Anda di halaman 1dari 99

TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK

BY : NS. NUR INDAH SARI ZEEN, S.KEP


PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik adl pemeriksaan tubuh klien
secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan
/membuktikan hasil anamnesa, menentukan
masalah dan merencanakan tindakan keperawatan
yang tepat bagi klien.(Dewi Sartika, 2010)
TUJUAN PEMERIKSAAN
FISIK
Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh
informasi mengenai status kesehatan pasien.
Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah utk mengidentifikasi
status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari
keadaan normal tersebut dgn cara memvalidasi keluhan-keluhan
dan gejala-gejala pasien, pemantauan /skrining keadaan well-
being pasien, dan pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien
saat ini. Tujuan dr pem fisik dlm keperawatan adalah untuk
menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah
klien, mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
keperawatan.
PRINSIP UMUM DARI PEMERIKSAAN FISIK ADALAH
DILAKUKAN SECARA KOMPREHENSIF

Hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu:


 Menjaga kesopanan
 Membina hubungan saling percaya dengan pasien
 Pencahayaan dan lingkungan yang memadai
 Memantau pertumbuhan/perkembangan pasien
 Pengambilan tindakan yg sesuai dgn masalah klien
 Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis pemeriksaan
 Hanya membuka bagian tubuh yg diperiksa, menutup bag.lain
 Sistematis
 Bandingkan satu bag tubuh dgn bag. Tubuh lain
 Penjelasan sederhana kpd klien
 Data didokumentasikan dgn tepat (DO & DS)
METODE PEMERIKSAAN FISIK

Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal


diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fsik,
Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang
menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran,
sentuhan dan penciuman.
FISIOLOGI PEMERIKSAAN FISIK
Tehnik dasar pemeriksaan fisik
Data yg diperoleh dr pemeriksaan fisik berupa data objektif.
Data objektif berarti data yg dapat diperiksa oleh medis dengan
menggunakan tehnik pemeriksaan. Data-data ini ddapatkan melalui
pemeriksaan fisik terhadap klien. Ada 4 tehnik pemeriksaan fisik
yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
Bnyk peralatan yg dapat digunakan dlm pemeriksaan fisik, namun
ad beberapa yg hrus ada sperti : sphygmomanometer, termometer,
dan senter.
TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK
Tehnik pemeriksaan dengan cara melihat atau melakukan
observasi terhadap keadaan klien. Tujuan dari teknik ini ialah
Inspeksi mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status
fisik. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran
tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, dan penonjolan /
bengkak.

Teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit


tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan
Palpasi secara teroganisir dari satu bagian ke bagian yang lain. Hal yang di
deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema (meningkatnya volume cairan di
luar sel)
TEHNIK PALPASI DIBAGI DUA

Palpasi ringan Caranya: Palpasi dalam (bimanual) Caranya:


ujung-ujung jari pada untuk merasakan isi abdomen,
satu/dua tangan digunakan dilakukan dua tangan.Satu tangan
untuk merasakan bagian yang
secara simultan. Tangan
dipalpasi, tangan lainnya untuk
diletakkan pada area yang menekan ke bawah. Dengan Posisi
dipalpasi, jari-jari ditekan rileks, jari-jari tangan kedua
kebawah perlahan-lahan diletakkan melekat pd jari2
sampai ada hasil. pertama.
CONT’ METODE PEMERIKSAAN FISIK

Adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan


Perkusi tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara.

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara


Auskul mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
tasi menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus
PERKUSI
PERKUSI
SUARA PERKUSI
Jenis Penyebab Suara Contoh
Timpani Udara dibawah Seperti suara Udara di pipi atat
jaringan gendang udara di sal usus
Resonan Sebagian seperti hellow Suara normal paru
campuran air dan
jaringan padat
Hiperresonan Bagian udara lbh Booming Paru yang
bnyak mengalami
emfisema
Dullness Jaringan padat Suara pekak Hati, Limfa,
jantung
AUSKULTASI

