Kegiatan Belajar 1
Masalah
Kebidanan
Komunitas
Banyak masalah kebidanan yang terjadi di komunitas. Masalah tersebut
antara lain adalah Kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe
abortion, tingkat kesuburan, pertolongan persalinan oleh tenaga non
kesehatan dan perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada
pelayanan kebidanan komunitas.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tetap tinggi walaupun sudah
terjadi penurunan dari 307/100 ribu kelahiran hidup
(SDKI/2002/2003) menjadi 263/100.000 kelahiran hidup
dibandingkan dengan angka kematian ibu dinegara tetangga dekat.
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik
tehadap ibu maupun bayinya. Unsafe abortion adalah abortus yang
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten sehingga
menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan pada wanita
adalah:wanita karier, umur, obesitas, gaya hidup dan pengaruh
lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi seorang ibu untuk melahirkan dengan tenaga
non kesehatan atau dukun adalah Faktor ekonomi, keterbatasan bidan di
desa dan alasan jarak ke tempat pelayanan. PMS adalah singkatan dari
Penyakit Menular Seksual,seperti Gonorrhea, Shypillis, AIDS dan
Herpes genitalis.
Berikut merupakan masalah-masalah kebidanan
yang ada di masyarakat
FAKTA
Penelitian di bagian obstetri dan Ginekologi RSCM.FKUI. 1948
mendapatkan kejadian patologi kehamilan usia remaja 22,31 permil
dibandingkan dengan di usia 20-30 tahun sebesar 8,36 permil ; angka
kematian perinatal 109,68 permil dibandingkan 51,54 permil dan resiko
kehamilan dan persalinannya 2,4 kali lebih tinggi pada kehamilan
remaja dibandingkan kehamilan di usia 20-30 tahun.
FAKTA
Kehamilan usia remaja memberikan gambaran bahwa perempuan
tersebut baru memperoleh pendidikan 9 tahun, tamat SLTP atau putus
sekolah SLTA hal ini akan mempengaruhi banyak hal seperti perawatan
anak, pendidikan anak, pengembangan fisik serta mental anak dan juga
kehidupan social keluarga secara keseluruhan.
Ketakutan yang tidak wajar. Misalnya gadis remaja yang ketakutan
selaput daranya robek akibat olah raga, remaja pria yang merasa
berdosa dan depresif karena melakukan masturbasi/onani
Gangguan kesehatan akibat ketidaktahuan, disertai kurangnya
pengendalian diri dan kurangnya bimbingan
Tingkat kebugaran yang rendah. Lambatnya perkembangan prestasi
olahraga merupakan salah satu indikasi dari derajat kesegaran
jasmani kelompok remaja
Masalah
Remaja
Kebugaran Psikososial
Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya
istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan
meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. UU perkawinan
no 1 1974 dengan usia kawin perempuan 16 tahun menyebabkan
perkawinan sah meningkat. Temuan Biro Pusat Statistik 1980 bahwa 6,40
% perempuan menikah pertama kali pada usia 16 tahun, 23,89 % usia 17-
18 tahun dan 39,70% menikah pada usia 19 tahun.
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas pada
remaja adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan
( KTD ).
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu
infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual
(oral, anal atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS
menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ
tubuh lainnya. Rantai penularan PMS, virus, bakteri, protozoa, parasit
dan jamur, manusia, bahan lain yang tercemar kuman Penis, vagina,
lubang pantat, kulit yang terluka, darah, selaput lendir.
Yang paling umum adalah hubungan seks (penis-vagina, penis-lubang
pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina, mulut-penis). Hubungan seks,
pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena
PMS ke orang lainnya (obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak
steril, jarum tato, dan sebagainya.
Gonorrhea
1 Pembinaan Umum
a. Dukungan Politis
Dukungan politis sangat diperlukan bagi masyarakat kita. Pola
kepemimpinan yang “ing ngarso sung tulodo” menun jukkan bahwa apa
yang dikerjakan di tingkat atas bakal menjadi panutan di tingkat bawah.
Oleh karena itu, berbagai bentuk ucapan, sikap, tingkah laku dan produk
hukum di tingkat atas mutlak diperlukan guna mendorong peran serta
masyarakat.
Bentuk dukungan politis antara lain: dokumen (UUD, GBHN, PP, dll
perencanaan kegiatan oleh pejabat, dukungan anggaran, sering
diucapkan oleh pejabat/ tokoh masyarakat, tim/ forum komunikasi,
sering dimuat media massa.
1 Pembinaan Umum
b. Persiapan Petugas
Persiapan petugas mutlak diperlukan, sebab bila program dikembangkan
langsung ke masyarakat dan petugas belum siap, akan terjadi bumerang.
Masyarakat yang telah semangat akan kecewa atas sikap petugas yang
belumsiap. “Tempalah besi selagi membara” begitu kata pepatah.
Petugas itu bagaikan pandai besi yang siap membentuk besi yang lagi
membara.
2 Pembinaan Lokal
Pembinaan lokal atau pembinaan masyarakat setempat pada prinsipnya
merupakan upaya edukatif, hanya saja pengalaman selama ini menunjuk
bahwa serangkaian langkah tidaklah harus runtut tahapannya. Banyak
alternatif jenis kegiatan yang bisa ditemouh dalam pembinaan masyarak
setempat ini. Pembinaan lokal merupakan serangkaian langkah diterapka
guna menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat
setempat.
Pendekatan tokoh masyarakat merupakan tahap pertama yang harus
dilakukan sebelum implementasi program wilayah tersebut. Mereka
merupakan kelompok penyaring terhadap sesuatu inovasi yang akan masuk
ke wilayah masyarakat tersebut.
Pendekatan kepada mereka dilakukan melalui hubungan antar manusia yang
baik dan bersahabat. Forum untuk mendekati tokoh masayarakat ini antara
lain : melalui kunjungan rumah, pembicaraan informal di bebagai
kesempatan dan pertemuan.
Tokoh masyarakat yang didekati tentu saja bergantung pada jenis kelompok
masyarakat yang akan kita garap.
Bagi masayarakat desa/kelurahan/RW, tokoh yang digarap adalah pemimpin
formal (kepala desa, lurah, ketua RW, pengurus LKMD dsb) dan pemimpin
informal (ulama, guru, dsb).
Peran keluarga
Peran Ayah: mencari nafkah, pendidikan, pelindung dan sebagai
Kepala Keluarga, Peran Ibu: mengurus rumah tangga, mendidik
anak, pelindung, membantu mencari nafkah tambahan keuangan.
Dan Peran Anak: melaksanakan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental dan sosial (Syafrudin, 2009).