PENGERTIAN
Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan mengenai tanda-tanda patologik pada
tubuh pasien dengan jalan inspeksi, auscultasi, palpasi, perkusi.
1. Tehnik Pemeriksaan Fisik
a)
Inspeksi ( Melihat )
Perubahan bentuk bagian tubuh.
Perubahan warna kulit.
Mengetahui tanda-tanda tak wajar pada permukaan tubuh.
b) Auscultasi ( Mendengar )
Suara kerja jantung, paru-paru, usus, sendi, tulang.
c)
d) Perkusi
Membantu membuktikan ke abnormal/normal yang diperiksa dengan palpasi dan
auscultasi.
Pemeriksaan dengan cara menilai suara :
Flat : tulang.
Tympani : lambung
2. Urutan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dapat dilakukan secara :
a.
b.
Warna : Bervariasi
Sianosis :
Pucat :
Jundice :
Coklat :
Eritema :
Kelembaban :
Turgor :
Odema :
Inspeksi warna,lokasi,ukuran.
Palpasi kedalaman
Lesi :
Inspeksi : warna,lokasi,ukuran.
Palpasi : pergerakan,konistensi,bentuk.
2. Sistem Rambut
Velus : Halus, tipis, menutupi sebagian tubuh (kecuali telapak kaki dan tangan)
Bentuk Kepala
Jenis dolikhocefalus kepala yang bentuknya panjang.
Jenis Brakhicefalus Kepala yang bulat.
2. Pemeriksaan Mata
Umur < 40 tahun : pemeriksaan mata setiap 3-5 tahun.
Umur > 40 tahun : Pemeriksaan mata setiap 2 tahun.
Khusus pada penderita dengan riwayat DM, Hypertensi sebaiknya lebih sering
dilakukan pemeriksan.
Yang dikaji :
kelopak mata
Konjungtivitis
Trachoma
Refleks Pupil
Yang perlu diperhatikan ada tidaknya pelekatan lensa dengan iris yang disebabkan
peradangan pada iris ( akibat kuman dan virus : morbili, rubkola, v arisela, tifoid,
disentri, gonokokkus, dan triponema palidum )
Kornea terletak dekat pada sudut bola mata medial ( strabismus Konvergans )
3. Pemeriksaan Hidung
Pertama kali yang dilihat adalah kebersihannya.
Pemeriksaannya meliputi :
a. Bentuk septum hidung :normal tepat ditengah bagian dalam rongga hidung.
b. Adanya pembengkakan, pembesaran, lesi
c. Membrana mucosa : warna dan secret.
d. Palpasi daerah sinus :lunak dan berair.
e. Kulit hidung : Bentuk dan kelainan pada permukaannya.
Pernafasan lambat ( bradipnoc ) adalah gejala yang menyertai pada keracunan
obat-obat golongan barbitual, uremia, koma diabetes, mix udama, dan proses desak
ruang intrakarnium.
4. Pemeriksaan Mulut Dan Pharing
Pemeriksaannya meliputi :
a.
Kelainan kongenital (bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi dan massa)
b.
Gigi, meliputi : posisi, jarak, gigi rahang, ukuran, warna, lesi/tumor, akar akar
gigi dan gusi
c.
Rasa nyeri pada gigi
d. Kebersihan mulut dan gigi
e.
Lidah (kesimetrisan, warna, ulkus, kelaianan)
f.
Selaput lendir mulut (warna, pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan,
ulkus dan peradarahan)
g.
Paring (kesimetrisan ovula)
h. Leher (palpasi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, adakah
deviasi lateral pada trakea
5. Pemeriksaan Thorak dan Paru
Pemeriksaannya :
a.
Thorak meliputi :
Garis garis pada tulang iga dada (garis mid sternum, garis midclavicular kiri,
garis axila anterior kiri, garis skapula kanan, garis vertebra, garis axilla, garis
midaxila kanan, garis axillaposterior kanan)
Postur tubuh
Bentuk thorak, diameter
Kelainan (dada membusung, dada berbentuk corong, dada berbentuk tong)
b.
Paru meliputi :
Versikuler
Bronchial
Broncho vesikuler
kelainan)
c.
d.
Vena jugularis : normal melembung, tidak menonjol dan mudah dilihat, untuk
mengetahui fungsi jantung kanan
e.
Inspeksi kulit dan jaringan (warna, temperature, edema, perubahan kulit)
aliran darah dapat terganggu jika :
7. Pemeriksaan Jantung
Meliputi :
a.
