jam operasi (running hour). Kegiatan yang dilakukan dapat
berupa pembersihan (sweeping), penyetelan (adjustment),
pelumasan (oiling) atau penggantian (replacement).
Pemeliharaan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan dan mengurangi biaya perbaikan.
3. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance) Pemeliharaan
yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi peralatan yang
sudah tidak berfungsi hingga terpenuhi kondisi yang diinginkan

63
sehingga diharapkan terjadi peningkatan produktivitas
peralatan.
4. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) Pada
pemeliharaan ini dilakukan inspeksi secara periodik dengan
tujuan untuk mencegah kerusakan dini.
5. Pemeliharaan prediktif (prediktif maintenance)
Pada pemeliharaan ini dilakukan peramalan waktu kerusakan,
penggantian dan perbaikan peralatan sebelum terjadi kerusakan.

H. Hal Yang Diperhatikan Terkait Biaya


Hal yang perlu diperhatikan dalam Biaya Relevan Setiap pilihan
strategi, secara finasial,biasanya akan mengandung besaran biaya relevan
yang berbeda-beda. Hal-hal utama yang perludiperhatikan dalam biaya
relevan antara lain :
1. Biaya-biaya masa lalu ( historis ) dapat membantu sebagai dasar untuk
membuat prediksi,namun biaya-biaya masa lalu tersebut tidak relevan
ketika membuat keputusan ( yang bersifatmasa depan ).
2. Alternatif-alternatif berbeda dapat dibandingkan dengan memeriksa
perbedaan-perbedaantotal pendapatan dan biaya masa depan yang
diharapkan
3. Tidak semua pendapatan dan total biaya masa depan yang diharapkan
adalah relevan,sehingga pendapatan dan biaya yang diharapkan tidak
berbeda diantara alternatif-alternatifpilihan dianggap tidak relevan dan
dapat dihilangkan dari analisad.
4. Mengingat tingkat kesulitan pengukurannya, titik berat yang tepat harus
diberikan untukfaktor-faktor kualitatif dan faktor-faktor kuantitatif non
keuangan.

Jenis Biaya Relevana

64
1. Sunk Cost Biaya histori atau disebut juga sunk costs adalah biaya
yang terjadi di masa laludimana tidak ada yang dapat mengubah
apa yang telah dikeluarkan mauun apa yang telah terjadi.Oleh
karena itu, biaya historis merupakan informasi yang tidak relevan
dalam pembuatankeputusan.
2. Opportunity Cost Biaya kesempatan adalah biaya kontribusi dari
sebuah aktivitaspendapatan yang hilang karena tidak digunakannya
suatu sumber daya terbatas dalampenggunaan alternatif terbaik
selanjutnya. Perhitungan atas biaya kesempatan ini dapatdigunakan
untuk mengukur efisiensi dari suatu alternatif keputusan yang
diambil. Besarnyabiaya relevan merupakan akumulasi dari biaya
tambahan yang ada untuk suatu pilihan alternatifdengan biaya
kesempatan yang tinggi dan dipilihnya alternatif keputusan
tersebut.
3. Incremental cost ( Revenue ) Biaya pendapatan tambahan adalah
total tambahanbiaya/pendapatan yang didatangkan oleh suatu
aktivitas dari keputusan yang diambild. Differential cost
( Revenue ) Biaya pendapatan differensial adalah perbedaan antara
totalbiaya / pendapatan dari dua alternatif yang berbeda.

I. Tahapan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor di suatu lembaga
perlu dilaksanakan agar sarana dan prasarana kantor yang dimiliki tetap
terjamin dan terjaga dalam kondisi siap pakai dan berfungsi dengan baik.
Upaya untuk menjamin kegiatan pemeliharaan berjalan dengan baik maka
membutuhkan tahap-tahap pemeliharaan yang digunakan sebagai pedoman
dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan.

65
Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor memiliki beberapa
tahapan yang perlu diperhatikan. H. Subagya menyatakan tahap-tahap
pemeliharaan sarana dan prasarana antara lain meliputi:
1. Perencanaan Kegiatan perencanaan dilakukan untuk medesain
sistem pemeliharaan dalam memperkirakan anggaran dan
menyediakan tenaga yang cakap dan terampil. mengevaluasi
barangperalatan untuk menentukan kebutuhan pemeliharaan
dengan menyediakan brosur dan katalog untuk membantu
menambah pengetahuan dalam perencanaan pelaksanaan
pemeliharaan yang optimal.

2. Pelaksanaan pemeliharaan Pelaksanaan pemeliharaan mencakup


pengamatan inventarisasi peralatan yang dipakai. Penyediaan
buku- buku untuk setiap peralatan atau barang yang akan
dipelihara. Jadwal pemeliharaan setiap barangperalatan yang harus
dilaksanakan secara konsekuen dan pengecekan untuk mengetahui
kesiapsediaan peralatanbarang. Pengamatan terhadap kemampuan
dari setiap alat atau barang seperti frekuensi penggunaan,
kemampuan dan kemudahan dalam pemeliharaan.

3. Pasca pelaksanaan pemeliharaan Kegiatan pasca pelaksanaan


pemeliharaan dilakukan mempersiapkan pengajuan anggaran
pemeliharaan selanjutnya, membuat daftar kebutuhan akan bahan-
bahan guna pemeliharaan, mengkajian dan meninjauan kembali
akan sistem pemeliharaan, penyediaan tenaga, sistem anggaran
dalam pelaksanaan pemeliharaan agar kegiatan pemeliharaan
selanjutnya dapat berjalan dengan lancar.

Kegiatan pemeliharaan penting bagi setiap lembaga maka perlu


dilakukan sesuai dengan tahap-tahap pemeliharaan tersebut. Pendapat
lainjuga dikemukakan oleh Purwanto dan Muhamad Ali 2008: 235

66
menyatakan bahwa tahap-tahap pemeliharaan sarana dan prasarana antara lain
meliputi:
1. Perencanaan Pemeliharaan Perencanaan dilakukan berdasarkan
periode waktu tertentu dengan menuliskan sasaran atau target yang
akan dicapai dalam menyelesaikan pekerjaan dengan
mempersiapkan Informasidata asset sarana dan prasarana yang
akan dilakukan tindakan pemeliharaan, buku manual dari peralatan
tersebut, hasil inspeksi dan saran yang ada, kondisi peralatan
terakhir, catatan kinerja sarana dan prasarana, dan jumlah serta
kesiapan personil yang komponennya setiap jenis pekerjaan
pemeliharaan.

2. Kegiatan Inspeksi Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan dilakukan


dengan cara survey terhadap kondisi sarana dan prasarana untuk
mengetahui kondisi, jenis pekerjaan, jumlah material pemeliharaan
yang dibutuhkan dan volume pekerjaan pemeliharaan.

3. Pelaksanaan Pemeliharaan yang meliputi:


a) Perintah kerja yang berisi rincian pekerjaan, waktu
pelaksanaan pemeliharaan, alokasi jumlah personil
pelaksana kegiatan pemeliharaan, organisasi dan personil
pelaksana yang terlibat, daftar material yang digunakan
dan anggaran pelaksanaan.
b) Pelaksanaan pekerjaan mengacu pada perintah kerja,
memperhatikan koordinasi dan komunikasi, penggunaan
peralatan kerja sesuai dengan buku manual dan
petunjuknya, dan lingkungan dan K3 kesehatan dan
keselamatan kerja agar tidak membahayakan diri sendiri
maupun orang lain.

67
c) Pengujian dilaksanakan setelah pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan terselesaikan untuk mendapatkan kepastian
beroperasinya peralatan tersebut.
d) Pencatatan kegiatan pemeliharaan mencakup pemakaian
material, waktu, biaya, sumber daya manusia dan
kompetensinya, energi, unjuk kerja pemeliharaan, dan
kejadian yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.

68
BAB V
PENGHAPUSAN PERSEDIAAN LOGISTIK

A. Pengertian Penghapusan Logistik


Penghapusan, merupakan kegiatan pembebasan logistik dari
pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.Secara operasional, penghapusan logistik merupakan
pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan-pertimbangan dan
argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.Dengan
demikian, dalam kegiatan penghapusan logistik harus mempertimbangkan
alasan-alasan normatif tertentu. Muara berbagai pertimbangan tersebut tidak
lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi.

Menurut Subagya Malaya Suganda dalam Manajemen Logistik


,mengatakan penghapusan barang inventaris adalah proses kegiatan yang
bertujuan untuk mengeluarkan / menghilangkan barang-barang dari daftar
inventaris karena barang itu sudah dianggap tidak mempunyai nilai guna atau
sudah tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk
kepentingan dinas, misalnya rusak, susut, mati atau biayanya terlalu mahal
bila dipelihara / diperbaiki.

Jika barang-barang atau produk yang ada di perusahaan sudah


memasuki jangka waktu habis pakai (expired) maka barang-barang tersebut
harus dihapuskan dari daftar barang karena barang tersebut sudah tidak
berdaya guna maupun bernilai guna.

