Anda di halaman 1dari 14

Topik : Kebersihan Diri Ibu Hamil

Kelompok :4
Kelas : D3-5B
1. Fitri Rohmaniyah
2. Rohmah Nur Husnah
3. Tasyafia Wanda Y
4. Trigunawati
5. Umi Lailatul Husniah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebersihan Diri
Personal hygiene berawal dari bahasa Yunani, berasal dari kata Personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis
(Tarwoto dan Martonah, 2004).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya (Depkes, 2000).
B. Gambaran Fisiologis Vagina Ibu Hamil
Gambaran fisiologis vagina pada ibu hamil diantaranya adalah terjadi perubahan
hormone estrogen yang menyebabkan peningkatan air dalam mucus serviks, sehingga secret
vagina bertambah banyak. Hormon estrogen juga mempengaruhi peningkatan vaskularisasi
dan hyperemia pada vagina dan vulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna
kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda chadwick. Perubahan pada dinding vagina
meliputi peningkatan ketebalan mukosa, pelunakan jaringan penyambungn dan hipertrofi otot
polos. Akibat peregangan otot polos menyebabkan vagina menjadi lebih lunak (Jenni, 2016).
Selama kehamilan pH vagina mengalami perubahan dari 3-4 menjadi 5-6,5 akibatnya
vagina mudah terkena infeksi jamur candida albicans, kondisi ini menjadi daerah yang
disukai candida albicans untuk berkembang biak (Erlina, 2015). Menurut Ocviyanti Majelis
Obstetri dan Ginekologi (2009) pH vagina normal ibu hamil yaitu 4,4-4,8 dengan nilai
median 5. Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya
akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu
28℃ - 37℃.
Pada kondisi normal pH vagina keasamannya dipertahankan oleh adanya lactobacillus
yaitu bacillus doederlin. Bakteri ini mengubah glikogen menjadi asam laktat yang berfungsi
mempertahankan pH vagina agar tetap dalam kondisi asam (3,5 – 4,5). Keasaman vagina
merupakan salah satu mekanisme proteksi terhadap infeksi yang berguna untuk mengontrol
pertumbuhan bakteri pathogen (Leslie, 2010).
Hal ini bertujuan untuk mencegah berkembangnya bakteri pathogen dalam vagina.
Dengan tingkat keasaman tersebut, lactobacillus akan subur dan bakteri pathogen tidak bisa
hidup. Beberapa spesies bakteri yang terdapat pada vagina menghasilkan hydrogen peroksida
dan bakteriosin yang berfungsi menghambat proliferasi mikoorganisme lainnya (Moreno,
2010).
C. Perawatan Organ Genital pada Ibu Hamil
1. Pengertian
Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu hamil
untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor yang mengandung
kuman. Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita, dimana dengan
adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, mental,
psikologi dan sosial. Kesehatan pada ibu hamil untuk mendapatkan ibu dan anak yang
sehat dilakukan selama ibu dalam keadaan hamil.
Kesehatan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali
sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat. Menjaga
kebersihan terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan
cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan (Kusmiyati Y, 2009).
Genital hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ
kewanitaan yang dilakukan dengan tujuan mempertahankan kesehatan dan mencegah
infeksi. Melakukan genital hygiene memiliki manfaat yang baik untuk menjaga
kebersihan organ genital yaitu a) menjaga organ genital dan daerah sekitarnya tetap
bersih dan nyaman, b) mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-gatal,
c) menjaga agar pH vagina tetap normal 3,5 – 4,5 (Ayu, 2010).
2. Tujuan Perawatan Organ Genital
Tujuan dari perawatan organ genital adalah a) menjaga kesehatan dan kebersihan
organ genital; b) membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di
luar vagina; c) mempertahankan pH derajat keasaman vagina normal yaitu 3,5 sampai
4,5; d) mencegah rangsangan timbulnya jamur, bakteri dan protozoa; e) mencegah
timbulnya keputihan dan virus; f) untuk mencegah dan mengontrol infeksi; g) mencegah
kerusakan kulit; h) meningkatkan kenyamanan; i) serta mempertahankan kebersihan diri;
j) meningkatkan derajat kesejahteraan seseorang; k) memelihara kebersihan diri
seseorang; l) memperbaiki personal hygiene yang kurang; m) pencegahan infeksi dan
penyakit; n) meningkatkan percaya diri; o) menciptakan keindahan (Erlina, 2015).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Genital Hygiene
Berdasarkan teori dari Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo 2014), faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku, antara lain :
a. Faktor presdisposisi (predisposing factor)
Faktor presdisposisi adalah faktor-faktor yang dapat mempermudah atau
mempredisposisi perilaku pada diri seseorang atau masyarakat yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, tradisi, nilai-nilai, sosial ekonomi dan sebagainya.
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan Mareta, Budi, Siti (2012) mengingatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan remaja
putri terhadap personal hygiene dengan tindakan pencegahan keputihan. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang mengenai suatu hal akan
mempengaruhi perilaku orang tersebut.
2) Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang
diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan
sehingga individu menyadari objek yang diinderanya. Dalam penelitian Wiwin
Embo, Sri Rejeki dan Nikmatul Khayati (2013) mengenai persepsi upaya
pencegahan keputihan pada remaja putri menyimpulkan bahwa persepsi seseorang
mempengaruhi perilaku perawatan organ genital.
b. Faktor pendukung (enabling factor)
Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana pelayanan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nita Rahmah, Dhesi Ari (2014) mengatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi personal hygiene seseorang adalah
sarana dan prasarana.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor)
Faktor pendorong merupakan faktor penguat yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik
dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan untuk
berperilaku sehat juga pengaruh media elektronik dan media massa.

Berdasarkan (Pender & Parsons, 2002 dalam Potter & Perry, 2009) dalam Natalia,
2015 ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu a) praktik sosial; b)
satus sosial ekonomi; c) pengetahuan dan motivasi kesehatan; d) budaya dan kebiasaan
seseorang; e) kondisi fisik seseorang.

Kelompok sosial mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan praktik personal


hygiene, termasuk perubahan pola personal hygiene. Dalam hal ini ibu hamil dalam
melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh keluarga dan kelompok sosial. Status
ekonomi akan mempengaruhi jenis dan sejauh mana praktik hygiene dilakukan.

Pengetahuan sangatlah penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan


derajat kesehatan seseorang. Motivasi merupakan kunci penting dalam pelaksanaan
hygiene. Faktor penghambat yang mempengaruhi praktik hygiene adalah tidak adanya
motivasi karena pengetahuan yang kurang. Seseorang yang memiliki pengetahuan akan
memiliki motivasi untuk melakukan perubahan serta mampu membuat keputusan untuk
membentuk gaya hidup, lingkungan sosial dan fisik yang sehat.

Setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dalam menentukan pilihan dalam
melakukan hygiene. Pemilihan produk didasarkan pada selera pribadi, kebutuhan dan
kebiasaan. Kondisi fisik seseorang mempengaruhi kebiasaan pelaksanaan hygiene.
Misalnya ibu hamil dengan keterbatasan fisik (cacat atau lumpuh) tidak memiliki energy
untuk melakukan hygiene (Potter & Perry, 2009).

Pendapatan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menyediakan fasilitas


dan kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang kelangsungan hidup. Sumber daya
ekonomi seseorang mempengaruhi kebiasaan dalam personal hygiene (Friedmen 1998
dalam Pratiwi 2008).

4. Perawatan Organ Genital


Menurut Depkes 2010, cara melakukan perawatan organ genetalia pada wanita adalah :
a. Menjaga kebersihan organ genital dengan cara membasuh menggunakan air bersih,
terutama setelah buang air besar dan buang air kecil. Cara membasuh yang benar,
adalah dari depan vagina ke belakang anus. Cara membasuh yang salah, misalnya dari
arah belakang ke depan, akan menyebabkan mikroorganisme yang ada disekitar anus
terbawa ke vagina.
b. Mengeringkan organ genital menggunakan handuk bersih atau tisu kering setelah
dibasuh menggunakan air bersih.
c. Menyiram kloset duduk terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mencegah infeksi
mikroorganisme yang menempel pada kloset.
d. Meminimalkan frekuensi penggunaan sabun pembersih vagina. Vagina memiliki
mekanisme alami untuk menjaga kondisi fisiologisnya. Penggunaan sabun pembersih
vagina menyebabkan flora normal vagina mati, sehingga kuman patogen dapat
menginfeksi dan berkembang biak.
e. Menghindari penggunaan pantyliner yang terlalu sering. Gunakanlah pantyliner
ketika dibutuhkan, misalnya saat terjadi keputihan yang cukup banyak. Jika harus
menggunakan pantyliner, maka gunakanlah yang tidak berparfum agar tidak terjadi
iritasi. Selain itu pantyliner harus sering diganti.
f. Mengganti pakaian dalam secara teratur untuk menjaga higienitas organ genital.
Penggantian pakaian dalam minimal dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya ketika
mandi pagi dan sore, sehingga kelembapan yang berlebihan dapat dicegah.
g. Menggunakan pakaian dalam dengan bahan yang menyerap keringat, seperti katun,
sehingga organ ganetalia tidak terlalu lembab.
h. Menghindari penggunaan celana dalam ketat, karena menyebabkan organ genetalia
menjadi lembab, berkeringat, dan akhirnya menjadi mudah terinfeksi
mikroorganisme.

Adapun merawat organ genetalia sehari-hari menurut (Wijayanti, 2009) :

a. Mandi secara teratur dengan membasuh vagina menggunakan air yang hangat,
keringkan dengan handuk yang halus dan bersih atau tissue yang lembut.
b. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina
c. Setelah buang air besar dan kecil selalu bersihkan dari arah depan ke belakang (kea
rah anus). Jangan arah sebaliknya karena akan membawa bakteri dari anus ke vagina.
d. Selalu menggunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun (100%).
Bahan ini misalnya nylon dan polyester akan membuat gerah dan panas serta
membuat vagina menjadi lembab. Kondisi ini sangat disukai bakteri dan jamur untuk
berkembang biak.
e. Hindari penggunaan bahan deodorant, cairan pembersih, sabun yang keras serta tissue
yang bewarna dan berparfum.
f. Hindari penggunaan handuk dan waslap milik orang lain untuk mengeringkan vagina
g. Mengganti celana dalam yang lembab dengan yang kering dan bersih
h. Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari kelembaban yang lebih di
daerah vagina.
i. Menghindari pemakaian produk “feminine hygiene” yang sesungguhnya justru
menjadi rentan.
j. Jangan menggaruk organ genital
k. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Vagina dapat terinfeksi candida akibat
garukan kuku pada kulit. Candida yang tertimbun dibawah kuku dan dapat masuk ke
vagina saat mandi atau cebok.
l. Hindari penggunaan alat-alat bantu untuk masturbasi yang bisa menyebabkan
robeknya selaput dara dan terinfeksi pada organ genetalia.
Definisi Operasional Kebersihan Diri Ibu Hamil

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala
1. 1. Bersih, bila ibu Ordinal
mandi 2x atau lebih
Membersihkan diri dengan dalam sehari dan
menggunakan air bersih menggunakan
dan menggunakan sabun sabun.
mandi minimal 2x sehari. 2. Kurang bersih,
Beri skor 2 bila ibu mandi bila ibu mandi 1-2x
2x atau lebih dalam sehari tanpa
dan menggunakan sabun, menggunakan
Mandi Wawancara Kuisoner
beri skor 1 bila ibu mandi sabun atau mandi
1-2x tanpa menggunakan satu kali
sabun atau mandi 1x menggunakan
menggunakna sabun. Beri sabun
skor 0 bila ibu tidak 3. Tidak bersih,
mandi. bila ibu tidak
mandi.

2. 1. Bersih, bila ibu Ordinal


Membersihkan tangan
mencuci tangan
dengan air bersih, air
sebelum
mengalir dan
menyentuh vagina
menggunakan sabun
dengan air
sebelum menyentuh
mengalir dan
vagina. Beri skor 2 bila ibu
sabun.
Mencuci mencuci tangan
2. Kurang bersih,
tangan menggunakan sabun dan
bila ibu mencuci
sebelum air mengalir.
Wawancara Kuisoner tangan sebelum
menyent Beri skor 1 bila ibu
menyentuh vagina
uh mencuci tangan
hanya dengan air
vagina menggunakan sabun tanpa
mengalir tanpa
air mengalir atau ibu
sabun atau dengan
mencuci tangan saja.
sabun tanpa air
Beri skor 0 bila ibu tidak
mengalir.
mencuci tangan sebelum
3. Tidak bersih,
menyentuh vagina
bila ibu tidak
pernah mencuci
tangan sebelum
menyentuh vagina

3. 1. Bersih, bila ibu Ordinal


mencuci tangan
Membersihkan tangan setelah bak atau
dengan air bersih, air bab dengan air
mengalir dan mengalir dan
menggunakan sabun sabun.
Mencuci setelah bak, dan setelah 2. Kurang bersih,
tangan bab. Beri skor 2 bila ibu bila ibu mencuci
setelah mencuci tangan tangan setelah bak
buang air menggunakan sabun dan atau bab hanya
air mengalir. Wawancara Kuisoner dengan air
kecil dan Beri skor 1 bila ibu mengalir tanpa
atau mencuci tangan sabun atau dengan
buang air menggunakan sabun tanpa sabun tanpa air
besar air mengalir atau ibu mengalir.
mencuci tangan saja. 3. Tidak bersih,
Beri skor 0 bila ibu tidak bila ibu tidak
mencuci tangan. pernah mencuci
tangan setelah bak
atau bab.

4. Memotong atau Ordinal


1. Bersih, bila ibu
menggunting kuku akan
selalu
memendekkan panjang
memotong/member
kuku yang ada pada ujung
sihkan kuku
jari tangan dan jari kaki
tangan dan kaki
menggunakan gunting
jika sudah panjang.
kuku minimal satu kali
2. Kurang bersih,
dalam seminggu.
bila ibu hanya
Beri skor 2 bila ibu selalu
Menggun memotong/member
memotong kuku tangan Wawancara Kuisoner
ting kuku sihkan kuku tangan
dan kaki jika sudah
atau kuku kaki saja.
panjang, beri skor 1 bila
3. Tidak bersih,
ibu hanya memotong kuku
bila ibu tidak
tangan atau kuku kaki saja.
memotong/member
Beri skor 0 bila ibu tidak
sihkan kuku
memotong kuku tangan
tangan dan kaki
dan kaki jika sudah
jika sudah panjang.
panjang.
5. 1. Bersih, bila ibu
Mengganti pakaian dalam
mengganti pakaian
secara teratur untuk
dalam ≥ 2x sehari.
menjaga higienitas organ
2. Kurang bersih,
genital. Penggantian
bila ibu mengganti
pakaian dalam minimal
Menggan pakaian 1 hari
dilakukan dua kali dalam
ti
sehari. Beri skor 2 bila ibu Wawancara Kuisoner sekali. Ordinal
pakaian 3. Tidak bersih,
mengganti pakaian dalam
dalam bila ibu tidak
≥ 2x sehari. Beri skor 1
mengganti pakaian
bila ibu mengganti pakaian
dalam ≥1 hari
1 hari sekali. Beri skor 0
sekali.
bila ibu mengganti pakaian
dalam ≥1 hari sekali.
Daftar Pustaka

Universitas Muhammadiyah Semarang. Gambaran Fisiologi Vagina Ibu Hamil.


https://www.google.com/unimus.ac.id diunduh pada 24 Agustus 2020

Estetika. dkk. Status Gizi Ibu Hamil dan Faktor-Faktor Terkait Dalam Rangka Perencanaan
Program Gizi di Desa Karanganyar . Poltekkes Jakarta II : 2019.

Riskesdas 2018. Kuesioner . https://kesmas.kemkes.go.id/ diunduh pada 24 Agustus 2020.


LAMPIRAN KUESIONER
I. DATA KEBERSIHAN DIRI
Beri tanda silang (x) pada jawaban responden, dan tulis nomor pilihan jawaban tsb pada setiap kolom kode sampel

No Pertanyaan Kode Sampel


SKOR

A. MANDI
Berapa kali ibu mandi dalam sehari?
1. 1. > 2 kali 3. 1 (satu) kali
2. 2 (dua) kali 4. Tidak mandi
Apakah ibu mandi menggunakan sabun mandi?
2.
1. Ya 2. Tidak
Kesimpulan :
1. Bersih bila mandi 2x atau lebih dan menggunakan sabun 2
3. 2. Kurang bersih bila mandi 1-2x tanpa menggunakan sabun 1 (skor …. ) (skor …. )
3. Tidak bersih bila tidak mandi 0
B. MENCUCI TANGAN SEBELUM MENYENTUH VAGINA
Apakah ibu selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina?
1. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
2. Mencuci tangan menggunakan sabun tanpa air mengalir
4.
(Termasuk memakai cairan antiseptic)
3. Mencuci tangan saja
4. Tidak mencuci tangan
Kesimpulan :
1. Bersih bila ibu mencuci tangan sebelum menyentuh 2
vagina dengan air mengalir dan sabun
2. Kurang bersih bila ibu mencuci tangan sebelum 1 (skor …. ) (skor …. )
5. menyentu vagina hanya dengan sabun tanpa air
mengalir atau air mengalir saja tanpa sabun
3. Tidak bersih bila ibu tidak pernah mencuci tangan sebelum 0
menyentuh vagina

C. MENGGUNTING DAN ATAU MEMBEERSIHKAN KUKU


6. Apakah ibu selalu memotong dan atau membersihkan kuku
tangan jika sudah panjang?
1. Ya 2.. Tidak
7. Apakah ibu selalu memotong dan atau membersihkan kuku kaki
jika sudah panjang?
1. Ya 2. Tidak
8. Kesimpulan
1. Bersih bila ibu selalu memotong dan atau membersihkan 2
kuku tangan dan kaki jika sudah panjang
2. Kurang bersih bila hanya memotong dan atau 1 (skor …. ) (skor …. )
membersihkan kuku tangan atau kuku kaki saja
3. Tidak bersih bila ibu tidak memotong dan atau 0
membersihkan kuku tangan dan kaki jika sudah panjang
D. MENCUCI TANGAN SETELAH BUANG AIR KECIL DAN ATAU BUANG AIR BESAR
Apakah ibu selalu mencuci tangan setelah buang air kecil dan air
besar?
1. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
9. 2. Mencuci tangan menggunakan sabun tanpa air mengalir
atau tanpa sabun menggunakan air mengalir
3. Mencuci tangan saja
4. Tidak mencuci tangan
Kesimpulan :
1. Bersih bila ibu mencuci tangan setelah buang air kecil dan 2
atau buang air besar dengan air mengalir dan sabun
2. Kurang bersih bila ibu mencuci tangan setelah buang air 1 (skor …. ) (skor …. )
10.
kecil dan atau buang air besar hanya dengan sabun tanpa
air mengalir atau air mengalir saja tanpa sabun
3. Tidak bersih bila ibu tidak pernah mencuci tangan setelah 0
buang air kecil dan atau buang air besar
E. MENGGANTI PAKAIAN DALAM
11. Berapa kali ibu mengganti pakaian dalam?
1. Mengganti ≥ 2x sehari
2. Mengganti minimal 1x sehari
3. Tidak mengganti ≥1hari sekalli
12. Kesimpulan :
1. Bersih, bila ibu mengganti pakaian dalam ≥ 2x sehari. 2
1 (skor …. ) (skor …. )
2. Kurang bersih, bila ibu mengganti pakaian 1 hari sekali.
0
3. Tidak bersih, bila ibu tidak mengganti pakaian dalam ≥1

hari sekali.

13. Total Skor


(Maksimal 10)
14. Nilai Kebersihan Diri : (Total Skor/10) x100
15. Kesimpulan Kebersihan Diri :
1. Bersih jika skor 70 – 100
2. Cukup bersih jika skor 40 - 60
3. Kurang bersih jika skor < 30

Anda mungkin juga menyukai