Anda di halaman 1dari 14

ANAMNESE

Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien
dibawa ke Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang, kronologis dari penyakit yang diderita saan ini mulai awal
hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi ;
a. P = Provoking atau Paliatif
Apa penyebab gejala ?, Apa yang dapat mengurangi dan memperberat penyakitnya ?,
Apa yang dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan ?, Keluhan psikologis yang
dirasakan !
b. Q = Quality and Quantity
Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan klien
c. R = Regio or Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh mana penyebarannya?
d. S = severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau mengurangi keluhan
e. Time
Kapan gejala mulai muncul?, Seberapa sering dirasakan?, Apakah timbul tiba-tiba atau
bertahap?, Kambuhan, dan lama dirasakan?

Pengertian Pemeriksaan Fisik:


Pemeriksaan fisik Head to toe (kepala ke kaki) :
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari :
keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :


1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk
dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian
tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-
lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,
misalnya tentang: temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien
pneumonia, TBC.
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura

Langkah-Langkah Pemeriksaan Fisik :


A. Timbang Berat badan Dan ukur tinggi badan
B. Lakukan pemeriksaan TTV
C. Pemeriksaan Fisik lengkap mulai dari kepala sampai kaki

Pemeriksaan Kepala
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan kepala :
 Konfigurasi umum,
 Simetri,
 Penonjolan tulang,
 Distribusi rambut,
 Ciri-ciri kulit,
 Ekspresi muka,
 Kontak mata.
 Tekstur rambut dan turgor kulit.

Penemuan Umum
 Perkembangan otak, pembentukan tulang, dan factor-faktor lain menetukan bentuk
tengkorak. Hidrosefalus dan mikrosefalus merupakan contoh dramatis dari respon
tengkorak terhadap pertumbuhan otak.
 Ekspresi wajah dan kontak mata memberi petunjuk tentang keadaan emosional pasien.
Jangan mengabaikan penemuan-penemuan penting ini.

Pemeriksaan Mata
Tinjauan Umum
Vaskularisasinya memungkinkan diagnosis :
 Anemia,
 Diabetes,
 Hipertensi,
 Hiperviskositas,
 Arteriosclerosis.
Pemeriksaan Mata
 Inspeksi Orbita dan Letak Mata
 Perhatikanlah alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat.
Hilangnya sepertiga lateral alis mata kadang-kadang dijumpai pada miksedema, suatu
keadaan yang disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid.
Dan pada bola mata perhatikanlah apakah pasien menderita eksoftalmus atau tidak.
 Inspeksi Kelopak Mata
 Pemeriksaan permukaan dalam kelopak mata atas.
 Inspeksi Iris, Sklera dan Kornea
 Periksalah sclera untuk melihat peradangan dan perubahan warna.
 Kornea dapat diperiksa secara langsung atau dengan bantuan oftalmoskop.
 Iris normal harus bulat dan simetris.
 Reaksi pupil harus diperiksa dalam beberapa cara.
Pertama, sinarilah dengan cepat dan langsung ke dalam dalam salah satu mata dan
perhatikanlah kontraksi yang normal. Kedua, tindakan ini membuktikan keutuhan busur
dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa maupun pada mata kontralateral.
Kontraksi terjadi pula kalau mata berakomodasi untuk melihat dekat.

Pemeriksaan Fisik Telinga


Telinga
Pemeriksaan Telinga
Perhatikan posisi telinga di kepala. Pangkal heliks harus berada pada garis horizontal dengan
sudut mata. Telinga yang terletak rendah sering menyertai kelainan congenital di tempat lain.

Chvostek Sign
Pemeriksaan ini patologis pada tetani, yaitu dengan melakukan ketokan ringan pada cabang
nervus fasialis dalam kelenjar parotis, tepat atau sedikit di bawah arkus zigomatikus (di depan
liang telinga luar), yang akan menimbulkan kontraksi atau spasme otot-otot fasialis (sudut mulut,
ala nasi sampai seluruh muka) pada sisi yang sama. Ini disebabkan kepekaan berlebihan dari
nervus fasialis.

Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran.

Persiapan alat
1. Arloji berjarum jam detik
2. Garpu talla
3. Spekulum telinga
4. Lampu kepala

Prosedur pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi telinga luar
1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain
sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja
4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan
kesimetrisan.
5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol.
6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan
catat jika ada nyeri
7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga.
8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.
9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:
 Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun
telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.
 Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen pada lubang telinga.

Pemeriksaan pendengaran
Menggunakan bisikan
1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh enam”
3. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
4. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
4. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien.

Menggunakan arloji
1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang
2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
3. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji
4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk
memberitahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih
mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.

Menggunakan garpu talla


Pemeriksaan Rinne
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang
berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus klien
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi
4. Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan
posisi garpu talla paralel terhadap lubang telinga luar klien
5. Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak
6. Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut

Pemeriksaan Weber
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang
berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala klien
3. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas
pada salah satu telinga
4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.

Pemeriksaan Hidung
Hidung sebaiknya diperiksa dengan speculum hidung dan sumber cahaya yang kuat yang
diarahkan dengan cermin kepala. Untuk pemeriksaan di sisi tempat tidur, speculum besar pendek
pada otoskop sudah cukup memadai. Ingatlah bahwa sumbu saluran hidung tegak lurus dengan
muka, tidak sejajar dengan batang hidung. Saat pemeriksaan jangan lupa untuk menginspeksi
hidung dengan memperhatikan permukaan hidung, ada atau tidak asimetri, deformitas atau
inflamasi.

Pemeriksaan Mulut dan Faring


 Dalam pemeriksaan mulut dan faring inpeksilah bagian bibir, mukosa oral, gusi dan gigi,
langit-langit mulut, lidah dan faring.
 Dalam menginspeksi bibir perhatikan warna, kelembaban, pembengkakan dan ulserasi
atau pecah-pecah pada bibir.
 Dalam menginspeksi mukosa oral mintalah pasien untuk membuka mulut. Dengan
percahayaan yang baik dan bantuan tongue spatel inspeksi mukosa oral. Perhatikan warna
mukosa, pigmentasi, ulserasi dan nodul. Bercak-bercak pigmentasi normal pada kulit
hitam.
 Dalam menginspeksi gusi dan gigi perhatikan inflamasi, pembengkakan, perdarahan,
retraksi atau perubahan warna gusi.
 Dalam menginspeksi langit-langit mulut dan lidah perhatikanlah bentuk dan warnanya.
Terutama bagi lidah perhatikan juga papilla. Apakah ada bercak atau tidak.
 Dalam memeriksa faring mintalah pasien untuk membuka mulut, dengan bantuan tongue
blade lidah kita tekan pada bagian tengah. Mintalah pasien mengucapkan “ah”.
Perhatikan warna atau eksudat.

Pemeriksaan Leher
 Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetris, denyutan abnormal, tumor maupun
keterbatasan dalam Range of Moion (ROM) maupun pembesaran kelenjar limfe dan
tiroid.
 Pemeriksaan palpasi pada tulang hyoid, tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid, pembuluh
karotis dan kelenjar limfe. Bila terjadi pembesaran tiroid, pemeriksaan palpasi dilakukan
dengan meletakkan ujung jari kedua tangan di kelenjar dengan posisi pemeriksa di
belakang penderita, kemudian penderita diminta menelan sehingga ujung jari pemeriksa
ikut gerakan menelan. Kemudia dilakukan auskultasi di tiroid dan dapat didengar bising
sistolik yang mengarahkan adanya penyakit graves.
 Pemeriksaan pada leher untuk melihat adanya peningkatan vena jugularis dapat
memberikan gambaran tentang aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat
memberikan gambaran pada vena dengan cara memyebabkan perubahan tekanan vena-
vena tepi, bendungan pada vena-vena tepi dan perubahan pada bentuk pulvus vena.
 Palpasi Trakea
Perhatatikan setiap adanya deviasi pada trakea. Cara memeriksanya dengan meletakkan
jari telunjuk pada diantara trakea dan strenomastoid. Bandingkan dengan kedua sisi
sebelah kanan kirinya.