STETOSKOP
Bagian-bagian stetoskop :
 Ear Pieces --> dihubungkan
dengan telinga
 Sisi Bell ( Cup ) -->
pemeriksaan thorak atau
bunyi dengan nada rendah
 Sisi diafragma ( membran )
--> Pemeriksaan abdomen
atau bunyi dengan nada
tinggi.
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA DAN LEHER

Kepala merupakan organ tubuh yg perlu dkaji karena pd


kepala terdapat organ-organ yg sgt penting dlm pengkajian
kpla selain mngkaji kepala, organ-organ yg ada dikepala jg
dikaji sprti mata, hidung, mulut dan leher.
HEAD
Pengkajian diawali dgn inspeksi lalu palpasi posisi klien dpt
duduk at berdiri.
Inspeksi dilakukan dg memperhatikan bntuk kepala yg
abnormal dan ukuran kepala. Ukur lingkar kepala dg pita
pengukur. Bg yg perlu dilihat ad ubun ubun pd bayi yg
menonjol, normal at cekung (pd dehidrasi). Ubun-ubun yg
menonjol mnandakan TIK. Keadaan rambut jg dinilai,
distribusi rambut biasa bervariasi pd tiap org. Kulit kepala
dikaji dari adanya lesi, peradangan maupun tumor. Palpasi
dilakukan utk mengtahui keadaan rambut,
massa,pembengkakan, nyeri tekan dan kulit kepala.
HEAD
FACE
Pd daerah muka/wajah dilihat
kesimetrisan muka apakah kulitnya
normal, pucat, sianosis, at ikterus. Bag.
Muka keadaan normalny ad simetris
antr kiri dan kanan. Ketidak simetrisan
muka biasa ad ggn pd saraf ketujuh
(nervus fasialis). Selain itu jg diperiksa
ad tdkny ggn sensorik di daerah wajah.
Biasany pem sensorik dilakukan
mggunakan perangsangan nyeri dg
menggunakan tusukan jarum secara
perlahan lahan.
EYES
Tujuan pengkjian pd mata ad utk mengetahui bentuk dan fungsi mata.
Dlm setiap pengkajian sllu bandingkan antara mata kanan dan mata kiri.
Tehnik yg digunakan ad inspeksi dan palpasi.

Inspeksi dlm inspeksi yg dikaji adalah bg2 mata :


 Bola mata
 Kelopak mata
 Konjungtiva
 Sklera
 Pupil
 Ketajaman penglihatan (fisus)
 Pem lapangan pandang
Inspeksi kelopak mata
1. Amati edema palpebra pd kelopak mata. Edema palpebra mudah
tampak, cairan edema mudah terkumpul di palpebra karena jaringan
palpebra sgt longgar dan akan lebih terlihat saat klien bgn tidur.
Secara normal edema palpebra akan hilang/ berkurang setelah
beraktivitas dgn posisi tegak karena cairan akan berkumpul di
ekstremitas bawah.
2. Amati kelopak mata yg selalu tertutup/ tdk mampu membukan.
Disebut ptiosis dan kelopak mata yg tdk mmpu menutup rapat (terus
terbuka) yg disebut Lagopthalamus.
Inspeksi konjungtiva dan sklera

