Anda di halaman 1dari 18

E.

Pemeriksaan Fisik Per Sistem

1. Sistem Kardiovaskuler

a. Mata

Inspeksi pada konjungtiva dan skelera. Pada kondisi normal konjungtiva

pink dan skelera putih.

b. Leher

Inspeksi pada vena jugularis seperti bendungan. Normalnya tak ada

bendungan vena jugularis. Auskultasi pada bising pembuluh darah Palpasi

pada arteri karotis. Normalnya teraba.

c. Dada

Inspeksi pada prekordial (dada) penderita. Secara topografik jantung berada

di bagian depan rongga mediastinum.

Auskultasi:

Dengarkan BJ(bagian jantung) I pada :

a. ICS IV linea sternalis(garis khayal tepi) kiri (BJ I Trikuspidalis (katup

serambi kanan))

b. ICS V linea midclavicula (garis khayal sejajar 1 mediana melalui

pertengahan clavikunca/ICS III linea sternalis kanan (BJ I Mitral)

Dengarkan BJ II pada:

a. ICS II lines sternalis kanan (BJ II Aorta)

b. ICS II linea sternalis kiri/ICS III linea sternalis kanan (BJ II Pulmonal)

Dengarkan BJ III (kalau ada)

a. Terdengar di daerah mitra


b. BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak cukup jauh, tetapi tidak

melebihi separuh dari fase diastolik, nada rendah

Normal:

Terdengar lub-dub, lub-dub, lub-dub. Lub adalah suara penutupan katup

mitral dan katup trikuspid, menandai awal sistol yang suaranya pecah saat

bernafas.Pada anak-anak dan dewasa muda, BJ III adalah normal.

Palpasi:

a. Denyut apeks jantung (iktus kordis)

Keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus

terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea

midclavicularis sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang

interkostal IV.

b. Denyutan nadi pada dada

Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang

intercostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal

II kiri menunjukkan adanya dilatasi arteri pulmonalis dan aneurisma

aorta descenden.

c. Getaran

Adanya getaran sering kali menunjukkan adanya kelainan katup bawaan

atau penyakit jantung kongenital. Terabanya getaran maka pada

auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung.


Perkusi:

Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu

efusi perikardium dan aneurisma aorta.

Batas kiri jantung:

a. Lakukan perkusi dari arah lateral ke medial.

b. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif

ditetapkan sebagai batas jantung kiri.

Normal seperti:

Atas seperti ICS (interkosta(antar rusuk))II kiri di linea parastrenalis kiri

(pinggang jantung) dan bawah seperti ICS V kiri agak ke medial linea

midklavikularis (tempat iktus) kiri.

Batas Kanan Jantung:

a. Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.

b. Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh

dari dinding depan torak

Normal:

Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV

kanan, di linea parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang

interkostal II kanan linea parasternalis kanan.

d. Perut

Auskultasi pada friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka. Normalnya

terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.


e. Ekstrimitas

Inspeksi pada warna kulit. Kondisi normal sama dengan kulit lainnya.

Membran mukosa dan kulit pucat dapat menandakan hipotensi

Sedangkan kemerahan pada wajah dapat berarti hipertensi. Palpasi

pada denyutan brachialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis

pedis denyutan ,capillary refile (pengisian kapiler) pada kuku,

temperature kulit. Kondisi normal seperti kulit hangat, nadi teraba

jelas, dan aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.

2. Sistem pernafasan

a. Hidung

Inspeksi pada rongga, hidung (sekret, sumbatan, pendarahan), dan tanda-

tanda infeksi. Keadaan normal, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-

tanda infeksi. Palpasi pada sekitar hidung. Keadaan normal tak ada nyeri

dan massa

b. Dada

Inspeksi pada kesimetrisan, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman,

dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan), edema, ukuran dada.

Normalnya tidak ada tanda-tanda distress pernapasandan tidak ada.

Auskultasi padasuara nafas, trakea, bronkus, paru. (dengarkan dengan

menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas

manubrium dan di atas trakea). Normalnya bunyi napas vesikuler,

bronkovesikuler, brokial, trakeal.


