Anda di halaman 1dari 64

PEMERIKSAAN FISIK

Oleh : Hj. Melly, SST.,M.Kes


disampaikan pada perkuliahan D III
Kebidanan
Tuiuan Pemeriksaan Fisik
 Menentukan informasi yang sah
mengenai kesepakatan pasien.
 Pemeriksa harus dapat mengenal, dan
mensintesa informasi yang telah
dikumpulkan kemudian dinilai secara
komprehensif.
Teknik-teknik Pemeriksaan Fisik :
 Inspeksi
Bidan harus melatih dirinva untuk melihat
tubuh dengan menggunakan suatu
pendekatan sistematik dan mengetahui
tanda-tanda fisik yang normal sebelum
mengenal tanda-tanda yang abnormal,
Example : Pasien Sirosis Hepatis dengan
asites dibandingkan dengan pasien yang
gemuk. Sangat penting untuk diketahui
karateristik normal dari pasien yang usianya
berbeda.
Lanjutan
 Palpasi
Raba atau sentuhan yang menggunakan sensasi
taktil untuk menentukan ciri-ciri suatu sistem
organ.
 Perkusi
Berkaitan dengan sensasi taktil dan bunyi yang
dihasilkan melalui ketukan satu/dua jari pada
daerah yang akan diperiksa.
 Auskultasi
mencakup mendengarkan bunyi yang dihasilkan
oleh organ dalam tubuh.
Alat – alat yang diperlukan untuk
pemeriksaan fisik :
 Stetoskop.  Otoskop.
 Tensi meter.  Pulpen.
 Termometer  Jam Tangan
 Reflek Hammer.  Garpu Tala
 Spatel lidah.  Meteran.
 Optalmoskop.  Timbangan badan.
 Kartu snellen.  Dan lain-lain.
 Tonometer.
 Penlight.
Pemeriksaan Fisik
A. Penampilan umum/ keadaan umum.

Hal - hal yang perlu diperhatikan


adalah :
Jenis kelamin, bentuk tubuh, sikap
dan cara berjalan, hygiene/ peme-
liharaan tubuh, pakaian, bau badan,
afek/mood, cara bicara.
B. Tanda-tanda vital
Meliputi : suhu badan, ( oral, rektal,
axiler), nadi, tekanan darah, respira-
si, dan berat badan , tinggi badan.
Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala (oval, bulat),kebersihan kulit
kepala , Keadaan rambut : warna
hitam/coklat/pirang/warna perak, berbau atau
warna warni bendera yang khas untuk defisiensi

vitamin A.
Mudah rontok,kulit kepala kotor, berbau secara

umum menunjukan tingkat hygiene seseorang.

Adakah lesi seperti vesikula, pustula, crusta


karena vericela, dermatitis, jamur, luka
atau kelainan lain. Kesan wajah : sembab,
kemerahan, kelaianan lain.
Pemeriksaan mata

 Kelengkapan mata dan kesimetrisan mata.


