Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya dalam kehidupan kita sehari hari. Perubahan-perubahan
fidiologi yang terjadi pada tubuh kitabaik bayi baru lahir, neonatus, balita, anak-
anak, remaja bahkan dewasa sudah bisa kita rasakan dan lihat dalam wujud
bentuk, ukuran,rasa dan lain-lain.
Perubahan fisiologi yang terjadi pada neonatus sangatlah penting bahkan
menjadi titik pusat perhatian bagi keluarga dan tenaga kesehatan untuk dapat bisa
memantau setiap tumbuh kembang pada neonatus. Karena dari titik inilh awal
dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang kita alami hingga menjadi
dewasa.
Neonatus harus menjalani proses adaptasi fisiologi dari awal nya berada
dalam lingkugan rahim dan sekarang akan menjalani kehidupan di luar rahim.
Adaptasi ini di pengaruhi oelh berbagai faktor mekanik, kimiawi, dan termik
yang menimbulkan perubahan pada tubuh neonatus.Penatlaksana mengenai
kondisi kesehatan neonatus resiko tinggi yang mana mememrlukan pelayanan,
rujukan atau tindakan lanjut.
Maka dari itu, sebagai tenaga adaptasi fisiologi yang terjadi pada neonatus. Hal
ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
Selama masa janin, plasenta melaksanakan tugas fisiologi penting berupa
pertukaran gas, nutrisi, pembuangan produk sisa, dan aspek sirkulasi tambahan.
Dalam beberapa menit setelah lahir, bantuan plsenta ini terhenti sehingga sistem
kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, ginjal, dan metabolik bayi itu harus
berfungsi secara independen. Transisi dari kehidupan janin ke neonatus harus
mulus, cepat, dan berhasil. Sebagian besar kematian bayi terjadi dalam masa
neonatus (28 hari pertama) ( Berna et al, 1993 ) dasn hal ini berkaitan dengan
tidak memadainya perkembangan fungsi fisiologis neonatus.
Salah satu tahap transisi paling penting dalam adaptasi terhadap kehidupan
di luar rahim adalah pembentukan sirkulasi neonatus. Pada masa janin, sumber
oksigen adalah plasenta sehingga sebagian besar aliran darah melewatkan paru
janin. Saat lahir, sirkulasi membasuh paru dan aliran melalui struktur vaskular
janin terhenti.
Proses persalinan merupakan kejadian yang menimbulkan stres bagi bayi berupa
fluktuasi aliran darah plasenta yang sedikit banyak menimbulkan hipoksia dan
asidosis respiratorik. Peningkatan sekresi katekolamin adrenal, stimulasi sistem
saraf simpatis dan mobilisasi simpanan glikogen dan lemak merupakan hal
mendasar dalam pengaktifan mekanisme fisiologis esensial yang menyebabkan
bayi sadar dan aktif saat lahir. Namun persalinan yang berkepanjangan atau sulit
disertai hipoksia/anoksia dan asidosis dapat menyebabkan stres yang berlebihan
atau asfiksia pada bayi.
Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Selain itu, fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dari
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1).

1
Penelitian menunjukkan bahwa 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal
yaitu di bulan pertama kehidupan. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus
dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai individu yang
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dapat bertahan
dengan baik karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam
fase pertumbuhan dan perkembangan bayi (Dewi, 2013 : 11 – 12).
Salah satu upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru
lahir (neonatal) yaitu melalui pemberian imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi
pada saat merawat anak sakit khususnya pada kasus tuberkulosis, difteri, pertusis,
tetanus, polio, campak, dan hepatitis (PD3I). Dalam 18 bulan pertama usianya,
anak sudah harus menerima imunisasi tak kurang 15 kali. Kenyataannya masih
kalah banyak dengan anak – anak di Amerika yang 2 memperoleh lebih dari 20
kali selama periode usia yang sama. Imunisasi telah diakui oleh dunia secara
global telah berhasil menurunkan sebagai infeksi (Rahardjo dkk, 2014 : 395)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi fisiologis neonatus ?
2. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Pernafasan ?
3. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Peredaran Darah ?
4. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Metabolisme ?
5. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Pengaturan suhu ?
6. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Gastrointestinal ?
7. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Ginjal ?
8. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Hati ?
9. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Neurologi ?
10. Bagaimana proses adaptasi pada sistem Imunologi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui maksud dari adaptasi fisiologi neonatus
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang perubahan yang terjadi pada
neonatus
3. Untuk menjelaskan faktor yang berkaitan dengan sistem pencernaan, ginjal,
saraf neonatus yang menyebabkan susu ibu adalah makanan yang ideal.
4. Untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan agar dapat
mengaplikasikannya dalam tindakan yang nyata