Pemeriksaan Bibir :
• Periksa bibir terhadap warna kesimetrisan pembengkakan

• Periksa rongga mulut dan lidah terhadap kelembaban, keutuhan dan perdarahan

• Gunakan senter dan sarung tangan

• Amati adanya bau


• Periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk

• Periksa gigi periksa tonsil dengan menyuruh mengucapkan “aah”

Pemeriksaan Thorak :
• Kaji dada terhadap serak, dengkur, mengi dan batuk. Gambarkan kejadiannya

• Amati bantalan kuku terhadap perubahan warna

• Amati warna badan klien

• Periksa thoraks terhadap kesimetrisan dan abnormalitas

• Periksa payudara dalam hubungan dengan umur klien

Pemeriksaan Paru :
1. Perkusi batas paru
2. Dengarkan suara napas
Normal : Vesikuler : Inspirasi > Ekspirasi , dapat terdengar di seluruh area paru
Bronkovasikuler : I = E sedang, dapat didengar di area spasium interkosta 1,2 dan
diantara skapula
Bronkeal : E > I , dapat didengar di atas Manibrium sterni
Trakeal : I = E sangat keras, dapat terdengar di trakea leher
Suara napas tambahan: Rales, Ronchi, weezing, pleura friction rubs, stridor
3. Hitunglah pengembangan paru

Pemeriksaan Jantung :
INSPEKSI DAN PALPASI
1. Dilakukan scr simultan ⇒ ⇒ tahu adanyaketidaknormalan denyutan atau dorongan.
2. Dilakukan secara sistematis ⇒ ⇒ anatomi jantung : area aorta, area pulmonal, area
trikuspidalis, area apical, area apical dan area epigastrik, tentukan batas tegas jantung dengan
perkusi.
3. Palpasi lokasi ⇒ ⇒ spasi interkostale ke berapa, , jarak dan garis midsternal midsternal,
midklavikula dan garis aksilaris.
4. Dengarkan (auskultasi) bunyi jantung 1,II, III, IV, galop ritme, ada tidaknya suara jantung
abnormal mur-mur
5. Kaji keteraturan, ritme, frekuensi

Amati postur tubuh klien


• Amati terhadap cianosis, berak dan edema

• Amati klien terhadap tanda kesukaran bernapas

• periksa bantalan kuku

Pemeriksaan Abdomen :
• Periksa kontur abdomen saat klien sedang berdiri dan berbaring

• Periksa warna dan keadaan kulit adomen

• Periksa umbilikus terhadap warna, bau herniasi

• Lakukan auskultasi terhadap bising usus

• Lakukan perkusi pada abdomenlakukan palpasi pada area yang dikeluhkan nyeri oleh
klien pada urutan terakhir

Pemeriksaan Anus :
• Posis tengkurap periksa pantat dan paha terhadap kemerahan dan ruam

• Periksa terhadap tanda2 fisura, hemorroid

Pemeriksaan Genetalia Wanita :


• Periksa mons pubis terhadap rambut

• Periksa labia mayora dan minora

• Perhatikan ukuran klitoris

• Periksa uretra dan lubang vagina

Pemeriksaan Genetalia Laki-laki :


• Periksa penis, perhatikan apakah klien sudah disirkumsisi

• Perhatikan meatus urinarius

• Periksa kualitas, jumlah dan distribusi rambut pubis

Pemeriksaan Ekstremitas dan Muskuloskeletal :


• Jika klien dapat berjalan, amati cara berjalan.
• Amati lengkung tulang belakang klien dan perhatikan kesimetrisan pinggul dan bahu

• Periksa mobilitas tulang belakang

• Periksa dan palpasi pada ekstrimitas bagian atas

• Kaji kekuatan ekstrimitas atas dengan meminta klien meremas tangan perawat

• Kaji kekuatan otot :


Skala % Kekuatan Keterangan
Normal
0 0 Paralisis smpurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
dan melawan tahanan penuh

• Kaji rentang gerak sendi :


Bahu : abduksi
Siku : Fleksi
Pergelangan tangan : fleksi, ekstensi, hiperektensi, abduksi, adduksi
Tangan dan jari : fleksi, ekstensi, hiperektensi, abduksi, adduksi

Pemeriksaan Tingkat Kesadaran :


• CM : sadar penuh, dpt jawab pertanyaan

• Apatis : acuh tak acuh

• Somnolen : tidak mau bangun kecuali dg rangsang nyeri

• Delirium : kacau motorik, memberontak, tidak sadar tempat, orang dan waktu

• Stupor : hampir koma tetapi dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri

• Koma : kesadaran hilang

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien dengan menggunakan GCS (Glascow Coma Scale) :
a. Reaksi mata
4 : klien dapat membuka mata secara spontan, tanpa disuruh
3 : klien dapat membuka mata sesuai perintah
2 : klien dapat membuka mata dengan rangsangan nyeri
1 : tidak ada reaksi sama sekali
b. Reaksi bicara
5 : klien mempunyai orentasi baik terhadap tempat, orang dan waktu
4 : klien dapat bicara tetapi membingungkan
3 : klien dapat bicara tetapi lebih membingungkan lagi, kalimat tidak tersusun
dengan baik walaupun kata-katanya terbaca
2 : klien hanya dapat mengguman saja (masih keluar suara / nada)
1 : klien diam (tidak ada suara)
c. Reaksi motorik
6 : klien dapat mengikuti perintah dengan baik
5 : klien tidak dapat menjalankan perintah, dan gerakan hanya melokalisir rangsangan
(menolak jika dicubit)
4 : bila diberi rangsangan klien hanya menghindar / tanpa penolakan
3 : bila diberi rangsangan klien melakukan ssgerakan fleksi
2 : bila diberi rangsangan klien melakukan gerakan ekstensi
1 : tidak ada gerakan sama sekali

Meningal sign / tanda rangsangan otak


1. Tanya klien (bila sadar) pakah merasakan sakit kepala /tidak
2. Cek kaku kuduk dengan cara meletakkan telapak tangan kiri di bawah leher klien
(cervikal), raba dan lakukan penekukan kepala
3. Amati apakah klien muntah-muntah / tidak, berapa banyak, sejak kapan, berupa
4. Amati apakah klien mengalami kejang-kejang (lokal / general)

Pemeriksaan Integumen meliputi : kulit, rambut dan kuku


Kulit
Inspeksi : bau badan, hiperhidrosis, bromhidrosis, Hiperpigmentasi, Hipopigmentasi, Vitilago,
pucat, sianosis, ikterus,
Lesi pada kulit primer : makula eritematosa yang diskret dan tersebar (rubela), kista (massa yg
semi padat atau terisi air, berkapsul, menonjol, dan berukuran 1 cm atau lebih, timbul dari
jaringan subkutaneus atau dermis (ex : kalazion), Nodul tumor : massa yang keras, padat, dan
menonjol yang menembus lebih dalam hingga dermis dibandingkan papula ex : karsinoma sel
skuamosa, papula, plaki, vesikel (cacar air), pustula (jerawat), lesi (urtikaria).
Lesi kulit sekunder : atropi : stria, kulit lansia, erosi : bekas goresan, likenifikasi : dermatitis
kronis, bersisik : kulit kering, eksim, krusta : herpes, ulkus : ulkus tekanan ulkus statis, fisura :
celah pada kaki, mulut, tangan, jaringan parut : luka yang telah sembuh, jerawat yang sembuh,
Keloid : keloid akibat tindik telinga atau pembedahan.
Palpasi : adanya edema (piting dan non pitting)
Kuku
Inspeksi kuku : normal : jika sudut plat kuku 160 derajat,
Abnormal : kuku bentuk sendok, tabuh awal (sudut datar 180 derajat), tabuh lanjut (sudut lebih
dari 180 derajat) ,dan garis beau
REFLEKS FISIOLOGIS DAN REFLEKS PATOLOGIS

