Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi

Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu bagian konduksi dan bagian
respirasi. Bagian konduksi adalah bagian dari sistem pernafasan yang
berfungsi sebagai penghantar udara (jalan nafas) sedangkan bagian respirasi
adalah sistem pernafasan yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas.
Sistem konduksi meliputi cavum nasi (rongga hidung sampai bronchiolus
terminalis sedangkan sistem respirasi meliputi bronchiolus respiratory, ductus
alveolaris, saccus alveolaris , dan alveolus.
Kelainan atau menurunnya sistem penafasan dapat mengganggu proses
bernafas. Untuk mengetahui sistem pernafasan apa yang terganggu maka
perawat harus mampu melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien.
Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan sistem pernafasan meliputi kulit dan
kuku,mata, hidung, mulut, leher, dan dada (paru-paru)
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
m pasien : Keadaan umum pasien adalah kondisi yang tampak ketika
perawat melihat pasien seperti pucat, pasien tampak le
2. Tanda-tanda vital (TTV) : TTV me
mah, dsb.
liputi tekanan darah (hipertensi, normal, hipotensi), denyut nadi, respirasi rate,
dan suhu badan
3. Pemeriksaan kuku dan kulit :
Inspeksi :
Inspeksi kulit dan kuku bertujuan untuk mengetahui dan vaskularisasi
superficial (peredaran darah permukaan). Bila kuku berwarna keunguan atau
cyaonis maka pasien mengalami penurunan hemoglobin atau anemia dan
cyanosis bisa juga terlihat di ujung jari bila hemoglobin sangat jauh di bawah
normal. Kemudian lihat apakah kuku pasien mengalami clubbing finger atau
jari tabuh. Clubbing finger terjadi bila seseorang mengalami hipoksia kronik
(lebih dari enam bulan), infeksi paru, dan keganasan paru (kanker paru)
4. Pemerikasaan mata, hidung, dan mulut.
Inspeksi :
Amati konjungtiva pasien dengan cara menarik ke bawah kelopak mata
bagian bawah dan suruh pasien melirik ke atas. Normalnya konjungtiva
berwarna merah muda. Bila pasien sesak sehingga menyebabkan anemia
maka konjungtiva akan tampak pucat.
Kemudian amati allae nasi (cuping hidung) pasien. Biasanya pada pasien
yang sangat sesak cuping hidung pasien kembang kempis ketika bernafas.
Kondisi ini dinamakan pernafasan cuping hidung. Amati adanya cyanosis
pada bibir pasen.
5. Pemeriksaan faring, laring, dan trakea.
Inspeksi :
Yang diamati pada faring adalah warna, oembesaran tonsil, adanya udema
atau ulserasi, dan mucopolurent. Kemudian inspeksi laring dengan
laringoscope. Amati kesimetrisan leher dan trakea, amati adanya massa,
udema ( pembengkakan), dan memar.
6. Pemeriksaan Thoraks.

Inspeksi :
Pertama-tama yang harus kita amati adalah kemungkinan adanya kelainan
bentuk dada pasien, seperti Barrel chess ( bentuk dada mengembung),
Funnel chess (bentuk dada cekung, terutama pada daerah sternum), pigeon
chest ( bentuk dada seperti burung dara). Kemudian amati juga bentuk
vertebrae (tulang belakang pasien) dan kaji kemungkian adanya kelainan
seperti lordosis (melengkung ke belakang), kifosis (membungkuk), dan
skoliosis (vertebrae miring ke samping). Selanjutnya kaji ritme pernafasan
pasien. Jenis ritme pernafasan meliputi :
a) Eupnea (normal; 60-100 x/mnt)
b) Takipnea (Melebihi normal; > 100x/menit)
c) Bradipnea (Kurang dari normal; < 60 x/mnt)
d) Apnea ( Tidak ada pernafasan)
e) Hiperventilasi (Pernafasan dalam namun kecepatan normal)
f) Cheyne stokes (Secara bertahap semakin cepat kemudian dalam periode
tertentu melambat dan diselingi oleh apnea)
g) Biot (Cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba diantaranya)
h) Kussmaul (cepat dan dalam tanpa berhenti)
i) Apneuis (inspirasi tersenggal-senggal dan lama sedangkan ekspirasi sangat
pendek).
Amati juga adanya retraksi dada intercostal dan suprastreal.
Palpasi :
Palpasi pada thoraks digunakan untuk mengkaji keadaan kulit pasien, adanya
nyeri tekan, massa, kesimetrisan ekspansi dada, taktil fremitus / vokal
premitus.
a) Palpasi kesimetrisan dinding dada.
Letakkan kedua telapak tangan pada dinding dada. Anjurkan pasien nafas
dalam. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan antara dada kanan
dan kiri. Kemudia kaji pula pada daerah punggung dengan cara yang sama.
Biasanya pada pasien yang mengalami nyeri pada costae dan sternum, baik
karena adanya krepitasi maupun farktura, pergerakan dinding dada tidak
akan sama antara kanan dan kiri.
b) Palpasi taktil fremitus.
Letakkan kedua telapak tangan pada kedua lapang paru. Kemudian minta
pasien mengucapkan tujuh puluh tujuh atau sembilan puluh sembilan
(angka ini bila diucapkan akan menimbulkan vibrasi yang kuat). Kemudian
letakkan kedua telapak tangan pada dinding dada yang sama tetapi secara
bersilang. Kegiatan ini dilakukan di semua lapang paru. Palpasi ini dilakukan
untuk memeriksa getaran udara pada dinding paru. Normalnya getaran suara
terasa sama pada kedua lapang paru. Abnormalitas terjadi bila salah satu sisi
atau keduanya vibrasinya lemah.
Perkusi :
Perkusi dilakukan dengan cara mengetuk jari tengah tangan yang tidak
dominan oleh jari tengah tangan dominan. Perkusi pada dinding thoraks
dilakukan pada intercostal space (ICS)/celah antara tulang rusuk. Perkusi
dinding thoraks tidak boleh dilakukan pada sternum karena akan
menimbulkan nyeri dan mudah fraktur.
Penilaian suara perkusi thoraks :
a. Sonor / resonan : suara paru normal
b. Redup : Terjadi konsolidasi paru

c. Pekak : terjadi bila paru terisi cairan, suara ini normal bila terdengar pada ICS
3-5 midsternal sinistra karena terdapat jantung.
d. Hipersonor/hiperresonan : Terjadi bila ada timbunan udara yang berlebihan.
Auskultasi :
Suara normal pada auskultasi pada paru.
Bunyi Nafas
Inspirasi =
Bunyi Ekspitasi
Lokasi
Ekspirasi
Vesikuler
Inspirasi >
Lembut
Sebagian area paru
ekspirasi
Bronkovesikuler
Inspirasi =
Sedang
ICS 1 dan 2 sternal
ekspirasi
line sinistra dan
dextra
Trakeal
Inspirasi =
Sangat keras
Di atas trakea pada
ekspirasi
leher
Bronkial
Inspirasi <
Keras
Di bawah manubrium
ekspirasi
sterni
Suara abnormal auskultasi paru.
a. Rales/ Crackels : dihasilkan oleh eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi
b. Ronchi : terjadi akubat terkumpulnya cairan mucus pada trakea atau bronkusbronkus besar (bernada rendah dan sangat kasar)
c. Wheezing : terjadi karena ada eksudat tengket yang tertiup aliran udara
(terdengar ngiiik pada fase ekspirasi)
d. Pleural Friction-Rub : terjadi karena peradangan pleura (terdengar kering
seperti suara gosokan amplas pada kayu)

Anda mungkin juga menyukai