Menurut Tunggal dalam proses kegiatan manajemen logistik terdapat


input dan output. Input proses manajemen logistik meliputi sumber daya
alam, manusia, finansial dan sumber informasi. Perencanaan logistik
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan input ini dalam berbagai

69
bentuk, meliputi bahan mendat (seperti subassemblies, lokasi, pengepakan
bahan, komoditi dasar), barang setengah jadi serta barang siap pakai (seperti
produk lengkap siap dijual pada pelanggan tingkat menengah ataupun
pelanggan akhir).

Sedangkan output proses manajemen logistik meliputi keuntungan


kompetitif untuk organisasi, hasil dari orientasi pemasaran dan keefesienan
serta keefektifan operasional, pemanfaatan waktu dan tempat, dan
perpindahan yang efisien ke pelanggan. Output lainnya terjadi ketika
pelayanan logistik bercampur sedemikian rupa sehingga menjadi aset milik
organisasi.

Penghapusan logistik merupakan kegiatan pembebasan barang dari


pertanggung jawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.Secara lebih operasional, penghapusan logistik
merupakan pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan- pertimbangan
dan argumentasi- argumentasi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.Dengan demikian, dalam kegiatan
penghapusanlogistik harus mempertimbangkan alasan-alasan normative
tertentu.

Sama halnya seperti pemeliharaan logistik, dalam manajemen logistik


juga dikenal adanya penghapusan logistik (disposal).Banyak pengertian atau
definisi terkait penghapusan logistik.Pembahasan mengenai penghapusan
logistik menjadi sangat menarik karena adanya perbedaan pendapat. Ada
pihak yang mengatakan bahwa penghapusan sama dengan penyusutan
(BPK). Sedangkan Ibnu Syamsi mengatakan bahwa penghapusan logistik
tidak sama dengan penyusutan. Ibnu syamsi berpendapat bahwa penyusutan
adalah penurunan nilai peralatan yg disebabkan makin menurunnya prestasi
peralatan yang bersangkutan dalam proses produksi. Sedangkan berikut

70
adalah beberapa definisi penghapusan logistik dari berbagai sumber baik itu
dari ahli maupun literatur:
 Ibnu Syamsi
Penghapusan (disposal) adalah penyingkiran barang-barang
inventaris, karena tidak diperlukan/digunakan lagi.
 Lukas dan Rumsari
Penghapusan logistik merupakan kegiatan pembebasan barang
dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
 Keputusan Menkeu No.470 KMK.01/1994
Penghapusan adalah keputusan dari pejabat yang berwenang
untuk menghapus barang dari daftar inventaris (Buku
Inventaris) dengan tujuan membebaskan bendaharawan barang
dan atau pembantu penguasa barang (PPBI) dari
pertanggungjawaban administrasi barang dan pisik barang
milik/kekayaan negara yang berada dibawah pengurusan dan
penguasaannya sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
 Permendagri No.17 Tahun 2007
Penghapusan barang milik daerah adalah tindakan-tindakan
penghapusan barang Pengguna/Kuasa Pengguna dan
penghapusan dari Daftar Inventaris Barang Milik Daerah.

Dari beberapa pengertian di atas sebenarnya dilakukannya


penghapusan logistik bukan tanpa tujuan dan manfaat. Adapun
tujuan dari dilakukannya penghapusan logistik, antara lain:
1. Menuju tertib pelaksanaan penghapusan barang
milik/kekayaan negara atau pemda
2. Menuju kepada adanya kesatuan bahasa atau keseragaman
pelaksanaan penghapusan

71
3. Menuju pada efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan
barang secara optimal oleh setiap departemen/lembaga
4. Menetapkan suatu landasan umum penghapusan dan
pemanfaatan barang milik/kekayaan negara atau pemda
sesuai peraturan perundang-undanganan yang berlaku
5. Membebaskan bendaharawan barang atau pengurus barang
dari pertanggungjawaban administrasi barang.

Sedangkan manfaat dari dilakukannya penghapusan logistik antara


lain sebagai berikut:
1. Mencegah terjadinya kerugian negara sebagai akibat tidak
dilaksanakannya penghapusan sedini mungkin. Dengan
dilakukan penghapusan barang sedini mungkin akan dapat
menghemat anggaran baik dari segi biaya pemeliharaan
maupun efisiensi aktivitas produksi organisasi tersebut.
2. Meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Dengan melakukan penghapusan secara otomatis jika
penghapusan tersebut dilakukan dengan cara lelang
maupun penjualan organisasi akan memberoleh dari dari
barang tersebut yang dapat dihitung sebagai penghasilan
bukan pajak.
3. Menekan biaya operasional terhadap barang-barang yg
sudah waktunya untuk dihapus. Hal ini berkaitan dengan
manfaat penghapusan yang pertama.

Penghapusan logistik juga memilki fungsi yaitu melakukan


pengurusan dan penyelenggaraan pembebasan material dari
pertanggungjawaban pengurus barang menurut peraturan yang
berlaku untuk meminimalisir kerugian organisasi.

72
B. Kegiatan Penghapusan Logistik
Untuk melakukan kegiatan penghapusan atau penyingkiran logistik
ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
1. Penelitian kelayakan penghapusan logistik tertentu yang
hendak dihapuskan. Kegiatan ini dilakukan oleh unit kerja atau
pemilik logistik yang akan dihapuskaan bersama dengan
penanggungjawab pengelola logistik.
2. Membuat beberapa alternatif cara penghapusan logistik yang
hendak ditempuh, yang kemudian menentukan satu cara
penghapusan logistik yang paling menguntungkan, baik
dengan pertimbangan finansial maupun non finansial.
3. Meminta persetujuan dari pimpinan tertinggi, khususnya
sebagai penanggungjawab dalam pengelolaan logistik.
4. Implementasi penghapusan logistik sesuai dengan cara
penghapusan logistik yang ditentukan. Panitia penghapusan
logistik membuat Berita Acara Penghapusan Logistik.
5. Unit kerja pemilik logistik tersebut melakukan inventarisasi
logistik berkaitan dengan kegiatan penghapusan logistik, dan
bila menggunakan model kartu barang, unit kerja harus
mengisi formulir kartu barang, khususnya pada kolom
penghapusan barang sesuai dengan cara penghapusan logistik
yang dilakukan.

C. Alasan Penghapusan Logistik


Ada beberapa alasan yang mendasari dilakukannya penghapusan
logistik. Salah satunya adalah terkait alasan atau syarat penghapusan
logistik yang dikemukakan oleh ibnu syamsi, antara lain:
1. Perlengkapan dalam kondisi rusak berat
Hal ini menyangkut keadaan barang logistik itu sendiri yang
berkaitan dengan fisik barang tersebut yang berkaitan dengan

73
kinerja barang logistik tersebut. Misalnya, mobil dinas jika
sudah mengalami rusak berat tentu akan mengganggu
operasional aktivitas organisasi itu sendiri.

2. Perlengkapan sudah tidak efisien/ketinggalan zaman


Setiap waktu segala sesuatu di dunia ini pasti akan mengalami
kemajuan. Tak terkecuali barang-barang logistik dalam sebuah
organisasi. Agar sebuah organisasi tidak ketinggalan dengan
organisasi lain maka harus mengikuti perkembangan yang ada.
Hal ini akan berkaitan dengan barang-barang logistik yang
sudah dianggap ketinggalan jaman dan kurang efisien. Contoh:
dahulu untuk mengetik suatu organisasi membutuhkan mesin
ketik. Namun seiring perkembangan teknologi mesin ketik
sudah harus berubah ke aat yang lebih canggih yaitu
komputer.Sehingga hal ini menjadi alasan bagi suatu
organisasi untuk menghapus mesin ketiknya.

3. Jumlahnya berlebihan (excess stock)


Kekurangan logistik dalam suatu organisasi akan mengganggu
aktivitas organisasi. Begitu pula apabila suatu organisasi
memiliki logistik yang berlebihan juka akan mengganggu
aktivitas organisasi. Karena dengan jumlah logistik yang
berlebihan ini akan mengakibatkan barang yang kurang
dibutuhkan memakan tempat yang banyak sehingga
mengganggu aktivitas organisasi. Oleh karena itu organisasi
berkewajiban untuk melakukan penghapusan logistik yang
berlebihan tersebut dengan cara yang bijaksana.

Semua alasan di atas dapat dijadikan dasar untuk melakukan


penghapusan logistik.Namun dalam penghapusan logistik yang

74
bersangkutan jangan sampai mengganggu efektifitas dan efisiensi
organisasi itu sendiri.