Palpasi pada pergerakan dada, massa, nyeri, tractile fremitu (perawat

berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “77”

atau “66” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada

punggung pasien.) Perkusi pada paru, eksrusi diafragma. Normanya resonan

(“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg

bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan

(“deng deng deng”), batasjantung=bunyi rensonan hilang>>redup.

c. Ekskrimitas

Inspeksi pada warna kulit dan kuku. Normalnya kulit sama dan kuku tak

sianosis.

3. Sistem pendengaran

a. Telinga luar

Inspeksi pada pinna (daun telinga) seperti ukuran, posisi, bentuk, ditengah,

pengeluaran cairan, alat bantu dengar dan liang telinga (serumen/tanda-

infeksi). Normalnya :bentuk dan posisi simetris kika, tidak ada tanda-tanda

infeksi, dan alat bantu dengar.

Palpasi pada pinna seperti nyeri tekan, pembengkakan, nodulus. Normalnya

tak ada nyeri, pembengkakan maupun nodulus.

b. Membran timpani

Inspeksi pada keutuhan selaput, translusen, warna pada akhir kanal.

Normalnya selaput utuh dan abu-abu seperti mutiara.


4. Sistem penglihatan

a. Skelera

Inspeksi pada nodul, hiperemia, perubahan warna. Normalnya putih, kulit

gelap agak seperti lumpur.

b. Kornea

Inspeksi pada kejernihan dan arkus senilis (cincin keputih-putihan pada

perimeter kornea). Normalnya kornea jernih, tanpa kekeruhan / kabut dan

arkus senilis pada usia di atas 40 tahun. Abnormalnya cincin Kayser-

Fleischer (cincin kuning kehijauan abnormal dekat limbus) disebabkan

penimbunan tembaga pada kornea dan arkus senilis pada < 40 tahun.

c. Pupil

Inspeksi pada ukuran, reaksi terhadap cahaya dan akomodasi. Normalnya

ukuran sama, bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi. Abnormalnya pupil

miotonik Adie (dilatasi pupil 3-6 mm yang sedikit berkontraksi terhadap

cahaya dan akomodasi), dan pupil Argyll Robertson (pupil yang mengecil 1-

2 mm, bereaksi terhadap akomodasi, tidak bereaksi terhadap cahaya

pengaruh neurosifilis).

d. Iris

Inspeksi pada warnanya, nodul, dan vaskularitas. Normalnya pembuluh

darah iris tidak dapat terlihat dengan mata telanjang

e. Mata

Palpasi pada mata kearah hidung dan daerah sekitar mata.


5. Sistem endokrin

a. Rambut

Inspeksi rambut. Hirsutism atau meningkatnya pertumbuhan rambut pada

wajah, tubuh, atau pubis merupakan salah satu penemuan abnormal. Hal ini

dapat ditemukan pada wanita menopause, gangguan endokrin, dan terapi

obat tertentu (kortikosteroid, androgenik).

b. Leher

Auskultasi pada daerah leher diatas tiroid dapat mengidentifikasi bunyi

"bruit“ karena turbulensi pada pembuluh darah tiroid. Normalnya tidak ada

bunyi. Palpasi pada kelenjar tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,

konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjar limfe (letak,

konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjar parotis (letak, terlihat/ teraba).

Normalnya tidak teraba pembesaran gondok, tidak ada nyeri, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri.

6. Sistem pencernaan

a. Kavum oris

Inspeksi dan palpasi pada gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,

perdarahan atau radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan

keadaan langit-langit. Normalnya gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi

berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi,

lidah simetris, warna pink, langit-langit utuh dan tidak ada tanda infeksi.

b. Kerongkongan

Inspeksi adanya peradangan dan lendir/sekret.


c. Abdomen

Inspeksi warna abdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka,

pola vena, dan striae serta bayangan vena dan pergerakkan abnormal.

d. Lambung

Perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian epigastrium

kiri. Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani

e. Hepar

Palpasi di bawah torak/ dada kanan posterior pada iga kesebelas dan

kedua belas dengan tangan kiri dan tekanan ke arah atas (pemeriksa di

sebelah kanan). Selanjutnya telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-

jari mengarah ke kepala/superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-

ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas bawah hati. Minta

pasien menarik napas dan raba tepi hati saat abdomen mengempis.

Perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser

perlahan keatas, sampai terjadi perubahan suara dari timpani menjadi

pekak, tandai batas bawah hati tersebut.Batas hati bagian bawah berada

ditepi batas bawah tulang iga kanan. Batas hati bagian atas terletak antara

celah tulang iga ke 5 sampai ke celah tulang iga ke 7. Jarak batas atas

dengan bawah hati berkisar 6 – 12 cm dan pergerakan bagian bawah

hati pada waktu bernapas yaitu berkisar 2 – 3 cm.


f. Kantong empedu

Palpasi dengan telapak tangan kiri dibawah dada kanan posterior pada

iga XI dan XII dan tekananlah kearah atas. Telapak tangan kanan di atas

abdomen, jari-jari mengarah ke kepala/superior pasien dan ekstensikan

sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas

bawah hati. Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.

g. Limpa

Palpasi dengan menyilang telapak tangan kiri pemeriksa di bawah

pinggang kiri pasien dan tekanlah keatas. Letakkan telapak tangan kanan

dengan jari-jari ektensi diatas abdomen dibawah tepi kiri kostal.

Palpasilah tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah kearah tangan

pemeriksan.

h. Usus

Auskultasi pada suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian

diafragma dari stetoskop). Normalnya suara peristaltik terdengar setiap 5-

20x/detik.

i. Anus dan rektum

Pemeriksaan pada feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani

pengeluaran dan perdarahan. Normalnya tidak ada nyeri, tidak terdapat

edema/ hemoroid/polip/tanda-tanda infeksi dan pendarahan.


7. Sistem perkemihan

a. Ginjal

Palpasi adanya distesi bladder (sumbatan kandung kemih). Kemudian

palpasi ginjal kanan dengan tangan kiri diletakkan di belakang penderita,

paralel pada kosta ke-12, ujung cari menyentuh sudut costovertebral (angkat

untuk mendorong ginjal ke depan). Tangan kanan diletakkan dengan lembut

pada kuadran kanan atas di lateral otot rektus, minta pasien menarik nafas

dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah

arkus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran,

nyeri tekan). Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan

tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.

Palpasi ginjal kiri di sebelah kiri penderita, tangan kanan untuk menyangga

dan mengangkat dari belakang. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada

kuadran kiri atas di lateral otot rektus, minta pasien menarik nafas dalam,

pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-dalam di bawah arkus aorta

untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang teraba)

Perkusi dengan satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan

setinggi vertebra lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan

tangan (ginjal kanan). Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra

kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi

ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri). Penderita diminta untuk

memberikan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.


b. Penggunaan alat bantu kemih

Inspeksi penggunaan kondom kateter, folleys kateter, silikon kateter atau


urostomi atau supra pubik kateter.

8. Sistem muskulaskeletal

a. Tulang belakang

Inspeksi kelurusan tulang belakang, diperiksa dengan pasien berdiri tegak

dan membungkuk ke depan, amati kenormalan susunan tulang dan adanya

deformitas.

b. Ekstrimitas

Inspeksi penggunaan otot tambahan, adanya otot dan tendo untuk

mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditunjukkan oleh malposisi suatu

bagian tubuh, persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian dan

pergerakkan. Untuk mengetahui kekuatan otot dapat mengunakan skala

lovett’s (0-5).Keterangan:

1) Tidak ada kontraksi sama sekali bernilai 0.

2) Gerakan kontraksi bernilai 1.

3) Kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan

atau gravitasi bernilai 2.

4) Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi bernilai 3.

5) Cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh bernilai 4.

6) Kekuatan kontraksi yang penuh bernila 5.

Palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan

pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba-tiba

secara involunter (spastisitas(tak terkontrol)), palpasi untuk mengetahui


adanya edema atau nyeri tekan. Palpasi sendi sementara sendi digerakkan

secara pasif akan memberikan informasi mengenai integritas sendi, adanya

benjolan, rheumatoid arthritis (rematik), gout, dan osteoarthritis (radang

sendi) menimbulkan benjolan yang khas.Normalnya, sendi bergerak secara

halus. Perkusi dilakukan pada reflek-reflek seperti berikut:

1) Refleks patela,

Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul

dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps

femoris yaitu ekstensi dari lutut.