Kelopak mata : adakah edema, hematom
(ecymosis periorbital) , peradangan
(blepharitas, hordeulum/trimbilan). Kelopak
mata selalu tertutup /tidak membuka ( ptosis)
pada myastenia gravis, kelopak mata selalu
terbuka /tidak dapat menutup rapat
( lagothalmus. Mata yang molotot terus
( exopthalmus) pada hypertiroid
Lanjut
 Konjungtiva : merah muda/merah/pucat,
perdarahan/rembesan darah di conjungtiva
palpebra akan menimbulkan warna kebiruan
diseluruh kelopak mata disebut Black eye
ataubrill hematoem bila mengenai kedua
mata (kaca mata).
 Sklera : ada atau tidak ikterus.
 Pupil : isokor/anisokor,miosis/midriasi.Reflek cahaya.
 Cornea : jernih/keruh, ulkus, benda asing, reflek
cornea.
 Ketajaman penglihatan/visus : dengan menggunakan
snelen chart. normal 6/6 . Angka Pembilang adalah
ketajaman penglihatan klien, angka penyebut adalah
batas yang dapat dilihat pada orang normal/standart.
6/60 hanya dapat melihat dengan hitungan jari ta-
ngan, 6/300 hanya dapat melihat lambaian tangan.
1/~ hanya dapat membedakan terang dan gelap ( LP
= Negati/postif).
 Pemeriksaan tekanan bola mata dengan mengguna-
kan tonometer. Dengan cara manual gunakan dua jari
telunjuk pemeriksa bandingkan TIO bola mata kiri de-
ngan kanan dengan cara tekanan bergantian pada
bola mata atas dengan kelopak mata tertutup. TIO
normal kiri dan kanan sama . Dilakukan pada orang
usia lebih dari 40 tahun untk kewaspadaan terhadap
gloukoma.
 Pemeriksaan luas lapangan pandang dengan
menggunakan alat perimeter . Normal : kesamping 90
0, atas : 60 0, bawah 70 0.
Pemeriksaan Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi, cuping hidung
,lubang hidung : adakah sekret , sumbatan jalan na-
fas, selaput lendir/ membran mukosa, ada perdarah-
an/tidak, polip, purulent.
Pemeriksaan telinga.
Bentuk : simetris atau tidak, ukuran : kecil, sedang,
besar. Ketegangan : lentur/elastis, kaku. Lubang te-
linga : serumen, benda asing, perdarahan membran
tympani/ hemotympanum, Ketajaman pendengaran :
Tes suara bisik, test weber, Rinne test, Swabach test,
audiometer.
Pemeriksaan mulut dan orofaring
Keadaan bibir: cyanosis, luka, labioscisis, Selaput len-
dir, gigi : karang/ karies, tanggal, gusi : lesi. Lidah :
warna, kelianan lidah. Palatum : palatoscisis, kelainan
lainnya.
Orofaring : Bau nafas, luka, suara, dahak, tanda pera-
dangan, selaput lendir, uvula dan tonsil.Ukuran tonsil :
- T0 : bila sudah dioperasi,
- T1 : ukuran yang normal ada( 25 %)
- T2 : pembesaran tidak sampai garis tengah (50%)
- T3 : pembesaran tonsil mencapai garis tengah (75%)
- T4 : pembesran tonsil melewati garis tengah.(100 %)
Warna tonsil merah/ tampak foliculer abses , nanah
yang melekat (GO) membran putih perak melekat (in-
feksi difteri),
Pemeriksan leher
Posisi trachea ( simetris/tidak, terdorong kesisi kanan
/kriri), kelenjar tiroid dan suara.Pembesaran kelenjar
limfe, parotis. Adanya bendungan vena jugularis.
- Pengukuran J.V.P : Pasien dibaringkan dengan ke-
pala di beri bantal (semi fowler), bendunglah dae-
rah supra clavikula agar V. Jugularis tampak jelas.
Kemudian tekan ujung proximal V.Jugularis (didekat
Angulus Mandibularis) sambil melepas bendungan
supra clavikula. Amati tingginya kolom darah yang
ada. Ukurlah jarak vertikal permukaan atas kolom
darah yang ditemukan terhadap bidang Horizontal
yang melalui Angulus Ludovici. Katakanlah jaraknya @
cm dibawah/diatas bidang horizontal tadi.
 Maka nilai tekanan vena jugularis adalah :
J.V.P : 5 – a cm air (bila dibawah bidang horizontal)
5 + a air ( bila diatas bidang horizontal).
Bila permukaan kolom darah tepat pada bidang
horizontal tersebut, maka :
JVPnya : 5 + 0 cm air.
Angka berasal dari jarak atrium kanan ke titik
angu-lus ludovici kira-kira 5 cm. Nilai normal JVP
adalah = 5 – 2 cm air. Pengukuran secara langsung
tekan-an Vena dilakukan dengan pemasangan CVP
mo-nitor dengan memasukan catheter melalui V.
sub-clavikula sampai atrium . Nilai CVP normal = 5
– 15 cm air.
Denyut nadi karotis ( pada kondisi tertentu ).
Pemeriksaan thorak

