Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR USIA IBU HAMIL

2.1.1 Definisi Usia

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan

seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi

kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat

perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantari,

2008).

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak

dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005). Sedangkan usia

ibu hamil adalah usia ibu hamil adalah usia yang diperoleh

melalui pengisian kuesioner.

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi

diantaranya adalah maternal age/usia ibu. Dalam kurun

reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun

ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.

Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30

sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).

7
8

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak

terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari

20 tahun dan lebih dari 35 tahun, beresiko tinggi untuk

melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil

harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi

(Ruswana, 2006)

2.1.2 Usia Ibu < 20 Tahun

Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun.

Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-19

tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan dan

komplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin akan

menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah

merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan

untuk membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap

menghadapi resiko-resiko kesehatan sehubungan dengan

kehamilan dini dengan tidak memandang status perkawinan

mereka.

Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja

berkembang secara penuh, juga dapat memberikan resiko

bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat persalinan,

berat badan lahir rendah, dan kemungkinan bertahan hidup

yang lebih rendah untuk bayi tersebut.


9

Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan

kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan

janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil.

Penyulit pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih tinggi

dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30

tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila

ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial,

ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran

(Manuaba, 2007).

Manuaba (2010), menambahkan bahwa kehamilan

remaja dengan usia dibawah 20 tahun mempunyai resiko :

1) Sering mengalami anemia

2) Gangguan tumbuh kembang janin

3) Keguguran, prematuritas atau BBLR

4) Gangguan persalinan

5) Preeklamsia

6) Perdarahan antepartum

Para remaja yang hamil di negara-negara

berkembang sering kali mencari cara untuk melakukan

aborsi. Di negara-negara dimana aborsi adalah ilegal atau

dibatasi oleh ketentuan usia, para remaja ini mungkin akan

mencari penolong ilegal yang mungkin tidak terampil atau

berpraktik dibawah kondisi-kondisi yang tidak bersih.


10

Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam

kematian ibu diantara para remaja.

2.1.3 Usia Ibu > 35 Tahun

Resiko keguguran spontan tampak meningkat

dengan bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun,

baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan

usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik

janinnya normal atau abnormal (Murphy, 2005).

Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan

telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka

terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia

wanita, maka resiko terjadi abortus makin meningkat karena

menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya

resiko kejadian kelainan kromosom ( Samsilhadi, 2003).

Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom

janin sebagai salah satu faktor etiologi abortus ( Friedman,

2009).

Sebagian besar wanita yang berusia diatas 35 tahun

mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi

yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula.

Tetapi beberapa penelitian menyatakan semakin matang

usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa

resiko tertentu, termasuk resiko kehamilan.


11

Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para

wanita hamil yang berusia 30 dan 40an tahun untuk menuju

ke kehamilan yang lebih aman. Ada beberapa teori

mengenai resiko kehamilan diusia 35 tahun atau lebih,

diantaranya :

1. Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan

dalam hal kesuburan mulai pada awal usia 30 tahun. Hal

ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30

tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk

hamil dibandingkan wanita yang lebih muda usianya.

Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan

mungkin saja memang ada hubungan, misalnya

mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah

kemasalah seperti adanya penyakit endometriosis, yang

menghambat uterus untuk menangkap sel telur melalui

tuba fallopi yang berpengaruh terhadap proses konsepsi.

2. Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan

berakibat terhadap kehamilan diatas 35 tahun adalah

munculnya masalah kesehatan yang kronis. Usia berapa

pun wanita harus mengkonsultasikan diri mengenai

kesehatannya ke dokter sebelum berencana untuk hamil.

Kunjungan rutin ke dokter sebelum masa kehamilan

dapat membantu memastikan apakah seorang wanita


12

berada dalam kondisi fisik yang baik dan memungkinkan

sebelum terjadi kehamilan. Kontrol ini merupakan cara

yang tepat untuk membicarakan apa saja yang perlu

diperhatikan baik pada istri maupun suami termasuk

mengenai kehamilan. Kunjungan ini menjadi sangat

penting jika seorang wanita memiliki masalah kesehatan

yang kronis, seperti menderita penyakit diabetes mellitus

atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini merupakan

penyebab penting yang biasanya terjadi pada wanita

hamil berusia 30-40an tahun dibandingkan pada wanita

yang lebih muda, karena dapat membahayakan

kehamilan dan pertumbuhan bayinya. Pengawasan

kesehatan dengan baik dan penggunaan obat-obatan yang

tepat mulai dilakukan sebelum kehamilan dan

dilanjutkan selama kehamilan dapat mengurangi resiko

kehamilan diusia lebih dari 35 tahun, dan pada sebagian

besar kasus dapat menghasilkan kehamilan yang sehat.

Para peneliti mengatakan wanita diatas 35 tahun dua kali

lebih rawan dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk

menderita tekanan darah tinggi dan diabetes pada saat

pertama kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali

pada usia diatas 40 tahun memiliki kemungkinan

sebanyak 60% menderita tekanan darah tinggi dan 4 kali


13

lebih rawan terkena penyakit diabtes selama kehamilan

dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada

penelitian serupa di University of California pada tahun

2004. Hal ini membuat pemikiran sangatlah penting ibu

yang berusia 35 tahun keatas mendapatkan perawatan

selama kehamilan lebih dini dan lebih teratur. Dengan

diagnosis awal dan terapi yang tepat, kelainan-kelainan

tersebut tidak menyebabkan resiko besar baik terhadap

ibu maupun bayinya.

3. Resiko terhadap bayi yang lahir pada ibu di atas 35 tahun

meningkat, yaitu bisa berupa kelainan kromosom pada

anak. Kelainan yang paling banyak muncul berupa

kelainan down syndrome, yaitu sebuah kelainan

kombinasi dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk

fisik yang disebabkan oleh kelainan kromosom.

4. Resiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia

35 tahun atau lebih. Kemungkinan kejadian pada wanita

diusia 35 tahun keatas lebih banyak dibandingkan pada

wanita muda. Pada penelitian tahun 2000 ditemukan 9%

pada kehamilan wanita usia 20-24 tahun. Namun resiko

meningkat menjadi 20% pada usia 35-39 tahun dengan

50% pada wanita usia 42 tahun. Peningkatan inseden

pada kasus abnormalitas kromosom bisa sama


14

kemungkinannya seperti resiko keguguran. Yang bisa

dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut sebaiknya

wanita berusia 30 atau 40 tahun yang merencanakan

untuk hamil harus konsultasi dulu ke dokter.

Bagaimanapun, berikan konsentrasi penuh mengenai

kehamilan diatas usia 35 tahun, diantaranya :

a. Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter

sebelum pasti untuk kehamilan tersebut. Kondisi

kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat diketahui

melalui langkah ini.

b. Konsumsi multivitamin yang mengandung 400

mikrogram asam folat setiap hari sebelum hamil dan

selama bulan pertama kehamilan untuk membantu

mencegah gangguan pada saluran tuba.

c. Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara

bervariasi, termasuk makanan yang mengandung

asam folat seperti sereal, produk dari padi, sayuran

hijau daun, buah jeruk dan kacang-kacangan.

d. Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau

sehat (tidak terlalu kurus atau terlalu gemuk).

Berhenti minum alkohol sebelum dan selama

kehamilan.
15

e. Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran

dari dokter yang mengetahui bahwa si ibu sedang

hamil (Saleh, 2005).

2.1.4 Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian Antenatal Care

Antenatal care adalah merupakan cara penting

untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil

normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal,

ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya

hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan

antenatal (Prawirohardjo, 2008).

Antenatal Care adalah suatu program yang

terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan

medik ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses

kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan

(Mufdlilah, 2009).

2. Tujuan Antenatal Care

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi

bidan atau dokter sedini mungkin semenjak iya merasa

dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan atau

asuhan antenatal dengan tujuan : (Prawirohardjo, 2007)


16

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan

fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan

atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,

melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya

dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam

menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.

3. Manfaat Antenatal Care (ANC)

Antenatal care merupakan perawatan atau

asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum

kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang

sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya

dengan alasan menegakkan hubungan kepercayaan

dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat

mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan

memberikan pendidikan kesehatan (Mufdlilah, 2009).


17

4. Frekuensi Antenatal Care

Setiap wanita hamil diidentifikasi sebagai resiko

terhadap kehamilannya, untuk mendeteksi secara dini

dan mencegah komplikasi dalam kehamilan, ibu hamil

harus melakukan antenatal care sesuai yang telah

dianjurkan yaitu :

a. 1 kali pada trimester pertama (umur kehamilan 1-3

bulan).

K1 merupakan kunjungan pertama ibu hamil

setelah dirinya terlambat menstruasi yang

bertujuan untuk tercapainya ibu hamil yang sehat

dan selamat baik bagi ibu sendiri maupun janinnya

(Vivian & Sunarsih, 2010)

b. 1 kali pada trimester kedua (umur kehamilan 4-6

bulan).

Kunjungan ibu hamil yang bertujuan untuk

mengenali komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya (Vivian & Sunarsih, 2010).

c. 2 kali pada trimester ketiga (umur kehamilan 7-9

bulan).

Kunjungan ulang (K4) kunjungan antenatal yang

dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama

dimana kegiatannya lebih difokuskan dalam


18

pendeteksian komplikasi, mempersiapkan

kelahiran dan kegawatdaruratan (Vivian &

Sunarsih, 2010).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil

melakukan ANC (Bobak, 2004)

a. Pengetahuan

Ketidaktahuan ibu dan keluarga terhadap

pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak

pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya

pada petugas kesehatan.

b. Sikap

Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik

tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu

hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.

c. Ekonomi

Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap

kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang

rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi

pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada

keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah


19

yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein

(KEK).

d. Sosial Budaya

Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang

wanita hamil meninggalkan rumah untuk

memeriksakan kehamilannya merupakan budaya

yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil

memeriksakan kehamilannya.

e. Geografis

Letak geografis sangat menentukan terhadap

pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu

hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini

karena transportasi yang sulit menjangkau sampai

tempat terpencil.

f. Informasi

Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang

antenatal care dari tenaga kesehatan, media masa,

maupun media elektronik akan meningkatkan

pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya

melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat

teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.


20

g. Dukungan

Dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil

adalah dukungan sosial yang bisa diberikan

keluarga terutama dukungan suami, dukungan

sosial ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi,

misalnya kesiapan finansial, dukungan informasi,

juga dukungan psikologi seperti menemani saat

pemeriksaan kehamilan.

2.1.5 Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah pertumbuhan dan

perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi

dan berakhir permulaan persalinan (Manuaba, 2010).

2. Gejala Kehamilan

Menurut Sholihah (2007) gejala pada ibu hamil

diantaranya adalah : lesu, sering buang air kecil, nyeri

di dada, payudara terasa nyeri, perubahan emosi,

(suasana hati), mual dan muntah pada beberapa minggu

pertama kehamilan, terjadi pembentukan orang-organ

tubuh penting. Adalah penting bagi wanita untuk

mengetahui bahwa ia positif hamil sedini mungkin.

Waktu yang tepat untuk bertemu bidan atau dokter


21

untuk memastikan kehamilannya adalah 14 hari setelah

tidak menstruasi atau antara 12 sampai 21 hari.