Sedangkan berdasarkan Permendagri No.17 Tahun 2007, beberapa


dasar pertimbangan terkait penghapusan logistik yang didasarkan atas
jenis barangnya, antara lain:
a. Barang Tidak Bergerak
1) Rusak berat, terkena bencana alam/force majeure
2) Tdk dpt digunakan secara optimal (idle)
3) Terkena planologi kota
4) Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas
5) Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi dan
memudahkan koordinasi
6) Pertimbangan dalam rangka perencanaan strategis
Hankam
b. Barang Bergerak
1) Pertimbangan Teknis
2) Rusak berat dan tidak ekonomis bila diperbaiki
3) Tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi
4) Kadaluarsa
5) Penggunaan mengalami perubahan dasar spesifikasi
dsb.
6) Mengalami penyusutan dlm
penyimpanan/pengangkutan.
c. Pertimbangan Ekonomis
1) Untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih
atau idle
2) Biaya operasional dan pemeliharaan > manfaat yang
diperoleh
d. Pertimbangan karena hilang/kekurangan perbendaharaan atau
kerugian, disebabkan:

75
1) Kesalahan atau kelalaian Penyimpan dan/Pengurus
barang
2) Diluar kesalahan/kelalaian Penyimpan dan/Pengurus
barang
3) Mati, bagi tanaman atau hewan/ternak
4) Karena kecelakaan atau alasan tidak terduga (force
majeure)
e. Pertimbangan karena hilang
Secara administratif barang yg hilang harus disingkirkan.Hal
ini penting dilakukan, selain sebagai satu bentuk
pertanggungjawaban pemakai, pengambilan keputusan dan
tindakan sebagai konsekuensi atas hilangnya logistik tsb jg
untuk pengambilan keputusan maupun tindakan managemen
logistik berikutnya khususnya pengadaan logistik guna
menghindari gangguan ataupun stagnasi kegiatan suatu unit
kerja.

D. Kriteria Penghapusan Logistik


1. Logistik yang akan dihapus sudah sangat tua dan rusak
Logistik tersebut perlu dihapuskan dengan beberapa alasan:
apabila logistik tersebut digunakan terus dapat membehayakan
keselamatan pemakai logistik tersebut, kualitas maupun
kuantitas output yang dihasilkan sudah tidak dapat mencapai
tingkat optimal, apalagi dibandingkan biaya operasional yang
relatif tinggi.Apabila logistik ini dioperasionalkan terus, akan
menimbulkan inefektivitas dan inefisiensi organisasi.

2. Logistik yang sudah ketingalan zaman


Logistik yang sudah ketinggalan zaman perlu dihapuskan
dengan pertimbangan, logistik ini dipandang memerlukan dan

76
menghabiskan biaya yang relatif tinggi, baik yang berkaitan
dengan bahan, tenaga, waktu, maupun output, baik ditinjau
dari sisi kuantitas maupun kualitas apabila dibandingkan
dengan menggunakan logistik yang relatif baru.

3. Logistik berlebihan
Logistik yang berlebihan perlu dihapuskan dengan beberapa
alasan:
a) Suatu organisasi tidak mungkin menggunakan seluruh
logistiknya dalam waktu yang bersamaan dan yang
sekiranya memang logistik tersebut tidak perlu
digunakan secara bersamaan.
b) Logistik yang sifatnya berlebihan tersebut tidak
dihapuskan tentunya membutuhkan biaya perawatan,
maupun gaji untuk personel yang merawat barang.
c) Logistik tersebut membutuhkan tempat penyimpanan,
sehingga bila logistik tersebut tidak dihapuskan akan
boros tempat.
d) Apabila logistik tersebut akan digunakan dimasa yang
akan akan dating, mungkin sudah merupakan logistik
yang ketinggalan zaman (Out of date).

4. Logistik yang hilang


Secara administrasi, logistik yang hilang harus
disingkirkan.Hal ini penting dilakukan, selain sebagai satu
bentuk pertanggungjawaban pemakai, pengambilan keputusan
dan tindakan sebagai konsekuensi atas hilangnya logistik
tersebut, juga untuk pengambilan keputusan maupun tindakan
manajemen logistik berikutnya.

77
E. Cara Penghapusan Logistik
Ada beberapa cara yang dapat digunakan suatu organisasi untuk
melakukan penghapusan barang-barang logistik. Menurut Lukas dan
Rumsari cara-cara yang dapat dilakukan tersebut, antara lain:
1. Lelang
 Cara penghapusan logistik dengan cara lelang ini dapat
dilakukan oleh organisasi bila peralatan (logistik) yang
akan dihapus tersebut masih layak dijual.
 Pelelangan barang milik instansi pemerintah dilakukan
melalui Kantor Lelang Negara.
 Dengan menggunakan cara ini berarti instansi (organisasi)
akan memperoleh kontraprestasi berupa uang hasil
penjualan yang akan masuk ke kas organisasi dan dihitung
sebagai penghasilan bukan pajak.
 Penjualan barang milik daerah dilakukan secara lelang
melalui Kantor Lelang Negara setempat atau melalui
Panitia Pelelangan Terbatas untuk barang milik daerah yg
bersifat khusus yang dibentuk dengan keputusan Kepala
Daerah.

Sebagai gambaran singkatnya, sebuah organisasi daerah


memilki sebuah mobil dinas yang sebenarnya masih layak untuk
digunakan. Dikarenakan ada kebijakan untuk pengadaan mobil dinas
baru dengan alasan efisiensi organisasi mau tidak mau mobil dinas
bekas harus dihapuskan. Karena masih layak digunakan mobil
tersebut dapat dilelang kepada masyarakat umum sesuai dengan
aturan yang berlaku.

2. Ditukarkan
 Cara penghapusan logistik secara penukaran dilakukan
dengan alasan organisasi lebih membutuhkan logistik lain.

78
 Penukaran yang dapat dilakukan adalah ketika suatu
organisasi lain memilki kelebihan barang logistik yang
kurang dibutuhkan di sisi lain suatu organisasi
membutuhkan barang tersebut dan mempunai kelebihan
barang lain yang tidak dibutuhkan. Hal inilah yang disebut
dengan barter.
 Dengan cara ini berarti organisasi akan menukarkan
logistik yg dimiliki (dengan beberapa alasan yangg dapat
dipertanggungjawabkan) dengan logistik yang dibutuhkan
organisasi.
 Selain itu suatu organisasi juga harus mempertimbangkan
dan mengacu pada prinsip-prinsip pengadaan logistik
dengan cara menukarkan, antara lain :
 logistik yang ditukarkan harus benar-benar sudah
tidak dibutuhkan instansi,
 nilai logistik yang dipertukarkan harus sepadan,
dan
 saling menguntungkan kedua belah pihak.

3. Dipindahkan
Penghapusan dengan cara dipindahkan adalah penghapusan
barang yang lebih menekankan pada penghapusan di tingkat
internal organisasi atau di masing-masing unit kerja organisasi.
Pemindahan dapat dilakukan ketika barang yang dimilki oleh
suatu unit kerja dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi karena
berbagai alasan sedangkan ada unit kerja yang mungkin lebih
membutuhkan logistik tersebut.Dengan demikian secara fisik
barang tersebut tidak dihapuskan dari suatu organisasi namun
hanya dipindahkan dari suatu unit kerja ke unit kerja lainnya.

4. Dihibahkan

79
 Dihibahkan merupakan salah satu cara penghapusan
logistik yakni dengan cara memberikan/menyumbangkan
barang tersebut kepada pihak lain.
 Barang tersebut diberikan oleh organisasi secara cuma-
cuma kepada pihak/organisasi lain yang membutuhkan
logistik yang dihapuskan tersebut.
 Pertimbangan pelaksanaan hibah barang milik daerah :
 Kepentingan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal
ini berkaitan dengan tempat ibadah, pendidikan,
kesehatan, dan sejenisnya.
Contohnya: pemkot solo memilki tanah kosong yang
dirasa kurang strategis untuk membangun beberapa
insfrastruktur kota karena terletak di daerah yang
terpencil. Karena melihat penduduk di sekitar tanah
tersebut yang beragama mulim namun belum memiliki
masjid, maka pemkot solo dapat menghibahkan tanah
tersebut kepada warga setempat untuk dipergunakan
sebagai lahan pembangunan masjid.
 Kepentingan penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini
lebih berkaitan dengan hibah antar tingkat
pemerintahan (Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah dan antar Pemda).

5. Pemanfaatan kembali (recycle)


Penghapusan dengan cara ini berarti barang yang dihapus
kemudian diubah menjadi barang lain yang memiliki fungsi
dan kegunaan yang berbeda dari fungsi dan kegunaan semula.
Misalnya, suatu pemerintah daerah memilki kantor
pemerintahan yang baru. Maka dari itu kantor yang lama harus
dihapuskan karena memang sudah tidak digunakan lagi. Cara
yang dapat digunakan untuk penghapusan salah satunya adalah

80
dengan pemanfaatan kembali (recycle).Kantor lama dapat
digunakan sebagai perpustakaan atau mungkin museum yang
nantinya dapat meningkatkan pariwisata daerah.
6. Dimusnahkan
Cara ini sebenarnya merupakan cara yang paling mudah
dilakukan namun dampaknya cukup besar. Dengan
pemusnahan maka secara otomatis organisasi tidak akan
memperoleh keuntungan material maupun non-material.
Karena logistik yang dihapuskan akan benar-benar hilang.
Oleh karena itu penghapusan dengan cara ini harus
dipertimbangkan secara matang. Misalnya dengan melihat
bahwa logistik tersebut benar-benar sudah tidak dapat
dipergunakan lagi.
Selain itu dalam penghapusan logistik juga harus diperhatikan
beberapa proses dan prosedurnya.