Inspeksi
Bentuk dada : normal pada dewasa : elips.
Kelainan : barel chets (tong), pygoen chest
(dada burung) , skoliasis, lordosis,
kyposis.Penggunaan otot bantu nafas : retraksi
interkostalis.
Pola nafas : kedalaman, type pernafasan.
 Palpasi.
Vokal fremitus menilai getaran/vibrasi yang
ditimbulkan oleh paru-paru yang dihantarkan
melalui sistem bronkopulmonal dengan cara kedua
tangan diletakan diatas apek paru kanan – kiri
pasien kemudian pasien dianjurkan untuk
menyebutkan ‘tujuh puluh tujuh’ rasakan adanya
perbedaan antara paru kiri dan kanan, tangan turun
sampai dengan lobus paru inferior.
 Normal getaran paru kanan dan kiri sama kuat.Bila
terjadi kelainan dapat berubah getaran paru kanan
lebih kuat/ lemah dari paru kiri.
 Perkusi
Melakukan perkusi pada semua lapangan paru
mulai dari atas klavikula kebawah pada setiap
spasium interkostalis.
 Bandingkan sisi kiri dan kanan. Perkusi dapat
melalui posterior dan anterior.
 Bunyi normal adalah sonor/resonan(dug,dug ).
 Kurang resonan bila terjadi pemadatan
misalnya tumor. Hyperresonan dapat
ditemukan pada pasien pneumothorak ringan
terdengar seperti ‘deng,deng’.
Auskultasi
a. Bunyi Napas
b. Suara ucapan.
Klien dianjurkan untuk mengucapkan ‘tujuh puluh tu-
juh’ berulang – ulang. Dengan stetoskop bandingkan
antara paru kiri dan kanan.
Normal : intensitas dan kualitas suara sama dikiri dan
kanan.
Kelainan :
- Bronkophoni : suara terdengar jelas ucapannya dan
lebih keras dibandingkan sisi yang lain. Akibat
adanya proses pemadatan/konsolidasi paru.
- Pectoryloquy : suara terdengar jauh dan tidak jelas
Terdapat pada atelektasis atau pleural effusien.
- Egophony : suara bergema seperti orang hidung-
nya tersumbat ( bindeng). Suara terdengar dekat.
Terdapat pada : konsolidasi paru yang disertai
caverne ( rongga).
c. Suara tambahan.
rales : bunyi yang dihasilkan dari eksudat yg
lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi.
ronchi : nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik inspirasi maupun ekspirasi
ronchi akan hilang jika. pasien disuruh batuk.
Ronchi teriadi akibat terkumpulnya cairan
mucus dalam trakealbronkusbronkus besar. Co:
Udem paru
Wheezing: bunyi musikal'ngiii ... k didapat pada
fase inspirasi dan atau ekspirasi, biasanya lebih
jelas pada saat ekspirasi. Wheezing tedadi
karena ada eksudat lengket tertiup aliran udara
dan bergetar nyaring. Co : asma, bronchitis
akut.
3. Pemeriksaan jantung.
۞ Inspeksi dan palpasi
- Posisi klien terlentang dengan kepala diangkat
30°-40°
- Letakan tangan pada ruang ICS II area aorta
dan pulmunal. Amati ada/tidak pulsasi. Normal
tidak ada.
- Geser tangan k e ruang ICS V kiri disisi sternum
: area trikuspid / ventrikel kanan. Amati : pulsasi
, peningkatan kerja jantung/pembesaran.
Normal : pulsasi tidak ada. Pembesaran tidak
ada.
 Dari area trikuspid geser tangan ke samping ke arah
midclvikulka kiri : area apikal/PMI ( point maximal
impulse).

 Amati : ictus kordis ( denyutan dinding thorak karena


pukulan pada ventrikel kiri ). Normal : ictus kordis
berada pada ICS ke V pada Linea midclavikula kiri
selebar 1 cm.
 Pembesaran jantung : ictus cordis dapat sampai linea
axilaris anterior kiri.
۞ Perkusi
- Menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui
ukuran jantung ( membesar atau normal ).
- Pembesaran jantung ventrikel kiri : jantung melebar
ke kiri dan agak kebawah.
- Pembesaran ventrikel kanan : kurang dapat ditentu-
kan dengan perkusi karena pembesaranya ke arah
antero posterior.
- Normal basis jantung berada pada
ICS II Line sternal kiri – ICS II line sternal kanan.
Pinggang jantung : ICS IV line strernal kanan dan
apek ICS v MCL Kiri.
۞ Auskultasi
Bunyi jantung
- BJ I : bunyi menutupnya katup mitral dan katup
trikuspidalis.
- BJ II : bunyi menutupnya katup aorta dan
pulmunal.
- Tempat mendengarkan BJ :
Katup aorta (A) : ICS II line sternalis kanan (BJII.A)
Katup pulmunal (P) : ICS II Linea sternalis kiri (BJ
IIB)
Trikuspidalis (T): ICS IV linea sternalis kiri. BJ I (T)
Mitral (M) : ICS V linea midclvikula kiri atau apeks
BJ.I ( M).
Normal : BJ I ( M dan T ) dan BJ II ( A dan P)
adalah bunyi tunggal, irama reguler intensitas kuat.
- BJ III ( kalau ada) :
Terdengar di daerah mitral.
BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak yang
cukup jauh, namun tidak melebihi separo dari fase
sistolik. Nada rendah.
I II III I II III