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah
1. Untuk penulis
Penulis dapat menerangkan materi yang berhubungan dengan adaptasi fisiologi
pada neonatus dan perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir serta dapat
diharapkan menjadi acuan untuk mempelajari asuhan neonatus.
2. Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang adaptasi fisiologi neonatus.
Pembaca juga dapay mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
neonatus. Jadi pembaca akan tahu proses tumbuh kembang pada neonatus adalah
sangat penting.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi Fisiologi Neonatus


Menurut Maryunani (2008, hlm.15) pengertian neonatus atau bayi baru
lahir adalah dari lahir sampai usia 1 bulan. Sedangkan pengertian bayi yaitu dari
usia 1 bulan sampai berjalan sendiri. Periode nenoatal atau neonatus adalah bulan
pertama kehidupan. Bayi baru lahir normal yaitu tubuh bayi mengalami sejumlah
adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa
transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir
juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya
menajalani masa transisi dengan baik (Muslihatun, 2010.hlm.3).
Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat
gangguan adaptasi maka bayi akan sakit (Muslihatun, 2010.hlm.10)
Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan,
selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri.
Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu
yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa
dilakukan sendiri.
Neonatus adalah dapat dikatakan dengan singkat masa usia dari sejak lahir
kedunia sampai dengan 4 minggu. Anak mengalami tumbuh dan berkembang
tidak hanya di mulai dari masa neonatus, namun sejak dalam kandungan. Selain
itu, neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh.
Adaptasi neonatus adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus. Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari
fungsi dan proses vital neonatus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka
bayi akan sakit.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (Oksigen dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu)
yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.

2.2 Adaptasi pada sistem Pernafasan


Kantung udara primitif sudah terbentuk pada minggu ke-20 gestasi, dan
pada 26 mimggu, tampak brnkiolus respiratorik yang kaya akan kapiler.
Walaupun enzim untuk sintesis komponen fosfolipid-lipoprotein surfaktan sudah
ada sejak ,imggu ke-18, pneumosit tipe II mengeluarkan surfaktan hanya sejak
minggu ke-26 dengan lonjakan produksi setelah munggu ke-30. Surfaktan, suatu
zat pembasah mirip deterjen, memungkinkan peningkatan compliance paru
sehingga gaya yang diperlukan untuk mengembangkan alveolus berkurang. Tidak
adanya surfaktan menyebabkan sindrom gawat pernapasan (respiratory distress
syndrme;RDS). pada surfaktan dapat ditentukan dengan amniosentesis yang
menunjukkan tingkat kematangan sistem pernapasan.Pada minggu ke-35, rasio
L:S pada janin yang sehat adalah 2:1. Rasio menurun pada pre-eklamsia,

3
prematuritas, adiksi narkotik, diabetes ibu, dan masalah lain pada kehamilan.
Pemberian kortisol(deksametason) untuk ibu sebelum persalinan bayi dengan usia
gestasi 24 sampai 34 minggu dapat meningkatkan produksi surfaktan janin dalam
24 jam dan dapat digunakan untuk mengurangi resiko RDS(Hutchison, 1994 ).
Bayi prematur mungkin memerlukan penetesa surfaktan eksogen melalui selang
endotrakea untuk mengatasi distres pernapasan.

Paru
Sebelum lahir
Pada masa janin, paru terisi oleh cairan yang dikeluarkan oleh paru , yang
bertukar dengan cairan amnion. Saat lahir, 10-25ml/kg cairan akan dikeluarkan
atau direabsorpsi. Fetal breathing mevement (FBM)(gerakan bernapas janin)
sudah dapat terlihat dengan ultrasonografi pada trimester pertama. Pada awalnya,
gerakan tersebut intermiten, cepat, dan ireguler. Seiring dengan perkembangan
gestasi, kekuatan dan frekuensi FBM meningkat, terjadi sampai 80% dari seluruh
waktu dengan pla yang teratur (Nijhuis, 1986). Cairan paru “ dihembuskan”
keluar oleh janin kedalam cairan amnion ; hal ini diperkirakan mendorong
pertumbuhan paru dan memungkinkan terlatihnya otot pernapasan. Pola FBM
mendominasi selama siang hari dan berkolerasi dengan keadaan perilaku janin.
Keadaan terjaga pada janin berkaitan dengan pola pernapasan yang kuat. Tidur
yang tenang memperlihatkan pengurangan FBM. Senyawa adrenergik dan
klinergik, inbihitor sintesis prostaglandin, dan peningkatan kadar karbon dioksida
ibu merangsang FBM. FBM dihambat oleh hipoglikemia, merokok, konsumsi
alkohol, dan persalinan yang cepat. Walaupun tekanan parsial oksigen relatif
rendah dan tekanan parsial karbon dioksida tinggi, janin hanya melakukan
gerakan pernapasan yang dagkal walaupun hipoksia dan asidosis yang parah dapat

4
memicu janin jadi terengah-engah. Hipoksis ringan menyebabkan tidur tenang dan
penurunan pengeluaran energi, yang mungkin bersifat protektif. Gerakan
diafragma menghasilkan tekanan sekitar 25 mmHg selama 1 sampai 4 jam per hari
dalam suatu pola yang bersamaan dengan tidur rapid eye movement (REM). FBM
penting bagi perkembangan paru (Harding & Hooper, 1996) dan memungkinkan
otot pernapasan berlatih. Volume cairan di jalan napas janin berklerasi dengan
kapasitas residual fungsional pascanatal (Strang, 1991).

Paru
Setelah Lahir
Kebutuhan paling mendesak setelah lahir adalah inisiasi ventilasi. Banyak
faktor berinteraksi untuk merangsang tarikan napas pertama, termasuk perubahan
suhu dan keadaan. Asfiksia dan asidosis ringan yang timbul akibat penjepitan tali
pusat merangsang kemoreseptor medula yang meningkatkan dorongan bernapas.
Penjepitan dan manipulasi, seperti yang terjadi saat janin lewat jalan lahir, juga
merangsang pernapasan. Paru yang di penuhi oleh cairan dengan alveolus dalam
keadaan kolps serta surfaktan yang belum tersebar merata menyebabkan tingginya
resistensi terhdap pengembangan sehingga tarikan napas pertama memerlukan
usaha bernapas pertama kali. Setelah paru mengembang, cairan paru dengan cepat
direabsorpsi ke dalm pembuluh darah limfe paru. Pernapasan berikutnya
memerlukan tekanan dan kerja mekanis yang lebih kecil. Penekanan toraks pada
persalinan pervagia membantu mengeluarkan cairan dari saluran napas atas.
Sebagian besar bayi menarik napas dalm 6 detik dan memperlihatkan pola
bernapas dan pertukaran gas yang normal dalam 15 menit. Resiko takipnu transien
meningkat pada bayi yang dilahirkan memlalui seksio sesaria atau menderita
hipoksia perinatal.
Kecepatan ventilasi pada bayi baru lahir lebih tinggi dibandingkan dengan pada
orang dewasa tetapi akan setara apabila ukuran relatif diperhitungkan. Ventilasi
sering ireguler dengan bayi memperlihatkan periode pernapasan dangkal seperti
janin. . refleks yang berkaitan dengan pengembangan paru juga tampknya
berbeda. Selain refleks Hering-Breuer(pengisian paru memicu pusat inspirasi
sehungga inspirasi semkin dirangsang) (Petersen, 1987).

5
2.3 Adaptasi pada sistem Peredaran darah

Darah
Sebelum lahir
Darah janin mengandung eritrosit(sel darah merah) dengan ukuran dan
jumlah yang lebih besar disertai dengan kandungan hemoglobin yang lebih pekat
sehingga penyerapan oksigen lebih maksimal (Oh, 1986).
Setelah lahir
Saat lahir janin memperlihatkan peningkatan populasi eritrosit berinti(bahkan
lebih tinggi lagi apabila bayi mendapat stres, imatur, atau mengidap sindrom
down). Selama 3 bulan pertama kehidupan, eritrosit lebih rapuh, memperlihatkan
peningkatan metabolisme, dan memiliki usia yang lebih singkat sementara
produksi eritropoietein tertekan(Kotak 15.1)
Dengan keluarnya bayi ke lingkungan eksterna mengakibatkan terjadinya
perubahan pada jantung yang dapat mengubah sirkulasi darah pada neonatus
tersebut. Pada neonatus, darah tidak mudah bersirkulasi ke bagian ektremitas.
Itulah mengapa kaki dan tangan bayi mempunyai warna berbeda dengan
badannya. Warna kaki dan tangan neonatus berwarna kebiruan dan terasa dingin
sedangkan badan berwarna kemerah-merahan dan hangat.
Tekanan darah normal sekitar 80/46 mmHg pada saat lahir meningkat menjadi
100/50 mmHG pada hari kesepuluh.

Sirkulasi
Sebelum lahir
Karena sumber oksigen janin adalah plasenta dan bukan paru, darah dalam
sirkulasi janin mengalir dalam suatu sirkuit yang membasuh plasenta dan
umumnya melewatkan paru. Untuk melakukan hal ini, sirkulasi janin memiliki
beberapa struktur tambahan: vena umbilikus, yang mengangkut darah kaya
oksigen dan nutrien ke bagian bawah hati ke duktus venosus (suatu venosus
adalah pirau yang menghubungkan sebuah vena ke vena lain), yang masuk ke
dalam vena kava inferior dalam perjalanannya ke sisi kanan jantung. Arteri
hipogastrika, yang bercabang dari arteri iliaka unterna, menjadi arteri umbilikus di
tali pusat dan mengembalikan darah ke plasenta. Paru dilewatkan oleh dua
struktur foramen ovale, yang memungkinkan darah mengalir langsung dari atrium

6
kanan ke atrium kiri, dan duktus arteriosus, yang menghubungkan arteri
pulmonaris ke aorta desendens.
Darah kaya oksigen dan nutrien diserap dari plasenta melalui vena
umbilikalis yang kemudian mengalir melalui dinding abdomen ke sisi bawah hati.
Darah ini adalah satu-satunya darah yang tidak tercampur dan tersaturasi oleh
sekitar 80% oksigen; darah mengalir melalui duktus venosus ke vena kava inferior
di mana darah tersebut tercampur dengan darah rendah-oksigen yang kembali ke
jantung dari tubuh bagian bawah. Aliran darah dari vena kava inferior dan
superior tidak bercampur secara merata karena sudut masuk kedua pembuluh dan
bentuk atrium kanan. Karena masuknya vena kava inferior sejajar denag foramen
ovale, sebagian besar darah dari vena kava inferior akan mengalir dari atrium
kanan melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri dan aorta
asendens.
Sebagian besar darah yang masuk ke atrium kanan dari vena kava superior
lewat melalui katup trikuspid ke dalam ventrikel kanan dan ke arteri pulmonalis.
Duktus arteriosus masuk ke dalam pembuluh di percabangan arteri pulmonaris
kanan dan kiri(masing-masibg menyalurkan darah ke paru kana dan kiri); duktus
ini mengalihkan darah dari rute arteri pulmonaris ke dalam aorta desendens.
Sirkulasi pulmonaris mengalami vasokonstriksi dan resistensi vaskularnya tinggi.
Hanya sekitar 10% keluaran ventrikel kanan masuk ke dalam sirkulasi paru;
sisanya dialihkan melalui duktus srteriousus. Dari aorta desendens, darah mengalir
ke organ lain dan bagian bawah tubuh. Arteri hipogatrika bercabang dari arteri
illiaka interna dan kembali ke plasenta melalui arteri umbilikalis.
Tubuh bagian atas dan kepala mendapat darah dari arteri yang bercabang dari
arkus aorta sebelum inersi duktus arteriousus dan pencampuran dengan darah
yang sedikit kurang teroksigenasi. Percabangan dini arteri koroner dan karotis
berarti jantung dan otak mendapat otak mendapat darah yang teroksigenasi sedikit
lebih baik. Keuntungan yang diperoleh dari percabangan dini arteri subklvia yang
memperdarahi ektremitas bagian atas dapat terlihat dari perkembangan lengan
yang lebih cepat daripada tungkai bawah.

