Indonesia sekarang ini sedang menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang
kependudukan yang dikhawatirkan akan menjadi masalah besar dalam pembangunan
apabila tidak ditangani dengan baik.
Perkiraan jumlah penduduk tahun 2020 sendiri adalah 252 juta orang atau bahkan sangat
lebih, bayangkan saja bagaimana rasanya berada di tanah yang sama dan menghirup udara
yang sama dengan jumlah sebanyak itu. (silahkan dibayangkan dulu) sesak sekali bukan?
Berikut adalah grafik kenaikan jumlah penduduk yang signifikan setiap 10 tahunnya. Waw,
jumlah yang mencengangkan sekali bukan ? oleh karena itu, apakah yang bsas kita lakukan
¨ rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yaitu tentang masa subur.
Remaja perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang mengetahui tentang masa subur
mencapai 65 % ( SDKI 2007 ) terdapat kenaikan dibanding hasil SKRRI tahun 2002-2003
sebesar 29% dan 32%.
¨ Remaja yang cenderung rentan terkena dampak kesehatan reproduksi adalah remaja putus
sekolah, remaja jalanan, remaja penyalahguna napza, remaja yang mengalami kekerasan
seksual, korban perkosaan dan pekerja seks komersial.
¨ Dengan mendapat informasi yang benar mengenai resiko Kesehatan Reproduksi Remaja
(KRR), maka diharapkan remaja akan semakin berhati-hati dalam melakukan aktifitas
kehidupan reproduksinya
Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PUP sendiri adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga
mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi
pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan
agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa
Tujuan PUP yaitu memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam
merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan
kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta
menentukan jumlah dan jarak kelahiran.
¨ separuh dari pasangan usia subur di Indonesia menikah di bawah usia 20 tahun.
¨ SDKI 2007 – kehamilan dan kelahiran pada usia muda (< 20 tahun) masih sekitar
8,5%. Angka ini turun dibandingkan kondisi pada SDKI 2002-2003 yaitu 10,2%.
Dimana di dalam bagan diperlihatkan apa apa yang sesharusnya dilakukan saat isteri berusia
< 20 tahun, berusia 20-30 tahun, dan saat berusia > 30 tahun. Berikut penjelasan lebih
lanjutnya yaa….:)
Keguguran
Preeklamsia (tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria)
Eklamsia (keracunan kehamilan)
Timbulnya kesulitan persalinan
Bayi lahir sebelum waktunya
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Fistula Vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina)
Fistula Retrovaginal ( keluarnya gas dan feses/tinja ke vagina)
Kanker leher rahim
Masa mengakhiri kehamilan berada pada periode PUS berumur 30 tahun keatas. Sebab secara
empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 30 tahun banyak mengalami resiko medik.
Mengakhiri kehamilan adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi
Perkawinan
Perkawinan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya terdapat banyak konsekuensi yang harus
dihadapi sebagai suatu bentuk tahap kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status
dari lajang menjadi seorang istri yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus
sepanjang perkawinan
Perkawinan di usia dewasa akan menjamin kesehatan reproduksi ideal bagi wanita sehingga
kematian ibu melahirkan dapat dihindari. Perkawinan di usia dewasa juga akan memberikan
keuntungan dalam hal kesiapan psikologis dan sosial ekonomi.
(1) keyakinan akan hasil atau manfaat yang diperoleh dari penundaan usia perkawinan, dan
(2) evaluasi terhadap masing-masing hasil yang diperoleh dari penundaan usia perkawinan.
SIKAP terhadap penundaan usia perkawinan dalam kategori tinggi yakni sebesar 77,5%,
NORMA subyektif 50,5% untuk kategori tinggi dan 22% untuk kategori sangat tinggi,
INTENSI penundaan usia perkawinan sebesar 48,5%, untuk kategori tinggi dan 24,5% untuk
kategori sangat tinggi.
faktor ekonomi,
faktor pendidikan,
faktor orang tua,
faktor diri sendiri,
faktor adat setempat.
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaaan usia perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan, perempuan mencapai minimal usia 20
tahun dan laki-laki usia 25 tahun.
Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari program Keluarga Berencana
Nasional. Program PUP akan memberikan dampak terhadap peningkatan umur kawin
pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (TFR)
Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah memberikan pengertian dan kesadaran
kepada remaja agar dalam merencanakan keluarga mereka dapat
mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga. Baik itu
kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan , sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan
jarak kelahiran
Sehat adalah suatu keadaan dimana sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara mental, dan sosiokultural. Salah
satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan fisik, dan yang sangat menentukan adalah
umur melakukan pernikahan tersebut , Secara biologis, fisik manusia tumbuh secara
berangsur-angsur sesuai dengan pertamabahan usia. Elizabeth B. Hurlock, 1993, h,189
mengungkapkan bahwa pada laki-laki organ reproduksinya diusia 14 tahun baru sekitar 10%
dari ukuran matang. Setelah dewasa, ukuran dan proporsi tubuh berkembang dan organ-organ
reproduksi pun ikut berkembang. Bagi laki-laki kematangan orang reproduksi terjadi pada
usia 20 atau 21 tahun.
Pada perempuan, organ reproduksi tumbuh pesat pada usia 16 tahun. Pada masa tahun
pertama menstruasi dikenal dengan tahap kemandulan remaja, yang tidak menghasilkan
ovulasi atau pematangan dan pelepasan telur yang matang dari folikel dalam indung telur.
Organ reproduksi dianggap sudah cukup matang pada usia 18 tahun, pada usia ini rahim
(uterus) bertambah panjang dan indung telur bertambah berat.
Dalam masa reproduksi, usia dibawah 20 tahun adalah usia yang dianjurkan untuk menunda
perkawinan dan kehamilan. Dalam usia ini remaja masih dalam proses tumbuh kembang baik
secara fisik maupun psikis. Proses tumbuh kembang berakhir pada usia 20 tahun, dengan
alasan ini maka perempuan dianjurkan menikah pada usia 20 tahun. Apabila pasangan suami
isteri menikah sebelum pada usia tersebut, dianjurkan untuk menunda kehamilan sampai usia
isteri 20 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Untuk lebih jelasnya, kalian bisa menyimak artikel dari kelompok 30 KKN SISDAMAS
2017.
Indonesia sekarang ini sedang menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang
kependudukan yang dikhawatirkan akan menjadi masalah besar dalam pembangunan
apabila tidak ditangani dengan baik.
Perkiraan jumlah penduduk tahun 2020 sendiri adalah 252 juta orang atau bahkan sangat
lebih, bayangkan saja bagaimana rasanya berada di tanah yang sama dan menghirup udara
yang sama dengan jumlah sebanyak itu. Silahkan dibayangkan dulu, sesak sekali bukan?
Oleh karena itu, apakah yang bisa kita lakukan sebagai generasi muda Indonesia?
Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yaitu tentang masa subur.
Remaja perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang mengetahui tentang masa subur
mencapai 65 % (SDKI 2007 ) terdapat kenaikan dibanding hasil SKRRI tahun 2002-2003
sebesar 29% dan 32%.
Remaja yang cenderung rentan terkena dampak kesehatan reproduksi adalah remaja putus
sekolah, remaja jalanan, remaja penyalahgunaan napza, remaja yang mengalami kekerasan
seksual, korban perkosaan dan pekerja seks komersial (PSK).
Dengan mendapat informasi yang benar mengenai resiko Kesehatan Reproduksi Remaja
(KRR), maka diharapkan remaja akan semakin berhati-hati dalam melakukan aktivitas
kehidupan reproduksinya. Selain itu, remaja juga perlu mengetahui apa itu Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP). PUP sendiri adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan
pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita
dan 25 tahun bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi
mengusahakan agar kehamilan pertama pun terjadi pada usia yang cukup dewasa.