I I i I I i
- Pada anak –anak dan dewasa muda normal.
- Pada orang dewasa tua yang diserta tanda edema,
dyspneu : BJ III merupakan tanda abnormal.
- BJ III pada dekompensasi cordis kiri disebut :
galap rytem ( irama pacu kuda ).
- Galop rytem : BJ III yang timbul akibat getaran
derasnya pengisian diastolik dari atrium kiri ke
ventrikel kiri yang sudah membesar , darah ‘jatuh’
ke ruang lebar kemudian timbul getaran.
Fase sistolik dan diastolik.
- Fase sistolik : fase antara BJ I dan BJ II.

- Fase diatolik : fase antara BJ II dan BJ I berikutnya.

- Fase diastolik lebih darai fase sistolik.

- Bila terdengar suara tambahan pada fase sistolik,

diastolik atau keduanya : disebut Murmur ( bising


jantung)
- Murmur : Adalah fibrasi/getaran yang terjadi dalam

jantung atau pembuluh darah besar yang disebab-kan


oleh arus turbulensi darah.
Arus darah normal stream line

Darah melewati celah sempit :


arus turbulensi : murmur
/bising.
Derajat murmur :
1. Hampir tak terdengar.

2. Lemah.

3. Agak keras.

4. Keras.

5. Sangat keras.

6. Stetoskop diangkat sedikit masih terdengar jelas.


Pada derajat 5 dan 6 teraba thrill (getaran pada ictus
cordis pada saat palpasi).
Interprestasi murmur :
1. Grade 1 – 3 dan tidak menjalar
2. BJ normal.
3. Keluhan pasien tidak ada
…. tidak apa-apa
4. Grade 3 – 6 kasar.
5. Menjalar.
6. Keluhan pasien sesuai dengan penyakit jantung
……………….Kelainan jantung.
4. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
- Bagaimana abdomen apakah membusung/buncit, da-
tar tepi perut menonjol atau tidak, umbikalis menonjol
atau tidak.
- Amati bayangan pemnbuluh darah vena di kulit abdo-
men. Bila ada perhatikan arah alirannya.
Dari bagian atas abdomen mengalir keatas lagi : ada
obstruksi vena porta hepatika/ tek. V. porta
meningkat.
Dari bagian bawah abdomen aliran menuju keatas
abdomen : obstruksi vena cava inferior.
- Amati adanya benjolan/masa pada abdomen.
Auskultasi
Peristaltik usus : Normal 5 – 35 x/mt.Bunyi
peristaltik yang keras dan panjang
disebut : borborygmi ditemukan pada GE
atau obstruksi usus pada tahap awal
(sampai bisa metalik sound). Peristaltik
menurun pada paralitik ileus, pada post
operasi. Bila setelah 5 menit tidak
terdengar peristaltik sama sekali barulah
kita katakan peristaltik negatif/ tidak ada.
Palpasi
- Sebelum melakukan pemeriksaan palpasi, tanyakan
dulu ada /tidak rasa nyeri pada daerah abdomen
tanpa palpasi, bila ada maka dilakukan palpasi paling
terakhir.
- Palpasi abdomen dimulai dengan palpasi secara
umum terhadap keseluruhan dinding perut untuk
mencari tanda nyeri umum ( peritonitis, pankreatitis).
Kemudian mencari dengan perabaan ada/tidaknya
masa/benjolan/tumor, faeses ( skibala).Periksa juga
turgor kulit untuk mengetahui status hidrasi.
- Periksa pada regio suprapubik ( cystitis), titik MC
Burney ( appedikcitis), dan regio epigastrium
( gastritis).Regio iliaka ( adnexitis¸K.E.T).
- Palpasi hepar.
Tehnik palpasi hepar secara bimanual dengan cara :
 Letakan tangan kiri pada dinding thorak posterior
di bawah tulang rusuk ke 11 dan 12.
 Tekan keatas sehingga sedikit terangkat dinding
dadanya.
 Letakan tangan kanan pada batas bawah tulang
rusuk sisi kanan dengan membentuk sudut 45°
dengan otot rektus abdominal atau perarel de-
ngan jari-jari kearah tulang rusuk.
 Anjurkan pasien inhalasi dalam.
 Saat inhalasi rasakan batas hepar bergerak
menentang tangan. Secara normal terasa dengan
kontur reguler.
 Bila hepar membesar catat pembesaranya dengan
beberapa cm pembesaranya terjadi dibawah
batas tulang rusuk.
- Palpasi lien.
Gunakan tehnik bimanual dengan cara :
 Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan se-

hingga lien lebih dekat dengan dinding perut.