Gejala pernapasan dangkal (kelelahan, dyspnea, edema)
b. Penampilan umum (sianosis, pulsasi/penyakit jantung abnormal, peningkatan
kerja jantung), yang perlu di amati :
Daerah aortic
Daerah pulmonika
Daerah tricuspid
Daerah apical
Daerah epigastrium
c.
d.
Bunyi jantung I & II (SI & SII) dihasilakan karena menutupnya katup jantung.
BJ I/SI : terjadi ketika katup atrioventrikel (katup mitral & trikuspid) menutup
BJ II/SII : bunyi yang timbul ketika katup aorta & pulmonalis menutup
8. Pemeriksaan Abdomen
a.
Permukaan perut
Pembesaran perut : kulit perut tegang, licin, tipis
Kulit mengeriput : distensi dinding perut, disertai strias
Kulit perut kuning disertai bekas parutan : icterus disertai pruritas
Kulit perut tebal : oedema
b.
Bentuk perut
c.
d.
e.
Auskultasi bunyi peristaltic dan bunyi pembuluh darah, pada wanita hamil
denyut jantung janin
f.
Bising usus (pada kuadran abdomen) : terjadi kira kira 5-20 detik tidak
teratur, lamanya 7detik
g.
Bunyi arteri : pada aorta, arteri renal, arteri iliaka
h. Dengungan vena : pada region periumbilikal
i.
Gesekan pada area lien : area batas bawah tulang rusuk dibawah garis axilla
anterior
j.
Gesekan pada hepar : sisi abdomen
k. Perkusi pada abdomen
Timpani : bunyi perkusi lebih tinggi dari resonance (ada gas didalam rongga)
l.
Menentukan posisi dan ukuran hepar : perkusi dari garis midclavikularis pada
bawah umbilicus menuju keatas melewati garis area
timpani sampai
terdengar suara redup yang merupakan batas bawah hepar, lakukan hal yang sama
pada garis midclavikularis kanan
yang dimulai dari area resonan paru paru
menuju kebawah sampai ditemukan suara redup yang menunjukan batas atas hepar
m. Menentukan posisi dan ukuran lien : lien akan teraba jika lien membesar,
perkusi dispanjang garis midclavikulariskiri atas dan bawah
n. Palpasi hepar : untuk mengetahui adanya pembesaran, diperiksa dinding torak
posterior pada tulang rusuk ke 11/12
o. Palpasi lien : miring kesisi kanan sehingga lebih dekat pada dinding perut,
lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri.
p. Palpasi ginjal : posisi pasien supinasi, rasakan bentuk, ukuran dan kontur.
Normalnya pada orang dewasa ginjal tidak teraba, tetapi
pada orang yang
kurus sekali bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan
Ginjal kanan : palpasi pada panggul bawah dan elevasikan ginjal kearah
anterior
Ginjal kiri : palpasi pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis dari
tepi bawah kosta
q. Palpasi kandung kemih : kandung kemih teraba jika bila mengalami distensi
akibat penimbunan urin, jika ditemukan distensi maka
lakukan perkusi untuk
mrngetahui suara/tingkatan redupnya
9. Pemeriksaan Alat Kelamin
a.
Pada laki laki
Testis : ukuran, konsistensi, bentuk dan kelicinan, normalnya elastic, licin, tidak
ada nodula/masa dan berukuran 2-4 cm
Saluran sperma : pada puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras
dari epidedimis
Pada hernia inguinal : posisi pasien berdiri dengan sisi yang akan diperiksa
ditekuk, masukan jari kedalam kulit scrotum dan dorong keatas cincin inguinal
eksternal, jika cincin membesar masukan jari melalui cincin anjurkan pasien
untuk batuk atau mengejan, hernia inguinal akan teraba.
b.
Pada wanita
http://evairtantika.weebly.com/pemeriksaan-fisik.html
Pemeriksaan Fisik Umum Bagi Petugas Kesehatan Bag II
Pemeriksaan Fisik Umum bagi Petugas Kesehatan. bag IV
B. DENYUT NADI
Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan
dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang
jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang
dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9
tempat
untuk
merasakan
denyut
nadi
yaitu
temporalis,
karotid,
apikal,
5. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan
dengan yang akan diperiksa
6. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk
menghindari rangsangan sinus karotid
7. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot
sternokleidomastoideus bagian medial
8. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan
napas
9. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik,
kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1
menit
C. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran
darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang
tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang
disebut tekanan diastole. Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse
pressure. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm
hg).
Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shunt
arterivena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan limfe, lengan/
tangan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan keras
1). Persiapan alat
1. sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset.