Tujuan PUP yaitu memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam
merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan
kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta
menentukan jumlah dan jarak kelahiran.
Lalu alasan mengapa perlu Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan, karena untuk
meminimalisir kemungkinan timbulnya risiko medik seperti, keguguran, preeklamsia
(tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria), eklamsia (keracunan kehamilan), timbulnya
kesulitan persalinan, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah (BBLR), fistula
vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina), fistula retrovaginal (keluarnya gas dan
feses/tinja ke vagina), Kanker leher rahim, dsb.
Perkawinan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya terdapat banyak konsekuensi yang harus
dihadapi sebagai suatu bentuk tahap kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status
dari lajang menjadi seorang istri yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus
sepanjang perkawinan. Perkawinan di usia dewasa akan menjamin kesehatan reproduksi ideal
bagi wanita sehingga kematian ibu melahirkan dapat dihindari. Perkawinan di usia dewasa
juga akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan psikologis dan sosial ekonomi.
Rekomendasi ini ditujukan untuk kebaikan masyarakat, agar pasangan yang baru menikah
memiliki kesiapan matang dalam mengarungi rumah tangga, sehingga dalam keluarga juga
tercipta hubungan yang berkualitas. karena dalam berumah tangga sekaligus menjaga
keharmonisannya bukan suatu pekerjaan yang mudah, karena memerlukan kedewasaan
berpikir dan bertindak setiap adanya guncangan yang muncul, baik guncangan akibat
ekonomi, masalah internal maupun eksternal. Generasi muda kebanggan Indonesia, mari kita
sukseskan Program Genre.
MATERI
Dari bagan tersebut yang terkait langsung dengan PendewasaanUsia Perkawinan adalah
bagian pertama dari keseluruhankerangka Pendewasaan Usia Perkawinan dan
perencanaankeluarga. Bagian kedua dan ketiga dari kerangka dimaksud
adalah untuk pasangan usia subur. Informasi yang berkaitandengan masa menjarangkan
kehamilan dan masa mencegahkehamilan, perlu disampaikan kepada para remaja
agarinformasi tersebut menjadi bagian dari persiapan mereka untukmemasuki kehidupan
berkeluarga. Dibawah ini akan diuraikan
ciri dan langkah-langkah yang diperlukan bagi remaja apabilamemasuki ketiga masa
reproduksi tersebut.
1. Masa Menunda Perkawinan
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit ataukecacatan namun juga sehat secara mental dan sosiokultural.Salah satu
prasyarat untuk menikah adalahkesiapan secara fisik, yang sangat menentukan adalahumur
untuk melakukan pernikahan. Secara biologis, fisikmanusia tumbuh berangsur-angsur sesuai
denganpertambahan usia. Elizabeth mengungkapkan (ElizabethB. Hurlock, 1993, h. 189)
bahwa pada laki-laki, organPendewasaanorgan reproduksinya di usia 14 tahun baru sekitar 10
persendari ukuran matang. Setelah dewasa, ukuran dan proporsitubuh berkembang, juga
organ-organ reproduksi. Bagi lakilaki,kematangan organ reproduksi terjadi pada usia 20atau
21 tahun. Pada perempuan, organ reproduksi tumbuhpesat pada usia 16 tahun. Pada masa
tahun pertamamenstruasi dikenal dengan tahap kemandulan remaja, yangtidak menghasilkan
ovulasi atau pematangan danpelepasan telur yang matang dari folikel dalam indung
telur. Organ reproduksi dianggap sudah cukup matang diatas usia 18 tahun, pada usia ini
rahim (uterus) bertambahpanjang dan indung telur bertambah berat .
Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalahusia yang dianjurkan untuk menunda
perkawinan dankehamilan. Dalam usia ini seorang remaja masih dalamproses tumbuh
kembang baik secara fisik maupun psikis.Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun,
denganalasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia20 tahun. Apabila pasangan
suami istri menikah pada usiatersebut, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan sampai
usia istri 20 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.Seorang perempuan yang telah
memasuki jenjangpernikahan maka ia harus mempersiapkan diri untuk proseskehamilan dan
melahirkan.
Sementara itu jika ia menikahpada usia di bawah 20 tahun, akan banyak resiko
yangterjadi karena kondisi rahim dan panggul belumberkembang optimal. Hal ini dapat
mengakibatkan resikokesakitan dan kematian yang timbul selama proseskehamilan dan
persalinan, yaitu:
Resiko pada Proses Kehamilan
Perempuan yang hamil pada usia dini atau remajacenderung memiliki berbagai resiko
kehamilandikarenakan kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapandalam menghadapi
kehamilannya. Akibatnya merekakurang memperhatikan kehamilannya. Resiko yangmungkin
terjadi selama proses kehamilan adalah:
• Keguguran (aborsi), yaitu berakhirnya proseskehamilan pada usia kurang dari 20 minggu.
• Pre eklampsia, yaitu ketidakteraturan tekanan darahselama kehamilan dan Eklampsia, yaitu
kejang padakehamilan.
• Infeksi, yaitu peradangan yang terjadi pada kehamilan.
• Anemia, yaitu kurangnya kadar hemoglobin dalamdarah.
• Kanker rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam rahim,hal ini erat kaitannya dengan belum
sempurnanyaperkembangan dinding rahim.
• Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usiakurang dari 1 tahun.
Resiko pada Proses Persalinan
Melahirkan mempunyai resiko kematian bagi semuaperempuan. Bagi seorang perempuan
yang melahirkankurang dari usia 20 tahun dimana secara fisik belum
mencapai kematangan maka resikonya akan semakintinggi. Resiko yang mungkin terjadi
adalah:
• Prematur, yaitu kelahiran bayi sebelum usia kehamilan37 minggu.
• Timbulnya kesulitan persalinan, yang dapatdisebabkan karena faktor dari ibu, bayi dan
prosespersalinan.
• BBLR (berat bayi lahir rendah), yaitu bayi yang lahirdengan berat dibawah 2.500 gram.
• Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usiakurang dari 1 tahun
• Kelainan bawaan, yaitu kelainan atau cacat yangterjadi sejak dalam proses kehamilan.
2. Masa Menunda Kehamilan
Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahundianjurkan untuk menunda
kehamilannya sampai usianyaminimal 20 tahun. Untuk menunda kehamilan pada masaini ciri
kontrasepsi yang diperlukan adalah kontrasepsi
yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas tinggi.Kontrasepsi yang dianjurkan adalah
Kondom, Pil,
IUD, metode sederhana, implan dan suntikan.
Metode Sederhana
Pantang berkala
Merupakan cara pencegahan kehamilan dengan tidakmelakukan senggama pada saat isteri
dalam masa subur.Cara ini dapat digunakan bila perempuan memiliki siklusmenstruasi yang
teratur setiap bulannya.
Keuntungan :
• Aman tidak ada resiko/efek samping
• Tidak mengeluarkan biaya/ekonomisKeterbatasan :
• Tidak semua perempuan mengetahui masa suburnya
• Tidak semua perempuan mempunyai siklus mentruasi/haid yang teratur
• Tidak semua pasangan dapat menaati untuk tidakberhubungan seksual selama masa subur
• Dapat terjadi kegagalan jika salah menghitung
Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, di manapria mengeluarkan alat kelaminnya
(penis) dari vaginasebelum mencapai ejakulasi.
Keuntungan :
• Efektif bila digunakan dengan benar
• Tidak mengganggu produksi ASI
• Tidak ada efek samping
• Dapat digunakan setiap waktu
• Tidak membutuhkan biaya
Keterbatasan :
• Angka kegagalan tinggi
• Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual
Metode Non Hormonal
Kondom
Merupakan selubung/sarung karet yang berbentuk silinder,dapat terbuat dari latex (karet),
plastik (vinyl) atau bahanalami (produksi hewani) yang dipasang pada penis
saatbersenggama.
Keuntungan:
• Murah dan mudah didapat
• Mudah dipakai sendiri
• Mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS),HIV dan AIDS
• Membantu menghindarkan diri dari Ejakulasi Dini dankanker serviks
Keterbatasan:
• Efektifitas tidak terlalu tinggi
• Kadang menimbulkan alergi
• Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
IUD (Intra Uterine Device) /AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim)
Alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang kadang dililit oleh tembaga) dan
dimasukkan kedalamrahim oleh bidan atau dokter yang terlatih.
Keuntungan :
• Efektifitas tinggi
• Dapat dipakai dalam jangka panjang (sepuluh tahun)
• Tidak mempengaruhi hubungan seksual
• Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI
• Mudah dikontrol
Keterbatasan:
• Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklushaid (umumnya pada tiga bulan pertama
dan setelahitu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak,
perdarahan(spotting) antar menstruasi.
• Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk
HIV dan AIDS
• Diperlukan prosedur medis untuk pemasangan danpelepasan
Metode Hormonal
Pil KB
Pil akan mempengaruhi hormon perempuan yang dapatmencegah terjadinya kehamilan dan
harus diminum setiaphari (diusahakan pada waku yang sama) dan dimulai padahari pertama
haid. Sebelum pemakaian harus diperiksa dulu oleh dokter atau bidan.
Keuntungan:
• Efektifitas tinggi
• Murah dan mudah didapat
• Haid lebih teratur dan mengurangi perdarahan saathaid
• Kesuburan kembali segera setelah penggunaan pildihentikan
•Dapat digunakan jangka panjang selama perempuanmasih ingin menggunakanya.
• Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
Keterbatasan :
• Diperlukan kepatuhan yang tinggi dalampenggunaanya (tidak boleh lupa)
• Dapat terjadi efek samping: mual, pusing, berat badannaik, perdarahan bercak/ perdarahan
sela.
Suntik KB
Cairan yang mengandung zat yang dapat mencegahkehamilan selama jangka waktu tertentu
(1 atau 3 bulan).Yang disuntikkan pada pantat atau lengan atas.
Keuntungan:
• Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
• Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
• Efek samping sangat kecil
• Tidak mengganggu produksi ASI (untuk suntik KB 3bulan)
• Dapat dihentikan sewaktu-waktu jika ingin hamil
Keterbatasan:
• Kadang terjadi pusing, perdarahan sedikit-sedikit atauterhentinya haid.
• Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIVdan AIDS
• Tergantung pada tenaga medis
Susuk KB (Implant)
Kontrasepsi berbentuk silindris yang terbuat dari batangsilastik yang dimasukkan tepat di
bawah kulit pada bagiandalam lengan atas.
Keuntungan:
• Efektifitas tinggi
• Memberi perlindungan jangka panjang (3 tahun)
• Tidak mengganggu produksi ASI
• Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
• Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelahpencabutan.
Keterbatasan:
• Menimbulkan efek samping: perubahan pola haidberupa perdarahan bercak (spotting),
darah haid lebihbanyak, nyeri kepala/ nyeri payudara, peningkatan/
penurunan berat badan.
• Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIVdan AIDS
• Memerlukan tindakan medis untuk pemasangan danpencabutan
Metode Operatif/steril
Metode Operatif Wanita (MOW / tubektomi)
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikanfertilitas (kesuburan) seorang
perempuan secara permanendengan mengikat dan memotong atau memasang cincinpada
saluran telur (Tuba Fallopii) sehingga sperma tidak
bisa bertemu dengan ovum.
Keuntungan:
• Efektifitas tinggi
• Tidak menggangu produksi ASI
• Jarang ada efek samping
Keterbatasan:
• Bersifat permanen sulit untuk dipulihkan kembali
• Tidak dapat menghindarkan dari IMS, HIV dan AIDS
• Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih
• Klien dapat menyesal di kemudian hari