 Lakukan palpasi pada batas bawah tulang
rusuk kiri dengan mengunakan tehnik palpasi
hepar.

- Palpasi kandung kemih.


Dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau
dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila
mengalami distensi akibat penimbunan urin. Bila
ditemukan adanya distensi, maka lakukan
perkususi pada area kandung kemicing untuk
mengetahui suara/ tingkat redupnya.
 Palpasi ginjal.
Gunakan teknik bimanual seperi pemeriksaan hepar
dengan cara :
 Anjurkan posisi pasien baring telentang/supinasi.
 Letakan tangan kiri dibawah panggul dan eleva-
sikan ke arah anterior.
 Letakan tangan kanan pada dinding perut anteri-
or pada garis midclavikularis dari tepi bawah ba-
tas kosta.
 Tekankan tangan kanannsecara langsung keatas
sementara paiasien nafas panjang. Pada orang
normal tidak teraba tetapi pada orang yang sa-
ngat kurus terba bagian bawah ginjal.
 Bila ginjal teraba tentukan kontur ( bentuk)
ukuran, adanya nyeri tekan.
 Perkusi
Perkusi abdomen dilakukan dengan teknik yang sama
pada perkusi thorak. Suara perkusi abdomen yang
normal adalah tympani. Masa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar,asites, vesika
urinaria, masa tumor). Perkusi dilakukan pada se-mua
kuadran.
Pemeriksaan asites (shiffing dullnes)
Cairan dalam rongga perut mengikuti hukum gravita-
si. Selalu berada dibagian bawah. Perkusi dimulai dari
tengah abdomen dengan posisi pasien telentang ,
menyusuri dinding abdomen, perkusi terus dilakukan
menuju ke lateral. Perubahan suara dari tympani
menjadi pekak merupakan batas cairan asites yang
ada, kemudian pasien dipindahkan posisi ke
lateral/miring.kemudian lanjutkan pemeriksanan
perkusi apabila ada ciaran dalam rongga abdomen
tentu akan berpindah ke bagian bawah mengikuti
gaya gravitasi. Maka daerah lateral yang semula
pekak menjadi tympani karena cairan berpindah .
5. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya.
a. Kelenjar limfe iunginal. Diperiksa dengan palpasi
teraba membesar, nyeri tekan atau tidak, pembe-
saran dan nyeri merupakan adanya infeksi darai
daerah tungkai atau metastase tumor testis.
b. Pemeriksaan genetalia externa.
Pria :
- Apakah kulit sekitar kelamin mengalami infeksi/
jamur/kuktu (pedikulopubis).
- Testis kiri-kanan : ada /tidak, hidrocel, radang
(orchitis).
- Mulut uretra : discharge nanah ( GO).
- Ulkus dicorona glandis ( lues) , kanker.
- Phymosis, preputium tidak bisa ditarik.
- Lesi herpes, condyloma acuminata.
- Keganasan.
Wanita
Amati vulva keseluruhan adakah prolapsus uteri ,
benjolan kelenjar bartolini. Amati secret vagina :
- normal – jernih – tidak gatal.
- Lochea rubra : 3 harai post partum.
- Lochea alba : 9 hari PP.
- Coklat : mungkin CA, endometriosis.
- Keju cair : monilia/candida.
- Putih mucoid : infeksi stafilokokus/streptokokus.
- Putih berbusa : trichomonas vaginitis.
- Kuning kehijauan : GO.