1. Amati konjungtiva dan sklera dg cara sbb :


a) Anjurkan klien melihat ke depan
b) Amati konjungtiva utk mengetahui ada tdkny kemerah-merahan
c) Pem konjungtiva dilakukan dg cara menarik kelopak mata bg. Bawah
kebawah dg menggunakan ibu jari.
d) Amati keadan konjungyiva dan kantong kunjungtiva bg bawah
e) Saat mengamati konjungtiva amati wrna sklera, catat jika ad
perubahan warna menjadi ikterik
2. Amati warna iris, serta ukuran dan bentuk pupil.
Evaluasi reaksi pupil terhadap cahaya dgn menggunakan senter.
Normalnya pupil adl sama besar (isikor). Pupil yg mengecil disebut
miosis dan pupil yg sangat kecil disebut pin point, sdgkan pupil yg
mengalami dilatasi dsbt midriasis.
EAR
Telinga mempunyai fungsi sbg alat pendengar dan menjaga
keseimbagan. Pengkajian telinga scr umum bsrtujuan utuk mengetahui
keadaan telinga luar, sal telinga, gendang telinga/ membran timpani dan
pendengaran. Teknik pengkajian yg digunakan yaitu Inspeksi dan
palpasi. Pem pendngaran dilakukan utuk mengetahui fngsi telinga.
Pndgaran yg baik dgn mudah mengetahui adanya bisikan sebaliknya jika
dicurigai pndgaran tdk berfungsi dgn baik maka pemeriksaan lebih teliti
dpt dilakukan yaitu dgn mnggunakan garpu tala.
Ear
Tujuan : Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Inspeksi  : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,
integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit
bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
EAR
NOSE
Hidung dikaji utk mengetahui keadaan bntk dan
fungsi hidung dimulai dr bg. Luar hidung, bg dalam
sinu-sinus.
Langkah2 :
 Prwt ddk mghadp klien
 Atur pnrgn amati bg luar hidung, perhatikan
bntuk tulang hidung dr tiga sisi
 Perhatikan wrna kulit hidung amati adany
pembengkakan
 Lakukan palpasi hidung luar catat jika ada
ketidak normalan hidung
 Palpasi sinus maksilaris, frontalis, etmoidalis
perhatikan jika ad nyeri tekan.
MOUTH AND PHARYNX
Pemeriksaan mulut dan faring hrs  Pipi bg dalam
dilakukan dgn pencahayaan yg  Palatum
baik shgga dpt melihat semua bg  Mulut
dlm mulut.  Tonsil
Pgkajian mulut dan faring  Faring
sbaikanya dilakukan dg posisi
duduk. Umumnya tehnik yg digunakan
Pengkajian diawali dg mengkaji : yaitu inspeksi
 Bibir
 Gigi
 Gusi
 Lidah
 Selaput lendir
NECK
Tujuan pemeriksaan leher ad utk mgthui bntk
leher, serta organ-organ penting yg berkaitan.
Pgkajian dimulai dr inspeksi dan palpasi.
Dilakukan utk melihat apakah ad kelainan
kulit termasuk keadaan pucat, ikterus,
sianosis, dan ada tidaknya pembengkakan.
Pemeriksaan palpasi ditujukan utk melihat
apakan ada massa yg teraba pd kelenjar
limfe, tiroid dan trakea
Pengkajian persistem
B 1 = Breath (Sistem Pernafasan)
B 2 = Blood (Sistem Sirlukasi)
B 3 = Brain (Sistem Pesyarafan)
B 4 = Bladder (Sistem Perkemihan)
B 5 = Bowel (Sistem Pencernaan)
B 6 = Bone (Sistem Muskuloskeletal &
Integument)
PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASAN

Bila mengkaji kesehatan pernapasan, perhatikan tahap


perkembangan klien, faktor psikososial seperti keadaan
cemas dan stres, faktor perawatan diri spt kebiasaan
latihan (exercise) dan nutrisi, serta faktor lingkungan
seperti seperti adanya polusi. Semua faktor ini akan
mempengaruhi sistem pernafasan
DEFINISI
Sistem pernapasan pada manusia adalah sistem menghirup
oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap
air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan
utama. Oksigen utk pernapasan diperoleh dari udara di
lingkungan sekitar. Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan
udara yg mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yg
mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses
pernafasan ialah utk memperoleh energi.
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
PERNAFASAN DILAKUKAN
DENGAN EMPAT CARA
1. INSPEKSI
2. PALPASI
3. PERKUSI
4. AUSKULTASI
Suara napas tdk normal yg dapat didengar pd saat auskultasi
adl sbg berikut :
1. Rales : suara yg dihasilkan dr eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernapasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang kasar) mis :
pada klien pnoumonia TBC
2. Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang pada klien
batuk. Mis pd klien edema paru
3. Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii.......k” bisa dijumpai pd fase
inspirasi maupun ekspirasi mis pd klien bronkhitis akut atau asma.
4. Pleura Friction Rub: bunyi yg terdengar “kering” seperti suara gosokan
amplas pada kayu, misalnya pada klien dengan peradangan pleura
Dada anterior merupakan bagian pertama rongga dada
dapat dibagi ke dalam lima garis vertikal imaginer yaitu
sbb :