REFLEKS FISIOLOGIS
1.      Refleks Biseps
Kita pegang lengan pasien yang di semifleksikan sambil menempatkan ibu jari diatas
tendon oto biseps. Ibu jari kemudian diketok. Hal ini mengakibatkan gerakan fleksi lengan
bawah. Pusat refleks ini terletak di C5-C6.
2.      Refleks Triceps
Kita pegang lengan bawah pasien yang difleksikan setengah (semifleksi). Setelah itu palu
diketok pada tendon insersi m.triseps, yang berda sedikit diatas olekranon. Sebagai jawaban, ini
lengan bawah mengadakan gerakan ekstensi. Lengkung refleks melalui nervus radialis yang
pusatnya terletak di C6-C8.
3.      Refleks Brakhioradialis
Lengan bawah pasien difleksikan serta dipronasikan sedikit. Kemudian diketok pada
prosesus stiloideus radius. Sebagai jawaban lengan bawah akan berfleksi dan bersupinasi.
Lengkung refleks melalui nervus radialis, yang pusatnya terletak di C5-C6.
4.      Refleks Ulna
Lengan bawah di semifleksi dan semipronasi. Kemudian diketok pada prosesus stiloideus
dan ulna. Hal ini mengakibatkan gerakan pronasi pda lengan bawah dan kadang-kadang juga
gerakan aduksi pada pergelangan tangan. Lengkung refleks, melalui nervus medianus yang
pusatnya terletak di C5-T1.
5.      Refleks Fleksor Jari-Jari
Tangan pasien yang ditumpukkan pada dasar yang agak keras disupinasikan dan jari-jari
difleksikan sedikit. Telunjuk pemeriksa ditempatkan menyilang pada permukaan volar falang
jari-jari. Kemudian telunjuk pemeriksa diketok. Pada keadaan normal, jari-jari pasien akan
berfleksi enteng demikian falang akhir ibu jari. Pada lesi piramidal, fleksi jari-jari lebih kuat.
Nilai patologiknya lebih penting jika terdapat asimetri antara jari kanan dan kiri. Lengkung
refleks ini melalui nervus medianus dan nervus ulnaris, yang pusatnya terletak di C6-Th1.
6.      Refleks Patella
Pada pemeriksaan refleks ini, tungkai difleksikan dan digantungkan, misalnya pad atepi
tempat tidur. Kemudian, diketok pada tendon muskulus kuadriceps femoris, dibawah atau diatas
patella. Kuadriceps femoris akan berkontraksi dan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai
bawah. Lengkung refleks ini melaluli L2,L3,L4.
7.      Refleks Tendon Achilles
Refleks ini disebut juga APR. Tungkai bawah difleksikan sedikit, kemudian kita pegang
kakin pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu, tendon
achilles diketok. Hal ini mengakibatkan berkontraksinya m.triceps sure dan memberikan gerak
plantar fleksi pad akaki. Lengkung refleks ini melalui S1,S2.
REFLEKS PATOLOGIS
1.      Refleks Babinski
Untuk membangkitkan refleks babinski, pasien disuruh berbaring dan istirahat dengan tungkai
diluruskan. Kita pegang pergengan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya. Goresan yang
dilakukan harus dilakukan secara perllahan jangan sampai mengakibatkan nyeri, sebab hal ini
akan menimbulkan gerakan menarik kaki. Gpresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral,
mulai dari tumit menuju pangkal jari, jika reaksi positif, kita dapatkan gerakan dorsofleksi ibu
jari, yang dapat disertai dengan mekarnya jari-jari lain.
2.      Refleks Chaddock
Rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleolus. Jika positif maka akan
seperti babinski.
3.      Refleks Gordon
Memencet/mencubit otot betis. Jika positif maka akan seperti babinski.
4.      Refleks Oppenheim
Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior. Arah mengurut adalah kebawah (distal).
Jika positif maka akan seperti babinski.
5.      Refleks Schaefer
Memencet (mencubit) tendon achilles. Jika positif maka akan seperti babinski

Anda mungkin juga menyukai