c. Anus
Adakah haemoroid, fistula, fisura, atau tanda
keganasan., atresia anai ( bayi )
6. Pemeriksaan muskuloskeletal.
Perlu diperhatikan adanya atropi atau hiper-
tropi otot ( semetris atau tidak), edema ekstermitas .
Edema dapat di;ihat pada daerah pretibia, sekitar
maleolus, dorsum pedis, jari-jari.Cara pemeriksaan
edema dalah dengan menekan dengan mengguna-
kan jari pada permukaan kuli maka akan timbul
cekungan yang lambat kembalinya disebut piting
edema karena terjadi penumpukan cairan diekstra
sel. Dan non piting edema bila tidak timbul cekungan
yang biasanya terjadi pada hipotyroid ( mexedema)
disebabkan terjadi penumpukan cairan pada intra
sel.
Periksa rentang gerak persendian ( ROM)
Gerakan kaki/tangan ke segala arah sesuai dengan
fungsinya nilai apakah mengalami hambatan
/keterbatasan gerak akiabat dari kontraktur sendi.
Lakukan pemeriksaan pada daerah tulang bela-
kang adakah kelainan tulang vetebra seperti :
lordosis, kiposis, skiliosis.
Lakukan pemeriksaan pada kuku adakah
clubbing of finger yaitu ujung jari seperti tabuh
beduk/genderang. Biasanya didapatkan pada
penyakit jantung bawaan, kelainan darah, tbc
kronik.
7. Pemeriksan sistem integumen
a. Warna
Normal warna kulit dari coklat muda sampai de-
ngan coklat tua, kemerahan gelap – coklat muda
tergantung ras.
Adanya kelainan dapat berubah menjadi : pucat
karena penurunan aliran darah perifer. Sianotik :
warna kulit menjadi kebiruan yang disebabkan
berkurangnya ikatan oksi haemoglobin.
Ikterus/joundice : kulit menjadi kekuningan/
kuning kehijauan yang disebabkan peningkatan
billirubin dalam darah . Kemerahan : oleh karena
demam menyebabkan vasodilatasi vaskuler.
b. Turgor
Turgor berarti tegangan/elasitas kulit. Turgor me-
nunjukan tegangan kulit normal atau kapasitas kulit
dan jaringan dibawahnya.
Turgor kulit jelek biasanya pada orang dehidrasi
atau lansia. Turgor kulit dapat diperiksa didaerah
dinding perut, frontal ( lansia).
c. Kerataan warna
Warna kulit umumnya sama diseluruh tubuh kecuali
daerah yang sering terkena sinar matahari.
Periksa adakah hiperpigmentasi,hipopigmentasi,
vetiligo.
d. Kelembaban
Kelembaban kulit dapat berair, berminyak. Pada
daerah lipatan kulit dan ketiak berminyak.
e. Vaskulerisasi
Vaskulerisasi abnormal dapat terlihat pada petchia yaitu
adanya bintik merah akaibat perdarahan bawah kulit
atau dalam kulit. Purpura = petichia akibat
trompbositopenia., Roseola adalah bintik merah akaibat
pelebaran kapiler.Echymosis adalah perubahan kulit /
warna kulit menjadi merah lembayung akaibat paska
trauma /perdarahan.
f. Temperatur kulit
Temperatur kulit relatif sama diseluruh tubuh. Bila salah
satu area tubuh lebih dengan yang lain bandingkan
dengan sisi lain.
g. Tekstur
Umumnya tekstur kulit lembut, lunak dan fleksibel. Kulit
akan lebih tebal bila sering tertekan, iritasi/gesekan.
Kulit lebih tebal pada : telapak tangan, telapak kaki,
siku.
8. Pemeriksaan Sistem Neurologi.
a. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) GCS :
E : eye open
Nilai 4 : spontan membuka mata.
Nilai 3 : Membuka bila di perintah.
Nilai 2 : Membuka mata dengan rangsangan
nyeri.
Nilai 1 : Tak ada respon.

Verbal : respon bicara


Nilai 5 : Orientasi baik (orang,waktu dan tempat).
Nilai 4 : Disorientasi ( bingung).
Nilai 3 : Dapat membentuk kata-kata tetapi arti
tidak jelas.
Nilai 2 : Mengeluarkan suara/mengerang.
Nilai 1 : Tidak ada respon.
Motorik : koordinasi gerakan
Nilai : 6 : Gerakan sesuai perintah.
Nilai : 5 : Dapat melokalisir rangsangan nyeri.
Nilai : 4 : Dapat menarik darai rangsangan nyeri.
Nilai : 3 : Fleksi abnormal.
Nilai : 2 : Ekstensi abnormal.
Nilai : 1 : Tak ada respon.

b. Tanda-tanda rangsangan otak ( Meningeal sign).