1. Garis midsternum
2. Garis aksila anterior kiri
3. Garis midklavikula kanan
4. Garis aksila anterior kanan
5. Garis midklavikula kiri
Dada posterior merupakan bagian kedua rongga dada
dapat dibagi ke dalam lima garis vertikal imaginer yaitu
sbb :

1. Garis vertebra
2. Garis skapula kanan
3. Garis skapula kiri
4. Garis aksila posterior kanan
5. Garis aksila posterior kiri
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
PERNAFASAN
1. Persiapan
a. Siapkan peralatan meliputi :
 Baju periksa
 Selimut
 Stetoskop
 Penlight/senter
 Pen dan penggaris
 Sarung tangan
 masker
b. Cuci tangan
c. Jelaskan prosedurkepada klien
d. Anjurkan klien untuk menanggalkan baju sampai pinggang
dan mengenakan baju periksa
e. Pastikan rg periksa cukup penerangan dan hangat setra bebas
dr gangguan

2. Hal-hal yg perlu diperhatikan


a. Jaga prifasi klien
b. Pemeriksaan hrs terorganisi dgn baik
c. Klien mgkin batuk dan bersin selama pemeriksaan olh krna itu
gunakan universal precaution
3. langkah-langkah pemeriksaan
a. Pengkajian awal
b.Inspeksi toraks
Langkah-langkah dalam prosedur tindakan inspeksi adalah sbb
 Atur posisi klien
 Hitung penafasan selama 1 menit penuh
 Amati bentuk toraks
 Observasi pengamatan dada pada 3 bg thoraks
 Amati kondisi pernapasan apakah tenang, simetris, dan tanpa
usaha bantu pernapasan.
 Amati warna kulit dada
 Minta klien utk mnrik napas dalam
 Inspeksi konfigurasi dada
 Pemeriksa berdiri dibelakang klien
c. Palpasi thoraks posterior
 Palpasi scr dangkal bg posterior toraks
 Mengkaji daerah superior skapula sampai TR ke 12
 Palpasi dan hitung jumlah TR dan sela interkostal
 Mengukur ekspansi pernafasan letakan kedua ibu jari dekat dg
garis vertebral setingkat dg tlh rusuk ke 8-10
 Palpasi utk menilai tactile fremitus pd ddg dada posterior
Fremitus ad/ vibrasi yg dirasakan diluar ddg saat klien bicara
d. Perkusi
 Perkusi angulus kostoveterbralis
 Perkusi pergerakan diagfragma
 Perkusi paru posterior
e. Auskultasi
 Auskultasi paru posterior
 Auskultasi paru anterior
INSPEKSI
Bentuk thoraks :

 Normo Chest : Btk dada N (AP : T = 1:2)


 Pigeon Chest : Dada burung (AP > T) Ex: PPOK
 Funnel Chest / Pectus Excavatum : AP < T
 Barrel Chest : Dada Tong ( AP = T) Ex : Fraktur Iga
Multiple, emfisema
 Kiposis, lordosis, atau skoliosis
A B a) (..........)
b) (..........)
c) (..........)
d) (..........)

C D
Pola Nafas
Normal : RR = 12 – 20 x/menit
Bradipnea : Pernafasan lambat < 12x/mnt
Takipnea : Pernafasan cepat > 20 x/mnt
Hipernea/Hiperventilasi : Nafas dalam & kecepatan
normal
Apnea : Henti nafas
PENGKAJIAN SISTEM KARDIOVASKULAR
Sistem kardiovaskular terdiri dr atas jantung
dan pembuluh darah. Jantung merupakan
organ yg mempunyai peranan dlm
mengedarkan oksigen. Dlm sel, darah
mengangkut sisa pengolahan dan membawa
ke organ-organ tertentu untuk disaring atau
dikeluarkan dr dalam tubuh.
ANTERIOR POSTERIOR
FUNGSI DAN UKURAN

