Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DAN KELUARGA

A. IDENTITAS IBU HAMIL

Umur Ibu Hamil

Umur ibu saat hamil mempengaruhi kondisi kehamilan ibu, karena selain
berhubungan dengan kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan kondisi
psikologis terutama kesiapan dalam menerima kehamilan. Umur seorang wanita pada saat
hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan
untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006).

a. Usia ibu kurang dari 20 tahun

Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab utama kematian pada
perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan, dan komplikasi
keguguran. Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan para remaja muda yang sudah
menikah merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk membuktikan
kesuburan mereka), tetapi remaja tetap menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan
dengan kehamilan dini dengan tidak memandang status perkawinan mereka. Kehamilan yang
terjadi pada sebelum remaja berkembang secara penuh, juga dapat memberikan risiko
bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat persalinan, berat badan lahir rendah, dan
kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah untuk bayi tersebut.

Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil.
Penyulit pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu
reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan apabila
ditambah dengan tekanan (stres) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan
terjadinya keguguran. (Manuaba, 1998)

Manuaba (2007) menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia di bawah 20


tahun mempunyai risiko :

1) Sering mengalami anemia.

2) Gangguan tumbuh kembang janin.


3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.

4) Gangguan persalinan.

5) Preeklampsi.

6) Perdarahan antepartum.

Para remaja yang hamil di negara-negara berkembang seringkali mencari cara untuk
melakukan aborsi. Di negara-negara di mana aborsi adalah ilegal atau dibatasi oleh ketentuan
usia, para remaja ini mungkin akan mencari penolong ilegal yang mungkin tidak terampil
atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang tidak bersih. Aborsi yang tidak aman
menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.

c. Usia ibu lebih dari 35 tahun

Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama


setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih
tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal (Murphy,
2000). Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga
semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka
risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan
meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom (Samsulhadi, 2003)

Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu faktor
etiologi abortus (Friedman, 1998). Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun
mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Tetapi beberapa
penelitian menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya
beberapa risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan. Para tenaga ahli kesehatan sekarang
membantu para wanita hamil yang berusia 30 dan 40an tahun untuk menuju ke kehamilan
yang lebih aman. Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan di usia 35 tahun atau lebih,
di antaranya:

1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai
pada awal usia 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30
tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan wanita
yang lebih muda usianya. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan
mungkin saja memang ada hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi
ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit endometriosis, yang
menghambat uterus untuk menangkap sel telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh
terhadap proses konsepsi.
2) Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan berakibat terhadap kehamilan
di atas 35 tahun adalah munculnya masalah kesehatan yang kronis. Usia berapa pun
seorang wanita harus mengkonsultasikan diri mengenai kesehatannya ke dokter
sebelum berencana untuk hamil. Kunjungan rutin ke dokter sebelum masa kehamilan
dapat membantu memastikan apakah seorang wanita berada dalam kondisi fisik yang
baik dan memungkinkan sebelum terjadi kehamilan.
Kontrol ini merupakan cara yang tepat untuk membicarakan apa saja yang perlu
diperhatikan baik pada istri maupun suami termasuk mengenai kehamilan. Kunjungan
ini menjadi sangat penting jika seorang wanita memiliki masalah kesehatan yang
kronis, seperti menderita penyakit diabetes mellitus atau tekanan darah tinggi. Kondisi
ini, merupakan penyebab penting yang biasanya terjadi pada wanita hamil berusia 30-
40an tahun dibandingkan pada wanita yang lebih muda, karena dapat membahayakan
kehamilan dan pertumbuhan bayinya. Pengawasan kesehatan dengan baik dan
penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dilakukan sebelum kehamilan dan
dilanjutkan selama kehamilan dapat mengurangi risiko kehamilan di usia lebih dari 35
tahun, dan pada sebagian besar kasus dapat menghasilkan kehamilan yang sehat.
Para peneliti mengatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan dibandingkan
wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi dan diabetes pada saat
pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali pada usia di atas 40 tahun
memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita takanan darah tinggi dan 4 kali lebih
rawan terkena penyakit diabetes selama kehamilan dibandingkan wanita yang berusia
20 tahun pada penelitian serupa di University of California pada tahun 1999.
Hal ini membuat pemikiran sangatlah penting ibu yang berusia 35 tahun ke atas
mendapatkan perawatan selama kehamilan lebih dini dan lebih teratur. Dengan
diagnosis awal dan terapi yang tepat, kelainan-kelainan tersebut tidak menyebabkan
risiko besar baik terhadap ibu maupun bayinya.
3) Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas 35 tahun meningkat,
yaitu bisa berupa kelainan kromosom pada anak. Kelainan yang paling banyak
muncul berupa kelainan Down Syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari
retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan oleh kelainan
kromosom.
4) Risiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih.
Kemungkinan kejadian pada wanita di usia 35 tahun ke atas lebih banyak
dibandingkan pada wanita muda. Pada penelitian tahun 2000 ditemukan 9% pada
kehamilan wanita usia 20-24 tahun. Namun risiko meningkat menjadi 20% pada usia
35-39 tahun dan 50% pada wanita usia 42 tahun. Peningkatan insiden pada kasus
abnormalitas kromosom bisa sama kemungkinannya seperti risiko keguguran.Yang
bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita berusia 30 atau 40
tahun yang merencanakan untuk hamil harus konsultasikan diri dulu ke dokter.
Bagaimanapun, berikan konsentrasi penuh mengenai kehamilan di atas usia 35 tahun,
diantaranya:
a) Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter sebelum pasti untuk
kehamilan tersebut. Kondisi kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat diketahui
melalui langkah ini.
b) Konsumsi multivitamin yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap hari
sebelum hamil dan selama bulan pertama kehamilan untuk membantu mencegah
gangguan pada saluran tuba.

c) Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi, termasuk makanan


yang mengandung asam folat, seperti sereal, produk dari padi, sayuran hijau
daun, buah jeruk, dan kacang-kacangan.

d) Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak terlalu kurus atau
terlalu gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.

e) Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang mengetahui
bahwa si ibu sedang hamil (Saleh, 2003).

Usia Kehamilan

Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan international, 10 bulan


menurut penanggalan luar, atau sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode
bulanan atau trimester. Trimester pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke
13. Trimester kedua adalah periode minggu ke 14 sampai ke 26, Sedangkan Trimester ke
tiga, minggu ke 27 sampai kehamilan cukup bulan 38-40 minggu.
1. Usia kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu)

Dalam masa kehamilan trimester pertama terjadi pertumbuhan dan perkembangan


pada sel telur yang telah dibuahi dan terbagi dalam 3 fase yaitu fase ovum, fase embrio dan
fase janin. Fase ovum sejak proses pembuahan sampai proses implamasi pada dinding uterus,
fase ini di tandai dengan proses pembelahan sel yang kemudian disebut dengan zigot. Fase
ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah proses pembuahan. Fase embrio ditandai
dengan pembentukan organ organ utama, Fase ini berlangsung 2 sampai 8 minggu.

Fase janin berlangsung dari 8 minggu sampai tibanya waktu kelahiran, pada fase ini
tidak ada lagi pembentukan melainkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Pemeriksaan
dokter atau bidan secara rutin pada periode kehamilan trimester II bertujuan untuk
mengetahui riwayat kesehatan ibu yang sedang hamil, sehingga memungkinkan
kehamilannya dapat diteruskan atau tidak.

2. Usia kehamilan trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu)

Masa kehamilan trimester II merupakan suatu periode pertumbuhan yang cepat. Pada
periode ini bunyi jantung janin sudah dapat didengar, gerakan janin jelas, panjang janin
kurang lebih 30 cm dan beratnya kurang lebih 600 gr. Pada periode ini , dokter dan bidan
biasanya mengadakan pemeriksaan terhadap berat dan tekanan darah, pemeriksaan urin,
detak jantung baik ibu maupun janin serta kaki dan tangan untuk melihat adanya pembekakan
(odema) dan gejaja gejala yang umum terjadi. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk
mengetahui kemungkinan timbulnya suatu penyakit yang membahayakan proses
pertumbuhan dan perkembangan janin pada akhir masa kehamilan.

3. Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu)

Trimester III kehamilan adalah periode penyempurnaan bentuk dan organ-organ


tumbuh janin untuk siap dilahirkan. Berat janin pada usia kehamilan trimester ini mencapai
2,5 kg. Semua fungsi organ organ tubuh yang mengatur kehidupan sudah berjalan dengan
sempurna. Oleh karena adanya perubahan tersebut, pemeriksaan rutin lebih sering dilakukan
biasanya 2 kali seminggu. Hal ini dimaksudkan untuk memantau lebih teliti setiap
perkembangan dan pertumbuhan janin, kondisi fisik maupun psikis calon ibu, kemungkinan
yang akan terjadi pada calon ibu maupun janin selama sisa proses kehamilan serta dalam
menghadapi proses persalinan. ( Helen Varney, 2000).
Usia pertama kali menikah (UKP = Usia Kawin Pertama)

Anak perempuan adalah calon istri yang kelak akan menjadi seorang ibu. Ketika
beranjak dewasa, anak perempuan akan mengalami pubertas salah satunya yaitu menjalani
siklus reproduksi. Siklus reproduksi akan terjadi dari masa pubertas, pernikahan dan
kehamilan. Status gizi ibu saat sebelum konsepsi dan saat kehamilan akan mempengaruhi
kualitas anak yang dilahirkannya. Pernikahan dini pada usia anak-anak merupakan resiko
terhadap kualitas anak nantinya. Terjadinya kehamilan dan persalinan pada usia muda akan
menjadi kehamilan yang beresiko terjadinya kematian maternal dan kelangsungan hidup
anaknya. Perkawinan muda atau perkawinan pada usia dini merupakan penyebab dari
terjadinya kehamilan dan persalinan pada usia muda.

Menurut UU Perkawinan no. 16 tahun 2019, mensyaratkan bagi perempuan minimum


berusia 19 tahun diperbolehkan menikah. Usia pertama kali seorang perempuan menikah
akan berhubungan dengan kesehatan ibu dan status anak. Ibu yang menikah dini (umur
pertama kali menikah kurang dari 19 tahun) biasanya mempunyai pola asuh yang kurang baik
sehingga anaknya akan memiliki kesempatan hidup yang rendah dan lebih besar memiliki
masalah gizi pada anaknya seperti pendek (stunting), kurus, dan gizi buruk. Dengan kata lain
semakin muda usia pernikahan ibu, maka proporsi balita dengan status gizi pendek semakin
meningkat. Faktor yang menyebabkan pernikahan dini adalah pendidikan, status ekonomi,
sosial budaya, dan tekanan dari orangtua.

Ibu hamil yang sangat muda tanpa didukung dengan status gizi yang baik (seperti
IMT <17 dengan status gizi kurang, LILA <23,5 cm) dikhawatirkan siklus antar generasi dari
kegagalan pertumbuhan dapat mempengaruhi kualitas anak-anak sebagai generasi masa
depan.

Status pekerjaan

Menurut Badan Pusat Statistik status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang
dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan. Status pekerjaan
diklasifikasikan bekerja dan tidak bekerja. Pekerjaan berkaitan dengan aktivitas atau
kesibukan ibu. Kesibukan ibu akan menyita waktu sehingga pemenuhan pemeriksaan selama
kehamilan berkurang atau tidak dilakukan (Sunarsih, 2010). Hal – hal yang perlu
diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil adalah aktivitasnya berisiko bagi
kehamilan.
Contoh aktivitas yang berisiko bagi ibu hamil adalah aktivitas yang meningkatkan
stress, berdiri lama sepanjang hari, mengangkat sesuatu yang berat, paparan terhadap suhu
atau kelembaban yang ekstrim tinggi atau rendah, pekerjaan dengan paparan radiasi. Nasihat
yang penting disampaikan adalah bahwa ibu hamil tetap boleh melakukan aktivitas atau
pekerjaan tetapi tetap dicermati pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan berisiko atau tidak
untuk kehamilan dan ada perubahan dalam aktivitas atau pekerjaan karena berhubungan
dengan kapasitas fisik ibu dan perubahan system tubuh, selain itu juga bisa dilihat dari sisi
keuntungan dan risiko ibu hamil (Kusmiyati, Wahyuningsih, dan Sujiatini, 2009).

B. SUSUNAN DALAM KELUARGA IBU HAMIL

Status Dalam Keluarga

Keluarga merupakan tatanan, masyarakat terkecil dan paling inti dengan


beranggotakan bapak, ibu, dan anak – anak. Disinilah tata cara nilai norma, kepedulian dan
kasih sayang terbina sejak dini. Sumber daya yang dimiliki keluarga dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan fisik yang paling dasar yaitu makan dan
minum. Ditingkat keluarga juga dilakukan pengambilan keputusan tentang makanan, gizi dan
kesehatan dilaksanakan. Masalah yang terjadi ditingkat keluarga seperti gizi kurang, gizi
buruk, anemia dan sebagainya, sangat erat kaitannya perilaku keluarga yang bersangkutan
selain akar masalah adalah kemiskinan.

Tingkat Pendidikan Ibu Hamil

Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di


dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2012). Tingkat
pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas pelayanan bayinya. Informasi yang
berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat dibutuhkan sehingga akan meningkatkan
pengetahuannya. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan
seseorang. Hal itu menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah
kadang ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak
mengetahui mengenai bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan yang baik
(Sulistyawati, 2009)

Tingkat pendidikan sangat memengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan


mencari penyebab dan solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya
bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah
menerima gagasan baru.

Demikian halnya dengan ibu berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya


secara teratur demi menjaga kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya (Jane, 2014).
Tingkat pendidikan adalah lamanya mengikuti pendidikan formal dan mempunyai ijazah
sesuai strata pendidikan di Indonesia. Menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 pasal 14 menjelaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang diklasifikasikan pada pasal 17 yaitu
pendidikan dasar meliputi SD, SLTP atau sederajat. Pasal 18 yaitu pendidikan menengah
yaitu SLTA sederajat dan pada pasal 19 yaitu pendidikan tinggi mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
pendidikan tinggi.

Tingkat Pendidikan Keluarga

Andrew E. Sikula menyatakan tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang
yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan – tujuan umum. Pendapat lain
menurut Azyumardi Azra menyatakan bahwa tingkat Pendidikan merupakan suatu kegiatan
seseorang dalam mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah lakunya, baik
untuk kehidupan masa kini dan sekaligus persiapan bagi kehidupan masa yang akan datang
dimana melalui organisasi tertentu ataupun tidak terorganisir.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses peserta didik
dalam meningkatkan pendidikan sesuai dengan jenjang yang akan ditempuhnya dalam
melanjutkan pendidikan yang ditempuh. Tingkat pendidikan ditempuh secara manajerial atau
terorganisir.

Dalam tingkat pendidikan terdapat beberapa indikator tingkat Pendidikan yaitu menurut UU
SISDIKNAS No.20 (2003), terdiri dari jenjang Pendidikan

1) Pendidikan dasar : Jenjang Pendidikan awal selama 9 (Sembilan) tahun pertama masa
sekolah anak – anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

2) Pendidikan menengah : Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.


3) Pendidikan tinggi : Jenjang Pendidikan setelah Pendidikan menengah yang mencakup
program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.

Status Pekerjaan Keluarga

Status pekerjaan adaldah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di


suatu unit usaha/kegiatan. Menurut SAKERNAS dalam survey BPS (Biro Pusat Statistik),
mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori yaitu:

1) Berusaha sendiri artinya tidak menggunakan pekerja dibayar.

2) Berusaha dibantu buruh tidak tetap artinya menggunakan buruh/pekerja tidak tetap.

3) Berusaha dibantu butuh tetap/buruh dibayar artinya mempekerjakan paling sedikit


satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar.

4) Buruh, karyawan/pegawai artinya seseorang yang memiliki majikan tetap.

5) Pekerja bebas di pertanian artinya seseorang yang bekerja pada orang lain, majian
atau institusi yang tetap di usaha pertanian seperti pertanian tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan perburuan termasuk juga jasa
pertanian.

6) Pembayaran harian maupun borongan seperti usaha disektor pertambangan, industri,


listrik, gas dan air.

7) Pekerja tak dibayar artinya seseorang yang bekerja dengan membantu orang lain yang
tidak mendapat upah/gaji seperti, anggota keluarga.

Pendidikan dapat diberikan kepada anak baik secara formal maupun secara non
formal. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diberikan tidak hanya dengan sebatas
memberikan pengetahuan dan keahlian kepada anak-anak mereka di sekolah. Sedangkan
pendidikan non formal yaitu pendidikan yang menanamkan tata nilai yang serba luhur atau
ahlak mulia, seperti norma-norma, cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan bimbingan
orang tua di rumah yang tidak hanya berpacu pada guru di sekolah.
Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan formal yang memerlukan banyak hal
untuk mendukung kegiatan. Akan tetapi, orang tua juga tidak dapat menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anak kepada sekolah. Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di
rumah. Orang tua yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak
mereka, sekolah hanya merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga, peran
aktif dari orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan anak-anak di sekolah (Daryanto,
1997:554).

Di dalam tingkat pendidikan terdapat macam – macam pekerjaan. Jenis dan macam-macam
pekerjaan dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Pegawai negeri sipil atau PNS adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Swasta merupakan pekerjaan yang berada diruang lingkup kantor/perusahaan swasta


seperti perdagangan dan buruh. Buruh merupakan pekerjaan yang tidak memerlukan
keahlian tertentu seperti tukang kayu, buruh tani dan tukang sapu.

3. Wiraswasta merupakan pekerjaan yang diciptakan sendiri tanpa diatur orang lain
seperti penjahit, salon, ternak, percetakan dan bengkel.

4. IRT/Tidak bekerja ialah jika di tinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia profesi
diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan) tertentu. Menurut beberapa ahli kata “profesi” merujuk pada suatu
pekerjaan yang memerlukan pelatihan khusus. Daniel Bell mengartikan profesi
sebagai aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan
secara formal atau non formal dan memperoleh sertifikat dari badan atau instansi yang
bertanggung jawab pada keilmuan tersebut. Jika melihat pengertian “profesi” menurut
berbagai versi tersebut maka Ibu Rumah Tangga memang tidak dapat dikategorikan
sebagai profesi. Sebab menjadi ibu rumah tangga tidak ada pelatihan khusus, tidak
pernah saya menemukan kursus atua pelatihan “mempersiapkan diri menjadi IRT”,
ibu rumah tangga tidak memerlukan titel dan gelar yang berhak disandang setelah
menempuh jenjang pendidikan tertentu. Dan yang paling “mengagumkan” dengan
sekian banyak tugas, tanggung jawab yang harus diembannya IRT tidak menerima
gaji, uang saku atau mendapatkan fasilitas khusus.

Variabel bebas (independen): karakteristik ibu hamil (umur ibu hamil, umur kehamilan,
jarak kehamilan, usia pertama kali menikah, status pekerjaan, tingkat pendidikan)

Variabel terikat (dependen): status gizi ibu hamil dan balita

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Tidak
berisiko:
20-35 tahun
Usia individu
Berisiko :
yang
< 20 tahun
terhitung
Kuesioner Wawancara atau > 35
mulai
Umur Ibu tahun
dilahirkan Ordinal
Hamil (UU No.16
sampai saat
thn 2016 )
pengambilan
data

Usia Trimester
kehamilan pertama
dengan adalah 1-13
menentukan minggu.
Umur Kuesioner
tanggal Trimester Ordinal
Kehamilan Wawancara
menstruasi kedua
terakhir dimulai pada
sebelum minggu 14 -
hamil. 26 minggu.
Trimester
ketiga d pada
26 minggu
sampai
kehamilan
minggu ke-
40 atau
waktu
melahirkan

Jika umur :
< 19 tahun
Umur Resiko
Pertama Kali Usia awal Kuesioner Wawancara rendah
Ordinal
Menikah menikal > 19 tahun
Resiko tinggi
( Uu

kedudukan
seseorang Pekerjaan :
dalam PNS
melakukan Pegawai Ordinal
pekerjaan di Kuesioner Wawancara Swasta
Status
suatu unit Wirausaha
Pekerjaan
usaha atau IRT/Tidak
Ibu Hamil
kegiatan atau bekerja
berkaitan Lainnya...
dengan
aktivitas dan
kesibukan
ibu.
Pendidikan
terakhir :
Tidak
Pendidikan
Pendidikan sekolah
terakhir ibu
ibu hamil dan Kuesioner Wawancara sd/mi Ordinal
hamil dan
keluarga smp/mts
keluarga
sma/ma
Tamat pt
DAFTAR PUSTAKA

Affifah Tin, 2011, PERKAWINAN DINI DAN DAMPAK STATUS GIZI PADA ANAK
(ANALISIS DATA RISKESDAS 2010)

Nur Atmilati Khusna, Nuryanto, 2017, Journal of Nutrition College: HUBUNGAN USIA
IBU MENIKAH DINI DENGAN STATUS GIZI BATITA DI KABUPATEN
TEMANGGUNG

(Di akses dari file:///E:/FILE%20KAMPUS/PPG/KARAKTERISTIK/Chapter2.doc.pdf pada


28 Agustus 2020, 10:21 WIB)

(Di akses dari http://etheses.iainkediri.ac.id/72/3/vii%20BAB%20II.pdf pada 28 Agustus


2020, 10:59 WIB)

(Di akses dari http://eprints.umm.ac.id/37259/3/jiptummpp-gdl-rizkanuris-51150-3-babii.pdf


pada 28 Agustus 2020, 11:00 WIB)

(Di akses dari file:///C:/Users/HP/Pictures/jtptunimus-gdl-kasmiangoc-5690-2-babii.pdf pada


25 Agustus 2020, 16.45 WIB)

(Di akses dari file:///C:/Users/HP/Pictures/jtptunimus-gdl-sitituslih-6010-2-babii.pdf pada 25


Agustus 2020, 19.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai