Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional


diantaranya ditentukan dengan adanya sumber daya manusia yang
berkualitas, yaitu manusia yang tangguh, mental yang kuat, memiliki
kecerdasan, dan kesehatan yang optimal diperoleh dari pendidikan yang
berumutu sejak pendidikan masa usia dini hingga perguruan tinggi
(Sartika, 2012). Kemampuan akademik dalam masa pendidikan diukur
dari prestasi belajar siswa yang juga menjadi tolok ukur keberhasilan anak
disekolah (Hidayati dkk, 2010). Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di sekolah
memerlukan dukungan pembangunan bidang kesehatan.

Prestasi belajar bukan semata-mata karena kecerdasan siswa saja


tetapi ada faktor lain seperti dukungan kesehatan (Syah, 2010 dalam
Agustini, 2013). Dimensi kesehatan pada anak usia sekolah, menjadi
aspek pendukung yang turut menentukan prestasi akademik. Status
kesehatan merupakan aspek fisiologis yaitu pada pertumbuhan seseorang
dapat menandakan keadaan gizi seimbang, apabila status gizi
menandakan normal makan keadaan gizi nya seimbang begitu pun
sebaliknya . Status kesehatan merupakan salah satu faktor internal yang
dapat menunjang prestasi belajar( Zaeni dan Subiono, 2011).

Bagi anak usia sekolah untuk mewujudkan kemampuan akademik,


mereka harus mampu mengikuti proses pembelajaran di sekolah secara
terus menerus, sehingga faktor kesehatan merupakan aspek penting yang
harus dimiliki secara prima oleh anak usia sekolah. Selain itu,

1
2

kehadiran siswa sebagai aspek psikologis di sekolah maupun di dalam


kelas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Kehadiran di sekolah merupakan faktor penting dalam keberhasilan
sekolah ( Rothman, 2001 dalam Khusna, 2013 ) .

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh


tubuh dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber energi, sumber zat
pembangun, dan sumber zat pengatur. Oleh karena itu pada masa
pertumbuhan dan perkembangan diperlukan asupan zat gizi yang tepat
kuantitas maupun kualitas. Kekurangan energi dan protein yang berasal
dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, berkonsentrasi, dan melakukan aktivitas. Perilaku
makan anak sehari-hari akan menetukan asupan zat gizi termasuk
kebiasaan sarapan. (Khomsan, 2002 dalam Mardiah, 2005).

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat


karena akan merangsang glukosa dan mikronutrien dalam otak yang
dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak
agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan
pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji,
2009 dalam Sari, 2015) . Selain karbohidrat, protein merupakan zat gizi
yang penting untuk otak yang diubah kedalam asam amino sebagai
transportasi aktif untuk otak sehingga berpengaruh terhadap konsentrasi
belajar (Sareen S Gropper., et al. 2005 dalam Pustika,2015).

Tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar


glukosa di bawah normal. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran,
pusing dan sakit berkonsentrasi. Itu semua karena kekurangan glukosa
yang merupakan sumber energi bagi otak . Studi mengenai sarapan yang
dilakukan di IPB oleh Faridi dkk menunjukkan bahwa 46,3 % anak di
beberapa SD di Duren Sawit Jakarta Timur selalu
3

sarapan, 41,3% kadang-kadang sarapan dan sisanya 12,4% tidak pernah


sarapan. Penelitian lainnya, menunjukkan bahwa presentase anak
Hipoglikemi pada siswa yang sarapan pagi relatif rendah (55%)
dibandingkan anak yang tidak sarapan (73%) (Wiharyanti, 2006).

Perilaku makan anak usia sekolah tidak hanya terbatas


pengaruhnya terhadap dimensi akademik di sekolah tetapi juga dimensi
status gizi. Saat ini masalah gizi anak usia sekolah selain menghadapi
masalah kekurangan gizi, tetapi juga harus mulai memberikan perhatian
pada masalah kelebihan gizi. Di Indonesia, tingkat kecukupan gizi anak
usia sekolah belum cukup memadai yaitu rata-rata kecukupan konsumsi
energi adalah 44.4% dan rata-rata kecukupan konsumsi protein adalah
30.6%. ( Riskesdas, 2010 ).

Akibat tidak sarapan pagi memiliki risiko menderita gangguan


kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-tanda
seperti lemah, kelesuan, mengantuk, keluar keringat dingin, kesadaran
menurun bahkan pingsan dapat menurunkan kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan sehingga materi yang dipelajarinya
pun kurang (Baliwati, 2004). Masalah lapar pada waktu disekolah juga
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, rasa lapar akibat tidak
sarapan pagi akan mempengaruhi prestasi belajar, menurunkan
kemampuan siswa dalam memecahkan soal (Judarwanto , 2008 dalam
Pustika, 2015 ).