2. stetoscope
3. antiseptik
2). Persiapan pasien
menimbulkan
rasa
sakit
pada
pasien,
rasa
sakit
akan
meningkatkan tensi )
7. letakkan kepala stetoskop diatas a brachialis
8. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun
dengan kecepatan 2 3 mm Hg per detik atau 1 skala perdetik
9. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis (
Korotkoff I ) ini adalah tekanan sistolik
10. pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tibatiba melemah ( Korotkoff IV ) tekanan diastolik
11. lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan
pasien.
12. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan
13. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik
14. informasikan pada pasien hasil pemeriksaan dan Catat pada kartu status
Tabel tekanan darah
USIA
Tekanan
Tekanan
Sistole (mm Hg )
Diastole (mm Hg )
Bayi
65 115
42 80
Anak 7 < 10 th
87 117
48 64
10 < 19 th
124 136
77 84
Laki- laki
124 127
63 74
Perempuan
120
80
No
1
2
3
4
140 160
5
80 90
Usia tengah
Usia lanjut
datar )
bergerak
EKSPIRASI
(
tampak Relaksasi
melengkung
keatas )
keatas
& bergerak
kebawah
keluar
kedalam
Tulang dada
Bergerak keluar
Bergerak kedalam
Rongga dada
membesar
mengecil
Paru-paru
mengembang
mengempis
&
tidak
penimbangan.
ada
beban
ditubuh
pasien
yang
mempengaruhi
3. pasien diminta naik keatas timbangan atau bila bayi baringkan diatasnya.
4. perhatikan angka tempat penunjuk berhenti
5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status
F. PEMERIKSAAN TINGGI BADAN
1). Persiapan alat
1. meteran pengukur tinggi badan
2. penggaris atau sejenis
2). Persiapan pasien
1. Jelaskan proses dan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan
3). Cara pemeriksaan
1. pastikan meteran pengukur berfungsi baik ( tergantung macam )
2. minta pasien berdiri tegak sejajar pengukur
3. pemeriksan menggunakan penggaris atau sejenis menaruh di ubun-ubun
pasien sejajar dengan tempat pijakan
4. perhatikan angka yang ditunjuk oleh penggaris ( centimeter / inchi )
5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status.
E. PEMERIKSAAN ELASTISITAS KULIT
Elastisitas kulit atau turgor menggambarkan keadaan keseimbangan cairan
tubuh . secara sederhana dengan melakukan pemeriksaan turgor kulit . dapat
diketahui derajat kekurangan cairan tubuh ( dehidrasi ).
1). Persiapan alat
1. stop watch
2. tissue
2). Persiapan pasien
1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas
2. Posisi pasien berbaring, atau duduk.
2) cara pemeriksaan
1. pastikan bagian ( lengan / perut ) yang akan diperiksa terbuka
2. bersihkan kulit yang akan diperiksa dengan tissue
3. pemeriksa menjepitkan ibu jari dan telunjuk pada kulit,
4. lepaskan jepitan dan perhatikan waktu yang diperlukan kulit untuk
kembali seperti semula ( dalam detik )
5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status
Bersambung . Pemeriksaan Kepala
Pengukuran JVP
PROSEDUR
INSPEKSI DAN PALPASI
1) Melakukan cuci tangan menurut WHO.
2) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita
3) Menjelaskan maksud pemeriksaan dan meminta persetujuan serta buat pasien
nyaman.
4) Penderita berbaring dengan membuat sudut 30 derajat dari bidang horizontal.
5) Identifikasi vena jugularis.
6) Menemukan titik teratas pada pulsasi vena jugularis (bendung vena dengan
cara mengurut vena kebawah lalu dilepas).
7) Tentukan titik angulus sternalis (pertemuan manubrium sterni dengan corpus
sterni)
8) Dengan mistar plastik pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara
horizontal kedada sampai titik manubrium sterni.
9) Kemudian mistar kedua letakkan vertikal ke angulus sternalis.
10)Ukurlah hasil pembacaan ( hasil yang dibaca 5+ angka didapat pada mistar).
Tambahan:
1) Untuk melihat kenaikan vena jugularis Tempatkan telapak tangan pada tengah
abdomen
2) Tekan telapak tangan kearah dalam
3) Tahan 30-60 detik
4) Mengamati ada tidaknya kenaikan tekanan vena jugularis.
5) Melakukan cuci tangan.
1.
Augustinus, Andy Santosa. 2000. Pemeriksaan Fisik Cetakan Kelima. Jakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) St. Carolus.
2.
Musrifatul Uliyah, A. Aziz Alimul Hidayat . Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.2008.
