PEMBAHASAN
Berdasarkan definisi WHO tersebut menggambarkan adanya hubungan akibat dan sebab
antara kehamilan dan kematian maternal. Ibu yang hamil mungkin mengalami keguguran atau
kehamilan ektopik terganggu, atau ibu yang hamil mungkin meninggal dunia sebelum
melahirkan atau ibu yang hamil telah melahirkan seorang bayi dalam keadaan hidup atau mati
yang diikuti dengan komplikasi kehamilan persalinan dan nifas yang menyebabkan kematian
maternal.
Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah
menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang. Sekitar 25-50% kematian perempuan
usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan
menjadi faktor utama mortalitas perempuan pada masa puncak produktivitasnya. Walaupun
kematian ibu telah lama menjadi masalah di negara-negara berkembang, baru pada tahun 1987
untuk pertama kali diadakan Konferensi Internasional tentang kematian ibu di Nairobi Kenya.
Pada tahun 1990 dilangsungkan World Summit for children di New York, USA yang antara lain
bersepakat untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi separuh pada tahun 2000(Widodo et
al., 2017).
2.2. Penyebab Angka Kematian Ibu (AKI)
Penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dulu dan tidak berubah
banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum,eklampsia, infeksi, aborsi tidak
aman, partus macet, dan sebab-sebab lain seperti kehamilan ektopik dan mola hidatidosa.
Keadaan ini diperkuat dengan kurang gizi, malaria, dan penyakit-penyakit lain seperti
tuberkulosis, penyakit jantung, hepatitis, asma, atau HIV. Pada kehamilan remaja lebih sering
terjadi komplikasi seperti anemia dan persalinan preterm. Sementara itu, terdapat berbagai
hambatan yang mengurangi akses memperoleh pelayanan kesehatan maternal bagi remaja,
kemiskinan, kebodohan, kesenjangan hak asasi pada remaja perempuan, kawin pada usia muda,
dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kematian pada bayi baru lahir disebabkan oleh tidak
adekuatnya dan tidak tepatnya asuhan pada kehamilan dan persalinan, khususnya pada saat-saat
kritis persalinan. Konsumsi alkohol dan merokok merupakan penyebab kesakitan dan kematian
ibu dan bayi baru lahir yang seharusnya dapat dicegah. Ibu perokok berhubungan dengan
komplokasi seperti perdarahan, ketuban pecah dini, dan persalinan preterm. Juga dapat berakibat
pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, serta kematian janin. Konsumsi alkohol
selama kehamilan berhubungan dengan abortus, lahir mati, prematuritas, dan kelainan bawaan
fetal alcohol syndrome.
Menurut Saifudin (2002) kematian ibu dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death)
Kematian obstetri langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas yang timbul akibat tindakan atau kelalaian dalam
penanganan. Komplikasi yang dimaksud antara lain perdarahan antepartum dan postpartum,
preeklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet, dan kematian pada kehamilan mud
2. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death)
Kematian obstetri tidak langsung adalah kematian ibu yang disebabkan oleh suatu
penyakit yang sudah diderita sebelum kehamilan atau persalinan yang berkembang dan
bertambah berat yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung. Kematian obstetri
tidak langsung ini misalnya disebabkan oleh penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, malaria,
anemia, tuberkulosis, HIV/AIDS, diabetes dan lain-lain.
Penyebab kematian ibu yang diakibatkan oleh kecelakaan atau kebetulan tidak di
klasifikasikan ke dalam kematian ibu yang ada hubungannya dengan kehamilan, persalinan dan
nifas. Kematian yang dihubungkan dengan kehamilan International Classifation of Deases
(ICD-10) memudahkan identifikasi penyebab kematian ibu ke dalam kategori baru yang disebut
pregnancy related death yaitu kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan dan tidak tergantung dari penyebab kematian lain.
Batasan 42 hari ini dapat berubah karena telah diketahui bahwa dengan adanya prosedur-
prosedur dan teknologi baru maka terjadinya kematian dapat diperlama dan ditunda sehingga
ICD-10 juga memasukkan suatu kategori baru yang disebut kematian maternal terlambat (late
maternal death) yaitu kematian wanita akibat penyebab obstetric langsung atau tidak langsung
yang terjadi lebih dari 42 hari tetapi kurang dari satu tahun setelah berakhirnya kehamilan (WHO
et al, 2010).
2.3. Data angka kematian ibu (AKI)
Menurut data World Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia pada
tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu
adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar
302.000 kematian. Angka kematian ibu di negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan
angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara
maju hanya 12 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan survey penduduk
antar sensus ( SUPAS ) 2015 masih menempati posisi 305 per 100 ribu kelahiran hidup.
Sementara itu, data capaian kinerja Kemenkes RI Tahun 2015-2017 menunjukkan telah terjadi
penurunan jumlah kasus kematian ibu. Jika ditahun 2015 AKI mencapai 4.999 kasus maka
ditahun 2016 sedikit mengalami penurunan menjadi 4.912 kasus dan ditahun 2017 mengalami
penurunan tajam menjadi sebanyak 1.712 kasus AKI.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. World Health Statistic 2015: Word health Organization;2015.
Badan Pusat Statistik. 2016. Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=2&th=2015. Diakses pada tanggal 6 maret
2018
Siti, Uswatun, C. (2015) ‘Peran Petugas Kesehatan Masyarakat Dalam Upaya Penurunan Angka
Kematian Ibu Pasca MDGs 2015’, pp. 73–79.
Widodo, Y. et al. (2017) ‘Angka Kematian Ibu Rendah dan Tinggi The Infuence of Social
Economic and Cultural Factors on Childbirth Behavior in Rural Area with High and Low
Maternal Mortality Ratio PENDAHULUAN Hasil estimasi Angka Kematian Ibu ( AKI ), atau
disebut juga Maternal Mor’, 8(1), pp. 77–88. doi: 10.22435/kespro.v8i1.6753.77-88.