Anda di halaman 1dari 7

RESIKO KEHAMILAN USIA

MUDA
http:// Oleh: Rangga Walessa, S.Psi
banten.bkkbn.go.id/Lists/
Artikel/DispForm.aspx?
ID=270&ContentTypeId=0
x01003DCABABC04B7084
 
595DA364423DE7897Isi

“ Hari ini di bumi kita, 981 ibu yang sedang berjuang akan meninggal dunia dan besok
seperti itu lagi dan begitu pula kemarin,” Itulah kutipan salah satu pernyataan dari Robin
Lim, saat menyampaikan pidato sebagai pemenang CNN Hero of the Year di CNN
Heroes. Begitu besar resiko yang dihadapi oleh ibu yang akan melahirkan dan juga saat
hamil. Terlebih jika kelahiran dan kehamilan terjadi pada usia masih muda atau kurang
dari 20 tahun.

Berikut ini beberapa resiko yang akan dihadapi para ibu hamil pada usia muda:

1. Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah


berhentinyakehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan
kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20
minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain
pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang
lain.

Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja


yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional
dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan
infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus
yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki
sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa.

2.  Pre eklamsia adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya
terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Gejala-gejala yang umum adalah
tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah
protein di urin.
Ibu hamil yang mengalami preeclampsia berisiko tinggi mengalami keguguran, gagal
ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular, pembengkakan paru-paru,
kolaps pada system pembuluh darah, dan eclampsia , yaitu gangguan tahap lanjutan
yang ditandai dengan serangan toxemia yang bisa berakibat sangat serius bagi ibu dan
bayinya.

Pada bayi, preeclampsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan


makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi bisa
kekurangan oksigen ( hypoxia ) dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya
bobot tubuh bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi, seperti
kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran ( perinatal death ).

3.  Eklamsia, kejang pada kehamilan,  Istilah eklamsia berasal dari bahasa yunani dan
berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah - olah gejala eklamsia timbul
dengan tiba - tiba tanpa di dahului oleh tanda - tanda lain. Eklamsia pada umumnya
timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda - tanda pre-eklamsia.
Eklamsia dibedakan menjadi 3 yaitu eklamsia gravidarum, eklamsia parturientum dan
eklamsia puerperale. Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklamsia didahului oleh pre-
eklamsia, tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai
usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.

4.  Infeksi atau peradangan yang terjadi pada kehamilan  

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada perempuan setelah
infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK
makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang
terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan di
saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon progesterone pada kehamilan akan
menambah besar dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos
saluran kencing.

Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan awal
trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada
kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah
sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil
akan mempermudah ISK
Komplikasi yang sering muncul akibat infeksi saluran kemih yang parah adalah
pielonefritis (radang pada piala ginjal) , hipertensi ( tekanan darah tinggi ), abortus
prematurus , hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan, kematian janin dalam
kandungan dan anemia.

5.  Anemia, kurangnya kadar hemoglobin dlm darah

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr% .Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr%  pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada
trimester II.

Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan Abortus
( keguguran) dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat
menyebabkan : persalinan premature,perdarahan antepartum,gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim,asfiksia intrauterin sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR),gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia,dan persalinan dengan tindakan yang
disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat pasca melahirkan anemia dapat menyebabkan :
atonia uteri ,retensio plasenta,perlukaan sukar sembuh,mudah terjadinya febris
puerpuralis dan gangguan involusi uteri.

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas,BBLR dan angka kematian
bayi.Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui
gejala anemia pada ibu hamil , yaitu cepat lelah,sering pusing,mata berkunang-kunang,
malaise,lidah luka,nafsu makan turun (anoreksia),konsentrasi hilang, nafas pendek (pada
anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda

6. Kanker rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya dengan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim. Pada usia remaja (12-20 tahun)
organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat
memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat
berhubungan seksual dan kemudian infeksi Virus HPV. Sel abnormal inilah yang
berpotensi tinggi menyebabkan kanker servik
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin
terkena kanker servik di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga
usia 25 tahun atau lebih tua

Untuk itu perlu ada upaya pencegahan untuk mengurangi resiko – resiko tersebut diatas
antara lain melalui sosialisasi program Pendewasaan Usia Perkawinan atau jika telah
terlanjur menikah muda, bisa melakukan program Penundaan Anak Pertama artinya
kehamilan terjadi ketika organ fisiologis sudah sempurna dan aspek psikologis sudah
siap. Biasanya kesiapan ini terjadi pada usia > 20 tahun bagi wanita dan usia > 25 tahun
pada laki – laki. Untuk menunda anak pertama dapat menggunakan alat kontrasepsi
yang memiliki reverbilitas dan fektifitas yang tinggi, seperti kondom dan IUD (susuk).