Pemeriksaan fisik berasal dari kata physical examination berarti memeriksa tubuh
dengan atau tanpa alat untuk mendapatkan informasi yang menggambarkan kondisi klien.
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu bagian dari rangkaian pengkajian, dalam asuhan
kebidanan pengkajian merupakan tahapan yang pertama dilakukan oleh seorang perawat
atau bidan sebelum menentukan masalah kebidanan atau keperawatan.
Kemampuan bidan atau perawat melakukan pemeriksaan fisik secara komprehensip
sangat diperlukan karena data yang diperolah dari pemeriksaan fisik ini akan menjadi dasar
dalam penentuan masalah. Untuk dapat memahami pemeriksaan fisik yang baik dan benar
dibutuhkan pemahaman terhadap konsep anatomi, fisiologi tubuh manusia dan
pathofisiologi serta didukung oleh ketrampilan melalui latihan-latihan sehingga menjadi
terbiasa. Dalam pemeriksaan fisik juga diperlukan integrasi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor dari pemeriksa sampai pada menginterprestasikan dan mengintegrasikan data
temuan satu dengan data temuan yang lainnya.
1.
2.
3.
4.
a.
b.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien (Azis dan Musrifatul, 2008). Pemeriksaan fisik bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal
data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai
perubahan status pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status
pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan
pemeriksaan fisik, terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, diantaranya:
Inspeksi
Inspeksi merupakan proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi masalah
kesehatan pasien. Cara efektif melakukan inspeksi yaitu:
Atur posisi pasien sehingga bagian tubuhnya dapat diamati secara detail.
Berikan pencahayaan yang cukup
Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu
untuk ukuran, bentuk, warna,kesimetrisan, posisi, dan abnormalitas.
Bandingkan suatu area sisi tubuh dengan bagian tubuh lainnya.
Jangan melakukan inspeksi secara terburu-buru.
Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan dengan indera peraba, yaitu tangan, untuk menentukan
ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas. Palpasi membutuhkan
kelembutan dan sensitivitas. Untuk itu, hendaknya menggunakan permukaan palmar jari,
yang dapat digunakan untuk mengkaji posisi, tekstur, konsistensi, bentuk massa, dan
pulsasi. Pada telapak tangan dan permukaan ulnar tangan lebih sensitif pada getaran.
Sedangkan untuk mengkaji temperature hendaknya menggunakan bagian belakang tangan
dan jari.
Perkusi
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan ujungujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ
tubuh, dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh. Ada dua cara dalam perkusi
yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan mengetuk
secara langsung menggunakan satu atau dua jari. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan
dengan menempatkan jari tengah di atas permukaan tubuh dan jari tangan lain, telapak
tidak pada permukaan kulit. Setelah mengetuk, jari tangan ditarik ke belakang.
Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
tubuh melalui stetoskop. Dalam melakukan auskultasi, beberapa hal yang perlu didengarkan
diantaranya:
Frekuensi atau siklus gelombang bunyi.
Kekerasan atau amplitude bunyi.
c.
b.
1.
deg, deg )
KV
: saat bunyi hilang
Nilai sistolik diambil dari Korothkoff I.
Nilai diastolik diambil dari Korothkoff V.
Kecuali :
Pada anak kecil (Balita).
Pada keadaan terus terdengarnya bunyi walaupun permukaan air raksa sudah nol (hal ini
cukup sering kita temui).
Catatan: pada dua keadaan di atas digunakan K IV untuk pencatatan nilai diastolik.
Setelah mendapatkan nilai sistolik dan diatolik maka segera hitung M.A.P (Mean Arterial
Pressure) yaitu tekanan arteri rata-rata:
M.A.P
= sist +
diast
2
Makna dari M.A.P adalah penilaian Perfusi Ginjal. Ginjal perlu
minimal M.A.P 70 mmHg untuk mencapai fungsi ginjal yang memadai.
Kurang dari ini fungsi ekskresi berbagai zat akan menurun sampai anuria dan potensial
akan memperburuk keadaan pasien.
Kriteria hipertensi menurut JNCVI, 1997 untuk usia 18 tahun ke atas:
Seorang dikatakan mempunyai Tekanan Darah Tinggi bila diukur dalam keadaan istirahat
cukup dan kondisi tenang, sedikitnya dalam dua kali kunjungan didapatkan nilai rata-rata
dalam kriterianya sebagai berikut:
Kategori
Sistolik
mmHg
Optimal
Normal
Normal tinggi
< 120
dan
<80
<130
dan
<85
130-139 atau
85-89
Hipertensi
140-159 atau
90-99
160-179 atau
100-109
>= 180
atau
>= 110
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
2.