Sebagai pompa ganda agar terjadi aliran dalam


Fungsi pembuluh darah yang disebabkan adanya
pergantian antara kontraksi (sistolik) dan
relaksasi (diastolik)
Berat jantung berkisar antara 300-350 gr pd laki-
laki dewasa normal dan antara 250-300 gr pd
Ukuran wanita dewasa normal at sekitar 0,5 dr berat
badan. Jantung terletak di mediastinum antara
tulang rusuk kedua dan keenam.
LOKASI JANTUNG

Di dalam Pericardium di rongga mediastinum dalam rongga


Thorak

Tepat di belakang tulang dada ( sternum )

Kurang lebih 2/3 bagian terletak di sebelah kiri dari garis


tengah
Anatomy of the Heart
• HEART CHAMBERS :
• LEFT & RIGHT ATRIUM
• LEFT & RIGHT VENTRICLES
• HEART VALVES :
• ATRIOVENTRICULAR VALVES :
• RIGHT : TRICUSPID
• LEFT : BICUSPID/MITRAL

• SEMILUNAR VALVES
• RIGHT : PULMONARY VALVE
• LEFT : AORTIC VALVE
Proyeksi jantung pada permukaan dada :
 Atrium kanan.
Bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi kanan,
yaitu kira-kira 2 cm di sebelah kanan tepi sternum setinggi
sendi kostosternalis ke-3 sampai ke-6.
 Ventrikel kanan.
Menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding
dada. Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan
sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks jantung.
Ventrikel kiri.
Tidak begitu tampak jika dilihat dari depan. Pada proyeksi
jantung pada dada, daerah tepi kiri –atas selebar 1,5 cm,
merupakan wilayah ventrikel kiri. Batas kiri jantung adalah garis
yang menghubungkan apeks jantung dengan sendi kostosternalis
ke-2 sebelah kiri.
Atrium kiri.
bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak
terlihat dari depan. Kecuali sebagian kecil saja yang terletak di
belakang sendi kostosternalis kiri ke-2.
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler

Pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya


kelainan-kelainan dari organ jantung dan
pembuluh darah yang meliputi :
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi
PEMERIKSAAN
Pertimbangan umum : FISIK
1. Pasien tidur berbaring
2. Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.
3. Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan
auskultasi yang adekuat.
4. Pencahayaan terang
5. Tetap selalu menjaga privacy pasien
6. Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan.
INSPEKSI
Raut muka :
Ekspresi tampak sesak, gelisah, kesakitan
Mata :
 konjungtiva : Pucat  anemia
petekhie  endokarditis bakterial
Sklera : ikterik  gagal jantung kanan
Kornea : arkus senilis  hiperkolesterol
Fundus mata : untuk melihat pembuluh darah retina pasien hipertensi

