OLEH:
INTAN PERMATASARI
J1A118001
AKK 018
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat.Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “MANAJEMEN LOGISTIK” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Dr.
Suhadi, S.KM., M.Kes.,selaku dosen mata kuliah Manajemen Logistik yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah saya buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENYIMPANAN
A. Pengertian Penyimpanan
Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 penyimpanan
merupakan kegiatan melakukan penerimaan, penyimpanan, pengaturan,
pembukuan, pemeliharaan barang dan pengeluaran dari tempat
penyimpanan. Sedangakan menurut Subagya (1988:68) penyimpanan juga
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam
ruang penyimpanan. Penyimpanan juga dapat diartikan kegiatan dan usaha
untuk melakukan pengurusan penyelenggaraaan dan pengaturan barang-
barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan barang
daerah dilaksanakan dalam rangka pengawasan, penyelenggaraan dan
pengaturan barang persediaan di dalam gudang/ruang penyimpanan
sehingga dalam pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan
dapat dilayani dengan cepat dan tepat.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat–obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat (Depkes RI, 2007).
Penyimpanan dilakukan agar p ersediaan dalam keadaan stabil,
terjaga kualitasnya, mudah dicari, mudah diawasi, dan terjaga
keamanannya. Penyimpanan barang logistik dapat dilakukan dengan metode
FIFO (First In First Out), Fast and slow moving, sistem abjad, dan
kelompok barang (Subagya, 1994). Dalam melakukan penyimpanan ada dua
hal yang harus diperhatikan, yaitu penyediaan tempat dan penentuan tempat
(B.O. Harahap, 1992). Hal ini ditujukan agar fungsi penyimpanan dapat
berjalan dengan benar. Penyimpanan logistik umumnya dilakukan di sebuah
gudang. Saat ini, fungsi gudang telah berkembang, tidak hanya sebagai
tempat penyimpanan. Banyak organisasi yang memanfaatkan gudang
sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan yang terkait proses
penerimaan, put away, storing, picking, and delivering (Widiyanto dan
Tenaka dalam PPM dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011).
Penyimpanan merupakan proses penahanan barang sewaktu
menunggu permintaan untuk dikeluarkan. Proses penahanan barang tersebut
dilakukan disatu tempat yang berupa gudang. Jadi gudang atau storage
merupakan tempat untuk menyimpan barang baik bahan baku, barang
setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikirim kepelanggan. Sebagian
besar gudang yang digunakan untuk menyimpan barang ditempatkan pada
lokasi tertentu sampai barang tadi diperlukan di dalam proses produksi.
Bentuk gudang akan tergantung ukuran dan kuantitas dari komponen
didalam persediaan dan karakter sistem penanganan. (Sitompul, 2010).
Penyimpanan barang di gudang dilakukan dengan menggunakan
lemari, rak, rak palet, dan tanki (G. Ghiani, G. Laporte and R. Musmanno,
2004). Penyimpanan logistik dengan alat penyimpanan yang sesuai dan
dilakukan secara benar maka akan mempermudah petugas gudang dalam
melakukan kegiatan lainnya seperti pendistribusiaan dan pemeliharaan
barang, serta menghindari hal- hal yang dapat merusak barang. Untuk
produk-produk yang memiliki pergerakan tinggi dan memiliki bobot yang
lebih berat harus diletakkan di dekat pintu gudang, aisle utama, dan pada
posisi bawah jika diletakkan dalam rak (Widiyanto dan Tenaka dalam PPM
dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011). Untuk obat- obatan tertentu yang
membutuhkan penyimpanan khusus, biasanya disimpan dalam sebuah
kulkas atau lemari pendingin. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan
usaha untuk melakukan pngelolaan barang persediaan di tempat
penyimpanan.
Penyimpanan didalam gudang barang jadi bisa mencapai waktu yang
cukup lama itu berdasarkan kebutuhan barang itu sendiri, sehingga ada
beberapa macam tipe penimpanan didalam gudang yaitu dari macam-
macam produk, produk yang mungkin tingkat umurnya pendek hanya
menyimpan dalam skala waktu beberapa lama, akan tetapi produk yang
umur produknya lama bisa menyimpan dalam waktu yang cukup lama,
sehingga perlu membutuhkan tempat penyimpanan atau (storage).
B. Tujuan Penyimpanan
C. Fungsi Penyimpanan
Menurut Subagyo (1988:68), penyimpanan berfungsi untuk menjamin
penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi–fungsi sebelumnya dengan
pemenuhan setepat–tepatnya dan dengan biaya serendah mungkin.
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah
ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-
tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan
mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang
lain adalah kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari
kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari
pencuri. Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan barang agar pada saat
diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan tepat.
B. Tujuan Distribusi
Tujuan distribusi obat adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan tepat waktu (Depkes RI, 2011).
Tujuan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) adalah untuk
menjamin dan memastikan bahwa distribusi/ penyluran obat/bahan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. Selain itu juga berupaya
untuk mengantisipasi pemalsuan obat dan / atau bahan obat serta beredarnya
obat palsu yang dapat merugikan dan/atau bahkan berisiko timbulnya korban
jiwa.
C. Kegiatan Distribusi
Kegiatan distribusi logistik dibagi menjadi dua yaitu
1. Skrining resep
a. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, nomor izin praktik, alamat, tanggal penulisan resep, tanda
tangan atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan
berat badan pasien
b. Melakukan pemeriksaaan kesesuaian farmasetikyaitu: bentuk sediaan,
dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian obat.
c. Mengkaji aspek klinis yaitu: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan kondisi khusus lainnya).
d. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan
2. Mencari dan mengumpulkan obat
a. Mencari obat
1) Baca etiket pada wadahnya
2) Baca nama generiknya (zat berkhasiatnya)
3) Perhatikan nama obat yang hampir sama
b. Mengamati tanggal kadaluarsa dan mutu obat
1) Perhatikan tanggal kadaluarsa dietiket pada wadah obat
2) Amati apakah obat masih baik atau tidak untuk digunakan
3) Pengaturan dan pengamanan obat dalam ruang peracikan
3. Formulasi
a. Menghitung jumlah obat
1) Amati dosis sekali pakai pada resep
2) Perhatikan jumlah pemakaian obat per hari
3) Perhatikan lamanya pemakaian obat. Jumlah obat yang disiapkan
adalah: dosis x jumlah pemakaian per hari x lama pemakaian.
b. Tata cara menghitung atau mengukur
1) Menghitung tablet dan kapsul
a) Periksa dan baca sekali lagi informasi pada etiket
b) Pakai sarung tangan dan gunakan spatula atau pisau untuk
menghitung tablet dan kapsul
c) Selesai menghitung, kembalikan sisa obat kedalam wadah
semula
d) Bersihkan kembali meja tempat bekerja
2) Mengukur cairan
a) Bersihkan gelas ukur yang akan dipakai
b) Baca kembali etiket pada botol
c) Pegang botol dengan etiket menghadap ke tangan
d) Tuangkan kedalam gelas ukur
e) Tutup kembali botol
f) Periksa etiket sekali lagi
3) Melarutkan dan mengencerkan
a) Melarutkan
Periksa dan baca sekali lagi informasi pada etiket obat
Untuk melarutkan sirup kering, gunakan aquadest atau air
yang sudah dimasak
Untuk sediaan injeksi harus menggunakan aquadest steril
khusus untuk injeksi (aqua pro injeksi)
b) Mengencerkan
Gunakan alat ukur yang bersih
Untuk mengukur dengan cairan volume yang kecil,
misalnya 5ml, gunakan alat suntik yang bersih
4) Membuat dan membagi sediaan dalam bentuk serbuk
a) Hitung tablet/kapsul atau timbang bahan yang diperlukan
sejumlah yang tertera pada resep
b) Perhatikan kekuatan dan dosis obat
c) Gerus dalam mortir sampai halus dan homogeny
d) Siapkan kertas perkamen sebanyak yang diminta dalam resep
e) Apabila jumlah serbuk yang diminta sebanyak 12 bungkus,
maka:
Pertama-tama serbuk dibagi 2 sama banyak
Masing-masing bagian dibagi 3 sama banyak, sehingga
diperoleh 6 bagian
Selanjutnya masing-masing bagian dibagi 2 sama banyak
sehingga diperoleh 12 bagian
f) Apabila jumlah serbuk yang diminta 15 bungkus, maka
Pertama-tama serbuk dibagi 3 sama banyak
Selanjutnya masing-masing bagian dibagi 5 sama banyak
sehingga diperoleh 15 bagian
5) Pengemasan dan pemberian etiket
a) Pengemasan
Pengemasan
Tablet dan kapsul
Gunakan kemasan yang sesuai misalnya: kantong plastik,
kantong dari kertas yang bersih, botol obat kosong yang
bersih dan kering, dan vial.
Cairan
Gunakan kemasan yang sesuai misalnya: botol gelas atau
botol plastik yang bersih dan kering, dilengkapi dengan
tutup botol yang baik
Krim/salep
Gunakan kemasan yang sesuai misalnya: wadah gelas
bermulut lebar, dilengkapi dengan tutup yang baik, tube
plastik/metal yang stabil
b) Pemberian etiket
Selesai mengemas, selanjutnya mencantumkan etiket pada
masing-masing wadah obat. Informasi pada etiket harus rapi,
singkat, Informasi yang harus ada pada etiket:
Nama obat
Kekuatan obat
Isi/volume obat
Cara pemakaian
Nama pasien
Tanggal penyerahan obat
Nama dan alamat unit pelayanan
6) Penyerahan obat kepada pasien
Selesai pengemasan dan pemberian etiket pada saat penyerahan
obat kepada pasien hendaknya diberikan penjelasan-penjelasan
atau informasi yang cukup berkaitan dengan obat yang
diserahkan. Jika memberikan obat kepada pasien, sangat penting
memastikan bahwa pasien telah menerima:
a) Obat yang benar
b) Jumlah yang tepat
c) Informasi yang sesuai tentang bagaimana meminum obat
tersebut
Pemberian obat kepada pasien meliputi:
a) Pemeriksaan resep
b) Mengumpulkan obat sesuai resep
c) Menghitung jumlah obat
d) Mengemas obat dalam wadah yang sesuai
e) Menyerahkan obat kepada pasien
7) Pemberian informasi kepada pasien
Penyebab utama pasien tidak menggunakan obat dengan
tepat karena tidak mendapatkan penjelasan dan petugas yang
memberikan pengobatan atau menyerahkan obat. Oleh sebab itu
sangatlah penting menyediakan waktu untuk memberikan
penyuluhan kepada pasien tentangobat yang diberikan
(Sulistiono, 2008).
Kegiatan pelayanan yang harus dilakukan oleh apoteker
untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak
bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana.
C. Manfaat Pemeliharaan
G. Jenis Pemeliharaan
Ruang lingkup manajemen pemeliharaan mencakup setiap tahap
dalam siklus hidup sistem teknis (pabrik, mesin, peralatan, dan fasilitas),
spesifikasi, akusisi, perencanaan, operasi, evaluasi kinerja, perbaikan, dan
pembangunan. Dalam konteks yang lebih luas fungsi pemeiliharaan juga
dikenal sebagai manajemen aset fisik.
Menurut Swanson (2001) dalam International Journal of production
Economics “linking maintenance strategies to performance” sistem
pemeliharaan sebagai strategi perusahan untuk mendukung kinerja produksi
dibagi menjadi tiga garis besar yaitu:
1. Pemeliharaan Reaktif (Reactive Maintenance)
Prinsip pemeliharaan ini adalah aktifitas pemeliharaan (baik
penggantian atau perbaikan) hanya dilakukan jika mesin atau peralatan
tersebut rusak. Pemeliharaan reaktif memiliki kelibihan dalam
meminimalkan jumlah biaya dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk
melakukan pemeliharaan. Namun kekurangannya adalah kerusakan yang
tidak dapat di prediksi sewaktu-waktu, banyaknya jumlah scrap, dan
tingginya biaya yang diakibatkan kecelakaan akibat breakdown pada
mesin ata peralatan.
2. Pemeliharaan proaktif (Proactive Maintenance)
Pemeliharaan proaktif adalah strategi pemeliharaan dimana
kerusakan/breakdown dapat dihindari dengan melakukan aktifitas-aktifitas
yang mengawasi kondisi mesin dan melakukan perbaikan-perbaikan minor
untuk mempertahankan kondisi mesin dalam keadaan optimal.
Pemeliharaan proaktif terdiri dari pemeliharaan preventif dan
pemeliharaan prediktif.
a. Pemeliharaan Preventif (Preventive maintenance)
Pemeliharaan preventif pada prinsipnya adalah pemeliharaan
berdasarkan pemakaian. Aktifitas pemeliharaan dilakukan setelah
penggunaan mesin/peralatan selama periode tertentu. Tipe
pemeliharaan ini mempunyai asumsi bahwa mesin akan mengalami
kerusakan/breakdown pada satu periode tertentu. Kelebihan
pemeliharaan ini adalah dapat mengurangi kemungkinan breakdown
serta dapat memperpanjang umur mesin atau peralatan. Kelemahannya
adalah aktifitas pemeliharaan dapat menginterupsi jalannya sistem
produksi.
b. Pemeliharaan Prediktif(Predictive maintenance)
Pemeliharaan prediktif sering dirujuk sebagai pemeliharaan berdasarkan
kondisi. Artinya, aktifitas pemeliharaan baru dilakukan pada suatu
kondisi mesin tertentu. Dalam pemeliharaan prediktif, digunakan
berbagai peralatan untuk mendiagnosa mesin untuk mengukur kondisi
fisik dari mesin, seperti getaran, suhu, kebisingan, pelumasan, dan
korosi. Ketika salah satu parameter ini mencapai kondisi tertentu,
aktifitas pemeliharaan dilakukan dengan mengembalikan ke kondisi
semula. Pemeliharaan prediktif mempunyai premis yang sama dengan
pemeliharaan preventif, namun dengan kriteria yang berbeda untuk
melakukan aktifitas pemeliharaan. Sama seperti
3. Pemeliharaan agresif (Aggressive Maintenance)
Pemeliharaan agresif mengupayakan segala cara untuk
menghindari kerusakan mesin/peralatan. Pemeliharaan agresif, seperti
Total Productive Maintenance (TPM). Pendekatan yang dilakukan TPM
tidak hanya mencakup pada pencegahan kerusakan, namun meliputi
seluruh kegiatan pada lantai produksi, dan melibatkan seluruh karyawan,
tidak hanya dari divisi pemeliharaan saja9. Parameter pada TPM adalah
meningkatnya efektifitas penggunaan peralatan secara menyeluruh (overall
equipment effectiveness).
Aktifitas pemeliharaan pada TPM meliputi eliminasi 6 wastes, yaitu:
kegagalan mesin, waktu setup dan adjustment, gangguan kemacetan dan
idle, serta kerusakan/cacat produk. Dalam TPM, dibentuk suatu grup kecil
yang mengkoordinasikan divisi pemeliharaan dan divisi produksi untuk
membantu pelaksanaan pemeliharaan. Para pekerja di bagian produksi
juga terlibat dalam melakukan pemeliharaan dan mempunyai peran yang
penting dalam mengawasi kondisi mesin/peralatan. Upaya ini dapat
meningkatkan keahlian para pekerja dan mengefektifkan peran pekerja
dalam mempertahankan kondisi peralatan dalam keadaan optimal.
I. Tahapan Pemeliharaan
BAB IV PENGHAPUSAN PERSEDIAAN LOGISTIK
A. Pengertian Pengahapusan
Penghapusan adalah kegiatan untuk menghilangkan dari daftar
inventaris bahan atau barang oleh karena barang sudah rusak, kadaluarsa
sehingga sudah tidak layak untuk dipergunakan lagi, hilang, susut, atau
sesuai peraturan harus dihilangkan (Subagya, 1994). Secara lebih operasional,
penghapusan logistik merupakan pengakhiran fungsi logistik dengan
pertimbangan-pertimbangan dan argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Ditukarkan
a. Cara penghapusan logistik secara penukaran dilakukan dengan alasan
organisasi lebih membutuhkan logistik lain.
b. Penukaran yang dapat dilakukan adalah ketika suatu organisasi lain
memilki kelebihan barang logistik yang kurang dibutuhkan di sisi lain
suatu organisasi membutuhkan barang tersebut dan mempunai
kelebihan barang lain yang tidak dibutuhkan. Hal inilah yang disebut
dengan barter.
c. Dengan cara ini berarti organisasi akan menukarkan logistik yg
dimiliki (dengan beberapa alasan yangg dapat dipertanggungjawabkan)
dengan logistik yang dibutuhkan organisasi.
Selain itu suatu organisasi juga harus mempertimbangkan dan
mengacu pada prinsip-prinsip pengadaan logistik dengan cara
menukarkan, antara lain :
Logistik yang ditukarkan harus benar-benar sudah tidak dibutuhkan
instansi,
nilai logistik yang dipertukarkan harus sepadan, dan
saling menguntungkan kedua belah pihak.