Diastolik
mmHg
Menghitung nadi. Nadi dihitung selama satu menit penuh. Tempat-tempat palpasi denyut
nadi:
A. Radialis
A. Brachialis
A. Femoralis
A. Poplitea
A. Dorsalis pedis
A. Carotis
A. Temporalis
3)
Palpebrae
Edema palpebrae mudah tampak, cairan edema mudah terkumpul di palpebrae karena
jaringan palpebrae sangat longgar, dan lebih tampak bila pasien bangun tidur atau pasien
berbaring lama. Sesuai dengan hukum gravitasi, bila edema tidak menyeluruh, bisa
terjadi edema palpebraehilang/berkurang setelah pasien beraktivitas dengan posisi tegak
karena kemudian cairan lebih banyak terkumpuldi ekstremitas bawah.
Tempat pemeriksaan edema selain di kelopak mata adalah daerah sacrum dan pretibia
dorsum pedis. Peradangan (Blepharitis, hordeolum/ bintitan) bisa juga ditemui. Kelopak
mata yang selalu tertutup/ tidak mampu membuka disebut ptosis dan kelopak mata yang
tidak bisa menutup rapat disebut lagophtalmus.
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Tonsil diperiksa apakah meradang atau tidak. Kadang-kadang didapati nanah melekat (GO)
atau membran putih perak melekat pada infeksi Difteria. Infeksi/ caries pada gigi seringkali
menjadi fokus infeksi terhadap tonsil sehingga peradangan menjadi kronik.
Pharynx : dinding belakang oro-pharinx diperiksa apakah ada peradangan, pembesaran
adenoid dan lendir/ secret yang ada.
12) Kelenjar getah bening leher, sub mandibulla, dan sekitar telinga
Kelenjar getah bening dapat terjadi karena infeksi di fokus lain, seperti: dari pharynx, tonsil,
gigi, larynx, dan telinga. Infeksi toxoplasmosis memberi gejala pembesaran kelenjar getah
bening leher juga.
13) Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid diperiksa mula-mula dengan inspeksi atas, bentuk, dan besarnya bila ada
pembesarannya telah nyata. Dengan cara palpasi satu tangan dari samping atau dua
tangan dari arah belakang, jari-jari meraba permukaan kelenjar dan pasien diminta menelan.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak dapat dirasakan perbedaannya dengan jaringan
sekitarnya.
Apabila dirasakan ada sesuatu yang dapat diraba, saat menelan kelenjar tiroid akan ikut
naik turun. Hal ini memastikan bahwa yang diraba tadi adalah benar kelenjar tiroid. Palpasi
tiroid dilaporkan mengenai bentuknya, simetris atau tidak, diraba keras atau kistik, ataukah
noduler (berbenjol).
Auskultasi tiroid: bila ditemukan adanya Bruit tiroid mungkin ini suatu keganasan karena
aliran darah dan pembuluh darah bertambah banyak (neovaskularisasi).
14) Tekanan vena jugularis
Tekanan vena jugularis merupakan gambaran/cermin secara tidak langsung atas fungsi
pemompaan ventrikel. Karena setiap kegagalan pemompaan ventrikel menyebabkan
terkumpulnya darah lebih banyak pada sistem vena. Analog dengan keadaan ini
adalah over load cairan infuse yang diberikan juga meningkatkan tekanan vena jugularis.
Jadi, dengan inspeksi dapat tampak apakah vena jugularis mengembang dengan nyata atau
tidak.
Pengukuran tekanan vena jugularis:
Pasien dibaringkan dengan bantal pada kepala. Bendunglah daerah supra clavicula agar
vena jugularis tampak jelas. Kemudian tekan ujung proximal vena jugularis (di dekat Angulus
mandibulae) sambil melepas bendungansupra clavicula. Amati tingginya kolom darah yang
ada.
Ukurlah jarak vertikal permukaan atas kolom yang ditemukan terhadap bidang horizontal
yang melalui Angulus Ludovici. Katakanlah jaraknya a cm di bawah/ di atas bidan horizontal
tadi.
Maka nilai tekanan vena jugularisnya:
JVP
= 5 a cm air (bila di bawah bidang horizontal)
= 5 + a cm air (bila di atas bidang horizontal)
Bila permukaan kolom darah tepat pada bidang horizontal tersebut, maka: JVP = 5 + 0 cm
air.
Angka 5 berasal dari jarak Atrium Kanan ke titik Angulus Ludovici kira-kira 5 cm.
http://leliha.blogspot.co.id/2012/11/pemeriksaan-fisik.html