81
BAB VI
PENCACATAN DAN LAPORAN

A. Pengertian Pencatatan
Pengertian Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka pengelolaan obat secara tertib baik obat yang diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan diunit pelayanan kesehatan
Beberapa pengertian dasar dari SP2T4P menurut DepKes. Ri (1992)
adalah sebagai berikut:
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan
pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan
kesehatn di puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan
melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI no.63/Menkes/SK/II/198
Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen
yang saling berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu.
Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan
pelaporan lain yang dapat memperberat beban kerja petugas puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga
kesehatan adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan
bagi tenaga kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang
berwenang berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan
menggunakan format yang di tetapkan.
Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah
melakukan pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan
dan melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan
kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di
tetapkan
Pencatatan dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di
selenggarakan setiap triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk

82
semua kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan
data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan
kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang telah di
tetapkan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
didalam pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari
interaksi antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan.SP2TP/SIMPUS dapat
juga membantu dalam perencanaan program-program kesehatan di
puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti yang
harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas
dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi
dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di
Puskesmas, menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek
teknis dan non teknis.
Tujuan Pencatatan dan Pelaporan menurut Potter dan Perry dalam
Sutomo, 2010 adalah:
1. Komunikasi
Bertujuan sebagai alat komunikasi yang efektif antar petugas
kesehatan sehingga kesinambungan informasi dan upaya pelayanan
kesehatan dapat tercapai.
2. Pendidikan
Bertujuan sebagai informasi tentang gambaran penyakit atau masalah
kesehatan dan pemecahannya.
3. Pengalokasian dana
Dapat digunakan untuk merencanakan tindakan dan kegiatan yang
tepat dengan dana yang tersedia.
4. Evaluasi
Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
intervensi yang diberikan.
5. Dokumen yang sah

83
Bertujuan sebagai bukti nyata dan legal yang dapat digunakan bila
didapatkan adanya penyimpangan serta bila diperlukan untuk
keperluan pengadilan.
6. Jaminan mutu
Bertujuan agar dapat memberikan jaminan kepada masyarakat
terhadap mutu layanan kesehatan yang diberikan.
7. Penelitian
Bertujuan sebagai sumber data yang sangat bemanfaat untuk
kepentingan penelitian atau riset.
8. Analisis
Bertujuan sebagai dasar analisis masalah kesehatan pada individu,
keluarga maupun masyarakat.
9. Feed back
Dapat digunakan sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dalam pengaplikasiannya di sarana kesehatan khususnya di


Puskesmas, pelaporan memiliki beberapa tujuan yang diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir
secara periodik dan teratur untuk pengelola program kesehatan
masyarakat melalui puskesmas di berbagai tingkat administrasi.
2. Tujuan khusus
Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan
kegiatan pokok puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir
secara teratur.Terlaksananya pelaporan data secara teratur
diberbagai jenjang administrasi, sesuai dengan peraturan yang
berlaku.Digunakannya data tersebut untuk pengambilan keputusan
dalam rangka pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui
puskesmas di berbagai tingkat administrasi.

84
B. Pelaporan
Reporting (pelaporan) menurut Luther M. Gullick dalam bukunya
Papers on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau
pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi. baik secara lisan maupun
tertulis sehingga dalam penerimaan laporan dapat memperoleh gambaran
bagaimana pelaksanaan tugas orang yang member laporan. Selain itu,
pelaporan merupakan catatan yg memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tertentu.

Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bawahan untuk


menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah
dilakukan selama satu periode tertentu.Pelaporan dilakukan kepada atasan
kepada siapa bawahan tersebut bertanggung jawab.Pelaporan adalah aktivitas
yang berlawanan arah dari pengawasan, Jika pengawasan dilakukan oleh
pihak atasan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan
kerja bawahan, maka pelaporan merupakan jawaban dari kegiatan
pengawasan tersebut.Pelaporan tidak dibawa langsung oleh atasan pada
waktu mengadakan pengawasan, tetapi “diantar” oleh bawahan baik dibawa
sendiri maupun dikirim.Laporan dibuat oleh semua personal yang mendapat
tugas dari atasan.Laporan bukan merupakan monopoli para atasan
saja.Karena atasan harus membuat laporan kepada atasannya lagi. Laporan
yang disampaikan kepada atasan tidak harus berupa uraian lengkap seperti
memorandum akhir jabatan, atau tidak juga seperti laporan penelitian yang
wujudnya tebal dengan sistematika baku, tetapi dapat disusun mulai dari
bentuk yang paling sederhana sampai yang paling lengkap.

Laporan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas suatu


tindakan atau kegiatan yang dilakukan.Berikut ini merupakan pengertian

85
laporan yang disampaikan oleh beberapa ahli. Menurut Keraf , laporan
adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi
kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.

Laporan berisi informasi yang didukung oleh data yang lengkap sesuai
dengan fakta yang ditemukan.Data disusun sedemikian rupa sehingga akurasi
informasi yang kita berikan dapat dipercaya dan mudah dipahami.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan


adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang didukung oleh data yang
lengkap sesuai dengan fakta sehingga informasi yang diberikan dapat
dipercaya serta mudah dipahami.Dalam penyampaiannya, laporan dapat
bersifat lisan maupun tertulis.

Pelaporan tidak lepas dari pencatatan sebab sebelum diadakannya


pelaporan dari bawahan kepada atasannya atau dari suatu intansi daerah ke
instansi pusat haruslah dilakukan pencatatan mengenai hal yang akan
dilaporkan kemudian dilakukan perekapan kemudian dilaporkan.

Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan masyarakat pencatatan


(recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman pada sistem pencatatan
dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).

Beberapa pengertian dasar dari SP2T4P menurut DepKes.Ri (1992)


adalah sebagai berikut:

1.Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan


pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya
pelayanan kesehatn di puskesmas termasuk puskesmas pembantu,
yang ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI
no.63/Menkes/SK/II/198

86
2. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen
yang saling Berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu
3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan
pelayanan Kesehatan puskesmas, untuk menghindari adanya
pencatatan dan pelaporan lain Yang dapat memperberat beban kerja
petugas puskesmas.
4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga
kesehatan adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap
kegiatan bagi tenaga kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada
instansi yang berwenang Berupa laporan lengkap pelaksanaan
kegiatan dengan menggunakan format Yang di tetapkan.
5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah
melakukan Pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan
berjalan dan Melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi
Kegiatan tiwulanan kepada Instansi yang berwenang dengan
menggunakan format yang di tetapkan
6. Pencatatan dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di
selenggarakan setiap Triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data
untuk semua kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun berjalan,
serta melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan
triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang dengan
menggunakan format yang telah di tetapkan.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)


didalam pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil
dari interaksi antara masyarakat dengan fasilitas
kesehatan.SP2TP/SIMPUS dapat juga membantu dalam perencanaan
program-program kesehatan di puskesmas.Namun dalam kenyataannya
belum berjalan seperti yang harapkan, bahkan kehadiran Sistem
pencatatan dan pelaporan di puskesmas dilihat sebagai suatu hal yang
cukup membebani petugas puskesmas.Evaluasi dilakukan untuk
mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas,

87
menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan
non teknis.

Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan,


persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu dari
seluruh rangkaian Kegiatan mutasi obat.Sebagian dari kegiatan
pencatatan dan pelaporan obat ini telah diuraikan pada masing-masing
aspek pengelolaan obat. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas
kegiatan pelaporan obat yang perlu dilakukan oleh unit pelayanan Sistem
pencatatan dan pelaporan memiliki 2 tujuan yaitu:

2. Tujuan Umum.
Sistem pelaporan bertujuan agar semua hasil kegiatan puskesmas
(di dalam dan di luar gedung) dapat di catat serta di laporkan ke
jenjang selanjutnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, berkala,
dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan
masyarakat.
3. Tujuan Khusus
a) Tercatatanya semua data hasil kegiatan puskesmas sesuai
kebutuhan secara Benar, berkelanjutan, dan teratur.
b) Terlaporkannya data ke jenjang administrasi berikutnya
sesuai kebutuhan Dengan menggunakan format yang telah di
tetapkan secara benar, berkelanjutan dan teratur.
c) Menciptakan kondisi yang efektif dan efisien sehingga tidak
terjadi tumpang Tindih dan kesenjangan.