2) Refleks biseps,

lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 90º, supinasi dan lengan

bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa

ditempatkan pada tendon. Biseps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul

dengan refleks hammer. Normal jika timbul kontraksi otot biseps, sedikit

meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan gerakan pronasi.

3) Refleks trikeps,

lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 90º, tendon triceps diketok

dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas

olekranon). Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps,

4) Refleks akhilles, posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan

pemeriksaan refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan/disilangkan

diatas tungkai bawah kontralateral. Tendon akhilles dipukul dengan

refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi.


5) Refleks abdominal, dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan

dibawah umbilikus.

6) Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-

jari lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari

kaki. Pada orang dewasa (-) dan bayi (+).

9. Sistem genetalia

a. Wanita

1) Labia mayor

Inspeksi karakteristik permukaan labia mayor seperti :

a) Kulit perineum tampak mulus, bersih dan sedikit lebih gelap

dibandingkan kulit lain, Membran mukosa tampak merah muda gelap

dan lembap.

b) Labia Mayora dapat terbuka ataupun tertutup dan tampak kering atau

lembab biasanya ini tampak simetris.

c) Setelah melahirkan, labia mayor akan terpisah sehingga labia minor

lebih jelas terlihat.

d) Saat mencapai menopause, labia mayor akan menipis dan mengalasmi

atrofi seiring usia. Labia mayora yang normal tak mengalami

inflamasi, edema, lesi, atau laserasi. Palpasi pada nodul dan nyeri

tekan. Normalnya tak ada nyeri dan nodul.

2) Labia minor

Inspeksi adanya atrofi, inflasi, atau adhesi. Palpasi kelembutan dan nyeri.

Normalnya jaringan terasa lembut dan tak ada nyeri.


b. Pria

1) Penis

Inspeksi batang, korona, preputium, glans, dan meatus uretra (pangkal

penis). Vena dorsal tampak jelas. Pada glans dan meatus uretra

terkadang terdapat sigma putih tebal di bawahnya. Meatrus uretra

tampak seperti celah dan berada dipermukaan ventral, beberapa

milimeter dari ujung glans. Meatur uretra dibuka untuk inspeksi lesi,

edema, dan inflasi. Meatus tampak berkilau dan merah muda

tanpa cairan. Inspeksi batang penis termasuk permukaan bawah, untuk

melihat lesi, jaringan parut, atau edema. Palpasi meatrus uretra

perlahan untuk mendeteksi nyeri tekan, ukuran, konsistensi, dan bentuk.

Palpasi batang penis di antara ibu jari dan dua jari pertama untuk

mendeteksi nyeri tekan atau kekerasan lokal. Normalnya penis tidak ada

masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah

2) Skrotum

Inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisan skrotum sambil mengamati

adanya lesi atau edema. Normalnya kulit skrotum kendur dan

kasar,ukuran sesuai suhu karena otot dartos berkontraksi di suhu dingin

dan berelaksasi pada suhu hangat,tidak ada nyeri, tidak terdapat

edema/hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan

3) Cincin dan analis ingusinalis

Inspeksi ada tidaknya pembengkakan di area inguinalis. Palpasi nodus

limfa inguinalis. Nodus normal terasa kecil, tak nyeri, dan dapat
digerakkan.

4) Genetalia internal

Inspeksi adanya nodul atau pembengkakan pada vas deferensi.

Normalnya, mulus.

Palpasi testis dan epididimis di antara ibu jari dan dua jari pertama.

Normalnya

testis mulus seperti karet dan bebas nodul sertaepididimis terasa kenyal.

10. Sistem neurologi

a. Tingkat kesadaran

Inspeksi dengan melakukan pertanyaan tentang kesadaran terhadap waktu,

tempat dan orang. Normal kompos mentis (E4V5M6).

b. Persepsi sensoris

Palpasi tingkat kenyamanan seperti adanya nyeri dan termasuk lokasi,

durasi, tipe dan pengobatannya. Palpasi fungsi sensoris seperti adanya

hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal. Palpasi fungsi motorik seperti

genggaman tangan, kekuatan otot, pergerakan dan postur. Perkusi pada

refleks patela (diketuk pada regio patela (ditengah tengah patela)) dan pada

refleks Achilles (lutut), dipukul dengan refleks hammer, respon normal

berupa gerakan plantar fleksi kaki.

