Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH MANAJEMEN LOGISTIK

OLEH:

INTAN PERMATASARI

J1A118001

AKK 018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat.Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “MANAJEMEN LOGISTIK” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Dr.
Suhadi, S.KM., M.Kes.,selaku dosen mata kuliah Manajemen Logistik yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah saya buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Muna, 29 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENYIMPANAN
A. Pengertian Penyimpanan
Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 penyimpanan
merupakan kegiatan melakukan penerimaan, penyimpanan, pengaturan,
pembukuan, pemeliharaan barang dan pengeluaran dari tempat
penyimpanan. Sedangakan menurut Subagya  (1988:68) penyimpanan juga
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam
ruang penyimpanan. Penyimpanan juga dapat diartikan kegiatan dan usaha
untuk melakukan pengurusan penyelenggaraaan dan pengaturan barang-
barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan barang
daerah dilaksanakan dalam rangka pengawasan, penyelenggaraan dan
pengaturan barang persediaan di dalam gudang/ruang penyimpanan
sehingga dalam pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan
dapat dilayani dengan cepat dan tepat.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat–obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat (Depkes RI, 2007).
Penyimpanan dilakukan agar p ersediaan dalam keadaan stabil,
terjaga kualitasnya, mudah dicari, mudah diawasi, dan terjaga
keamanannya. Penyimpanan barang logistik dapat dilakukan dengan metode
FIFO (First In First Out), Fast and slow moving, sistem abjad, dan
kelompok barang (Subagya, 1994). Dalam melakukan penyimpanan ada dua
hal yang harus diperhatikan, yaitu penyediaan tempat dan penentuan tempat
(B.O. Harahap, 1992). Hal ini ditujukan agar fungsi penyimpanan dapat
berjalan dengan benar. Penyimpanan logistik umumnya dilakukan di sebuah
gudang. Saat ini, fungsi gudang telah berkembang, tidak hanya sebagai
tempat penyimpanan. Banyak organisasi yang memanfaatkan gudang
sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan yang terkait proses
penerimaan, put away, storing, picking, and delivering (Widiyanto dan
Tenaka dalam PPM dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011).
Penyimpanan merupakan proses penahanan barang sewaktu
menunggu permintaan untuk dikeluarkan. Proses penahanan barang tersebut
dilakukan disatu tempat yang berupa gudang. Jadi gudang atau storage
merupakan tempat untuk menyimpan barang baik bahan baku, barang
setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikirim kepelanggan. Sebagian
besar gudang yang digunakan untuk menyimpan barang ditempatkan pada
lokasi tertentu sampai barang tadi diperlukan di dalam proses produksi.
Bentuk gudang akan tergantung ukuran dan kuantitas dari komponen
didalam persediaan dan karakter sistem penanganan. (Sitompul, 2010).
Penyimpanan barang di gudang dilakukan dengan menggunakan
lemari, rak, rak palet, dan tanki (G. Ghiani, G. Laporte and R. Musmanno,
2004). Penyimpanan logistik dengan alat penyimpanan yang sesuai dan
dilakukan secara benar maka akan mempermudah petugas gudang dalam
melakukan kegiatan lainnya seperti pendistribusiaan dan pemeliharaan
barang, serta menghindari hal- hal yang dapat merusak barang. Untuk
produk-produk yang memiliki pergerakan tinggi dan memiliki bobot yang
lebih berat harus diletakkan di dekat pintu gudang, aisle utama, dan pada
posisi bawah jika diletakkan dalam rak (Widiyanto dan Tenaka dalam PPM
dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011). Untuk obat- obatan tertentu yang
membutuhkan penyimpanan khusus, biasanya disimpan dalam sebuah
kulkas atau lemari pendingin. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan
usaha untuk melakukan pngelolaan barang persediaan di tempat
penyimpanan.
Penyimpanan didalam gudang barang jadi bisa mencapai waktu yang
cukup lama itu berdasarkan kebutuhan barang itu sendiri, sehingga ada
beberapa macam tipe penimpanan didalam gudang yaitu dari macam-
macam produk, produk yang mungkin tingkat umurnya pendek hanya
menyimpan dalam skala waktu beberapa lama, akan tetapi produk yang
umur produknya lama bisa menyimpan dalam waktu yang cukup lama,
sehingga perlu membutuhkan tempat penyimpanan atau (storage).

B. Tujuan Penyimpanan

C. Fungsi Penyimpanan
Menurut Subagyo (1988:68), penyimpanan berfungsi untuk menjamin
penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi–fungsi sebelumnya dengan
pemenuhan setepat–tepatnya dan dengan biaya serendah mungkin.
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah
ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-
tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan
mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang
lain adalah kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari
kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari
pencuri. Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan barang agar pada saat
diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan tepat.

D. Kegiatan Penyimpanan Logistik


Adapun kegiatan dari penyimpanan, antara lain:
1. Menerima, menyimpan, mengatur dan menjaga keutuhan barang dalam
gudang/ruang penyimpanan agar dapat dipergunakan sesuai dengan
rencana secara tertib, rapi dan aman.
2. Menyelenggarakan administrasi penyimpanan/pergudangan atas semua
barang yg ada dalam gudang.
3. Melakukan stock opname secara berkala ataupun insidentil terhadap
barang Persediaan yg ada didalam gudang agar persediaan selalu dapat
memenuhi kebutuhan.
4. Membuat laporan secara berkala atas persediaan barang yg ada di gudang.
BAB II DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT
A. Pengertian Distribusi
Pendistribusian adalah penyerahan logistik dari mulai penerimaan
hasil pengadaan sampai dengan digunakan oleh petugas yang ditunjuk.
Beberapa cara distribusi permohonan bagian/user, sistem tingkat
PAR/standar, dan pertukaran kereta (Exchange cart) (Subagya, 1994).
Permohonan bagian/user adalah cara paling klasik. Petugas user memohon ke
logistik. Kelemahan permohonan bagian/user sukar memprediksi persediaan,
frekuensi meningkat. Cara ini lebih cocok untuk barang yg mahal dan jarang.
Sistem tingkat PAR/standar, petugas logistik mendatangi tiap bagian pada
jangka waktu tertentu, mengecek sisa persediaan bagian dan menulis order
sampai tingkat PAR, mendistribusikan ke bagian tersebut. Pertukaran kereta
(Exchange cart). Persediaan bagian pada kereta dan ditukar pada jangka
waktu tertentu oleh petugas logistik sesuai dengan tingkat PAR
membutuhkan investasi dan ruang yg lebih besar, tapi lebih akurat dalam
pengendalian persediaan untuk menghindari persediaan berlebih dan
merupakan alat kontrol untuk kinerja dan produktivitas bagian.

Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara


merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas
(kamar obat, laboratorium), Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas
Keliling (Pusling), Pos Pelayanan Terpadu(Posyandu), Pos Bersalin Desa
(Polindes) (Depkes RI, 2011).

Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar


pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam
rantai pasokan, tujuan dari sistem logistik sebagai fungsi logistik utama dan
kebutuhan untuk manajemen rantai pasokan terpadu (Supply Chain
Management) (Kotler, 2006).
Pengertian distribusi menurut Stanton, et. al (1994) adalah
pengembangan pengaturan yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan
produk dan mengangkut produk dari mana produk tersebut dihasilkan ke
tempat produk tersebut akhirnya dikonsumsi. Distribusi fisik atau disebut
juga logistik pemasaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
mengendalikan aliran fisik barang, jasa, dan informasi terkait dari titik
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pada keuntungan.
Singkatnya, suatu proses mendapatkan barang yang tepat (at the right item),
dalam jumlah yang tepat (in the right quantity), pada waktu yang tepat (at the
right time), pada tempat yang tepat (at the right place), untuk harga yang
tepat (for the right price) (Kotler, 2006).

B. Tujuan Distribusi
Tujuan distribusi obat adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan tepat waktu (Depkes RI, 2011).
Tujuan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) adalah untuk
menjamin dan memastikan bahwa distribusi/ penyluran obat/bahan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. Selain itu juga berupaya
untuk mengantisipasi pemalsuan obat dan / atau bahan obat serta beredarnya
obat palsu yang dapat merugikan dan/atau bahkan berisiko timbulnya korban
jiwa.

C. Kegiatan Distribusi
Kegiatan distribusi logistik dibagi menjadi dua yaitu

1. Inbound logistik meliputi: menerima, menyimpan dan mengeluarkan


input dan merawat:
 Penanganan material (Material Handling).
 pengendalian persediaan(inventory control)
 Inspeksi kualitas inbound bersama dengan kualitas fungsi kontrol.
 Penjadwalan produksi untuk mengelola "issues"/ masalah.
 Mengembali bahan yang tidak dapat diterima kepada pemasok
Inbound logistik merupakan kegiatan langsung antarmuka dengan
pemasok perusahaan, vendor dan penyedia layanan lainnya.

