Anda di halaman 1dari 64

MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS,

STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN


KOMUNITAS, KONSEP KELUARGA

Kegiatan Belajar 1
Masalah
Kebidanan
Komunitas
Banyak masalah kebidanan yang terjadi di komunitas. Masalah tersebut
antara lain adalah Kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe
abortion, tingkat kesuburan, pertolongan persalinan oleh tenaga non
kesehatan dan perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada
pelayanan kebidanan komunitas.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tetap tinggi walaupun sudah
terjadi penurunan dari 307/100 ribu kelahiran hidup
(SDKI/2002/2003) menjadi 263/100.000 kelahiran hidup
dibandingkan dengan angka kematian ibu dinegara tetangga dekat.
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik
tehadap ibu maupun bayinya. Unsafe abortion adalah abortus yang
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten sehingga
menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan pada wanita
adalah:wanita karier, umur, obesitas, gaya hidup dan pengaruh
lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi seorang ibu untuk melahirkan dengan tenaga
non kesehatan atau dukun adalah Faktor ekonomi, keterbatasan bidan di
desa dan alasan jarak ke tempat pelayanan. PMS adalah singkatan dari
Penyakit Menular Seksual,seperti Gonorrhea, Shypillis, AIDS dan
Herpes genitalis.
Berikut merupakan masalah-masalah kebidanan
yang ada di masyarakat

a Kematian ibu dan bayi


1. Kematian Ibu
Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan
kematian ibu di ASEAN. Berdasarkan data SDKI (2007) 228/100.0
kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi adalah 35/1000
kelahiran hidup.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain


adalah:Terlambat mengenal tanda bahaya, Terlambat mencapai fasilitas,
Terlambat mendapat pertolongan yang adekuat di fasilitas kesehatan,
Seorang ibu terlalu muda punya anak yaitu di bawah 20 tahun dan
terlalu tua, usia di atas 35 tahun juga berbahaya bagi ibu
Faktor risiko tinggi ialah faktor yang merupakan
penyebab langsung dari kematian ibu hamil dan
bersalin serta bayi.
Kriteria faktor risiko tinggi diantaranya sebagai berikut:
Pendarahan selama kehamilan, Panas tinggi atau infeksi, Eklampsi
atau rencana dan Kelainan letak bayi dalam kandungan
Kematian ibu paling banyak terjadi karena masalah perdarahan.
Karena itu, pemerintah juga mencoba membantu menekan AKI dan
AKB dengan menerapkan pengetahuan ke berbagai bidan dan ibu-ibu
yang hamil mengenai penggunaan tablet misoprostol dalam mencegah
perdarahan.
Beberapa faktor yang meletarbelakangi risiko kematian di atas
adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan:
Tingkat pendidikan ibu rendah, Kemampuan ekonomi keluarga
rendah, Kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung dan
Beberapa prilaku tidak mendukung juga bisa membawa risiko
FAKTA
Sebanyak 16,6% perempuan menolak kehamilannya. Pasangan yang
tidak ingin anak lagi (4,6%) atau menunda punya anak (4%). Upaya
aborsi selalu menempatkan perempuan dalam situasi hidup dan mati.
Selain jumlah anemia ibu hamil sangat tinggi (40%), rendahnya
partisipasi dalam program keluarga berencana (KB) pasca persalinan
(19,1%) mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Apa penyebab utama kematian bayi baru lahir?
Silahkan perhatikan diagram berikut.

Prematuritas dan BBLR (29%)

Asfiksia bbl (27%)

Tetanus neonatorum (10%)

Masalah pemberian ASI (10%)


b Kematian pada masa remaja
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan meningkatnya risiko kehamilan dan
kehidupan keluarga yang kurang baik diantaranya:
Kondisi fisiologis dan psikososial intrinsik remaja.
Faktor-faktor sosiodemografi seperti kemiskinan pendidikan yang
rendah, belum menikah, dan asuhan pranatal yang tidak adekuat.
Dari sudut kesehatan obstetri, hamil pada usia remaja memberi resiko
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, pre-
eklamsia, eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal,
perdarahan dan tindakan opetatif obstetric lebih sering dibandingkan
kehamilan pada golongan usia 20 tahun keatas.