Adakah :
- Panas tinggi.
- Sakit kepala.
- Kaku kuduk, brudsky I Dan II.
- Muntah-muntah.
- Kejang-kejang.
- Penurunan tingkat keadaran.
c. Syaraf otak ( N. Cranialis I – XII ).
1). N. I (Olfaktorius)
Saraf sensorik : pembauan : dengan mengguna-
kan benda-benda misalnya : remason, jeruk dan
lain-lain.
2). N. II (Optikus)
Sensorik : penglihatan dengan snelen chart dan
lapangan pandang dengan perimeter.
3). N. III (Oculomotorius)
Motorik : gerakan mata ekstra oculer, gerakan
spingter pupil, gerakan otot ciliare,lensa.
4). N. IV (Trochearis)
Motorik : gerakan mata ekstra okuler, gerakan
khusus bola mata ke bawah dan samping.
5). N. V (Trigeminus), 3 cabang : memberi respon
pada wajah.
- Cabang optalmikus.
Sensoris : sensori kornea, kulit wajah, mukosa
nasal.
- Cabang maksilaris.
Sensori : sensasi kulit wajahdan anterior rongga
mulut ( lidah dan gigi) .
- Cab. Mandibularis
Motorik dan sensorik : otot pengunyah, gerakan
rahang. Sensasi kulit wajah.
6). N. VI (Abducen)
Motorik : gerakan mata ekstra okuli, gerakan bola
mata ke samping.
7). N. VII (Facialis)
Motorik dan sensorik : ekspresi wajah, rasa 2/3 lidah
depan ( tengah, belakang).sekresi kelenjar ludah.
8). N. VIII (Auditorius/Vestibularis)
Sensoris: pendengaran & keseimbangan (cerebelum)
9). N. IX (Glossopharingeal)
Motorik dan sensorik : menelan, gerakan lidah, rasa
lidah 1/3 belakang, sekresi kelenjar ludah, reflek
pernafasan tekanan darah.
10) N. X (Vagus)
Motorik dan sensorik : sensasi pharinx-larinx, mene-
lan, pita suara, mengontrol pergerakan otot tidak sa-
dar (jantung, organ digestivus).
11). N. XI (Accesorius)
Motorik : gerakan kepala, menarik bahu.
Sensorik : bagian produksi suara dari larinx.
12). N. XII (Hypoglossus)
Motorik : tonjolan dan gerakan lidah.
d. Fungsi motorik.
Pengakajian meliputi :
- Ukuran otot : apakah atropi, hypertropi.
- Kekuatan otot.
Nilai 0 : bila tida ada gerakan .
Nilai 1 : bila ada gerakan sedikit pada ujung jarai.
Nilai 2 : ada gerakan pada sendi.
Nilai 3 : dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tahanan pemeriksa.
Nilai 4 : Dapat melawan tahanan pemeriksa
namun kekuatan tidan maximal.
Nilai 5 : Dapat melawan tahanan pemeriksan de-
ngan kekuatan maximal.
- Irama dan gerakan yang tidak sengaja misalnya ;
korea, tik dan lain-lain.
e. Fungsi sensorik.
Pengkajian meliputi :
- Sentuhan : menggunakan kapas (seluruh tubuh).
- Rangsangan nyeri : gunakan jarum.
- Getaran posisi : gunakan garpu tala letakan pada
tulang panjang.
- Temperatur : panas dan dingin.
- Ketajaman indera perasa : dengan menggunakan
dua jarum.
f. Reflek
R. Fisiologis
 Reflek bicep: C5 dan C6
Perkusi pada insersio m. bicep brachii : gerakan
fleksi. ( positif).
 Reflek tricep :
Perkusi insersio m. triceps brachi : gerakan eks-
tensi ( positif ).
 Refleks brachiradialis : C5 , C6
Perkusi radius 2-5 cm dari pergelangan : gerakan
fleksi dan supinasi lengan bagian bawah (positif).
 Reflek patela : L 2, L3,L4.
Perkusi tendon patela : gerakan tungkai ke depan
(positif ).
 Refleks achiles : S1,S2.
Perkusi tendon achiles : gerakan fleksi
plantar
(telapak kaki) > Hentakan kebawah.
 Refleks pectoralis : C 5 sampai T1.
Perkusi tendon axila anterior : kontraksi otot
dapat dilihat atau hanya dirasakan.
 Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai