PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Flu burung telah menjadi perhatian yang luas dari masyarakat karena telah
menewaskan banyak korban baik unggas maupun manusia. Pada awal tahun 1918,
wabah pandemi virus influenza telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana
subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish
Flu”. Tahun 1957 virus bermutasi menjadi H2N2 atau “Asian Flu” menyebabkan
100.000 kematian. Tahun 1968 virus bermutasi menjadi H3N2 atau “Hongkong
Flu” menyebabkan 700.000 kematian. Tahun 1977 virus bermutasi menjadi H1N1
atau “Russian Flu”. Akhirnya pada tahun 1997, virus bermutasi lagi menjadi
H5N1 atau “Avian Influenza”. Beberapa tahun kemudian, awal wabah pada
peternakan di dunia telah dikonfirmasi sejak Desember 2003. Pada 8 Februari
2006, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia menyatakan bahwa wabah flu burung
pertama kali terjadi di Nigeria, kemudian menyebar hingga ke Mesir dan
Kamerun.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar
unggas. Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza
tipe A dapat berubah-ubah bentuk (drift, shift), dan dapat menyebabkan epidemi
dan pandemi. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe
H5N1 yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan
memiliki waktu inkubasi selama 1 minggu pada unggas dan 3 hari pada manusia.
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar
H5N1. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi (60ᵒC selama
30 menit), namun dapat bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC selama lebih dari
30 hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian secara mendadak dengan
laju mortalitas mendekati 100%, jengger berwarna biru, dan luka pada kaki.
Sedangkan gejala umum yang terjadi pada manusia adalah demam tinggi (suhu
badan di atas 38ᵒC), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas,
pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Replikasi virus dalam tubuh dapat
berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Virus
H5N1 lebih patogen daripada subtipelainnya sehingga disebut dengan Highly
Pathogenic H5N1 Avian Influenza (HPAI).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah
yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1
(H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke
burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga
diketahui bisa menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17).
Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek,
ayam, serta beberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini
juga dapat pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada
binatang ini telah ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada
tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu;
dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari
pada 0°C.Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat
bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal
beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe
A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-
lain.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza
Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari
basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A
(H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus
Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat
mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.
Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial kebiru-
biruan, keluar darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak mengandung
air, pada paha sering terdapat bercak-bercak darah, kematian unggas serentak
terjadi dalam hitungan hari selain itu, pada burung liar akan menjadi karier.
C. Patofisiologi
Satu- satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari
manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan
bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses
unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung,misalnya karena
menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk
melalui pakan ternak).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para
peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan padasaat jual beli
ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3
kemungkinan mekanisme penularan dari unggas kemanusia.Dalam hal penularan
dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal
dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak,
digoreng dan lain-lain,tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya.
Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
MASA INKUBASI
DEFINISI KASUS
1. Kasus Suspek
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam
(temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta
dengan salah satu keadaan;
Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah
satu hasil pemeriksaan laboratorium;
E. Cara penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular
melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta
burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga
dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu
burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam dan penjamah
produk unggas lainnya.
Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan
virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air
sampai empat hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30 hari pada nol
derajad celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat
bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3
jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan fomalin dan
iodine dapat membunuh virus menakutrkan ini.
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang
terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan
hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap
manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung
terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat
perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau
melalui saluran pernapasan.
Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain:
1. Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997
Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah
dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah
penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang
terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus
Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.
Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A
(H5N1) dan satu orang meninggal.
2. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7)
dan satu diantaranya meninggal.
3. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam
(19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand,
14 di Vietnam)
F. Pencegahan
1. Pada Unggas:
• Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
• Vaksinasi pada unggas yang sehat
2. Pada Manusia:
G. Penatalaksanaan
CATATAN PENTING
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.
31. Tinggalkan sepatu dan sepatu boot di luar rumah sampai kita merasa yakin
sepatu tersebut sudah benar benar bersih. Orang orang yang menderita
gejala flu/pilek sebaiknya lebih berhati hati.
32. WHO percaya bahwa sangatlah penting untuk mencegah penyebaran flu
manusia pada area yang terkena flu burung. Apabila flu manusia dan flu
burung saling kontak, ada resiko terjadinya pertukaran materi genetis yang
bisa menimbulkan terbentuknya jenis virus baru.
33. Setiap orang yang sedang menderita flu/pilek haruslah berhati hati dengan
kotoran dari hidung(ingus) dan mulutnya pada saat berada di sekitar orang
lain, terutama anak anak, untuk mencegah penularan flu manusia.
34. Tutuplah hidung dan mulut pada waktu batuk atau bersin. Gunakan tissue
dan dibuang setelah sekali pakai. Ajarkan anak anak untuk melakukan hal
ini juga.
35. Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun setiap sehabis menyentuh
kotoran hidung atau mulut karena kotoran tersebut bisa mengandung virus.
36. Anak anak cenderung untuk menyentuh wajah, mata dan mulut dengan
tangan yang masih kotor. Ajarkan pada anak anak untuk mencuci tangan
setelah batuk, bersih dan menyentuh benda benda yang kotor.
37. Laporkan ke petugas kesehatan segera dan konsultasikan ke ahli kesehatan
apabila anda menderita demam dan atau gejala seperti flu. Tindakan
pencegahan bisa dilakukan apabila mengunjungi teman/saudara yang
dirawat di rumah sakit
38. Apabila anda mengunjungi pasien yang menderita flu burung, ikuti petunjuk
dari petugas rumah sakit untuk mengenakan pakaian pelindung, termasuk
masker, jas laboratorium, sarung tangan dan goggles (pelindung mata).
39. Pakaian pelindung seperti itu dibutuhkan apabila anda akan kontak secara
langsung dengan pasien atau lingkungan di mana pasien berada.
40. Pastikan bahwa masker yang anda kenakan unkurannya pas buat anda.
Apabila tidak, bicarakan dengan petugas rumah sakit.
41. Pada waktu anda meninggalkan ruangan pasien, anda harus melepaskan
semua pakaian pelindung tersebut dan mencuci tangan dengan air dan
sabun. Di daerah tertular, di mana adanya flu burung telah dipastikan,
jangan mengkonsumsi daging ayam yang berasal dari ayam yang sakit atau
mati.
42. Di daerah tertular, disarankan untuk tidak memanfaatkan ayam sakit atau
mati untuk makanan orang maupun hewan. Walaupun nampak sehat, ayam
yang berasal dari daerah tertular jangan dimanfaatkan untuk makanan. Di
daerah sekitarnya ( yang berdekatan dengan daerah tertular) beberapa
tindakan pencegahan perlu dilakukan.
43. Secara umum, hanya unggas yang sehat yang boleh dimanfaatkan sebagai
bahan makanan.
44. Untuk memotong/mematikan unggas, gunakan cara cara agar anda maupun
lingkungan di rumah anda tidak dicemari oleh darah, debu, feses maupun
kotoran lain yang berasal dari unggas tersebut. Tanyakan ke petugas
peternakan setempat mengenai prosedur pemotongan unggas yang benar.
45. Untuk pencabutan bulu, gunakan cara yang benar agar tidak mengotori anda
maupun lingkungan tempat tinggal anda. Cara terbaik adalah dengan
merendam unggas tersebut di dalam air panas sebelum mencabuti bulunya.
46. Untuk membersihkan isi perut dan usus unggas gunakan cara yang benar
agar tidak mengotori lingkungan tempat tinggal anda.
47. Jangan menyentuh benda benda lain maupun wajah anda (misalnya:
mengusap mata) pada saat anda melakukan prosedur prosedur tersebut di
atas, kecuali setelah anda mencuci tangan dengan air dan sabun. Lakukan
semua tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa unggas atau produk
asal unggas diproses dengan benar dan aman untuk di konsumsi.
48. Ayam diproses secara higienis dan di masak sampai matang, contohnya:
sudah tidak ada lagi cairan berwarna kemerahan, ayam dianggap aman
untuk di makan.
13. Tetapi perlu diingat bahwa apabila ayam tersebut mengandung penyakit
menular spt misalnya flu burung, orang yang memasak ayam tersebut
mempunyai resiko tertular demikian juga lingkungan tempat ayam itu
dipersiapkan untuk dimasak bisa tercemar oleh virus.
49. Telur juga bisa membawa bibit penyakit, seperti misalnya virus flu burung
di bagian dalam telur maupun di kulit luarnya. Telur mentah dan kulit telur
harus ditangani dengan hati hati. Cucilah kulit telur dengan air sabun dan
cucilah tangan setelahnya. Telur yang dimasak sampai matang (direbus
selama 5 menit pada temperature 70oC) tidak akan menularkan virus flu
burung apabila dimakan.
50. Secara umum, semua makanan harus dimasak sampai matang, mencapai
temperatur paling sedikit 70oC atau lebih di bagian dalam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar.
Flu burung termasuk jenis penyakit yang sangat menular, menular dengan
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penanggulangan penyakit ini
harus cepat, tepat, dan cermat karena dapat menyebabkan kematian pada unggas
dengan cepat. Selain pada unggas, penyakit ini juga dapat menyerang pada
manusia. Penanggulangan pada penyakit ini dengan menjaga kebersihan, hindari
kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan memasak hewan unggas untuk
konsumsi secara matang.
B. Saran
Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta: FAO