FAKTA
Penelitian di bagian obstetri dan Ginekologi RSCM.FKUI. 1948
mendapatkan kejadian patologi kehamilan usia remaja 22,31 permil
dibandingkan dengan di usia 20-30 tahun sebesar 8,36 permil ; angka
kematian perinatal 109,68 permil dibandingkan 51,54 permil dan resiko
kehamilan dan persalinannya 2,4 kali lebih tinggi pada kehamilan
remaja dibandingkan kehamilan di usia 20-30 tahun.
FAKTA
Kehamilan usia remaja memberikan gambaran bahwa perempuan
tersebut baru memperoleh pendidikan 9 tahun, tamat SLTP atau putus
sekolah SLTA hal ini akan mempengaruhi banyak hal seperti perawatan
anak, pendidikan anak, pengembangan fisik serta mental anak dan juga
kehidupan social keluarga secara keseluruhan.
 Ketakutan yang tidak wajar. Misalnya gadis remaja yang ketakutan
selaput daranya robek akibat olah raga, remaja pria yang merasa
berdosa dan depresif karena melakukan masturbasi/onani
 Gangguan kesehatan akibat ketidaktahuan, disertai kurangnya
pengendalian diri dan kurangnya bimbingan
 Tingkat kebugaran yang rendah. Lambatnya perkembangan prestasi
olahraga merupakan salah satu indikasi dari derajat kesegaran
jasmani kelompok remaja

Dari gejala yang tampak, masalah remaja dapat


dikelompokkan dalam 3 katagori:
Reproduksi

Masalah
Remaja
Kebugaran Psikososial
Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya
istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan
meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. UU perkawinan
no 1 1974 dengan usia kawin perempuan 16 tahun menyebabkan
perkawinan sah meningkat. Temuan Biro Pusat Statistik 1980 bahwa 6,40
% perempuan menikah pertama kali pada usia 16 tahun, 23,89 % usia 17-
18 tahun dan 39,70% menikah pada usia 19 tahun.

Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas pada
remaja adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan
( KTD ).

Dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika


mengalami KTD yaitu :
Mempertahankan kehamilan dengan risiko:

Resiko fisik. Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan


dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada
kematian.
Resiko psikis atau psikologis. Ada kemungkinan pihak perempuan
menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau
tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Resiko sosial.salah satu resiko social adalah berhenti atau putus
sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan merasa malu atau
cutimelahirkan.
Resiko ekonomi. Merawat kehamilan, melahirkan melahirkan
bayinya atau anaknya yang membutuhkan biaya yang besar.

Mengakhiri kehamilan (aborsi) dengan risiko:


Resiko fisik. Perdarahan dan komplikasi lain merupakan
salah satu resiko aborsi. Aborsi yang berulang selain
bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa mnyebabkan
kamandulan. Aborsi yang dilakukan secara yang tidak
aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
Resiko fsikis. Pelaku aborsi sering kali mengalami
perasaan-perasaan takut, tertekan atau stress trauma
mengingat proses aborsi dan kesakitan.
Resiko social. Ketergantungan pada pasangan sering
menjadi lebih besar karena perempuan merasa sudah
tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.

Resiko ekonomi. Biaya aborsi cukup tinggi, bila


terjadi komplikasi maka biaya semangkin tinggi.

Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertah


sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Program kes
reproduksi yang dikembangkan pemerintah hanya untuk mereka
sudah menikah dan tidak merujuk pada kebuthan yang terkait de
informasi seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan.
c Unsafe Abortion
Unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Menurut WHO (1995) angka kematian ibu akibat unsafe abortion di negara-negara
berkembang adalah 55 per 100.000 kelahiran hidup, khusus di Asia adalah 47 per
100.000 kelahiran hidup.
FAKTA
Di satu sisi hukum di Indonesia tidak melegalkan aborsi, tetapi di sisi lain tidak
dapat dipungkiri kebutuhan wanita untuk melakukan aborsi tetap ada. Adanya
dua hal yang berlawanan ini, pada akhirnya justru menimbulkan masalah lain, yaitu
terjadinya aborsi yang tidak aman (Unsafe Abortion), yang menyumbang peran
yang cukup bermakna pada Angka Kematian Ibu.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan
kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis,
seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-
lain.
Banyaknya kematian akibat aborsi yang tidak aman, tentu sangat memprihatinkan.
Hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran dari perempuan dan masyarakat
tentang hak atas pelayanan kesehatan. Melakukan aborsi pasti merupakan
keputusan yang sangat berat dirasakan oleh perempuan yang bersangkutan.
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga
d Non Kesehatan
Faktor yang mempenga-ruhi seorang ibu untuk melahirkan dengan
tenaga non kesehatan atau dukun adalah:
Faktor ekonomi, Adat istiadat, Keterbatasan bidan di desa.
Dan Alasan jarak ke tempat pelayanan.
FAKTA
Selama ini pertolongan persalinan non kesehatan lebih tinggi di daerah pedesaan
daripada perkotaan. Pemanfaatan klinik bersalin hanya terbatas pada pelayanan KIA
(antenatal, imunisasi, dll) dan pengobatan. Kenyataan membuktikan masih banyak
ibu yang memanfaatkan dukun untuk pelayanan kehamilan dan persalinan
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi hal tersebut yaitu
dengan melakukan kemitraan dengan dukun, kader dan masyarakat terutama
dalam upaya peningkatan rujukan oleh tenaga nonprofesional, melatih dukun dan
kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang persalinan yang bersih dan mampu
mendeteksi risiko tinggi, dan pendampingan persalinan dukun oleh tenaga
Kemampuan tenaga non profesional/dukun bersalin masih kurang, khususnya yang
kesehatan.
berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, risiko kehamilan dan persalinan serta
rujukannya.Pembagian tugas bidan-dukun-keluarga dlm pertolongan persalinan sudah
proporsional; tugas persiapan dilakukan dukun dan keluarga, pertolongan persalinan
oleh bidan, perawatan tali pusat oleh bidan dan perawatan ibu dan bayi oleh dukun &
bidan.
FAKTA
Sebagian besar dukun masih menolong persalinan, dan dukun setuju pertolongan
dilakukan oleh bidan asalkan dukun diberi kompensasi, dan akan merujuk ke bidan
bila juga ada kompensasi (jasa dukun) atau dilibatkan dalam kegiatan non medis
seperti persiapan & perawatan pasca persalinan. Sebanyak 58,1% desa menyiapkan
transportasi untuk rujukan persalinan, dengan ambulans puskesmas, dan ambulans
desa yang berbentuk tanduk.
Sebanyak 15,8% desa telah menyelenggarakan Bank Darah Desa, dan 6,6% desa
mempunyai kelompok donor yang terkoordinir, sebanyak 64,5% mempunyai catatan
lokasi ibu hamil berisiko, yang dilakukan oleh bidan desa, dan keberadaan ibu
hamil dengan risiko diinformasikan ke warga desa. Komunikasi kader- bidan desa
dilakukan melalui kegiatan posyandu, dukun-bidan melalui kemitraan, dan bidan-
keluarga melalui penyuluhan atau promkes. 
Tindakan yang harus dilakukan oleh seorang bidan terhadap masyarakat yang
melakukan persalinan dengan batuan seorang dukun adalah dengan melakukan
pendekatan secara bertahap dan memberikan penjelasan kepada masyarakat
tentang bahaya melahirkan dengan bantuan tenagan non kesehatan.Pendekatan
tersebut dapat berupa mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat tersebut.
d PMS

PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu
infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual
(oral, anal atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS
menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ
tubuh lainnya. Rantai penularan PMS, virus, bakteri, protozoa, parasit
dan jamur, manusia, bahan lain yang tercemar kuman Penis, vagina,
lubang pantat, kulit yang terluka, darah, selaput lendir.
Yang paling umum adalah hubungan seks (penis-vagina, penis-lubang
pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina, mulut-penis). Hubungan seks,
pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena
PMS ke orang lainnya (obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak
steril, jarum tato, dan sebagainya.
Gonorrhea

Pada Pria : Pengeluaran cairan purulen melalui uretra, disuria,


epididymitis dan prostatitis.
Pada Wanita : Pada tahap dini asimptomatis selanjutnya
servisitis dengan pengeluaran yang purulen, gartolinitis.
Syphilis
a. Tahap primer : adanya luka pada vulva atau penis sangat
nyeri, ulkus primer baik tunggal maupun kelompok, mungkin
terjadi juga pada bibir, lidah tangan, rectum atau putting susu.
a. Tahap sekunder : yaitu 2-4 minggu setelah timbulnya ulkus
sampai 2-4 tahun. Pasien pada umumnya merasa tubuh lemah,
kemerahan serta adanya condylomata pada rectum dan genitalia.
Pada tahap laten :5-20 tahun tidak ada tanda-tanda klinik.
a. Tahap lanjut yaitu terminal tidak diobati akan terlihat
tumor/massa/gumma pada bagian tubuh, kerusakan pada
katup jantung dan pembuluh-pembuluh darah, meningitis,
paralysis, kurang koordinasi, parese, insomnia, binggung,
dilusi, gangguan pikir dan bicara tidak jelas.
Herpes Genitalis

Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah


terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann
dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil,
yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri.
Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang
melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri
dan membentuk keropeng.
AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Gejala pertama AIDS muncul rata-rata 10 tahun dari saat terinfeksi HIV,
yang selanjutnya menunjukan gejala berbagai penyakit dan menyebabkan
kematian dalam waktu 1-3 tahun.
Terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronik lebih dari satu
bulan, demam lebih dari satu bulan (kontinyu atau intermiten) pada
penderita dewasa.
Skiner (1938) serang ahli fsikologi, merumuskan bahwa prilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Oleh karena prilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.
Skinner membedakan adanya 2 respon yaitu:
Respondent response atau refleksive, yaitu respon yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
tertentu.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus maka
prilaku dapat dibedakan menjadi 2:
Prilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert
behavior atau unobservable behavior,
Prilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dapat dengan mudah diamati atau dilihat
oleh orang lain. Oleh karena tu disebut overt behavior, tindakan nyata
atau praktek misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau
membawa anaknya kepuskesmas untuk diimunisasi, penderita TB baru
minum obat secara teratur.
Skinner membedakan adanya 2 respon yaitu:
Respondent response atau refleksive, yaitu respon yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
tertentu.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant
conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut:
Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi prilaku yang akan
dibentuk.
Melakukan analisis untuk mengindentifikasi komponen-komponen
kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-
tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk
masing – masing komponen tersebut.
Melakukan pembentukan prilaku dengan menggunakan
urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen
pertama telah dilakukan, maka Hal ini akan mengakibatkan
komponen atau prilaku hadiahnya diberikan. ( tindakan )
tersebut cenderung akan sering dilakukan.
Berdasarkan batasan prilaku dari Skiner tersebut, maka prilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,
prilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health
Maintanance)

Merupakan perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk


memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2
Perilaku pencarian dan
pengunaan system

Biasa disebut fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku


pencarian pengobatan atau health seeking behavior.
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat penderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri ( self treatment ) sampai mencari
pengobatan keluar negeri.
3
Perilaku kesehatan
lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan


fisik maupun social budaya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatanya. Dengan perkataan lain, bagaimana
seseoramg mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker 1979) membuat klasifikasi lain
tentang perilaku kesehatan:
a

Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan


seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
a

Perilaku hidup sehat

- Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu


seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh ( tidak kurang tetapi juga
tidak lebih ).
a

Perilaku hidup sehat

- Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan ),


dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang
digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan
yang bersangkutan.
a

Perilaku hidup sehat

- Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang


mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya
kebiasaan merokok ini khususnya di Indonesia seilah-olah
sudah membudaya.
a

Perilaku hidup sehat

- Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kemiasaan minuman


keras dan mengkonsumsi narkoba cenderung meningkat.
- Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat
tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkingan modern,
mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga
kurang waktu istirahat.
a

Perilaku hidup sehat

- Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan


akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan.
- Prilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya:
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri
dengan lingkungan.
b

Perilaku peran sakit


(the stick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang


mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajibaan sebagai orang
sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang
sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).
c

Perilaku peran sakit


(the stick role behavior)

Perilaku ini meliputi:


- Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
- Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/
penyembuhanpenyakit yang layak
- Mengetahui hak (misalnya:hak memperoleh perawatan,
memperoleh pelayanan kesehatan dan kewajiban orang
sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain
terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain ).
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar organisme ( orang ), namun dalam memberikan
respons sangat tergantung pada karakteristik atau factor-faktor lain dari
orang lain yang bersangkutan. Factor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
Determinan atau factor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan,yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin.
Determinan atau factor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik. Factor lingkungan ini
sering merupakan factor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseorang.
Strategi pelayanan
kebidanan komunitas
Pendekatan kemasyarakat adalah serangkaian kegiatan yang sistematis,
terencana dan terarah untuk menggali, meningkatkan dan mengarahkan
peran serta masyarakat , agar dapat memanfaatkan potensi yang ada,
guna memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengali, meningkatkan dan
mengarahkan peran serta masyarakat, karena yang diinginkan adalah
tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk berperi laku sehat, sehingga
pada akhirnya terjadi kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
Kegiatan ini mengutamakan penggunaan potensi setempat, karena
prinsipnya adalah meningkatkan “tenaga dalam” masyarakat, yaitu
kesetiakawanan sosial yang sehari-hari dikenal dengan gotong royong.
Bentuk kegiatan yang berlAndaskan gotong royong inilah yang
dikembangkan lebih lanjut, sehingga dapat secara tepat diarahkan untuk
mengatasi masalah kesehatan mereka.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan yang mereka
hadapi , artinya bentuk kegiatannya bukan sekedar ramai-ramai
bergotong royong tanpa arah, tetapi secara sistematis dan terencana
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui
penyelesaian masalah kesehatan setempat.
Tingkat penyebaran upaya ini diharapkan dapat berjalan dengan cepat,
agar cakupan program dapat meliputi seluruh wilayah indonesia,
sehingga secara nasional tingkat pencapaian program menjadi lebih
cepat. Untuk inilah faktor dukungan politis dan persiapan petugas harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman gebrakan posyandu menunjukkan bahwa konsep “Direct
PHC” ditambah dengan dukungan politis yang kuat telah dapat membuat
“percepatan” program yang mengesankan. Dalam waktu yang tidak
terlalu lama, akselerasi dan eskalasi Posyandu mampu meningkatkan
jumlah Posyandu sebanyak 10 kali lipat, dari 250.000 pada tahun 1990.
Pengalaman penyiapan sarana, petugas dan masyarakat yang baik di
bidang imunisasi, telah menunjukkan bahwa persiapan yang baik telah
mampu meningkatkan cakupan imunisasi dan mempertahankan
pencapaian UCI (Universal Child Imunization).
Berdasarkan berbagai bentuk pengalaman tersebut,
disusunlah serangkaian langkah pendekatan
kemasyarakatan, yang dapat dibagi menjadi 2 kategori
sebagai berikut :

1 Pembinaan Umum
a. Dukungan Politis
Dukungan politis sangat diperlukan bagi masyarakat kita. Pola
kepemimpinan yang “ing ngarso sung tulodo” menun jukkan bahwa apa
yang dikerjakan di tingkat atas bakal menjadi panutan di tingkat bawah.
Oleh karena itu, berbagai bentuk ucapan, sikap, tingkah laku dan produk
hukum di tingkat atas mutlak diperlukan guna mendorong peran serta
masyarakat.