3. Tanda-Tanda Kehamilan

Menurut Hani, dkk (2010) ada tiga tanda-tanda

kehamilan diantaranya adalah :

a. Tanda Tidak Pasti

Adalah perubahan-perubahan fisiologis

yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang

dirasakan oleh wanita hamil. Tandanya adalah :

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

2) Mual (nause) dan muntah (emesis)

3) Pingsan

4) Kelelahan

5) Payudara tegang

6) Sering buang air kecil

7) Konstipasi

8) Pigmentasi kulit

9) Varises

b. Tanda Kemungkinan

Adalah perubahan-perubahan fisiologis

yang dapat diketahui oleh pemeriksaan fisik

kepada wanita hamil. Tandanya adalah :

1) Pembesaran perut
22

2) Tanda hegar

3) Tanda goodel

4) Tanda chadwicks

5) Tanda piscaseck

6) Kontraksi braxton-hicks

7) Teraba ballotement

8) Pemeriksaan teks biologis kehamilan positif.

c. Tanda Pasti Hamil

Adalah tanda yang menunjukkan langsung

keberadaan janin yang dapat dilihat lansung oleh

pemeriksa. Tandanya adalah :

1) Gerakan janin dalam rahim

2) Denyut jantung janin

3) Bagian-bagian janin

4) Terlihat bentuk janin pada pemeriksaan USG

4. Keluhan Normal yang Biasa Terjadi pada Kehamilan

Menurut Hidayat (2009) keluhan yang biasa

terjadi pada ibu hamil diantaranya :

a. Sakit kepala

b. Mual dan Muntah

c. Produksi air liur yang berlebih

d. Mengidam

e. Keringat bertambah
23

f. Keputihan

g. Kelelahan

h. Frekuensi berkemih bertambah

5. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda

Tanda bahaya yang terjadi pada ibu hamil pada

usia kehamilan muda ialah sebagai berikut (Hani, dkk,

2010) :

a. Perdarahan pervaginam

b. Hipertensi gravidarum

c. Nyeri perut bagian bawah

6. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut

Dan tanda bahaya yang terjadi pada ibu hamil

dengan umur kehamilan lebih lanjut ialah (Hani, dkk,

2010) :

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat dan menetap

c. Bengkak pada muka dan tangan

d. Janin kurang bergerak seperti biasa

7. Diagnosa Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2007) lamanya

kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-

kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih 300 hari (43

minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan


24

matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43

minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara

28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur.

Kehamilan yang terakhir ini akan mempengaruhi

viabilitas (kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan,

karena bayi yang terlalu muda mempunyai prognosis

buruk.

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan

dibagi dalam 3 bagian diantaranya :

a. Kehamilan triwulan pertama (antara 0-12 minggu)

b. Kehamilan triwulan kedua (antara 12-28 minggu)

c. Kehamilan triwulan ketiga (antara 28-40 minggu)

2.2 KONSEP DASAR PREEKLAMSIA

2.2.1 Pengertian Preeklamsia

Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada

kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi

(hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya

kerusakan ginjal, yang ditunjukkan oleh tingginya kadar

protein dalam urine (proteinuria). Preeklamsia juga

sering dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi

yang diinduksi kehamilan (Willis, Blanco, 2015)


25

2.2.2 Gejala Preeklamsia

Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia

kehamilan memasuki minggu ke 20 atau lebih (paling

umum usia kehamilan 24-26 minggu), sampai tak lama

setelah bayi lahir.

Preeklamsia yang tidak disadari oleh sang ibu

hamil bisa berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis

serius yang mengancam keselamatan ibu hamil dan

janinnya. Preeklamsia kadang-kadang bisa berkembang

tanpa gejala apapun atau hanya menimbulkan gejala

ringan.

Tanda klinis utama dari preeklamsia adalah

tekanan darah yang terus meningkat. Oleh karena itu,

memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal

penting untuk dilakukan selama masa kehamilan. Jika

tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, segeralah

berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila

ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali

pemeriksaan rutin yang terpisah.

Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya

dari preeklamsia adalah :

1. Sesak napas akibat cairan di paru-paru

2. Sakit kepala parah


26

3. Berkurangnya volume urine

4. Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang

secara sementara, menjadi kabur, atau sensitif

terhadap cahaya.

5. Mual dan muntah

6. Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya dibawah

tulang rusuk sebelah kanan).

7. Meningkatnya kandungan protein pada urin

(proteinuria)

8. Gangguan fungsi hati

9. Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki,

wajah dan tangan.

10. Menurunnya jumlah trombosit dalam darah

(trombositopenia)

Laju pertumbuhan janin yang terhambat juga

bisa menandakan sang ibu menderita preeklamsia.

Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan darah

ke plasenta, sehingga janin mengalami kekurangan

pasokan oksigen dan nutrisi.

Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan

ditangani, lakukanlah konsultasi rutin dengan dokter

kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk lebih sering

melakukan konsultasi dengan dokter kandungan jika


27

merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa

kehamilan.

2.2.3 Penyebab Preeklamsia

Sampai saat ini, penyebab utama preeklamsia

masih belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli

percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya

kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi

menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama

masih di dalam kandungan.

Pada wanita dengan preeklamsia, pertumbuhan

dan perkembangan pembuluh darah plasenta mengalami

gangguan. Pembuluh darah menjadi sempit dari yang

seharusnya, serta melakukan reaksi berbeda terhadap

rangsangan hormon. Kondisi tersebut menyebabkan

berkurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan.

Adapun beberapa faktor yang bisa

meningkatkan resiko seorang wanita hamil mengalami

preeklamsia, diantaranya :

1. Kehamilan pertama

2. Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan

sebelumnya.

3. Kekurangan nutrisi
28

4. Sedang menderita beberapa penyakit tertentu, seperti

sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi,

atau penyakit ginjal.

5. Mengandung lebih dari satu janin

6. Bayi pada kehamilan saat ini memiliki ayah yang

berbeda dengan kehamilan sebelumnya.

7. Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan

sebelumnya.

8. Hamil dibawah usia 20 tahun atau di atas usia 35

tahun.

9. Obesitas saat hamil dengan indeks massa tubuh 25

atau lebih.

10. Memiliki keluarga dengan riwayat preeklamsia.

2.2.4 Diagnosis Preeklamsia

Jika wanita hamil rutin memeriksakan

kandungannya setiap bulan, maka gejala-gejala

preeklamsia bisa cepat terdeteksi bila mana ada dan

ditangani. Untuk mendiagnosa preeklamsia, biasanya

dokter harus memastikan dulu apakah pasien mengalami

hipertensi yang disertai satu atau lebih tanda klinis

lainnya, seperti :

1. Adanya kandungan protein dalam urine atau gejala

gangguan ginjal lainnya.


29

2. Gangguan penglihatan

3. Adanya cairan dalam paru-paru

4. Sakit kepala

5. Rendahnya jumlah trombosit

6. Gangguan fungsi hati

Jika dokter mencurigai adanya preeklamsia dari

hasil pemeriksaan tekanan darah, maka pasien biasanya

pasien akan diminta untuk menjalani beberapa

pemeriksaan, seperti :

1. Ultrasonografi (USG)

Dalam tes ini, dokter akan memeriksa berat janin

dan jumlah air ketuban. Kurangnya air ketuban

adalah salah satu tanda rendahnya suplai darah ke

janin.

2. Pemeriksaan Darah

Dari pemeriksaan ini dapat diketahui kinerja organ

hati dan ginjal, serta jumlah trombosit dalam darah.

3. Analisis Urine

Dari sampel urine kolektif selama 24 jam dapat

diperiksa kandungan protein, sementara dari sampel

urine tunggal (sewaktu) dapat diperiksa

perbandingan kadar protein dan kreatinin.


30

4. Nonstress test atau NST

Pada pemeriksaan ini diukur detak jantung bayi saat

bergerak di dalam kandungan.

2.2.5 Komplikasi Preeklamsia

Pada wanita hamil, preeklamsia bisa

menimbulkan komplikasi sebagaiberikut :

1. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver

enzymes, and low platelet count)

Ini adalah sindrom rusaknya sel darah merah,

meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah

trombosit. Sindrom HELLP bisa mengancam

keselamatan wanita hamil dan janinnya.

2. Eklamsia

Preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia

yang ditadai dengan kejang-kejang. Kejang ini bisa

mengancam keselamatan sang ibu dan janin yang

dikandungnya.

3. Penyakit Kardiovaskular

Resiko terkena penyakit yang berhubungan dengan

fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat

jika seseorang pernah menderita preeklamsia.

4. Kegagalan Organ
31

Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa

organ seperti paru, ginjal, dan hati.

5. Gangguan Pembekuan Darah

Komplikasi yang timbul dapat berupa pendarahan

karena kurangnya protein yang diperlukan untuk

pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi

penggumpalan darah yang menyebar karena protein

tersebut terlalu aktif.

6. Solusio Plasenta

Lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum

kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius

dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan

keselamatan wanita hamil dan janin.

7. Stroke Hemoragik

Kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh

darah otak akibat tingginya tekanan di dalam

pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami

perdarahan diotak, sel-sel otak akan mengalami

kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan

darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan

oksigen akibat terputusnyan aliran darah. Kondisi

inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau

bahkan kematian.
32

Pada janin, preeklamsia juga bisa menyebabkan

pertumbuhan menjadi lambat. Jika preeklamsia yang

diderita ibu hamil cukup parah, maka janin harus

dilahirkan meski organ tubuhnya belum sempurnah.

Komplikasi serius, seperti kesulitan bernapas, bisa

diderita bayi yang lahir dengan kondisi ini. Terkadang

bayi bisa meninggal didalam didalam kandungan. Dalam

kondisi seperti ini, bayi harus menerima perawatan dan

pengawasan secara intensif.

2.2.6 Pengobatan dan Pencegahan Preeklamsia

Apabila seorang wanita hamil memiliki resiko

tinggi untuk mengalami preeklamsia, biasanya dokter

akan memberikan aspirin dosis rendah, mulai dari usia

kehamilan 12 minggu sampai bayi lahir, untuk

menurunkan resiko terkena preeklamsia.

Wanita yang kekurangan asupan kalsium

sebelum dan saat kehamilan, juga akan disarankan

mengkonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah

preeklamsia. Meski demikian, wanita hamil sebaiknya

jangan mengkonsumsi obat, vitamin, atau suplemen

apapun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan

dokter kandungan.
33

Pada dasarnya, hanya proses kelahiranlah yang

bisa menyembuhkan preeklamsia. Jika preeklamsia

muncul ketika usia janin belum cukup untuk dilahirkan,

dokter kandungan akan memonitor kondisi tubuh

penderita dan bayi dengan seksama, sehingga usia bayi

sudah cukup untuk dilahirkan. Dokter juga biasanya akan

lebih sering melakukan pemeriksaan darah dan USG

terhadap pasien.

Ketika preeklamsia semakin parah, wanita

hamil akan disarankan untuk rawat inap di rumah sakit

sampai janin siap dilahirkan. Dokter akan menjalankan

pemeriksaan NST secara rutin guna memantau kesehatan

janin.

Jika preeklamsia muncuk ketika usia janin

sudah cukup untuk dilahirkan, biasanya dokter akan

menyarankan tindakan induksi atau bedah caesar untuk

mengeluarkan bayi sesegera mungkin. Langkah ini

diambil agar preeklamsia tidak berkembang menjadi

lebih parah.

Obat-obat yang biasanya diberikan kepada

wanita hamil yang menderita preeklamsia adalah :


34

1. Antihipertensi

Dokter akan meresepkan obat penurun tekanan

darah yang aman bagi janin dan ibunya.

2. Kortikosteroid

Paru-paru janin bisa berkembang lebih cepat dalam

waktu singkat dengan bantuan obat ini. Selain itu,

kortikosteroid juga dapat meningkatkan kinerja liver

dan trombosit, sehingga kehamilan dapat

dipertahankan lebih lama.

3. Antikejang

Dokter bisa saja meresepkan obat antikejang jika

preeklamsia yang diderita cukup parah, agar

terhindar dari munculnya kejang.

Anda mungkin juga menyukai