C. Sarana Pencacatan dan Pelaporan


Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas
dan sub unit pelayanan kesehatan berikut :
1. Gudang obat puskesmas
2. Buku register penerimaan

88
3. Buku register pengeluaran
4. Kartu stok
5. Rekapitulasi kunjungan resep
6. LPLPO puskesmas
7. Laporan narkotika
8. Laporan psikotropika
9. Kamar obat puskesmas
10. Buku register penerimaan
11. Pencatatan pengeluaran harian
12. LPLPO sub unit
13. Puskesmas pembantu (Pustu)
14. Buku register penerimaan
15. Pencatatan pengeluaran harian
16. LPLPO sub unit
17. Polindes/bidan desa
18. Buku register penerimaan
19. Pencatatan pengeluaran harian
20. LPLPO sub unit
21. Sub unit lainnya

Jika permintaan obat dilakukan melalui gudang obat puskesmas maka


saranan pencatatan dan pelaporan sama dengan kamar obat/pustu.
Jika permintaan/distribusi obat melalui kamar obat, maka sub unit
yang ada di puskesmas mempunyai pencatatan dan pelaporan.
 Posyandu, puskesmas keliling dan sub unit lainnya
 Buku penerimaan
Laporan pemakaian obat dan sisa stok obat dikembalikan ke kamar
obat.Penyampaian laporan dilakukan setiap selesai kegiatan.

89
Sarana yang digunakan untuk pelaporan obat di puskesmas dan
sub unit pelayanan kesehatan berikut:

7. Gudang obat puskesmas


a) Buku register penerimaan
b) Buku register pengeluaran
c) Kartu stok
d) Rekapitulasi kunjungan resep
e) LPLPO puskesmas
f) Laporan narkotika
g) Laporan psikotropika
8. Kamar obat puskesmas
a) Buku register penerimaan
b) Pencatatan pengeluaran harian
c) LPLPO sub unit
9. Puskesmas pembantu (Pustu)
a) Buku register penerimaan
b) Pencatatan pengeluaran harian
c) LPLPO sub unit
10. Polindes/bidan desa
a) Buku register penerimaan
b) Pencatatan pengeluaran harian
c) LPLPO sub unit
11.Sub unit lainnya
Jika permintaan obat dilakukan melalui gudang obat puskesmas
maka saranan pencatatan dan pelaporan sama dengan kamar
obat/pustu.
Jika permintaan/distribusi obat melalui kamar obat, maka sub unit
yang ada di puskesmas mempunyai pencatatan dan pelaporan.
12. Posyandu, puskesmas keliling dan sub unit lainnya
a) Buku penerimaan

90
b) Laporan pemakaian obat dan sisa stok obat dikembalikan ke
kamar obat. Penyampaian laporan dilakukan setiap selesai
kegiatan.

D. Alur Laporan
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan
Masyarakat No. 590/BM/DJ/Info/V/96, pelaporan puskesmas menggunakan
tahun kalender yaitu bulan Januari-Desember dalam tahun yang sama.
Formulir pelaporan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
atau beban kerja di puskesmas.Setiap mengakhiri kegiatan harus ada
pembuatan laporan. Berbeda dengan catatan, laporan harus disampaikan ke
orang/pihak lain dan proses laporan dilakukan tertulis. Laporan yang lengkap
terdiri atas unsur:
1. Pendahuluan (latar belakang, tujuan, ruang lingkup).
2. Isi laporan (perncanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan
secara nyata, masalah dan hambatan, saran untuk tindak lanjut).
3. Jika diperlukan, dilengkapi rekomendasi.

Jenis laporan yang dibuat dalam pelaporan data kesehatan ke jenjang


yang lebih tinggi dibagi menjadi dua, yaitu laporan insidensial dan laporan
berkala.
1. Laporan insidensial adalah laporan kejadian luar biasa atau darurat yang
memerlukan pelayanan dan bantuan cepat.
2. Laporan berkala, misalnya laporan harian, mingguan, bulanan, triwulan,
kuartalan, dan tahunan.
Formulir laporan dari puskesmas ke daerah tingkat II adalah sebagai berikut:
1. Laporan bulanan
a. Data kesakitan (LB 1)
b. Data obat-obatan (LB 2)

91
c. Data kegiatan gizi, KIA/KB, imunisasi, termasuk pengamatan
penyakit menular (LB 3)
d. Data kegiatan puskesmas (LB 4)
2. Laporan sentinel. Berikut adalah beberapa laporan sentinel:
a) Laporan bulanan sentinel (LB 15). Laporan yang memuat data
penderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),
penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), serta diare menurut
umur dan status imunisasi. Puskesmas yang memuat LB 1S adalah
puskesmas yang ditunjuk, yaitu satu puskesmas dari setiap Dati II
dengan periode laporan bulanan serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Dati II, Dati I, dan pusat (Ditjen PPM dan PLP).
b) Laporan bulanan sentinel (LB 2S). Dalam laporan ini memuat data
KIA, gizi, tetanus neonatorium, dan penyakit akibat kerja. Laporan
ini diberikan ke Dinas Kesehatan Dati I, Dati II, dan pusat (Ditjen
Binkesmas).

3. Laporan tahunan. Laporan tahunan meliputi data berikut :


a. Data dasar puskesmas (LT-1)
b. Data kepegawaian (LT-2)
c. Data peralatan (LT-3)

Pelaporan yang telah perlu disusun terdiri dari :

13. Laporan Mutasi Obat


a) Petugas pencatatan, pelaporan dan evaluasi
mempersiapkan/membuat laporan mutasi obat (Formulir VI)
berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran obat.
b) Laporan mutasi obat adalah laporan berkala mengenai mutasi
obat yang dilakukan pertriwulan yang memuat jumlah
penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan di UPOPPK,
kecuali Narkotika dan Psikotropika yang dilakukan setiap bulan.
c) Kegunaan laporan mutasi obat ini adalah :

92
1) Untuk mengetahuiJumlah penerimaan dan pengeluaran obat
pertriwulan
2) Untuk mengetahui sisa persediaan obat pada akhir triwulan
3) Untuk pertanggung jawaban kepala
UPOPPK/Bendaharawan barang sesuai peraturan
perundangan berlaku
d)Laporan mutasi obat ini dibuat rangkap 2 yaitu:
1) Asli dikirim kepada atasan langsung (kepala dinas
Kabupaten/Kota
2) Tindasan I untuk arsip
e)Bagian judul pada formulir laporan mutasi obat di isi :
1) Triwulan I (Januari – Maret)
2) Triwulan II (April – Juni)
3) Triwulan III (Juli – September)
4)Triwulan IV (Oktober Desember)
5)Tempat, Tanggal dan penandatanganan laporan tersebut
6)Nama kepala UPOPPK
f) Kolom pada formulir laporan mutasi obat di isi sebagai berikut:
1)Kolom(1), Nomor urut obat
2)Kolom (2), Nama obat yang akan dilaporkan
3)Kolom (3), satuan kemasan obat (dos, kaleng, botol, Dil)
4)Kolom (4), sisa permulaan triwulan
5)Kolom (5), penerimaan selama I triwulan
6)Kolom (6), pengeluaran selama I triwulan
7)Kolom (7), sisa pada akhir triwulan
8)Kolom (8), bila diperlukan

14. Laporan Kegiatan Distribusi

Digunakan kartu perUPK

Fungsi:

93
Laporan puskesmas atas mutasi obat dan kunjungan resep
pertahun. Informasi yang didapat:

a) Jumlah obat yang tersedia (stok akhir)


b) Jumlah obat yang diterima
c) Jumlah kunjungan resep

Manfaat Informasi yang didapat:

a) Jenis dan jumlah persediaan obat disetiap UPK


b) Perbandingan sisa stok dengan pemakaian perbulan
c) Perbandingan jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian
perbulan

Petunjuk pengisian:

Kolom pada formulir laporan kegiatan distribusi diisi dengan


data yang diperoleh dari dokumen LPLPO.

Kolom 1: diisi dengan nomor urut.

Kolom (2-3): diisi sesuai dengan dokumen LPLPO

Kolom 4: disi dengan stock pada awal bulan

Kolom 5: diisi dengan penerimaan obat

Kolom 6: diisi dengan jumlah persediaan atau sama dengan kolom 4


+5

Kolom 7: diisi dengan pemakaian selama 1 tahun

Kolom 8: diisi dengan kolom 7 dibagi 12

Kolom 9: diisi dengan sisa stok pada akhir bulan Desember

Kolom 10: diisi dengan kolom 9 dibagi dengan kolom 8

94
Kolom total kunjungan resep (11-13): diisi dengan data
kunjungan yang mendapat resep satuan kerja bersangkutan selama
satu tahun

15. Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun Anggaran

Laporan pencacahan persediaan akhir tahun anggaran (31


Desember)

a) Petugas pencatatan dan evaluasi mempersiapkan/membuka


berita acara Pencacahan obat akhir tahun anggaran (formulir IX)
dan laporan pencacahan persediaan akhir tahun anggaran
(formulir X).
b) Laporan pencacahan persediaan akhir tahun anggaran dibuat
pada setiap akhir tahun anggaran yang memuat jumlah
penerimaan dan pengeluaran selama I tahun anggraran dan sIsa
persediaan pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
c) Kegunaan laporan pencacahan persediaan akhir tahun anggaran
adalah:
1) Untuk mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran obat
selama 1 tahun anggaran
2) Untuk mengetahui sisa persediaan obat pada akhir tahun
anggaran.
3) Sebagai pertanggungjawaban dari kepala UPOPPK/
bendaharawan barang kepada dinkes kabupaten/kota.
d) Laporan pencacahan peresediaan akhir tahun anggaran dibuat
rangkap dua untuk:
1)Asli ditulis kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
2)Arsip.
16. Laporan Pengelolaan Obat Tahunan Profil Pengelolaan Obat Di
Kabupaten/Kota
Fungsi:

95
Mengukur tingkat kinerja pengelolaan obat di daerah
kabupaten/ kota selama 1 tahun anggaran.

Kegiatan yang harus dilakukan:

a) Siapkan data pencacahan obat per-31 Desember di tingkat


UPOPPK.
b) Siapkan data pencacahan obat per 31 Desember di Tingkat
Puskesmas.
c) Susun daftar obat yang diterima pada tahun anggaran berjalan,
berasal dari berbagai sumber anggaran obat.
d) Evaluasi LPLPO / LB2 untuk mendapatkan informasi mengenai:
i. Pemakaian rata-rata tiap jenis obat
ii. Jumlah kunjungan resep
e) Daftar obat dengan harga patokannya (ambil harga patokan obat
PKD yang terakhir)
f) Jumlah alokasi dana obat untuk tahunan berjalan dari berbagai
sumber.
g) Data umum yang menyangkut:
1) Jumlah penduduk
2) Jumlah kunjungan atau kunjungan kasus c. Jumlah peserta/
akses

Informasi yang didapat:

a) Jumlah dan nilai persediaan obat ditingkat UPOPPK per 31


Desember
b) Jumlah dan nilai persediaan obat di tingkat puskesmas per 31
Desember
c) Pemekaian rata-rata perbulan untuk setiap jenis obat
d) Tingkat kecukupan setiap jenis obat
e) Rencana kebutuhan obat untuk tahun anggaran berikutnya
f) Realisasi pengadaan obat menurut sumber anggaran

96
g) Biaya obat perkunjungan

Manfaat informasi

a) Untuk pelaksanaan tindak lanjut peningkatan dan


penyempurnaan Pengelolaan obat di kabupaten/kota
b) Bahan masukan dalam penyusunan profil kesehatan kabupaten
kota

E. Periode Laporan
1. Laporan Triwulan
Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari
triwulan yang dimaksud (contoh: laporan triwulan pertama tanggal 20
April 2011, maka laporan triwulan berikutnya adalah tanggal 20 Mei
2011). Laporan ini diberikan kepada dinas-dinas terkait sebagai berikut:
a. Kepala Dinas Kesehatan Dati I
b. Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi
c. Depkes RI, tembusan ke Ditjen Binkesmas
2. Laporan Tahunan
Laporan tahunan dikirim paling lambat akhir bulan Februari di tahun
berikutnya dan diberikan kepada dinas-dinas terkait berikut:
a. Kepala Dinas Kesehatan Dati I
b. Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi
c. Depkes RI, tembusan Ditjen Binkesmas

Kegiatan pelaporan di Puskesmas dan sub unit pelayanan


kesehatan meliputi:

1.Pelaporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPO)

Saranan yang digunakan untuk menyampaikan laporan


pemakaian dan mengajukan permintaan obat/perbekalan kesehatan

97
adalah LPLPO.LPO ini sangat Bermanfaat untuk menganalisa
penggunaan, perencanaan kebutuhan, Pengendalian persediaan, dan
pembuatan laporan.

2.Laporan narkotika

Obat golongan narkotika yang digunakan di Puskesmas


dilaporkan setiap bulan, selain dilaporkan dalam LPLPO puskesmas
juga secara terpisah dilaporkan khusus oleh dokter dan diketahui
oleh kepala puskesmas bersangkutan. Pengendalian narkotika di
puskesmas dilakukan melalui pemesanan khusus narkotika ke dinas
kesehatan melalui GFK.

3. Laporan psikotropika

Obat golongan psikotropika yang digunakan dipuskesmas


dilaporkan setiap bulan bersama-sama dengan obat lainnya melalui
LPLPO puskesmas dan setiap akhir tahun laporan tersebut
direkapitulasi untuk dilaporkan dalam laporan tahunan psikotropika.

4. Berita acara obat rusak, kadaluarsa, hilang.

Jika terjadi obat rusak, kadaluarsa, atau obat hilang di


puskesmas setelah dicatat pada tormulir obat rusak/kadaluarsa
selanjutnya dibuatkan berita acara.

5. LT3

LT 3 merupakan pencatatan dan laporan perbekalan yang ada


di puskesmas.

98
BAB VII
PENGENDALIAN LOGISTIK

A. Pengertian Pengawasan dan Pengendalian Logistik


Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk menjaga
pelaksanaan setiap tindakan dan kegiatan dalam pengelolaan logistik sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, baik berkaitan dengan
pemakaian/pengguna logistik maupun hasil/out put pengelolaan. Sedangkan
secara lebih operasional pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan.

Pengawasan sendiri memilki istilah lain yakni pengendalian.


Pengawasan memilki makna yang sama dengan pengendalian. Pengendalian
logistik sendiri merupakan serangkaian kegiatan penetapan standar (satuan
pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil/ out
put maupun proses) dari setiap fungsi operasional managemen logistik
maupun dalam penggunaan logistik, pengukuran logistik dan evaluasi
pelaksanaan dan tindakan korektif bila diperlukan dalam setiap tindakan dan
kegiatan dlm pengelolaan logistik, sehingga dapat menjamin tercapainya
tujuan-tujuan manajemen logistik maupun tujuan-tujuan organisasi secara
keseluruhan.

Namun ada beberpa pihak yang menyatakan bahwa ada perbedaan


antara pengawasan dan pengendalian. Tetapi pada dasarnya pengawasan
memilki makna yang sama dengan pengendalian. Penggunaan istilah
pengendalian pada dasarnya hanya mengacu pada konotasi istilah
pengendalian itu sendiri yang bermakna pada suatu penekanan bahwa
kegiatan pengawasan yang dilakukan setiap saat selama proses suatu kegiatan

99
berjalan. Selain itu pengendalian logistik tidak sebatas dilakukan pada saat
kegiatan operasional pengelolaan logistik sedang berjalan, tetapi juga
dilakukan sebelum, selama dan sesudah kegiatan pengelolaan logistik
dilaksanakan dan berjalan. Sehingga jelas bahwa pengawasan memilki makna
yang sama dengan pengendalian logistik, hanya saja pemakaian istilahnya
saja yang berbeda.

Jadi, pengawasan logistik itu sendiri secara lebih nyata dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan atau proses yang termasuk dalam fungsi manajemen
logistik dan juga merupakan fungsi kunci yang di dalamnya terdapat beberapa
kegiatan tang berkaitan dengan koreksi dan evaluasi terhadap kegiatan
manajemen logistik lainnya agar nantinya tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang akan merugikan organisasi.

Dalam melakukan pengawaan dikenal adanya metode dan teknik


pengawaan logistik.Metode yang biasanya digunakan untuk melakukan
pengawasan logistik adalah metode non-kuantitatif. Metode ini digunakan
karena yang menjadi obyek pengawasan logistik dalam suatu organisasi
biasanya tidak bisa dihitung secara kuantitas dengan kata lain dilihat secara
kualitas dari logistik tersebut.

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen.


Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun
tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian merupakan salah satu tugas dari
manager.

Pengendalian (kontrol) adalah salah satu fungsi manajerial seperti


perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan mengarahkan.
Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk
memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga

100
meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa tujuan
organisasi telah tercapai dengan cara yang baik.

Menurut konsep modern kontrol adalah tindakan meramalkan


sedangkan konsep awal pengendalian hanya digunakan ketika kesalahan
terdeteksi.Kontrol dalam manajemen berarti menetapkan standar, mengukur
kinerja aktual dan mengambil tindakan korektif.

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen.


Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun
tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian merupakan salah satu tugas dari
manager.

Pengendalian (kontrol) adalah salah satu fungsi manajerial seperti


perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan mengarahkan.
Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk
memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga
meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa tujuan
organisasi telah tercapai dengan cara yang baik.

Menurut konsep modern kontrol adalah tindakan meramalkan


sedangkan konsep awal pengendalian hanya digunakan ketika kesalahan
terdeteksi.Kontrol dalam manajemen berarti menetapkan standar, mengukur
kinerja aktual dan mengambil tindakan korektif.

Pengendalian menjadi fungsi keempat dan merupakan bagian ujung


dan sebuah proses kegiatan. Griffin, memberikan batasan tentang
pengendalian sebagai pengamatan secara organisatoris terhadap sasaran yang
dicapai perusahaan.Pengendalian adalah proses untuk membuat sebuah

101
organisasi mencapai tujuannya.Pengendalian menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
1. Earl P.Strong, controlling is the process of regulating the various
factors in an enterprise according to the requirement of its plans.
Artinya : pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam
suatu perusahaan,agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan
dalam rencana.
2. Harold Koontz, control is the measurement and correction of the
performance of subordinates in order to make sure that enterprise
objectives and the plans devised to attain then are accomplished.
Artinya :Pengendalian adalah pengukuran dan koreksi kinerja
bawahan,agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.
3. Arief Suadi berpendapat bahwa pengendalian manajemen adalah
sebuah usaha untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan
digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Efektif berbeda dengan efisien, efektif diartikan sebagaikemampuan
untuk mengerjakan yang benar, sedangkan efsien diartikan sebagai
kemampuan untuk mengerjakan dengan benar.
4. Siswanto mengemukakan pengendalian manajemen adalah suatu usaha
sistematik untuk mendapatkan standar kinerja dengan sasaran
perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi,
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan,
menentukan apakah terhadap penyimpangan dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efektif dan efisien
guna mencapai sasaran perusahaan.
5. Robert Anthony mendefinisikan sistem pengendalian manajemen
sebagai proses untuk memastikan bahwa sumber daya diperoleh dan
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

102
6. Zahinul Hoque berpendapat bahwa sistem pengenalian manajemen
sebagai suatu alat untuk memperoleh data dalam membantu
mengkoordinasikan proses pembuatan perencanaan dan keputusan
pengendalian dalam organisasi.
7. Mulyadi dan Setyawan mendefinisikan sistem pengendalian manajemen
sebagai suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai
kegiatan dalam rangka pencapaian visi organisasi melalui misi yang
telah dipilih dan untuk mengimplementasikan serta memantau
pelaksanaan rencana kegiatan tersebut.
8. Robert J. Mockler mendefinisikan Pengawasan manajemen adalah suatu
usaha sistematik untuk menetapakan standar pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin
bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

B. Tujuan Pengendalian
Era globalisasi ekonomi sekarang ini, perusahaan memasuki
lingkungan bisnis yang sangat berbeda dengan lingkungan bisnis
sebelumnya.Pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing-pesaing domestik,
namun telah didatangi oleh pesaing-pesaing mancanegara yang membawa
produk dan jasa yang sarat dengan kandungan persaingan. Selain membawa
perubahan yang kita secara nilai secara postif, globalisasi ekonomi ternyata
membawa permasalahan yaitu perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai
struktur sistem pengendalian manajemen yang baik akan tersisih, banyak
sistem manajemen perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan arus
perubahan dalam globalisasi ekonomi.

103
Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya suatu sistem yang
digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan organisasi. untuk
membangun masa depan organisasi, perlu ditentukan lebih dahulu dalam
bisnis apa organisasi akan berusaha. Jabawan atas pertanyaan tersebut
merupakan misi organisasi dengan demikian misi organisasi merupakan the
chosen track untuk membawa organisasi mewujudkan masa depannya.
Diharapkan dengan dilaksanakannnya struktur sistem manajemen akan
tercipta visi dan misi organisasi perusahaan kemudian
mengimplementasikannya.

Dampak yang timbul dikarenakan perusahaan tidak memberlakukan


struktur sistem pengendalian manajemen antara lain organisasi perusahaan
akan kesulitan menghadapi berbagai perubahan tajam radikal, konstan, pesat,
serentak sehingga roda organisasi tidak akan jalan dan tidak dapat membuat
berbagai perencanaan, tidak dapat memprediksi target organisasi ke depannya

Permasalahan yang timbul dalam implementasi struktur sistem


pengendalian manajemen yang dapat diidentifikasikan sekarang ini adalah
terletak pada kelemahan struktur dan kelemahan proses. Sistem pengendalian
manajemen tidak dapat mewujudkan tujuan sistem kemungkinan karena
strukturnya tidak pas dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan, dapat
juga terjadi tujuan sistem pengendalian manajemen tidak tercapai karena
proses sistem pengendalian manajemennya lemah.

Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi


berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta
memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi pengendalian dilakukan
sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir
diketahui. Dengan pengendalian diharapkan pemanfaatan unsur-unsur
manajemen efektif dan efisien.

104
Permasalahan struktur sistem pengendalian manajemen penting untuk
dikaji karena memberikan harapan yaitu kemampuan bagi manajemen
perusahaan untuk memetakan secara komprehensif lingkungan bisnis yang
akan dimasuki oleh organisasi perusahaan di masa depan, melakukan
perubahan dengan cepat peta perjalanan tersebut sesuai dengan tuntutan
perubahan yang diperkirakan akan terjadi dan melipatgandakan kinerja
perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan, sehingga perusahaan
memiliki kemampuan yang luar biasa besarnya untuk senantiasa melakukan
perubahan yang diperlukan.

Menurut Siti dan Ely (2010:312) “Pengendalian intern adalah suatu


proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel
lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tujuan berikut ini :
a. Keandalan pelaporan keuangan.
b. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
d. Efektivitas dan efisiensi operasi

Tujuan pengendalian antara lain sebagai berikut:


1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari rencana.
2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-
penyimpangan.
3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
4. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi
5. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
6. Memajukan efisiensi dalam operasi.
7. Meningkatkan akuntabilitas.
8. Merangsang kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur,
peraturan,dan ketentuan yang berlaku.

105
Manfaat Sistem Pengendalian Manajemen

1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilaukan oleh staf,


apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya
telah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
2. Fungsi wasdal akan meningkatkan efisiensi kegiatan program.
3. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
4. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
5. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
6. Untuk memberikan ruang regular untuk superviesees untuk
merenungkan isi dan pekerjaan mereka.
7. Untuk menerima informasi dan perspektif lain mengenai pekerjaan
seseorang.
8. Untuk menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan.
9. Untuk memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang pekerja
tidak ditinggalkan tidak perlu membawa kesulitan, masalah dan
proyeksi saja.
10. Untuk menjadi pro-aktif bukan re-aktif.
11. Untuk memastikan kualitas pekerjaan.

Proses Sistem Pengendalian Manajemen

1. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis ialah salah satu prosedur pengambilan


keputusan atas strategi utama yang akan dijalankan oleh lembaga
untuk menjalankan programnya dan berasumsi beberapa sumber
daya yang akan disiapkan.

2. Persiapan Anggaran

106
Persiapan anggaran yakni sebuah prosedur membentuk kembali
baik perolehan dan anggaran kedalam grafik baru ke inti kewajiban
sehingga memberitahukan beban oleh tiap-tiap manajer berasumsi
akan berlangsung.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan yaitu suatu prosedur dimana tiap-tiap manajer


menjalankan sesuatu atau sebagian maupun semua strategi yang
merupakan kewajiban mereka dan juga mengabarkan apa yang
sudah berlangsung sebagai kewajibannya.

4. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan beberapa prosedur pelaksanaan


kesetaraan antara kewajiban nyata dan yang semestinya
berlangsung dalam kondisi tersebut.

Harold Koontz dan Cyril O’Donnel, mengemukakan asas-asas


pengendalian yaitu:
1. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), artinya
pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan
mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-
penyimpangan dari rencana.
2. Asas efisiensi pengendalian (Principle of efficiency of control),
artinya pengendalian itu efisien, jika dapat menghindari
penyimpangan dari rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain
yang di luar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengendalian (Principle of control
responsibility), artimya pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika
manajer bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana.
4. Asas pengendalian terhadap masa depan (principle of future control),
artinya pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan

107
penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, baik pada waktu
sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas pengendalian langsung (Principle of direct control), artinya
teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya
manajer bawahan yang berkualitas baik. Pengendalian itu dilakukan
oleh manajer, atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Cara
yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai
dengan rencana adalah mengusahakan sedapat mungkin para petugas
memiliki kualitas yang baik.
6. Asas refleksi rencana (Principle of reflection plans), artinya
pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga dapat
mencerminkan karakter dan susunan rencana.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organization
suitability), artinya pengendalian harus dilakukan sesuai dengan
struktur organisasi. Manajer dengan bawahannya merupakan sarana
untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengendalian yang
efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer,
sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Asas pengendalian individual (Principle of individual of control),
artinya pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan
kebutuhan manajer. Teknik pengendalian harus ditujukan terhadap
kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer. Ruang lingkup
informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pada
tingkat dan tugas manajer.
9. Asas standar (Principle of standard), artinya pengendalian yang efektif
dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan dipergunakan
sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
10. Asas pengendalian terhadap strategi (Principle of strategic point
control), artinya pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan
adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor strategis
dalam perusahaan.

108
11. Asas kekecualian (The exception principle), artinya efisiensi dalam
pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap
faktor kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan
tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.
12. Asas pengendalian fleksibel (Principle of flexibility of control),
artinya pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan
pelaksanaan rencana.
13. Asas peninjauan kembali (Principle of review), artinya sistem
pengendalian harus ditujukan berkali-kali, agar sistem yang digunakan
berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action), artinya pengendalian dapat
dilakukan, apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan
directing.

Menurut Hasibuan, jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:


1. Pengendalian karyawan (Personnel control) Pengendalian ini
ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
karyawan.
2. Pengendalian keuangan (Financial control) Pengendalian ini ditujukan
kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan
pengelauaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian
anggarannya.
3. Pengendalian produksi (Production control) Pengendalian ini
ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian waktu (Time control) Pengendalian ini ditujukan kepada
pengguna waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu
pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.

109
5. Pengendalian teknis (Technical control) Pengendalian ini ditujukan
kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan degan tindakan
dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control) Pengendalian ini
ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
digariskan,
7. Pengendalian penjualan (Sales control) Pengendalian ini ditujukan
untuk mengetahui, apalah produksi atau jasa yang dihasilkan terjual
sesuai dengan target yang ditetapkan.
8. Pengendalian inventaris (Inventory control) Pengendalian ini
ditujukan untuk mengetahui, apakah invenaris perusahaan masih ada
semuanya atau ada yang hilang.
9. Pengendalian pemeliharaan (Maintenance control) Pengendalian ini
ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan dan
kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apa
kerusakannya, apa masih dapat diperbaiki atau tidak.

Cara-Cara Pengendalian:
1. Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang
manajer.Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk
mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai
dengan yang dikehendakinya. Kelebihannya pengawasan langsung
yaitu:
 Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga
perbaikannya dilakukan dengan cepat
 Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,
sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan
bawahannya

110
 Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena
merasa diperhatikan atasannya
 Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang
mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya
 Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan “asal Bapak
senang”
2. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan
oleh bawahan.Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan tentang
pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai. Kelebihan
pengawasan tidak langsung yaitu:
 Waktu manajer mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin
banyak, misalnya perencanaan, kebijaksanaan, dan lain-lain.
 Biaya pengawasan relatif kecil
 Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam
melaksanakan pekerjaan
3. Pengawasan berdasarkan kekecualian
Pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar
biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian 25
semacam ini dilakukan dengan cara mengkombinasi langsung dan
tidak langsung oleh manajer.

C. Karakteristik Pengawasan dan Pengendalian Logistik

1. Sistem pengendalian manajemen diharuskan untuk selaras dengan


strategi dan tujuan organisasi
2. Sistem kontrol manajemen harus dibuat dengan sesuai struktur
organisasi dan bertanggung jawah dalam pengambilan keputusan
manajer individual
3. Sistem pengendalian manajemen harus efektif yang memotivasi
seorang manajer dan karyawan untuk berusaha ke arah pencapaian

111
tujuan organisasi dengan cara berbagai penghargaan berhubungan
dengan pencapaian tujuan tersebut.

BAB VIII
PENUTUP

112
A. Kesimpulan
1. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. Penyimpanan
berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam
fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya
serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai
pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain
adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari
kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman
dari pencuri.
2. Adapun tujuan penyimpanan antara lain:Untuk menerima berbagai
macam alat-alat, material komponen, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan logistic, Untuk menjaga kelayakan, kualitas dan
keawetan barang-barang logistic, Untuk mengatur keluarnya barang
secara wajar kepada konsumen, Untuk meminimalisir berbagai kerusakan
barang-barang logistic, Untuk mengukur dan meneliti jumlah barang-
barang logistic, Untuk melakukan pengamanan terhadap barang logistic
dari berbagai ancaman, Untuk memberikan informasi mkepada pihak lain
yang membutuhkan.
3. Menurut Subagyo, penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan
yang telah ditetapkan dalam fungsi–fungsi sebelumnya dengan
pemenuhan setepat–tepatnya dan dengan biaya serendah
mungkin.Penyaluran merupakan kegiatan untuk melakukan pengiriman
barang dari gudang ke unit kerja. Fungsi penyaluran adalah
menyelenggarakan pengurusan pembagian/pelayanan barang secara
tepat, cepat dan teratur sesuai dengan kebutuhan.
4. Distribusi adalah kegiatan yang terlibat dalam pengadaan dan
penggunaan semua bahan yang dipergunakan untuk memproduksi barang
jadi, kegiatan ini meliputi pengendalian produksi dan penanganan bahan
dan penerimaan. Sedangkan menurut Keegan distribusi adalah sistem
yang menghubungkan manufaktur kepada pelanggan, saluran konsumen

113
dirancang untuk menempatkan produk tersebut ditangan orang-orang
untuk digunakan sendiri, sedangkan saluran barang industri
menyampaikan produk ke manufaktur atau organisasi yang menggunakan
produk tersebut dalam proses produksi atau dalam operasi sehari-hari.
5. Pemeliharaan adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk
mempertahankan kondisi sebuah item atau peralatan, atau
mengembalikannya ke dalam kondisi tertentu. Kemudian dengan
penekanan inti definisi yang sejalan Ansori dan Mustajib (2013) di dalam
bukunya mendefinisikan perawatan atau maintenance sebagai konsepsi
dari semua aktivitas yang di perlukan untuk menjaga atau
mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar dapat berfungsi dengan
baik seperti kondisi awal.
6. Tujuan pemeliharaan yang utama antara lain : Kemampuan berproduksi
dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi, Menjaga
kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan
oleh produk itu sendiri dari kegiatan produksi yang tidak terganggu,
Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai
investasi tersebut, Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara
efektif dan efisien keseluruhannya, Untuk menjamin keselamatan orang
yang menggunakan sarana tersebut, Memaksimalkan ketersediaan semua
peralatan sistem produksi (mengurangi downtime), Untuk
memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan.
7. Manfaat tersebut antara lain: Dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana produksi, Menjaga kualitas produksi yang tepat guna, memenuhi
apa yang dibutuhkan oleh produk dan tidak mengganggu kegiatan
produksi, Membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan diluar
batas dan menjaga modal untuk waktu yang ditentukan sesuai kebijakan,
Melaksanakan biaya serendah mungkin dan melalsanakan kegiatan
pemeliharaan secara efektif dan efisien.

114
8. Penghapusan, merupakan kegiatan pembebasan logistik dari
pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara operasional, penghapusan logistik
merupakan pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan-
pertimbangan dan argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, dalam kegiatan penghapusan
logistik harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu.
9. Pencatatan dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di selenggarakan
setiap triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua
kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan
data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan
kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang telah
di tetapkan.
10. Reporting (pelaporan) menurut Luther M. Gullick dalam bukunya Papers
on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau
pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas
dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
11. Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk menjaga pelaksanaan
setiap tindakan dan kegiatan dalam pengelolaan logistik sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, baik berkaitan dengan
pemakaian/pengguna logistik maupun hasil/out put pengelolaan.
Sedangkan secara lebih operasional pengawasan merupakan suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
12. Pengendalian (kontrol) adalah salah satu fungsi manajerial seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan mengarahkan.
Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk
memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga

115
meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa
tujuan organisasi telah tercapai dengan cara yang baik.

B. Saran
Pengelolaan manajemen logistic sebaiknya dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang tidak memiliki beban kerja ganda, adanya pelatihan secara
berkala untuk meningkatkan keterampilan petugas dalam mengelola logistic.
Semua aspek dalam manajemen logistic harus diperhatikan dan bisa
dijalankan dengan prosedur yang sudah diterapkan sebagai strategi, sehingga
apa yang menjadi tujuan utama bisa tercapai dengan baik. Makalah ini hanya
sebagian cara untuk mendapatkan pengetahuan tentang manajemen logistic,
masih banyak ilmu tentang manajemen logistic yang perlu diketahui.

116
117
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2017). Manajemen Logistik Dalam Menunjang Kegiatan Operasi


Pencarian dan Pertolongan Pada Kantor Search and Rescue (SAR) Kelas A
Baik. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, Volume 7(Nomor 1), 46–54.

Chandra, R. (2017). Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap


Kinerja Keuangan Pada PT. Indojaya Agri Nusa. Jurnal Samudra Ekonomi
Dan Bisnis, Volume 8(Nomor 10), 619–633.

Edison, L. dan. (2019). Analisis Penelitian Sistem Pencatatan Dan Pelaporan


Terpadu Puskesmas (SP2PT) Di Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Andalas, Volume 8(Nomor 3), 700–707.

Komari, A. (2019). Analisis Kinerja Distribusi Logistik Pada Pasokan Barang


Dari PT. Surya Pamenang Ke Konsumen. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik
Industri Universitas Kediri, Volume 1(Nomor 2), 81–95.

Mokalu, G. (2019). Sistem Penyimpanan dan Pendistribusian Logistik Non Medi


Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbusyang Provinsi Sulawesi Utara.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 8(Nomor 7), 85–92.

Pebrianti. (2015). Manajemen Rumah Sakit Pada Gudang Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala. Jurnal Katalogis, Volume
3(Nomor 7), 127–136.

Saryono, O. (2019). Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control) Dalam


Meningkatkan Kualitas Produk. Volume 6(Nomor 2).

Sitorus, O. F. (2015). Manajemen Logistik di Giant Ekstra. Jurnal Utilitas,


Volume 1(Nomor 1), 92–103.

Soetdjianto, M. (2016). Memaknai Sistem Pengendalian Manajemen Pada Industri


Kreatif. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 2(Nomor
2), 1–11.
Tirayoh, V. (2018). Analisis Atas Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen
Pemberian Kredit Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Manado.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern, Volume 2, 610–619.

(Anonim, 2017; Chandra, 2017; Edison, 2019; Komari, 2019; Pebrianti, 2015;
Saryono, 2019; Sitorus, 2015; Soetdjianto, 2016; Tirayoh, 2018)

Anda mungkin juga menyukai