Anda di halaman 1dari 5

KEMATIAN IBU AKIBAT MELAHIRKAN

1. PENGERTIAN DAN KONSEP


 Pengertian kematian maternal
Kematian maternal adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan. Kematian ini biasanya disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, bukan karena sebab-sebab lainnya.

Indikator yang biasa di gunakan untuk mengetahui besaran kematian ibu saat
melahirkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian
ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Gunanya untuk mengetahui resiko abstrak yang
dihadapi oleh ibu saat ia hamil.

 Konsep lainnya
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan Suatu tolak ukur dalam menilai kesehatan
suatu bangsa. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2019,
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih sangat tinggi, sekitar 295.000 wanita
meinggal selama dan setelah melahirkan. Sebagian besar kematian ini 94% terjadi di
rangkaian sumber daya rendah, dan sebagian besar dapat dicegah dan diobati.
Komplikasi lain mungkin ada Sebelum kehamilan tetapi memburuk selama
kehamilan, terutama jika tidak di tangani sebagai mana dari perawatan wanita.
Komplikasi utama yang Menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu adalah
perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan
eklamsia), komplikasi dari persalinan, dan aborsi yang tidak aman. Sisanya
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti malaria atau terkait dengan kondisi
kronik Seperti penyakit jantung dan diabetes.Berdasarkan dari data survey
Demograsi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Jumlah kasus kematian ibu (AKI) di
Indonesia mengalami penurunan dari 4.999 di tahun 2015 menjadi 4.912 di tahun
2016 dan sebanyak 1.712 kasus di tahun2017.

2. FAKTOR PENYEBAB
A. Penyebab Langsung
1. Faktor Reproduksi
(a). Usia
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun.
(b). Paritas (jumlah janin yang berhasil hidup)
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut pandang kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1
dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana. Sebagian kehamilan pada
paritas tinggi adalah tidak direncanakan.

2.Komplikasi Obsteri
saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya
tidak biasa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28
persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena
perdarahan post partum, retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan
kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi
obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.

(a). Perdarahan post partum


Umumnya perdarahan dalam jumlah normal setelah melahirkan merupakan hal yang
wajar terjadi, hal ini biasa disebut lochea atau nifas. Namun perdarahan biasa mejadi
suatu hal yang berbahaya yang memicu kematian ibu melahirkan jika tidak dalam jumlah
normal. Contohnya Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml
setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam dan melebihi 1000 ml pada seksio
sesarea (Chunningham, 2012), atau perdarahan yang lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, seperti kesadaran menurun, pucat, limbung,
berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100/menit (Karkata,
2010).

(b). Preeklamasi/eklamasi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria atau edema
generalisata yang nyata akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu.Jika tidak
ditangani segera preeklamsia bisa menyebabkan eklamsia atau kejang.Kenapa
preeklamsia bisa menyebabkan kematian pads ibu melahirkan?? Saat ibu hamil
menderita hipertensi atau darah tinggi, arteri yang membawa darah ke plasenta bisa
terhambat. Terhambatnya darah ke plasenta menyebabkan jumlah oksigen dan nutrisi
yang diperlukan janin untuk berkembang berkurang sehingga memicu terjadinya
eklamsia. Saat terjadi eklamsia/kejang organ vital menjadi tidak normal dan rusak, hal ini
menyebabkan terjadinya kejang, koma, kerusakan otak hingga kematian.
(c). Infeksi
Infeksi bisa terjadi karna beberapa hal. Infeksi pasca melahirkan (infeksi post partum)
atau infeksi yang terjadi akibat aborsi. Infeksi aborsi terjadi karena leher rahim akan
melebar selama proses aborsi yang diinduksi obat aborsi (baik resep dokter maupun
yang didapat dari pasar gelap). Hal ini akan menyebabkan bakteri dari luar masuk
dengan mudah ke dalam tubuh dan memicu timbulnya infeksi parah di rahim, saluran
tuba, dan panggul. Timbulnya infeksi bisa sangat berbahaya bagi Ibu selain bisa
menyebabkan kemandulan bila tidak ditangani dan diobati dengan baik, hal terburuk
adalah menyebabkan kematian.

(d). Sepsis
Sepsis sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi karena
kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit menular
akibat hubungan seks yang tidak diobati.Sepsis sebagai faktor penting lain penyebab
kematian ibu sering terjadi karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan
atau karena penyakit menular akibat hubungan seks yang tidak diobati.

(e). Pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan terlatih


Walaupun sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat
membantu mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari
perawatan darurat. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
terus meningkat dari 40,7 persen pada 1992 menjadi 68,4 persen pada 2002.
Akan tetapi, proporsi ini bervariasi antarprovinsi dengan Sulawesi Tenggara sebagai
yangterendah, yaitu 35 persen, dan DKI Jakarta yang tertinggi, yaitu 96 persen, pada
200211. Proporsi ini juga berbeda cukup jauh mengikuti tingkat pendapatan. Pada ibu
dengan dengan pendapatan lebih tinggi, 89,2 persen kelahiran ditolong oleh tenaga
kesehatan, sementara pada golongan berpendapatan rendah hanya 21,3 12 persen. Hal
ini menunjukkan tidak meratanya akses finansial terhadap pelayanan kesehatan dan
tidak meratanya distribusi tenaga terlatih terutama bidan.