Bentuk dukungan politis antara lain: dokumen (UUD, GBHN, PP, dll
perencanaan kegiatan oleh pejabat, dukungan anggaran, sering
diucapkan oleh pejabat/ tokoh masyarakat, tim/ forum komunikasi,
sering dimuat media massa.
1 Pembinaan Umum
b. Persiapan Petugas
Persiapan petugas mutlak diperlukan, sebab bila program dikembangkan
langsung ke masyarakat dan petugas belum siap, akan terjadi bumerang.
Masyarakat yang telah semangat akan kecewa atas sikap petugas yang
belumsiap. “Tempalah besi selagi membara” begitu kata pepatah.
Petugas itu bagaikan pandai besi yang siap membentuk besi yang lagi
membara.

2 Pembinaan Lokal
Pembinaan lokal atau pembinaan masyarakat setempat pada prinsipnya
merupakan upaya edukatif, hanya saja pengalaman selama ini menunjuk
bahwa serangkaian langkah tidaklah harus runtut tahapannya. Banyak
alternatif jenis kegiatan yang bisa ditemouh dalam pembinaan masyarak
setempat ini. Pembinaan lokal merupakan serangkaian langkah diterapka
guna menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat
setempat.
Pendekatan tokoh masyarakat merupakan tahap pertama yang harus
dilakukan sebelum implementasi program wilayah tersebut. Mereka
merupakan kelompok penyaring terhadap sesuatu inovasi yang akan masuk
ke wilayah masyarakat tersebut.
Pendekatan kepada mereka dilakukan melalui hubungan antar manusia yang
baik dan bersahabat. Forum untuk mendekati tokoh masayarakat ini antara
lain : melalui kunjungan rumah, pembicaraan informal di bebagai
kesempatan dan pertemuan.

Tokoh masyarakat yang didekati tentu saja bergantung pada jenis kelompok
masyarakat yang akan kita garap.
Bagi masayarakat desa/kelurahan/RW, tokoh yang digarap adalah pemimpin
formal (kepala desa, lurah, ketua RW, pengurus LKMD dsb) dan pemimpin
informal (ulama, guru, dsb).

Untuk kelompok pekerja didekati pemilik perusahaan dan ketua kelompok


pekerja yang bersangkutan. Kalaupun mereka belum berorganisasi, biasanya
tetap ada tokoh panutanyang mereka segani dalam kelompok tersebut. Bagi
organisasi pemuda, pemimpin dan pengurus organisasi harus didekati,
termaksud pula para pembinanya.
Intinya adalah mendekati mereka yang menjadi panutan dalam kelompok
masyarakat tersebut.
Konsep
Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat. Salvicion G Bailon dan
Aracelis Maglaya (1989) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan

Ciri-Ciri Struktur Keluarga (Anderson Carter)


Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing

Tipe/ Bentuk Keluarga


Keluarga Inti (Nuclear Family), Keluarga Besar (Extended Family),
Keluarga Berantai (Serial Family), Keluarga duda/jAnda (Single
Family), Keluarga Berkomposisi (Composite), dan Keluarga Kabitas
(Cahabitation),
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar
(extended family), karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku hidup dalam komuniti dengan adat istiadat yang
sangat kuat (Effendy, 1998).

Peran keluarga
Peran Ayah: mencari nafkah, pendidikan, pelindung dan sebagai
Kepala Keluarga, Peran Ibu: mengurus rumah tangga, mendidik
anak, pelindung, membantu mencari nafkah tambahan keuangan.
Dan Peran Anak: melaksanakan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental dan sosial (Syafrudin, 2009).

Anda mungkin juga menyukai