 Bibir /kulit : sianosis  penyakit jantung bawaan


curah jantung rendah
TEKANAN VENA JUGULARIS (JVP)
Mencerminkan fungsi jantung bagian kanan
Cara mengukur JVP:
pasien berbaring setengah duduk ( 45°) perhatikan
pengembangan vena jugularis Bila > 3 cm di atas sudut
sternum / sudut louis (pertemuan klavikula kanan dan
kiri) berarti JVP meningkat / abnormal
JVP meningkat :  gagal jantung kongesti, tamponade cardis
Voussure Cardiaque
Merupakan penonjolan setempat yg lebar di daerah
precordium, di antara sternum dan apeks cordis, kadang
memperlihatkan pulsasi jantung
Menunjukkan:
- adanya kelainan jantung organis
- kelainan jantung yang berlangsung sudah lama
- hipertrofi atau dilatasi ventrikel
Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali terlihat
dengan mudah pada sela iga V, linea medioclavicularis kiri.
Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks jantung.
Diameter pulsasi kira-kira 2cm, dengan punctum maksimum di
tengah-tengah
Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel.
Bila ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan
adanya pembesaran ventrikel kiri.
PALPASI
Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi harus dipalpasi untuk lebih memperjelas
Letakkan telapak tangan diatas prekordium dan lakukan perabaan diatas iktus
kordis , punctum maksimum teraba atau tidak, apakah kuat ?
Frekuensi?,kualitas dari pulsasi yang teraba?
Bila teraba, normal diameter + 2 cm.
Bila kuat dan bergeser ke kiri  LVH.
Bila naik turun pada linea sternalis kiri  RVH.
Hitung Heart Rate (HR)
Amati keteraturan iramanya.
Bandingkan HR dengan nadi, bila ada perbedaan  Atrial Fibrilasi (AF).
Periksa adanya Thrill (getaran iktus kordis  murmur
PERKUSI JANTUNG
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas
jantung
1. Batas kiri jantung
2. Batas kanan jantung
Pada orang gemuk atau berotot agak sulit menentukannya
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit
jantung yaitu efusi pericardium dan aneurisma aorta
Batas kanan jantung
Perkusi dilakukan dari arah lateral ke medial.
Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan
thorak
Normal :
Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV kanan,di linea
parasternalis kanan
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan
Abnormal
Pada RVH, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri atas
Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita
tetapkan sebagai batas jantung kiri
Normal
Atas: SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
Bawah: SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( t4
iktus)
Abnormal :
Dilatasi ventrikel kiri /LVH menyebabkan apeks kordis bergeser ke
lateral-bawah.
AUSKULTASI JANTUNG
Auskultasi jantung menggunakan alat
stetoskop duplek, yang memiliki dua sisi
yang dapat dipakai bergantian ( bel &
diafragma)
untuk mendengarkan suara dengan
frekuensi tinggi (apeks)  sisi bel HR normal / menit
Bunyi dengan nada rendah  sisi
diafragma < 1 tahun = 100-160 per menit
Askultasi meliputi: 1-10 tahun = 70-120 per menit
Bunyi jantung
Bising jantung 11-17 tahun = 60 – 100 per menit
> 17 tahun = 60 -100 per menit
BUNYI JANTUNG

Perhatikan :
1. lokalisasi dan asal bunyi jantung
2. menentukan bunyi jantung I dan II
3. intensitas bunyi dan kualitasnya
4. ada tidaknya bunyi jantung III dan bunyi jantung IV
5. irama dan frekuensi bunyi jantung
6. bunyi jantung lain yang menyertai bunyi jantung
BUNYI JANTUNG
Bunyi jantung I dan II
BJ I :
Terjadi karena getaran menutupnya katup
atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi
isometris dari bilik pada permulaan systole
BJ II :
Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup
aorta dan a. pulmonalis pada dinding toraks.
Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I
BUNYI JANTUNG
BJ I  “ LUB”
BJ II  "DUB”
Jarak BJ I - BJ II  1 detik
BUNYI JANTUNG I
Daerah auskultasi untuk BJ I :
Pada ruang interkosta II kiri : tempat mendengarka katup pulmonal
Ruang interkosta II kanan pada tepi sternum: tempat katub aorta
Pada ruang interkostal IV kiri pada tepi sternum : katub trikuspidalis
terdengar disini
Pada ruang interkosta V medioklafikula kiri ( tempat iktus kordis): untuk
mendengarkan katub mitral
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
stenosis mitral
interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya pada
kerja fisik, emosi, anemia, demam dll.
Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
shock hebat
interval PR yang memanjang
decompensasi cordis
LOKASI AUSKULTASI
BISING JANTUNG
Penyebab :
aliran darah bertambah cepat
penyempitan di daerah katup atau pembuluh darah
getaran dalam aliran darah oleh pembuluh yang tidak rata
aliran darah dari ruangan yang sempit ke ruangan yang besar
aliran darah dari ruangan yang besar ke ruangan yang sempit.
BISING JANTUNG
REFERENSI
 Craven R F., Hirnle C.J., 2009, Fundamental of Nursing:
Human Health and Function, 6th ed., Lipincott William &
Willkins, Philadelphia.
 Smeltzer Suzanne, C., Bare Brenda, G., Hinkle Janice, L.,
2007. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-
Surgical Nursing. Volume 2. 11th ed. Lippincott Williams
& Wilkins. Philadelphia. New York
PENGKAJIAN SISTEM
REPRODUKSI
PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik genitalia merupakan hal yg tidak nyaman
bagi klien maupun perawat sendiri, nmun pgkajian genitalia
harus ttp dilakukan krn bg dr pengkajian sstem tubuh.
Genetalia terdiri dari genetalia pria dan wanita.