B. Penyebab Tidak Langsung


Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap sarana
kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian
dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai “3 T” (terlambat) :
 Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil
keputusan.
 Terlambat dirujuk ke fasilitas kesehatan.
 Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.

Dan 4 terlalu:
 Terlalu tua hamil (diatas usia 35 tahun)
 Terlalu muda hamil (dibawah usia 20 tahun)
 Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4)
 Terlalu dekat jarak antar kelahiran (kurang dari 2 tahun)
Penyebab kematian juga bisa bersumber dari aspek medis, sosial, budaya, dan agama:

a. Aspek medis meliputi:


perdarahan (45,2%), eklamsia (12,9%), komplikasi aborsi (11,1), sepsis postpartum
(9,6%), persalinan lama (6,5%), anemia (1,6%dan penyebab tidak langsung (14,1%).

b. Aspek sosial, antara lain:


 Suami/keluarga tidak mengetahui dan tidak tanggap terhadap kondisi setiap ibu hamil yang
beresiko.
 Sikap individualistik masyarakat yang menganggap kelahiran adalah tanggung jawab
keluarga saja.
 Anggaran untuk kesehatan ibu hamil (bumil) dan ibu bersalin (bulin) dalam rumah tangga
masih dianggap tidak penting.
 Pelayanan persalinan yang tidak terjangkau oleh masyarakat kurang mampu.

c. Aspek Agama, antara lain:


 Menganggap krisis selama persalinan merupakan hal yang biasa karena meninggal ketika
bersalin adalah mati syahid.
 Menganggap hamil dan bersalin sebagai kodrat perempuan: tidak memperlakukan khusus
bumil dan bulin.
 Jarangnya kajian agama yang memperbaharui anggapan tentang peran suami/masyarakat
dalam membantu bumil dan bulin.
 Sikap pimpinan agama yang cenderung mempunyai banyak anak

3. KASUS
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio
(MMR) di Indonesia untuk periode tahun 1998 - 2002, adalah sebesar 307. Artinya terdapat
307 kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah
melahirkan pada periode tersebut per 100.000 kelahiran hidup. Artinya terdapat 307
kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah
melahirkan pada periode tersebut per 100.000 kelahiran hidup.

4. PENCEGAHAN
Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar 76% kematian ibu
terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan dengan proporsi 24% terjadi saat hamil, 36%
saat persalinan dan 40% pasca persalinan. Yang mana lebih dari 62% Kematian Ibu dan Bayi
terjadi di rumah sakit. Dan WHO memperkirakan bahwa 98% kematian ibu di negara
berkembang masuk kategori “dapat dicegah”.

A). Angka kematian ibu dan komplikasi dalam kehamilan dapat dikurangi dengan pemeriksaan
kehamilan atau Antenatal Care (NAC) secara teratur. ANC berfungsi untuk memonitor
kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga apabila ada masalah bisa diketahui secepatnya
dan diatasi sedini mungkin serta dipersiapkan rujukan yang terencana. Kunjungan ANC ibu
hamil ke sarana kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua, 2 kali pada trimester ketiga.
B). Program lain seperti upaya untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah Gerakan Sayang
ibu dengan penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan
menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K). selainitu juga, peran suami juga sangat berpengaruh
terhadap kesehatan ibu.

C). Pada tahun 2011 dalam Rapat Kerja Nasional Pembangunan Kependudukan dan Keluarga
Berencana di Kantor BKKBN, kementerian kesehatan menetapkan 5 strategi operasional
yaitu:
1. Penguatan Puskesmas dan jaringannya; penguatan manajemen program dan sistem
rujukannya;
2. Meningkatkan peran serta masyarakat;
3. kerjasama dan kemitraan;
4. kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011;
5. penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.

Menurut Menkes terkait strategi penguatan Puskesmas dan jaringannya dilakukan dengan
menyediakan paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang dapat
menjangkau dan dijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif, yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, KB, kespro remaja, Pencegahan dan penanggulangan
infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS;
2. dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan pelayanan kesehatan lainnya yaitu
dengan program gizi, penyakit menular dan tidak menular.

D). Selanjutnya, program Making Pregnancy Safer (MPS) yang didukung oleh badan-badan
international seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank untuk mempercepat penurunan angka
kesakitan dan kematian ibu (Kementrian Kesehatan, 2013).

E). Vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil yang dimulai sejak 2 Agustus 2021 juga merupakan
salah satu upaya untuk keselamatan ibu dan bayi. Risiko terinfeksi COVID-19 pada ibu hamil
sama dengan perempuan yang tidak hamil, namun jika terinfeksi COVID-19, ibu hamil
memiliki risiko mengalami kondisi yang lebih berat.

Anda mungkin juga menyukai