Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Flu burung telah menjadi perhatian yang luas dari masyarakat karena telah
menewaskan banyak korban baik unggas maupun manusia. Pada awal tahun 1918,
wabah pandemi virus influenza telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana
subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish
Flu”. Tahun 1957 virus bermutasi menjadi H2N2 atau “Asian Flu” menyebabkan
100.000 kematian. Tahun 1968 virus bermutasi menjadi H3N2 atau “Hongkong
Flu” menyebabkan 700.000 kematian. Tahun 1977 virus bermutasi menjadi H1N1
atau “Russian Flu”. Akhirnya pada tahun 1997, virus bermutasi lagi menjadi
H5N1 atau “Avian Influenza”. Beberapa tahun kemudian, awal wabah pada
peternakan di dunia telah dikonfirmasi sejak Desember 2003. Pada 8 Februari
2006, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia menyatakan bahwa wabah flu burung
pertama kali terjadi di Nigeria, kemudian menyebar hingga ke Mesir dan
Kamerun.

Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur


transportasi atau peternakan unggas sebagai jalur migrasi burung liar. Sehingga
pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, yang disebabkan oleh flu
burung subtipe H5N1. Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310
kasus dengan 189 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini termasuk
Indonesia dengan 99 kasus dengan 79 kematian. Hal ini dipengaruhi oleh
matapencaharian penduduk Indonesia sebagai peternak unggas sehingga Indonesia
rawan pada penyebaran penyakit flu burung. Selain itu, kurangnya pengetahuan
sebagian penduduk Indonesia terhadap dampak dari flu burung juga ikut
berpengaruh pada kasus penyebaran flu burung.

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar
unggas. Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza
tipe A dapat berubah-ubah bentuk (drift, shift), dan dapat menyebabkan epidemi
dan pandemi. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe
H5N1 yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan
memiliki waktu inkubasi selama 1 minggu pada unggas dan 3 hari pada manusia.
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar
H5N1. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi (60ᵒC selama
30 menit), namun dapat bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC selama lebih dari
30 hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian secara mendadak dengan
laju mortalitas mendekati 100%, jengger berwarna biru, dan luka pada kaki.
Sedangkan gejala umum yang terjadi pada manusia adalah demam tinggi (suhu
badan di atas 38ᵒC), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas,
pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Replikasi virus dalam tubuh dapat
berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Virus
H5N1 lebih patogen daripada subtipelainnya sehingga disebut dengan Highly
Pathogenic H5N1 Avian Influenza (HPAI).

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian flu burung ?


2. Patofisiologi flu burung ?
3. Etiologi flu burung ?
4. Tanda dan gejala flu burung ?
5. Cara penularan flu burung ?
6. Cara pencegahan flu burung ?
7. Penatalaksanaan flu burung ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian flu burung


2. Mengetahui patofisiologi flu burung
3. Mengetahui etiologi flu burung
4. Mengetahui tanda dan gejala flu burung
5. Mengetahui cara penularan flu burung
6. Mengetahui cara pencegahan flu burung
7. Mengetahui penatalaksanaan flu burung
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah
yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1
(H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke
burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.

Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga
diketahui bisa menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17).

Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek,
ayam, serta beberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini
juga dapat pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada
binatang ini telah ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada
tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).

Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili


Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen
gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai
selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini
mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang
spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis
spikesyaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung
neuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion (Horimoto T,
Kawaoka Y. 2001 :129-149).

Menurut (soejoedono,et al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah


penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan mamalia yang disebabkan
oleh virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe
yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus flu burung
yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu
inkubasi selama 3–5 hari. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak
melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat
misalnya mencuci tangan dengan antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan
memakai alat pelindung diri (APD) waktu kontak langsung dengan unggas dapat
mencegah penularan virus AI.

B. Etiologi

Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu;
dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari
pada 0°C.Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat
bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal
beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe
A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-
lain.

Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza
Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari
basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A
(H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus
Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat
mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

Penyebab flu burung adalah virus influenza dari famili


Orthomyxoviridaeyang termasuk tipe A subtipe H 5, H 7, dan H 9. Virus H9N2
tidaklah menyebabkan penyakit berbahaya pada burung, tidak seperti H5 dan H7.
Virus flu burung atau avian influenza hanya ditemukan pada binatang seperti
burung, bebek dan ayam, namun sejak 1997 sudah mulai dilaporkan “terbang”
pula ke manusia. Subtipe virus yang terakhir ditemukan yang ada di negara kita
adalah jenis H5N1.