Sumber :

 http://akubidan.com/index.php?p=elearning&mod=yes&aksi=lihat&id=48

 http://informasitips.com/ibu-hamil-usia-belia-lebih-beresiko-melahirkan-bayi-
prematur

 http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/451314/38/

 www.preeklamsia.com

 http://www.eurekaindonesia.org/dampak-anemia-dan-kekurangan-energi-
kronik-pada-ibu-hamil/

 http://bidanku.com/index.php?/infeksi-saluran-kemih-pada-kehamilan

 http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan
 http://www.cancerhelps.co.id/Kanker-Servik/penyebab-kanker-servik.html

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi buruk mempunyai dampak terhadap seorang anak, antara lain adalah penurunan skor tes IQ
(Intelligent Quotient), gangguan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, penurunan rasa percaya diri
dan akhirnya prestasi sekolah yang minim (Suseno, 2008). Anak yang kekurangan gizi akan mempunyai
IQ lebih rendah 13-15 poin dari anak lain pada saat memasuki usia sekolah. Disamping itu gizi buruk
akan menurunkan produktivitas sebesar 20-30% yang mengakibatkan banyak anak gizi buruk tidak dapat
menyelesaikan sekolahnya. Dengan kata lain, gizi buruk akan menciptakan generasi baru dengan
kualitas SDM yang rendah (Suryanto, 2008).
Data UNICEF (United Children Foundation) tahun 1999 menunjukkan, 10-12 juta (50-69,7%) anak balita
di Indonesia (4 juta diantaranya dibawah satu tahun) berstatus gizi sangat buruk dan mengakibatkan
kematian, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian anak. Setiap tahun diperkirakan 7%
anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal. Ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu
anak balita dan 170.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buruk. Dari seluruh anak usia 4-24 bulan
yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempat sekarang berada dalam kondisi kurang gizi
(Herwin, 2004).
Masalah penyediaan pangan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bukan
hanya merupakan masalah nasional di berbagai negara, akan tetapi telah menjadi masalah yang bersifat
internasional. Hal ini terbukti dengan adanya badan-badan yang menangani masalah pangan yang
bernaung di bawah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (Siswono, 2001).
Masalah kurang gizi masih merupakan masalah pokok masyarakat dari dulu hingga sekarang dengan
berbagai faktor yang mendukung masalah sangat kompleks. Anak balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi
kesehatannya (Himawan, 2006).
Di Indonesia usaha peningkatan kesejahteraan rakyat telah merupakan program pemerintah. Khususnya
mengenai masalah gizi telah ada program usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK). Ada empat masalah
gizi yang utama yang telah di bahas dalam Widya Karya Nasional pangan dan gizi pada tahun 1978,
yaitu: kekurangan energi protein, kekurangan vitamin A yang merupakan penyebab kebutaan,
kekurangan yodium yang merupakan penyebab gondok endemik dan kekurangan zat besi yang
mengakibatkan anemi gizi (Siswono, 2001).
Data WHO (world health organization) tahun 2002 menyebutkan, penyebab kematian balita urutan
pertama disebabkan gizi buruk dengan angka 54%. Data Depkes ( Departemen Kesehatan )
menunjukkan angka kejadian gizi buruk pada balita pada tahun 2002 sebanyak 8% dan 27%. Pada tahun
2003 masing-masing meningkat menjadi 8,3% dan 27,3%, dan pada tahun 2005 naik masing-masing
8,8% dan 28% (Harian seputar Indonesia, 2007).
Data dinas kesehatan Kota Metro meliputi cakupan status gizi balita Kota Metro tahun 2007, balita yang
termasuk kedalam status gizi buruk sebanyak 16 orang (0,60%) status gizi kurang 431 orang (16,28%),
status gizi baik 2158 orang (81,55%) dan status gizi lebih 41 orang (1,54%).
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut saling berkaitan. Secara
langsung, pertama anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu yang cukup lama, dan
kedua anak menderita penyakit infeksi. Anak yang sakit, asupan gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh
secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat infeksi. Secara tidak langsung penyebab
terjadinya gizi buruk yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang
memadai dan sanitasi atau kesehatan lingkungan kurang baik serta akses pelayanan kesehatan terbatas
(Depkes R.I, 2005).
Disamping itu tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat
kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara
mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan
tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya
juga baik. Sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan
meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat (Kusumawati, 2004).
Berdasarkan data dari cakupan status gizi balita Kota Metro tahun 2007, dari 5 kecamatan yang ada di
Kota Metro, Metro Barat masih terdapat 15 orang balita dengan status gizi buruk dan 31 orang balita
dengan status gizi kurang. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara
pengetahuan ibu balita dengan status gizi pada balita di Kelurahan Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat
Tahun 2008.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi
balita di Kelurahan Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat tahun 2008?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian : Analitik kuantitatif
2. Subyek Penelitian : Ibu-ibu yang mempunyai balita
3. Objek Penelitian : Pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita
4. Lokasi Penelitian : Di wilayah Kelurahan Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat
5. Waktu Penelitian : 9-14 Juni 2008

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi
dengan status gizi balita di Kelurahan Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui seberapa besar kejadian gizi buruk di Kelurahan Ganjar Agung Kecamatan Metro
Barat
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu balita tentang gizi pada balita di Kelurahan Ganjar Agung
Kecamatan Metro Barat.
c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi pada balita
di Kelurahan Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Metro
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya evaluasi dan pemantauan
tentang status gizi serta sebagai bahan masukan dalam perencanaan program peningkatan gizi di
Kelurahan Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat
2. Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Ganjar Agung
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pemantauan tentang status
gizi balita serta sebagai bahan masukan dalam perencanaan program peningkatan gizi di wilayah kerja
puskesmas tersebut
3. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswi di Poltekkes Tanjung
Karang Program Studi Kebidanan Metro.
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian yang lain atau serupa
atau yang lebih lanjut.

Selanjutnya klik disini: makalah asuhan kebidanan: Hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang
gizi dengan status gizi balita di kelurahan 
dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI 

Anda mungkin juga menyukai