Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) menyebut

pada tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 kematian

per 100.000 kelahiran hidup, Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding

hasil SDKI tahun 2007 yang mencapai 288 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu (AKI) Kota Bengkulu tahun 2017 adalah 59,42 per

100,000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian adalah 4 orang. Jumlah

kematian ibu pada tahun 2016 ini terjadi penurunan jika dibanding tiga tahun

terakhir, adapun jumlah kematian ibu pada tahun 2016 adalah 6 orang, tahun

2015 adalah 15 orang, tahun 2014 dan 2013 adalah 9 orang. Angka kematian

untuk Kota Bengkulu tidak dapat dihitung karena jumlah ibu hamil tidak

mencapai 100,000 orang. (Profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, 2017;10).

Penyebab kematian maternal di indonesia adalah pendarahan 40-60%,

infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya 5% disebabkan

mual muntah dan penyakit yang memburuk saat kehamilan, mual muntah

pada awal kehamilan disebut emesis gravidarum tetapi mual muntah yang

lebih dari 10 kali sehari atau mual muntah terus menerus yang terjadi selama

20 minggu terakhir kehamilan disebut hiperemesis gravidarum. Mual dan

muntah bukan merupakan faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia,

tetapi kejadian mual dan muntah cukup besar yaitu 60% sampai 80% pada

primigravida dan 40% sampai 60% pada multigravida serta satu diantara

1000 kehamilan gejala yang dialami menjadi lebih berat. Secara umum mual

dan muntah dalam kehamilan terjadi pada 50% - 90% wanita hamil, 91%
terjadi pada trimester pertama dan hanya 3% pada trimester akhir. (Khasana

habib, Huswatun dan Ismarwati, 2009)

Emesis gravidarum dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan

efek negatif, hanya saja apabila emesis gravidarum berkelanjutan menjadi

hiperemesis gravidarum akan membawa resiko yang terjadinya gangguan

pada kehamilan misalnya dehidrasi, pasien dapat mengalami syok,

menghambat tumbuh kembang janin, gangguan keseimbangan elektrolit,

cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis, robekan pada selaput

jaringan esophagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu sering dan

memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah, prematur, dan nilai apgar kurang dari tujuh. (Indrayani Meta,

Iluh, dkk, 2017) Banyak ibu hamil yang tidak dapat mengatasi rasa mual dan

muntah sehingga keadaan berlanjut pada derajat yang lebih tinggi dan

mengakibatkan menurunnya kesehatan ibu hamil.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan Indrayani Meta, Iluh, dkk, pada

tahun 2017, Penanganan emesis gravidarum dibagi menjadi farmakologi dan

non farmakologi. Penanganan secara farmakologi terdiri dari pemberian

Vitamin yang (vitamin B kompleks, mediamer N6 sebagai vitamin dan anti

muntah) dan pengobatan sedatif ringan. Penanganan non farmakologi untuk

mengatasi emesis gravidarum misalnya dengan cara memberikan teh panas

dan memberikan jahe. Jahe merupakan tanaman obat dan juga rempah-

rempah yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. jahe hampir

tersebar diseluruh daerah tropika basah di Kawasan Asia. Sentrum utama

tanaman jahe di Indonesia adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat,

Jawa Tengah, dan Jawa Timur . Jahe dapat mengendurkan dan melemahkan
otot-otot saluran pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang.

Berdasarkan survei yang di lakukan di tiga lokasi BPM kota Bengkulu

terdapat ...% ibu TM 1 dengan emesis gravidarum di BPM ..... , dan ...% ibu

TM 1 dengan emesis gravidarum di BPM.

Dari uraian di atas ibu dengan emesis gravidarum dapat mengatasi

masalahnya dengan penanganan secara farmakologi dan penanganan non

farmakologi yang mudah di terapkan oleh ibu, sehingga penulis tertarik untuk

mengangkat judul laporan tugas akhir yaitu “ Asuhan Kebidanan pada Ibu

hamil TM 1 dengan Emesis Gravidarum menggunakan Wedang jahe”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Emisis gravidarum terjadi pada ibu primigravida karena sebagian

kecil ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormone

esterogen dan human choionic gonadotropine (HCG).

2. Emesis gravidarum terjadi pada 4 minggu pertama kehamilan

karena ibu belum dapat menyesuikan dengan kehamilan yang

dialami.

3. Emesis gravidarum terjadi pada ibu yang belum siap menerima

kehamilannya dan mengalami stres.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam

penelitian ini adalah masih banyak ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan

antenatal sedini mungkin dan mengalami emesis gravidarum. Maka rumusan


masalahnya adalah bagaimana cara memberikan asuhan kebidanan pada ibu

hamil Trimester 1 dengan emesis gravidarum di

1.4 Batasan Masalah

1. Tujuan umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan emesis

gravidarum sesuai dengan standar 7 langkah varney dan dilanjutkan

dengan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan khusus

a) Mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap dan relevan

dengan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan ibu hamil

dengan emesis gravidarum, termasuk mengumpulkan riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik secara sistematis.

b) Menegakkan data dan menegakkan diagnose pasien dengan emesis

gravidarum.

c) Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan pasien dengan emesis

gravidarum.

d) Menetapkan prioritas masalah dan kebutuhan segera pasien dengan

emesis gravidarum.

e) Menyusun rencana asuhan yang mengeluh pada ibu hamil dengan

emesis gravidarum.

f) Melaksanakan perencanaan dan implementasi.

g) Melakukan evaluasi bersama pasien terhadap pencapaian asuhan

kebidanan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.


h) Mampu mendokumentasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu TM 1

dengan emesis gravidarum.

1.5 Manfaat Penulisan

1. Bagi Akademik

Sebagai bahan acuan penelitian berikutnya bagi institusi pendidikan

dalam pengetahuan peran dan sikap bidan dalam pelaksanaan asuhan

kebidanan pada ibu hamil TM 1 dengan emesis gravidarum.

2. Bagi Lahan Praktik

meningkatkan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan

pada ibu hamil TM 1 dengan emesis gravidarum serta meningkatkan

kesadaran akan pentingnya kualitas tenaga kerja kesehatan dalam

melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil TM 1 dengan

emesis gravidarum.

3. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengalaman dan wawasan dalam melakukan

asuhan kebidanan yang baik dan benar pada setiap kasus kebidanan

yang salah satunya ibu hamil TM 1 dengan emesis gravidarum.

Anda mungkin juga menyukai