1. Dipindahkan
Penghapusan dengan cara dipindahkan adalah penghapusan barang yang
lebih menekankan pada penghapusan di tingkat internal organisasi atau di
masing-masing unit kerja organisasi. Pemindahan dapat dilakukan ketika
barang yang dimilki oleh suatu unit kerja dirasa sudah tidak dibutuhkan
lagi karena berbagai alasan sedangkan ada unit kerja yang mungkin lebih
membutuhkan logistik tersebut. Dengan demikian secara fisik barang
tersebut tidak dihapuskan dari suatu organisasi namun hanya dipindahkan
dari suatu unit kerja ke unit kerja lainnya.
2. Dihibahkan
Dihibahkan merupakan salah satu cara penghapusan logistik yakni
dengan cara memberikan/menyumbangkan barang tersebut kepada
pihak lain.
Barang tersebut diberikan oleh organisasi secara cuma-cuma kepada
pihak/organisasi lain yang membutuhkan logistik yang dihapuskan
tersebut.
Pertimbangan pelaksanaan hibah barang milik daerah :
Kepentingan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini berkaitan
dengan tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, dan sejenisnya.
Contohnya: pemkot solo memilki tanah kosong yang dirasa kurang
strategis untuk membangun beberapa insfrastruktur kota karena
terletak di daerah yang terpencil. Karena melihat penduduk di
sekitar tanah tersebut yang beragama mulim namun belum
memiliki masjid, maka pemkot solo dapat menghibahkan tanah
tersebut kepada warga setempat untuk dipergunakan sebagai lahan
pembangunan masjid.
Kepentingan penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini lebih
berkaitan dengan hibah antar tingkat pemerintahan (Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah dan antar Pemda).
3. Pemanfaatan kembali (recycle)
Penghapusan dengan cara ini berarti barang yang dihapus kemudian
diubah menjadi barang lain yang memiliki fungsi dan kegunaan yang
berbeda dari fungsi dan kegunaan semula. Misalnya, suatu pemerintah
daerah memilki kantor pemerintahan yang baru. Maka dari itu kantor yang
lama harus dihapuskan karena memang sudah tidak digunakan lagi. Cara
yang dapat digunakan untuk penghapusan salah satunya adalah dengan
pemanfaatan kembali (recycle). Kantor lama dapat digunakan sebagai
perpustakaan atau mungkin museum yang nantinya dapat meningkatkan
pariwisata daerah.
4. Dimusnahkan
Cara ini sebenarnya merupakan cara yang paling mudah dilakukan namun
dampaknya cukup besar. Dengan pemusnahan maka secara otomatis
organisasi tidak akan memperoleh keuntungan material maupun non-
material. Karena logistik yang dihapuskan akan benar-benar hilang. Oleh
karena itu penghapusan dengan cara ini harus dipertimbangkan secara
matang. Misalnya dengan melihat bahwa logistik tersebut benar-benar
sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pengertian Pencatatan dan Pelaporan
Pengertian Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka pengelolaan obat secara tertib baik obat yang diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan diunit pelayanan kesehatan
C. Alur Pelaporan
D. Periode Pelaporan
BAB VI PENGENDALIAN LOGISTIK
A. Pengertian Pengawasan dan Pengendalian Logistik
PengendalianMerupakan tindakan pengaturan dan pengarahan
pelaksanaan dengan maksud agar tujuan tertentu dapat dicapai secara efisien
dan efektif. Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan,
penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah
manajemen logistik yang sedang atau telah berlangsung.
Pengendalian merupakan fungsi inti dari pengelolaan logistik yang
meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan
logistik (Aditama, 2002). Bentuk dari pengendalian bermacam-macam, dari
yang paling sederhana hingga yang kompleks. Contoh pengendalian yang
sederhana yang biasa dilakukan adalah pencatatan. Di rumah sakit sendiri,
pencatatan memiliki fungsi untuk pengendalian terhadap berjalannya siklus
logistik di rumah sakit (Imron, M., 2010). Menurut (A. Gunasekaran, E.W.T.
Ngai, 2003), di dalam suatu pengendalian terdapat beberapa kegiatan seperti
pengumpulan, pemrosesan, penerimaan, pelaporan, dan penyimpanan data
yang digunakan sebagai informasi untuk kegiatan pengendalian proses
logistik.
B. Tujuan Pengendalian