Genetalia pria memiliki tiga fungsi yaitu sebagai alat


reproduksi, sekresi hormon seksual, dan eliminasi urin.
Sebelum melakukan
pengkajian fisik, data ttg
keluhan maupun riwayat
kesehatan pasien perlu
dikaji, spt apakah ad masalah
BAK, adanya lesi, edema,
nyeri pd penis. Bgtupula
dikaji adanya masalah pd
ereksi dan ejakulasi
PERSIAPAN
ALAT :
Bantal
Sarung tangan steril (1pasang)
Sarung tangan bersih (1pasang)
Kaca jika diperlukan
Spekulum
Lubrikan
perlak alas
KLIEN :
- jelaskan tujuan tindakan, tujuannya : mendeteksi adanya kelainan
- inform concent : diberitahukan letak pemeriksaan , minta persetujuan
dan kerjasama klien
PROSEDUR PENGKAJIAN FISIK GENITALIA
PRIA
Inspeksi
1. Inspeksi penyebaran rambut pubis, keadaan kuluit
penis, serta kelainan yg tampak pd penis dan
sekitarnya
2. Pegang penis dan buka kulup penis (pd pria yg tidak
disunat) amati lubang uretra dan gland penis. Amati
adanya kelainan pd lubang penis (peradangan, skar,
keluaran)
3. Inspeksi skrotum (hingga ke belakang area skrotum)
dan amati adanya kelainan cth kemerahan, bengkak,
ulkus
Palpasi :
1. Lakukan palpasi penis utk mengetahui adanya nyeri
tekan, ataupun cairan yg keluar
2. Lakukan palpasi skrotum dan testis dgn mggunakan ibu
jari dan dua jari pertama perawat pd setiap testis utk
mengetahui ukuran, konsistensi, bentuk, maupun adanya
massa
3. Palpasi epididimis antra ibu jari dan jari telunjuk
4. Palpasi saluran sperma
5. Palpasi area inguinal dan femoral utk mengetahui adanya
hernia
GENILATIA WANITA
Genitalia berkaitan dg sistem
reproduksi wanita. Sistem
reproduksi wanita terdiri atas dua
bg utama yaitu genitalia luar dan
genitalia dalam yg berkembang
dan berfungsi sesuai dgn
pengaruh hormon-hormon yg
juga mempengaruhi fertilitas,
kehamilan dan seksual
PENGKAJIAN SISTEM REPRODUKSI PADA
WANITA
Bagian bagian genitalia wanita
 Mons pubis
 labia mayora (bibir paling luar untuk melihat luka, bengkak, kemerahan, simteris,
sama besar apa enggak),
 labia minora
 Klitoris (bentuk, edema)
 Pembesaran kelenjar bartolin (antara labia mayora dan minoroa, fungsi nya untuk
mengeluarkan sekret),
 uretra (kemerahan, keluaran) lihat keluaran dan karakteristiknya,
 lubang vagina (bau, keluaran)
PENGKAJIAN
inspeksi
1. Atur klien dlm posisi litotomi selimuti bg yg tidak tidak
diperiksa
2. Awali dg mengamati bg luar (mons pubis, perhatikan
distribusi dan sesuaikan dg usia perkembangan klien
3. Amati kulit dan area pubis, perhatikan distribusi dan
sesuaikan dgn usia perkembangan klien
4. Amati kulit area pubis perhatikan apakah ada lesi, luka,
leukoplakia dan eksoria
5. Buka labia mayora, klitoris, dan uretra. Perhatikan adanya
pembengkakan, ulkus, dan keluaran (flour albus)
Internal : kalau belum menikah, lakukan dengan colok dubur
atau rectal toucher
Yg sdh menikah lakukan pemasangan speculum, siapkan
speculum sesuai ukuran, beri jel
- Anjurkan pasien tarik nafas dalam
Inspeksi : rongga vagina, keluaran, kondisi serviks (warna,
bentuk lubang, posisi abnormalitas)
THANK YOU
PEMERIKSAAN SISTEM INTEGUMEN

Anda mungkin juga menyukai