No Indikator Keadaan

1. Warna Sianosi,ikterus,kerotenemia,perubahan
melamin
2. Tahi Lalat Kecoklatan–coklat tua, bisa datar atau
sedikit menonjol
3. Tanda Lahir Umumnya datar, warnanya bisa
kecokelatan,
merah, atau cokelat

4. Sretch mart (striae) Keputihan atau pink, dapat disebabkan


karena
berat yang berlebih atau kehamilan

5. Adanya Lesi a) Lokasi dan distribusi seperti


merata,telokalisasi
anatomisnya
b) Susunan dan bentuknya seperti
linier,
berkumpul, dermatomal
c) Tipe seperti:
I. Primer seperti makula (bercak
kecil), papula (tonjolan sampai
0,5 cm), vesikel (tonjolan sampai
0,5), pustula (berisi nanah), bulai
(tonjolan lebih 0,5),
II. Sekunder seperti erosi
(lecet),ulkus (kehilangan
permukaan lebih dalam dapat
berdarah atau meninggalkan
jaringan parut), fisura (pecahnya
kulit membentuk garis lurus,
keropeng (residu serum, nanah,
atau darah kering), sale (kulit
tipis epidermis mengalami
eksfolasi misalnya ketombe.
d) Warna sepertimerah, putih, cokelat,
lembayung muda
Adanya Ruam e) Kemerahan pada kulit
mengindikasikan adanya infeksi atau
reaksi obat

Lanjut inspeksi warna kulit

No Warna/Mekanisme Penyebab Khusus

1. Cokelat seperti Terpajan sinar matahari, kehamilan


peningkatan melanin (lebih (melasma), penyakit addison.
besar kuantitasnya dari
norma genetic seseorang).
2. Biru (sianosis) seperti Ansietas atau lingkungan yang dingin,
peningkatan penyakit
deoksihemoglobin jantung, paru–paru,
karena hipoksia, Methemoglobinemia, atau
perifer, hemoglobin sulfhemoglobinemia.
abnormal.

3. Merah seperti Demam, kulit menyemu, asupan


peningkatan visibilitas alkohol, inflamasi setempat, pemajanan
oksihemoglobin karena : terhadap dingin(misalnya telinga
a. Dilatasi pembuluh darah dingin).
superfisial atau peningkatan
aliran darah kekulit
b. Penurunan penggunaan
oksigen
4. Kuning seperti peningkatan Penyakit hepar, hemilisis sel-sel darah
bilirubin ikterik (sklera merah, peningkatan asupan karoten dari
tampak kuning), buah-buahan atau sayuran yang
karotenemia (sklera tidak berwana kuning.
tampak kuning)
5. Pucat seperti penurunan Albinisme, vitiligo, tinea versikolor,
melanin atau penurunan sinkope atau syok, anemia, sindrom
Visibilitas oksihemoglobin nefrotik.
karena penurunan aliran
darah kekulit atau
penurunan jumlah
oksihemoglobin Adema
(dapat menyamarkan
pigmen kulit)
Palpasi pada tekstur permukaan kulit, kelembaban, dideskripsikan

dengan kering, berminyak, berkeringat, atau lembab, temperatur

dideskripsikan dengan panas dingin, mobilitas dan turgor, dan edema

dengan nonpitting atau piting (cekungan jaringan parut). Normalnya

lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema, dan suhu 36,5°-37,50C.

b. Rambut

Inspeksi rambut. Normalnya tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan

gizi(rambut jagung dan kering), distribusi rambut merata, tak terjadi alopesia

berhubungan dengan adanya kehilangan rambut dan menyebar, merata, dan

lengkap, biasanya dikarenakan terapi obat seperti kemoterapi.


c. Kuku

Inspeksi pada kebersihan, bentuk, dan warna kuku. Normalnya bersih,

bentuk normal, tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), dan tidak

ikterik/sianosis.

Palpasi pada ketebalan kuku.

d. Bau, catat bau badan dan adanya bau pada pernapasan, berhubungan erat

dengan kualitas perawatan diri klien.

Anda mungkin juga menyukai