Gejala penyakit flu burung pada manusia adalah demam, anoreksia,


pusing, gangguan pernafasan (sesak), nyeri otot dan mungkin konjungtivitis yang
terdapat pada penderita dengan riwayat kontak dengan unggas yang terinfeksi
semisal peternak atau pedagagang unggas. Gejalanya tidak khas dan mirip gejala
flu lainnya, tetapi secara cepat gejala menjadi berat dan dapat menyebabkan
kematian karena terjadi peradangan pada paru (pneumonia).

Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial kebiru-
biruan, keluar darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak mengandung
air, pada paha sering terdapat bercak-bercak darah, kematian unggas serentak
terjadi dalam hitungan hari selain itu, pada burung liar akan menjadi karier.

C. Patofisiologi

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung


dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di
saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan
virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam
bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut
WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari
manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan
juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.

Satu- satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari
manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan
bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses
unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung,misalnya karena
menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk
melalui pakan ternak).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para
peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan padasaat jual beli
ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3
kemungkinan mekanisme penularan dari unggas kemanusia.Dalam hal penularan
dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal
dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak,
digoreng dan lain-lain,tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya.
Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.

Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara droplet


infection di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi
saluran nafas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet).
Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang
mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat
berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal.
Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses) dapat berikatan dengan
alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel di mana didapatkan
residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6
linkage.

D. Tanda dan gejala

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.

a. Gejala pada unggas:


• Jengger berwarna biru
• Borok di kaki
• Kematian mendadak
b. Gejala pada manusia:
• Demam (suhu badan diatas 38 °C)
• lemas
• Pendarahan hidung dan gusi
• sesak nafas
• muntah dan nyeri perut serta diare
• Batuk dan nyeri tenggorokan
• Radang saluran pernapasan atas
• Pneumonia
• Infeksi mata
• Nyeri otot

MASA INKUBASI

• Pada Unggas : 1 minggu


• Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari

DEFINISI KASUS

1. Kasus Suspek

Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam
(temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta
dengan salah satu keadaan;

• seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit flu


burung.
• kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan.
• bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen
manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung
2. Kasus "Probable"

Kasus "probale" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;

• Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A


(H5N1), misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1.
• Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia gagal pernafasan/
meninggal.
• Terbukti tidak terdapat penyebab lain.
3. Kasus Kompermasi

Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah
satu hasil pemeriksaan laboratorium;

• Kultur virus influenza H5N1 positip.


• PCR influenza (H5) positip.
• Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali

E. Cara penularan

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular
melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta
burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga
dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu
burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam dan penjamah
produk unggas lainnya.

Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan
virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air
sampai empat hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30 hari pada nol
derajad celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat
bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3
jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan fomalin dan
iodine dapat membunuh virus menakutrkan ini.

Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang
terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan
hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap
manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung
terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat
perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau
melalui saluran pernapasan.
Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain:

1. Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997
Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah
dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah
penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang
terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus
Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.
Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A
(H5N1) dan satu orang meninggal.
2. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7)
dan satu diantaranya meninggal.
3. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam
(19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand,
14 di Vietnam)

F. Pencegahan

1. Pada Unggas:
• Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
• Vaksinasi pada unggas yang sehat
2. Pada Manusia:

Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang):

• Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.


• Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu
burung.
• Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
• Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
• Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
• Imunisasi.
3. Masyarakat umum:
• Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat
cukup.
• Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang
sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
• Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan
pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.
• Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan
disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan
pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen)
• Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan
keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata,
keluhan pernafasan.

G. Penatalaksanaan

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:

• Oksigenasi bila terdapat sesak napas.


• Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
• Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
• Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir
• Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48
jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam
2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

CATATAN PENTING

Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.

PENTING YANG HARUS ANDA KETAHUI DARI FLU BURUNG DARI


WHO Petunjuk bagi penduduk yang tinggal di daerah yang tertular flu burung
Penyebaran flu burung di daerah yang tertular bisa dicegah:
1. orang sebaiknya menghindari kontak dengan ayam, bebek dan unggas
lainnya kecuali sangat perlu. Ini adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi
oleh flu burung.
2. Anak anak memiliki resiko yang lebih tinggi karena mungkin mereka
bermain di tempat di mana unggas berada. Ajarilah anak anak untuk
mengikuti petunjuk berikut:
4. Hindari kontak dengan unggas jenis apapun, dengan bulu bulunya, kotoran
maupun limbahnya.
5. Jangan memelihara unggas sebagai hewan kesayangan.
6. Cucilah tangan dengan air dan sabun setiap sesudah bersentuhan dengan
unggas.
7. Jangan tidur di dekat tempat pemeliharaan unggas.
3. Jangan memindahkan unggas baik yang hidup maupun yang mati dari satu
tempat ke tempat lain, bahkan sekalipun anda kira unggas tersebut sehat.
4. Menangani unggas di daerah tertular harus dilakukan ditempat, tanpa
memindahkannya ke luar dari area tersebut.
5. Jangan memasak unggas berasal dari daerah tertular untuk makanan
keluarga maupun hewan peliharaan anda. Penyembelihan dan penanganan
unggas tersebut untuk makanan adalah berbahaya.
6. Apabila anda secara tidak sengaja kontak dengan unggas di daerah tertular,
seperti misalnya menyentuh badan unggas, feses atau kotoran unggas yang
lain, atau berjalan di atas tanah di mana ada kotoran unggasnya:
8. Cucilah tangan sampai bersih memakai air dan sabun sesudah setiap kontak.
9. Lepaskan sepatu di luar rumah dan dibersihkan.
10. Periksa suhu tubuh anda sekali setiap hari selama 7 hari. Apabila anda
demam ( di atas 37.5 oC), periksakan diri anda ke dokter atau ke rumah
sakit terdekat dengan segera.
7. Penanganan yang benar terhadap unggas yang sakit, diduga karena flu
burung atau unggas yang mati merupakan kontrol yang penting untuk
mencegah penyebaran penyakit.
8. Anak anak di jaga agar tidak mendekati unggas yang sakit atau mati.
9. Apabila anda harus menangani unggas yang mati atau sakit, pakailah alat
pelindung, seperti masker, goggle (pelindung mata), sepatu boot, sarung
tangan..
11. Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, gunakan kain/sapu tangan untuk
menutup mulut dan hidung, pakailah kaca mata, gunakan tas plastik sebagai
sarung tangan dan pembungkus sepatu dan mengikatnya pada pergelangan
tangan dan kaki dengan karet. Pakailah baju overall yang bisa dicuci.
10. Apabila anda baru pertama kali mendapati unggas yang sakit atau mati dan
tidak yakin situasinya, segera beritahu petugas yang berwenang dan
serahkan penangan unggas tersebut kepada ahlinya. Dekontaminasi kebun
atau kandang ayam akan membantu menghambat penyebaran penyakit.
11. Apabila mungkin, mintalah jasa petugas yang ahli untuk membantu
dekontaminasi kebun atau kandang ayam.
12. Apabila hal itu tidak mungkin, dan anda harus mengejakannya sendiri,
pakailah perlengkapan untuk melindungi mata, kepala, tangan, kaki dan
bagian bagian lain yg tidak tertutup pakaian.
13. Unggas yang mati harus dikubur dengan aman
14. Pembersihan yang efektif akan menghilangkan bulu bulu atau feses yang
tertinggal di kandang.
15. Virus flu bisa bertahan untuk sementara waktu di bahan bahan organic, jadi
melalui pembersihan total dengan deterjen merupakan langkah yang amat
penting. Semua bahan organic harus disingkirkan dari kandang ayam
sedapat mungkin.
16. Oleh karena area terbuka (pekarangan) yang digunakan untuk memelihara
unggas sulit untuk di bersihkan ataupun didesinfeksi, unggas sebaiknya
ditiadakan dari area tersebut selama paling sedikit 42 hari untuk
membiarkan radiasi ultraviolet menghacurkan sisa sisa virus. Periode
pengosongan ini perlu diperpanjang pada musim dingin (hujan).
17. Penyemprotan desinfektan pada tumbuh tumbuhan di pekarangan/kebun
maupun pada tanah hampir tidak ada gunanya, karena bahan kimia tersebut
akan diinaktifkan oleh bahan organic. Pengupasan lapisan tanah biasanya
tidak dianjurkan kecuali bila kontaminasi feses pada tanah tersebut sangat
berat. Unggas yang mati dan feses/kotorannya harus dikubur.
18. Sedapat mungkin, mintalah bantuan dari petugas peternakan setempat
bagaimana cara mengubur bangkai unggas dengan aman.
19. Pada waktu mengubur bangkai unggas dan fesesnya, usahakan untuk tidak
menimbulkan debu. Semprotlah terlebih dahulu area penguburan dengan air
untuk melembabkan. Kuburlah bangkai unggas dan fesesnya dengan
kedalaman paling sedikit 1 meter.
20. Setelah bangkai unggas telah dikubur dengan benar, bersihkan seluruh area
dengan seksama menggunakan deterjen dan air. Virus flu relatif bisa
dimatikan oleh berbagai jenis deterjen dan desinfektan. Pakaian pelindung
yang terkontaminasi harus ditangani dengan benar atau dimusnahkan.
21. Setelah area dibersihkan, lepaskan semua perlengkapan pelindung dan
cucilah tangan dengan air dan sabun.
22. Cucilah pakaian menggunakan air panas atau air sabun yang hangat.
Jemurlah dibawah sinar matahari.
23. Letakkan sarung tangan bekas pakai dan benda benda lain yg akan
dimusnahkan ke dalam kantung plastik untuk dimusnahkan dengan aman.
24. Bersihkan semua perlengkapan yang bisa dipakai kembali seperti misalnya
sepatu boot dan kaca mata pelindung menggunakan air dan deterjen, tapi
jangan lupa untuk mencuci tangan setelah memegang benda benda tersebut.
25. Benda benda yang tidak dapat dibersihkan dengan baik harus dimusnahkan.
26. Bersihkan badan/ mandi dengan air dan sabun. Cucilah rambut juga.
27. Hati hati untuk tidak menyentuh lagi pakaian atau benda yang
terkontaminasi, atau mengotori lagi area yang telah dibersihkan.
28. Yang paling penting, cucilah tangan setiap selesai menangani benda benda
yang terkontaminasi.
12. Alas kaki/sepatu juga harus didekontaminasi.
29. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi ( misalnya:
peternakan, pasar, kebun tempat memelihara ayam), bersihkan sepatu sebaik
mungkin menggunakan air dan sabun.
30. Pada saat membersihkan sepatu, berhati hati agar tidak ada kotoran yang
terpercik ke wajah atau ke baju. Pakailah kantong plastik untuk melindungi
tangan, lindungi mata dengan kaca mata atau goggles, tutuplah hidung dan
mulut dengan kain/ saputangan.