7
Setelah lahir
Saat lahir, perubahan yang menandai sirkulasi tipe janin menjadi tipe
dewasa tidak berlangsung cepat atau segera. Perubahan tersebut dimulai dalam 60
detik setelah persalinan, tetapi mungkin belum tuntas sampai beberap minggu.
Dua kejadian penentu yang memicu penutupan pirau janin adalah pengehntian
sirkulasi umbilikus sehingga perfusi plasenta yang juga terhenti, dan inflasi serta
ekspansi paru, yang menyebabkan peningkatan aliran darah paru. Tarikan napas
pertama menyebabkan ekspansi paru dan vasodilatasi pembuluh paru sebagi
respons terhadap peningkatan tekanan parsia oksigen. Bentuk berkelok-kelok
kapiler berkurang dan sirkulasi paru berubah dari jalur dengan resistensi tinggi
menjadi jalur beresistensi rendah sehingga 90% darah mengalir melalui jaringan
pembuluh darah paru. Terjadi pembalikkan singkat aliran darah melalui duktus
arteriosus, yang mengalami vasokontriksi sebagai respons terhadap perubahan
kadar oksigen, yang diperantarai oleh prostaglandin, terutama penurunan PGE(
Thotburn, 1992).

2.4 Adaptasi pada sistem Metabolisme


Saat lahir
Sistem pencernaan menyelesaikan perkembangan anatomis pada minggu
ke-24 dan neonatus aterm mampu mencerna dan menyerap susu dari lahir. Faktor
pertumbuhan spesifik spesies di air susu dari lahir. Fahtor pertumbuhan spesifik
spesies di air susu penting untuk mendorong perkembangan pencernaan
pascanatal. Usus neonatus memiliki kapasitas pencernaan dan penyerapan yang
imatur tetapi terdapat sejumlah mekanisme kompensasi, terutama bayi yang
mendapat air susu ibu(Lebenthal & Leung, 1988)
Refleks makan
Sejak lahir, seorang bayi normal dapat mengisap puting payudara,
menyalurkan air susu ke bagian bealakang mulut dan menelannya selama 5-10
menit sambil bernapas normal. Terdapat program refleks dan perilaku bawaan,
yang menjadi semakin jelas dalam sekitar satu jam setelah persalinan, termasuk
kemampuan bergerak dari perut ibu ke payudara , aktivirtas tangan terkoordinasi ,
gerakan mencari puting payudara , melekat ke payudara dan makan secara rakus
sebelum jatuh tertidur.sentuhan pada langit-langit memicu refleks menghisap.
Nenonatus memperlihatkan kerja rahang ritmik, yang menciptakan tekanan
negatif, dan gerakan peristaltiklidah dan rahang memeras air susu dari payudara
dan memindahkannya ke kerongkngan yang kemudian memicu refleks menelan.
Pada neonatus normal, refleks menyusui ini kuat saat lahir dan sudah dan sudah
tampak pada bayi prematur sejak usia sekitar 32 minggu(sekitar 1200 g). Bayi
yang sangat prematur dan mereka yang beresiko sakit atau berat lahirnya sangat
rendah memperlihatkan penurunan mencolok atau tidak adanya refleks. Refleks
mengisap dan menelan dibantu oleh konfigurasi morfologis mulut neonatus yang
khusus, langit-langit lunaknya secara proporsional lebih panjang. Neonatus juga
memiliki refleks ekstruksi sebagai respons terhadap adanya bahan padat atau
setengah padat di dalam mulutnya. Refleks ini hilang pada usis 4-6 bulan dan di
ganti oleh suatu pola gerakan menggigit ritmik yang bersamaan dengan
tumbuhnya gigi pertama pada usia 7-9 bulan.

8
Defekasi
Pengeluaran mekonium, suatu campuran mukus, sel epitel, asam lemak, dan
pigmen empedu(yang menyebabkan warna khas hitam kehijauan), memastikan
bahwa usus bagian bawah paten. Pengeluaragn tinja peralihan(mekonium dan
residu makanan), biasanya dalam 24 jam, mengisyaratkan bahwa seluruh usus
paten. Saat lahir, kapasitas lambung adalah 10-20 ml, yang dengan cepat
meningkat menjadi 200 ml pada 1 tahun.

2.5 Adaptasi pada sistem Pengaturan Suhu


Pengaturan suhu
Sebelum lahir
In utero, janin adalah penghasil panas netto walaupun peningkatan suhu ibu
mungkin mengganggunya (Edwards, Walsh,& Li, 1997). Riself difokuskan pada
peningkatan suhu ibu akibat demam, olahraga, dan peningkatan suhu
eksternal(misalnya, mandi air panas dan sauna). Hasilnya tidak konklusif. Demam
pada ibu menimbulkan efek tidak saja pada gradien suhu, tetapi juga pada
konsumsi oksigen dan hemodinamik serta mungkin berkaitan dengan tertogenesis
dan partus preamturus.

Setelah lahir
Karena suhu lingkungan biasanya lebih rendah daripada suhu ibu, bayi akan
mengalami penurunan suhu saat lahir. Pemindahan panas dipengaruhi oleh dua
gradien internal yang melibatkan pemindahan dari bagian inti ke permukaan tubuh
bayi dan gradien eksternal melibatkan pemindahan panas dari permukaan tubuh ke
lingkungan. Pemindahan panas melalui gradien internal bergantung pada
insulinasi dan aliran darah. Neonatus memiliki lemak subkutis yang lebih sedikit

9
daripada orang dewasa (sekitar 16% lemak tubuh dibandingkan dengan 30%) dan
rasio luas permukaan :massa yang lebih besar (sekitar tiga kali dari luas
permukaan relatif organ dewasa). Apabila bayi lahir dengan berat rendah , rasio
luas permukaan terhadap massa tidak saj menjadi semakin lebih besar, tetapi
insulinasi yang dihasilkan oleh lemak subkutis juga akan berkurang sementara
permeabilitas kulit meningkat. Bayi yang kecil untuk usianya memiliki kepala
yang secara proporsional lebih besar dan metabolisme yang lebih tinggi serta
mengalami kerugian dalam hal pengeluaran panansnya lebih tinggi . perubahan
pada sirkulasi perifer memepenagruhi pengeluaran panas melalui konduksi.

2.6 Adaptasi pada sistem Gastrointestinal


Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan,
mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah
melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998). Saat lahir kapasitas lambung BBL
sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah
sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan
kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan makanan dan kosong
sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998). Spingter cardiac antara
esophagus dan lambung pada neonatus masih immatur (Olds, et al., 1980),
mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera
setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena
kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980). BBL
mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan
jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area
permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et al., 1998). Bising usus pada
keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama
setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis
merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001)

2.7 Adaptasi pada sistem Ginjal


Sebelum lahir
In utero dari gastasi 9 sampai 10 minggu janin menghasilkan sejumlah
besar urine encer , yang merupakan sumber penting cairan amnion. Namun,
sebelum lahir fungsi regulatorik dan ekstronik ginjal masih minimal(Gullery,
1997). Plasenta memperbaiki setiap ketidakseimbangan osmotik. Fungsi ginjal
matang belum berkembang sampai usia sekitar 1 bulan; selama itu urine mirip
feses. Ginjal neonatus yang masing-masing beratnya 12,5 g, memiliki laju filtrasi
glomerulus yang rendah dan luas permukaan yang relatif kecil. Kemampuan
melakukan reabsorpsi atau ekskresi natrium (Na) rendah sehingga urine yang

10
dihasilkan memiliki berat jenis rendah dan hipotonik yang mencapai 1,5 kali
konsentrasi plasma (700-800 mOsm) dibandingkan dengan angka pada orang
dewasa yang 3-5 kali konsentrasi plasma (1200-1400 mOsm)

Setelah lahir
Saat lahir, pengeluaran air obligatoriknormal menyebabkan bayi kehilngan 5-10%
berat lahirnya dalam 4 hari pertama akibat pengeluaran air dan ion na. Fungsi
ginjal neonatus dapat secara efisien mencegah dehidrasi dan mengeliminasi
produk sisa metabolisme dengan kadar yang lebih rendah. Perubahan asupan
cairan (atau peningkatan beban zat terlarut) dapat meneyababkan
ketidakseimbangan osmotik, asidosis, atau dehidrasi. Risiko akan lebih rendah
apabila pemberian mkan disesuaikan dengan keinginan bayi, tetapi pada bayi
prematur dengan fungsi ginjal yang sangat imatur memerlukan perhitungan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang cermat karena bayi dapat membentuk
utine kaya Na walaupun kadar Na plasma rendah. Hal ini dapat sangat penting
apabila terjadi pengeluaran air ekstrarenal yang tinggi , misalnya pada keadaan
demam atau suhu ruangan yang tinggi.
Kemampuan untuk mengeksresikan proton atau ion hidrogen (H+) juga terbatas
sehingga neonatus lebih rentan terhadap asidosis . Eliminasi obat misalnya
antibiotik, leh sistem ginjal berkurang sehingga waktu paruh obat dalam sirkulasi
meningkat . Hal ini menyebabkan frekuensi dosis perlu diturunkan . Neonatus
seyogyanya berkemih dalam 24 jam setelah dilahirkan. Pada awalnya produksi
urine perhari adalah 15-30 ml/kg yang meningkat menjadi 100-200 ml/kg pada
hari ke-7 seiring dengan peningkatan asupan cairan. Fungsi ginjal matang belum
tercapai sampai 12 bulan sampai 2 tahun.

2.8 Adaptasi pada sistem Hati


Bilirubin
Fungsi hati neonatus serupa dengan pada orang dewasa tetapi relatif imatur.
Kemampuan membentuk protein plasma dan metabolisai zat asing masih inefesien
. hal ini , bersama dengan proses pencernaan yang belum matang menyebabka
neonatus beresiko mengalami hiperbilirubin. Sebelum lahir bilirubin dibersihkan
oleh plasenta dan ditangani oleh metabolisme ibu. Bilirubin adalah produk
penguraian hemoglobin dari sel darah merah. Zat besi dari sel darah merah di daur
ulang.

Penyimpanan bahan bakar

11
Metabolisme bahan bakar didominasi oleh jalur anabolik, sementara neonatus
harus mengatabolisme simpanan bahan bakar untuk menyediaakn nutrien diantara
saat makannay (Hay, 1994)

Pengaturan glukosa
Kadar gula darah pada neonatus cenderung turun setelah persalinan karena hati
imatur lebih efisien dalam meningkatkan sintesi glikogen daripada melakukan
glikogenolisis, dan karena bayi mengalami peningkatan aktivitas dan daerah
meras yang tinggi memerkulan glukosa dalam jumlah besar. Stress persalinan dan
pendinginan saat lahir merangsang pengeluaran katekolamin yang merangsang
pembebasan glukagon.

2.9 Adaptasi pada sistem Neurologi


Sebelum lahir
Janin berespons terhdap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu
pada kulit, dan penurunan suhu dengan mengubah respons otonom, misalmya
kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak . gerakan janin dapat dirasakan
sejak usia gestasi 14 minggu; “ latihan fisis” diperkirakan membantu pertumbuhan
otot dan ektremitas. Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan
mengolah informasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif imatur
dibandingkan dengan yang ditemukan pada spesies mamalia lainnya. Mielisasi
sempurna jalur motorik yang panjang terjadi setelah lahir, sehingga gerakan halus
jarin tangan, misalnya, belum tampak sampai beberapa bulan setelah lahir.
Setelah lahir
Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat mengalami
perkembangan pesat sebagai respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks
mungkin sedikit tertekan pada 24 jam pertama, terutama apabila terjadi
penyaluran transplasenta analgesia narkotik tetapi kemudian beberapa refleks
mulai tampak. Pada kasus asfiksia berat, skor Apgar yang rendah atau kerusakan
saraf, refleks tertekan atau mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk muncul.
Refleks menggenggam atau refleks moro digunakan untuk menilai kemampuan
refleks bayi baru lahir. Bayi juga memperlihatkan genggaman palmar yang kuat
dan gerakan melangkah ritmik. Banyak refleks yang terdapat pada neonatus akan
menghilang kecuali apabila terjadi proses patologius, yaitu refleks tersebut
muncul pada masa dewasa. Bayi memperlihatkan kesadaran umum akan keadaan
di sekitarnya dan bereaksi terhadap suara dan cahaya.
Bayi lahir dengan jalur sensorik yang aktif(Haith, 1996). Penelitian membuktikan
bahwa neonatus dapat mengenali bau ASI. Mereka dapat membedakan rasa dan
tampaknya lebih menyukai rasa manis. Walaupun bayi sudah dapat melihat pada
saat lahir, terjadi perkembangan pesat kemampuan visual dalam 6 bulan pertama.

2.10 Adaptasi pada sistem Imunologi


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi:
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.

12
2. Fungsi saringan saluran napas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi
baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut
belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir
dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai
awal kehidupan anak. Salah satu tuges utama selama masa bayi dan balita adalah
pembentukan system kekebalan tubuh.
Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir
sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih
lemah dan tidak memadai. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti
pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum)
dan detekdi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
ANTIBODI
Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis(zat-zat
pembawa pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, Limfosit B dan
makrofag). Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan mengalami
pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan
protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang limfosit B.
Antibodi juga disebut immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memeiliki suatu
bagian yang unik yang terikat kepada suatu antigen khusus.

 Kekebalan dan respon kekebalan


 Kekebalan yang didapat diperoleh setelah lahir

Pada saat lahir, sistem kekebalan seseorang belum bertemu dengan dunia luar
atau belum mulai membangun arsip memorinya. Sistem kekebalan belajar untuk
memeberikan respon terhadap semua antigen baru yang ditemuinya. Karena itu
kekebalan yan di dapat, sifatnya khusus untuk antigen yang ditemui selama hidup
seseorang. Tanda dari kekebalan spesifik adalah kemampuan untuk mempelajari,
menyesuaikan dan mnegingat. Sistem kekebalan memiliki suatu rekaman atau
ingatan dari setiap antigen yang ditemui, baik melalui pernafasan, makanan atau
kulit. Hal ini dimungkinkan karena limfosit memeiliki umur yang panjang. Jika
bertemu dengan suatu antigen untuk kedua kalinya, maka limfosit dengan segera
akan memebrikan respon spesifik terhadap antigen tersebut. Dengan adanya
respon spesifik ini, maka seseorang tidak akan menderita cacar air atau campak
lebih fari 1 kali dan karena rsspon spesifik ini pula maka vaksinisasi berhasil
mencegah terjadinya penyakit. Contohnya, untuk mencegah polio diberikan
vaksinisasi yang berasal dari virus polio yang dilemahkan. Jika kemudian orang

13
tersebut terpapar oleh virus polio, maka sistem kekebalan tubuh akan membuka
arsip memorinya, menemukan konsep untuk virus polio dan dengan segera
mengaktifkan pertahanan yang sesuai. Hasilnya adalah pemusnahan virus polio
oleh antibodi spesifik yang menetralkan virus sbelum virus memeiliki
kesempatan umtuk berlipatganda dan memasuki sistem saraf. Kekebalan bawaan
dan kekebalan yang didapat tidak tergantung satu sama lain. Setiap sistem
berinteraksi dan memepengaruhi yang lainnya, baik secara langsung maupun
melalui rangsangan sitokenesis, maka sistem kekebalan akan bereaksi
melawannya.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adaptasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian dirin individu (BBL) dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak
perubahan yang terjadi pada tubuh bayi yang setelah dilahirkan. Seiring dengan
tumbuh dan berkembangnya bayi maka satu per satu organ pada bayi baru lahir
akan menjadi matang. Perubahan tersebut mampu mebentuk sistem pada tubuh
bayi dimana ada sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem pencernaan,
sistem urogenital. Sistem Gastrointestinal, sistem syaraf, dan sistem imunologi
yang belum matang ketika bayi baru dilahirkan.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di
dalam rahim ke kehidupan di luar lahir. Periode ini berlangsung sampai 1 bulan
atau lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernafasan dan sirkulasi, sistem temoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil
serta menggunakan glukosa.

3.2 Saran

Berdasarkan makalah diatas bahwa saran yang dapart disampaikan, diharapkan


pembaca dapat memahami dan menerapkan dengan baik dan bvenar untuk dapat
menegakkan diagnosa pada bayi baru lahir dan untuk dapat mengaplikasijan
dalam tindakan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan
http://Adaptasi.fisiologi.neonatus

http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisik-
pada.html
Referensi: Andrew M. The relevance of develpmental hemostasis to hemorrhagic
disorders of newborns. Seminars in perinatology 21:70-85, 1997
Begley DJ, Firth JA, Hoult JRS. Human Reproduction and develpopmental
biology. Macmillan, New York 1987, h. 160, 199 Blackburn S.
Hyperbilirubinemia and neonatal jaundice. Neonatal network 14 : 15-25, 1995
Benal AL, Watson SP, PhaneufS, Europe-Finner GN. Biochemistry and
physiology of preterm labour and delivery. Bailliere’s Clinics in obstetrics and
gynaecology 7:523-552, 1993
Chamberlain G, Dewhurst J, Harvey D. Illustrated Textbook of obstetrics. Gower
Medical(Mosby), London, 1991
DeCasper AJ, Fifer WP. Of human bonding : newborns prefer their mother’s
voice. Science 208:1174, 1980
Edward MJ, Walsh DA, Li Z. Hyperthermia, teratogenesis, and the beat shock
response in mammalian embryos in culture international Journal of
develepomental Biology 41:345-358, 1997

16

Anda mungkin juga menyukai