Makan pagi dapat menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi


sehari yaitu sekitar 450-500 kalori dengan 8-9 gram protein. Bagi anak
sekolah,makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan mudah
menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes,
2002 dalam Pustika, 2015).
4

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi yang


kemudian berpengaruh terhadap perkembangan otak. Di mana
perkembangan otak ini pada masa anak-anak sangat dibutuhkan agar
mencapai prestasi belajar yang baik. Salah satu bahan makanan yang
penting dalam perkembangan otak adalah protein. Asupan protein
sarapan pagi sangat penting bagi tubuh karena sumber asam-asam amino
yang mengandung bahan pemebntuk jaringan-jaringan baru dan selalu
terjadi di dalam tubuh. Protein mengganti jaringan tubuh yang rusak .
Kebutuhan protein pada anak sekolah 1,0 g/kg BB (Winarno, 2004).
Bahan makanan sumber protein yang dapat membantu konsentrasi
belajar agar memperoleh hasil prestasi belajar yang baik adalah sumber
protein hewani yaitu, daging ayam, daging sapi, ikan, telur, susu, dan
produk olahannya. Pangan nabati yang banyak mengandung protein
adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Sebagian kecil terdapat
dalam sayuran dan buah-buahan ( Khomsan, 2004 dalam Pustika, 2015 ).

Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh.


Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi
terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi (Almatsier, 2009 dalam
Djihu, 2014). Kekurangan zat besi menyebabkan kadar hemoglobin di
dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia
(Waryana, 2010 dalam Djihu, 2014).

Pengaruh defisiensi Fe terutama melalui kondisi gangguan fungsi


hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlukan banyak
reaksi metabolik tubuh. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya
konsentrasi dalam belajar tampak menurun. Bukti yang tersedia
menunjukkan gangguan pada perkembangan psikomotor dan
kemampuan intelektual serta perubahan perilaku setelah terjadi anemia
defisiensi zat besi (Gibney, 2009 dalam Widyastuti, 2014 ).
5

Kebutuhan protein juga meningkat pada masa anak sekolah karena


proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.Sebanyak 59,7 %
anak usia sekolah tingkat konsumsi proteinnya kurang dari 80 %
berdasarkan AKG ( Depkes, 2012 dalam Pustika, 2015 ). Dari hasil
penelitian Pustika tentang asupan protein sarapan pagi di SD Negeri
Sumber III Surakarta menujukkan proporsi bahwa asupan protein
sarapan pagi yang kurang sebesar 49 % ( Pustika, 2015 ).

Status gizi menjadi aspek penting pada kesehatan anak usia


sekolah. Gizi yang baik menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat berlangsung dengan optimal. Asupan pemberian zat gizi atau
asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik.
Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak
benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan
pada banyak organ-organ dan sistem tubuh anak (Khosman, 2002 dalam
Mardiah, 2005).

Status gizi yang baik bagi siswa penting dalam mendukung prestasi
belajar di sekolah. Hasil penelitian pada siswa SD Negeri Barombong
Makassar menunjukkan bahwa sampel dengan status gizi baik
mempunyai prestasi belajar baik sebesar 87,1 % Sebaliknya sampel
dengan status gizi tidak baik memperoleh prestasi belajar baik hanya
sebesar 12,9 % (p<0,05). (Isdaryanti, 2007).

Hasil penelitian( Riskesdas, 2013 ) untuk Jawa barat menunjukkan


bahwa prevalensi status gizi sangat kurus 3,1 %, kurus 6,0 %, normal 72,
3%, gemuk 10,7 %, dan Obesitas 7,9 %. Angka 9, 1 % ini cukup besar
karena berpengaruh terhadap masalah status gizi di daerah Jawa Barat.
6

Data status gizi anak sekolah dasar di Kabupaten Sukabumi


menunjukkan angka kekurangan gizi yaitu anak dengan status gizi sangat
kurus sebesar 2,5%, status gizi kurus sebesar 4,4%, status gizi gemuk
sebesar 11,8% dan status gizi obesitas 6,6% (Riskesdas, 2013),
sedangkan data perilaku sarapan pada anak sekolah hanya sebesar 46
% dan 54 % tidak melakukan sarapan pagi ( Fatimah, 2012 ).

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian


tentang “ Hubungan kebiasaan sarapan pagi, asupan protein sarapan
pagi, dan status gizi dan prestasi belajar akademik siswa SD Negeri
Cigaronggong Kabupaten Sukabumi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dan prestasi
belajar akademik siswa SD Negeri Cigaronggong Kabupaten
Sukabumi ?

b. Apakah ada hubungan asupan protein sarapan pagi dan


prestasi belajar akademik siswa SD Negeri Cigaronggong
Kabupaten Sukabumi ?

c. Apakah ada hubungan status gizi dan prestasi belajar akademik


siswa SD Negeri Cigaronggong Kabupaten Sukabumi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
kebiasaan sarapan pagi, asupan protein sarapan pagi, dan status
gizi dan prestasi belajar akademik siswa SD Negeri Cigaronggong
Kabupaten Sukabumi.
7

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui gambaran kebiasaan sarapan pagi siswa sampel SD
Negeri Cigaronggong Kabupaten Sukabumi.

b. Mengetahui gambaran asupan protein sarapan pagi siswa


sampel SD Negeri Cigaronggong Kabupaten Sukabumi.

c. Mengetahui gambaran status gizi siswa sampel SD Negeri


Cigaronggong Kabupaten Sukabumi.

d. Mengetahui gambaran prestasi belajar akademik siswa sampel


SD Negeri Cigaronggong Kabupaten Sukabumi.

e. Menganalisis hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi


belajar akademik siswa SD Negeri Cigaronggong Kabupaten
Sukabumi.

f. Menganailisis hubungan asupan protein sarapan pagi dengan


prestasi belajar akademik siswa SD Negeri Cigaronggong
Kabupaten Sukabumi.

g. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan prestasi


belajar akademik siswa SD Negeri Cigaronggong.

1.4 Ruang lingkup penelitian


Lingkup penelitian ini meliputi variabel kebiasaan sarapan pagi,
asupan protein sarapan pagi, status gizi, dan prestasi belajar akademik
pada siswa SD Negeri Cigaronggong Kabupaten Sukabumi.
8

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti


Penelitian ini berguna sebagai sarana pembelajaran dalam
menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dan berguna
untuk menambah pengalaman di masa yang akan datang.

1.5.2 Bagi Sampel


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kebiasaan sarapan pagi, asupan protein, dan status gizi
kepada siswa SD negeri Cigaronggong serta memberikan informasi
mengenai pentingnya melakukan kegiatan sarapan pagi, konsumsi
asupan protein, pentingnya menjaga status gizi terhadap prestasi
belajar di sekolah.

1.5.3 Bagi Lokasi Penelitian ( SD Negeri Cigaronggong )


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
mengenai pentingnya sarapan pagi dan asupan protein dalam
memenuhi kebutuhan gizi serta menggambarkan status gizi pada
siswa SD Negeri Cigaronggong dengan kaitannya terhadap
prestasi belajar.

1.5.4. Bagi Jurusan Gizi


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi
untuk dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dalam
melengkapi referensi atau kepustakaan bidang gizi masyarakat.

1.6 Keterbatasan Penelitian


Penelitian hanya terpusat pada asupan protein pada saat sarapan
pagi dan tidak memperhatikan faktor asupan zat gizi yang lain seperti
energi dan lemak yang dapat berpengaruh juga terhadap prestasi belajar
9

dan status gizi. oleh karena itu dalam analisis selanjutnya


data asupan energi akan tetap diolah untuk memperkuat
analisis.

Pewawancara terlebih dahulu akan menjelaskan


yang dimaksud dengan sarapan pagi pada penelitian ini
dikarenakan metode wawancara kebiasaan sarapan pagi
kepada sampel bisa kurang akurat akibat perbedaan
persepsi mengenai yang dimaksud dengan sarapan pagi.

Prestasi belajar siswa merupakan konsep belajar


yang luas. Oleh karena itu dalam penelitian ini konsep
prestasi belajar siswa difokuskan pada prestasi belajar
akademik dengan menggunakan nilai UAS terakhir pada
mata pelajaran matematika dan IPA yang lebih banyak
membutuhkan ketahanan konsentrasi.

Status gizi siswa sampel yang akan dibandingkan


dibatasi di antara yang mengalami gizi kurang dan gizi baik,
sehingga dalam analisis siswa hanya dibatasi pada yang
memiliki IMT/umur sebesar < 1,00 SD.

Sarapan pagi hanya menyumbangkan 25 % dari


kebutuhan sehari sehingga untuk menggambarkan
keadaan gizi perlu ada data lain seperti makan sehari.

Anda mungkin juga menyukai