31. Tinggalkan sepatu dan sepatu boot di luar rumah sampai kita merasa yakin
sepatu tersebut sudah benar benar bersih. Orang orang yang menderita
gejala flu/pilek sebaiknya lebih berhati hati.
32. WHO percaya bahwa sangatlah penting untuk mencegah penyebaran flu
manusia pada area yang terkena flu burung. Apabila flu manusia dan flu
burung saling kontak, ada resiko terjadinya pertukaran materi genetis yang
bisa menimbulkan terbentuknya jenis virus baru.
33. Setiap orang yang sedang menderita flu/pilek haruslah berhati hati dengan
kotoran dari hidung(ingus) dan mulutnya pada saat berada di sekitar orang
lain, terutama anak anak, untuk mencegah penularan flu manusia.
34. Tutuplah hidung dan mulut pada waktu batuk atau bersin. Gunakan tissue
dan dibuang setelah sekali pakai. Ajarkan anak anak untuk melakukan hal
ini juga.
35. Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun setiap sehabis menyentuh
kotoran hidung atau mulut karena kotoran tersebut bisa mengandung virus.
36. Anak anak cenderung untuk menyentuh wajah, mata dan mulut dengan
tangan yang masih kotor. Ajarkan pada anak anak untuk mencuci tangan
setelah batuk, bersih dan menyentuh benda benda yang kotor.
37. Laporkan ke petugas kesehatan segera dan konsultasikan ke ahli kesehatan
apabila anda menderita demam dan atau gejala seperti flu. Tindakan
pencegahan bisa dilakukan apabila mengunjungi teman/saudara yang
dirawat di rumah sakit
38. Apabila anda mengunjungi pasien yang menderita flu burung, ikuti petunjuk
dari petugas rumah sakit untuk mengenakan pakaian pelindung, termasuk
masker, jas laboratorium, sarung tangan dan goggles (pelindung mata).
39. Pakaian pelindung seperti itu dibutuhkan apabila anda akan kontak secara
langsung dengan pasien atau lingkungan di mana pasien berada.
40. Pastikan bahwa masker yang anda kenakan unkurannya pas buat anda.
Apabila tidak, bicarakan dengan petugas rumah sakit.
41. Pada waktu anda meninggalkan ruangan pasien, anda harus melepaskan
semua pakaian pelindung tersebut dan mencuci tangan dengan air dan
sabun. Di daerah tertular, di mana adanya flu burung telah dipastikan,
jangan mengkonsumsi daging ayam yang berasal dari ayam yang sakit atau
mati.
42. Di daerah tertular, disarankan untuk tidak memanfaatkan ayam sakit atau
mati untuk makanan orang maupun hewan. Walaupun nampak sehat, ayam
yang berasal dari daerah tertular jangan dimanfaatkan untuk makanan. Di
daerah sekitarnya ( yang berdekatan dengan daerah tertular) beberapa
tindakan pencegahan perlu dilakukan.
43. Secara umum, hanya unggas yang sehat yang boleh dimanfaatkan sebagai
bahan makanan.
44. Untuk memotong/mematikan unggas, gunakan cara cara agar anda maupun
lingkungan di rumah anda tidak dicemari oleh darah, debu, feses maupun
kotoran lain yang berasal dari unggas tersebut. Tanyakan ke petugas
peternakan setempat mengenai prosedur pemotongan unggas yang benar.
45. Untuk pencabutan bulu, gunakan cara yang benar agar tidak mengotori anda
maupun lingkungan tempat tinggal anda. Cara terbaik adalah dengan
merendam unggas tersebut di dalam air panas sebelum mencabuti bulunya.
46. Untuk membersihkan isi perut dan usus unggas gunakan cara yang benar
agar tidak mengotori lingkungan tempat tinggal anda.
47. Jangan menyentuh benda benda lain maupun wajah anda (misalnya:
mengusap mata) pada saat anda melakukan prosedur prosedur tersebut di
atas, kecuali setelah anda mencuci tangan dengan air dan sabun. Lakukan
semua tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa unggas atau produk
asal unggas diproses dengan benar dan aman untuk di konsumsi.
48. Ayam diproses secara higienis dan di masak sampai matang, contohnya:
sudah tidak ada lagi cairan berwarna kemerahan, ayam dianggap aman
untuk di makan.
13. Tetapi perlu diingat bahwa apabila ayam tersebut mengandung penyakit
menular spt misalnya flu burung, orang yang memasak ayam tersebut
mempunyai resiko tertular demikian juga lingkungan tempat ayam itu
dipersiapkan untuk dimasak bisa tercemar oleh virus.
49. Telur juga bisa membawa bibit penyakit, seperti misalnya virus flu burung
di bagian dalam telur maupun di kulit luarnya. Telur mentah dan kulit telur
harus ditangani dengan hati hati. Cucilah kulit telur dengan air sabun dan
cucilah tangan setelahnya. Telur yang dimasak sampai matang (direbus
selama 5 menit pada temperature 70oC) tidak akan menularkan virus flu
burung apabila dimakan.
50. Secara umum, semua makanan harus dimasak sampai matang, mencapai
temperatur paling sedikit 70oC atau lebih di bagian dalam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar.

Flu burung termasuk jenis penyakit yang sangat menular, menular dengan
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penanggulangan penyakit ini
harus cepat, tepat, dan cermat karena dapat menyebabkan kematian pada unggas
dengan cepat. Selain pada unggas, penyakit ini juga dapat menyerang pada
manusia. Penanggulangan pada penyakit ini dengan menjaga kebersihan, hindari
kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan memasak hewan unggas untuk
konsumsi secara matang.

B. Saran

Dalam penulisan makalah Penyakit Flu Burung ini masih banyak


kekurangan yang perlu diperbaiki. Kami sebagai penulis membuka kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Informasi-informasi
seputar flu burung dalam makalah ini tidak kami sebutkan semua, namun hanya
beberapa yang dapat menunjang penyusunan makalah. Dan pada akhirnya
makalah ini diharapkan dapat membuat masyarakat tahu akan pentingnya
pencegahan dan pemberantasan penyakit flu burung yang terjadi di negara
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta: FAO

Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses.


Clin Microbiol Rev. 2001. 14(1) : 129-149.

Ririh Y, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagimana Kita


Menyikapinya.Forum Penelitian, 1 (2): 183-196

Soejoedono, Retno D. dan Ekowati Handharyani, 2005. Flu Burung Seri


Agriwawasan. Depok ; Penebar Swadaya.

Yoga A, Tjandra. 2005. Flu Burung di Manusia. Jakarta: UI-PRESS

Anda mungkin juga menyukai