2. Outbound logistik termasuk: mengumpulkan, menyimpan, mengirim dan


distribusi fisik barang jadi kepada pembeli / distribusi saluran konsumen,
dan termasuk:

 Pemrosesan order dari semua pesanan yang diterima melalui sistem


penjualan.

 Penanganan material barang jadi. Pergudangan, baik di pabrik dan di


lapangan.

 Pengiriman dan penjadwalan kendaraan operasi.

 Pengiriman dokumen-dokumen yang terkait.

Outbound logistik merupakan kegiatan langsung antarmuka


dengan pelanggan perusahaan.

D. Pelayanan di Kamar Obat


Pelayanan di kamar obat dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:

1. Skrining resep
a. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, nomor izin praktik, alamat, tanggal penulisan resep, tanda
tangan atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan
berat badan pasien
b. Melakukan pemeriksaaan kesesuaian farmasetikyaitu: bentuk sediaan,
dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian obat.
c. Mengkaji aspek klinis yaitu: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan kondisi khusus lainnya).
d. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan
2. Mencari dan mengumpulkan obat
a. Mencari obat
1) Baca etiket pada wadahnya
2) Baca nama generiknya (zat berkhasiatnya)
3) Perhatikan nama obat yang hampir sama
b. Mengamati tanggal kadaluarsa dan mutu obat
1) Perhatikan tanggal kadaluarsa dietiket pada wadah obat
2) Amati apakah obat masih baik atau tidak untuk digunakan
3) Pengaturan dan pengamanan obat dalam ruang peracikan
3. Formulasi
a. Menghitung jumlah obat
1) Amati dosis sekali pakai pada resep
2) Perhatikan jumlah pemakaian obat per hari
3) Perhatikan lamanya pemakaian obat. Jumlah obat yang disiapkan
adalah: dosis x jumlah pemakaian per hari x lama pemakaian.
b. Tata cara menghitung atau mengukur
1) Menghitung tablet dan kapsul
a) Periksa dan baca sekali lagi informasi pada etiket
b) Pakai sarung tangan dan gunakan spatula atau pisau untuk
menghitung tablet dan kapsul
c) Selesai menghitung, kembalikan sisa obat kedalam wadah
semula
d) Bersihkan kembali meja tempat bekerja
2) Mengukur cairan
a) Bersihkan gelas ukur yang akan dipakai
b) Baca kembali etiket pada botol
c) Pegang botol dengan etiket menghadap ke tangan
d) Tuangkan kedalam gelas ukur
e) Tutup kembali botol
f) Periksa etiket sekali lagi
3) Melarutkan dan mengencerkan
a) Melarutkan
 Periksa dan baca sekali lagi informasi pada etiket obat
 Untuk melarutkan sirup kering, gunakan aquadest atau air
yang sudah dimasak
 Untuk sediaan injeksi harus menggunakan aquadest steril
khusus untuk injeksi (aqua pro injeksi)
b) Mengencerkan
 Gunakan alat ukur yang bersih
 Untuk mengukur dengan cairan volume yang kecil,
misalnya 5ml, gunakan alat suntik yang bersih
4) Membuat dan membagi sediaan dalam bentuk serbuk
a) Hitung tablet/kapsul atau timbang bahan yang diperlukan
sejumlah yang tertera pada resep
b) Perhatikan kekuatan dan dosis obat
c) Gerus dalam mortir sampai halus dan homogeny
d) Siapkan kertas perkamen sebanyak yang diminta dalam resep
e) Apabila jumlah serbuk yang diminta sebanyak 12 bungkus,
maka:
 Pertama-tama serbuk dibagi 2 sama banyak
 Masing-masing bagian dibagi 3 sama banyak, sehingga
diperoleh 6 bagian
 Selanjutnya masing-masing bagian dibagi 2 sama banyak
sehingga diperoleh 12 bagian
f) Apabila jumlah serbuk yang diminta 15 bungkus, maka
 Pertama-tama serbuk dibagi 3 sama banyak
 Selanjutnya masing-masing bagian dibagi 5 sama banyak
sehingga diperoleh 15 bagian
5) Pengemasan dan pemberian etiket
a) Pengemasan
 Pengemasan
 Tablet dan kapsul
Gunakan kemasan yang sesuai misalnya: kantong plastik,
kantong dari kertas yang bersih, botol obat kosong yang
bersih dan kering, dan vial.
 Cairan
Gunakan kemasan yang sesuai misalnya: botol gelas atau
botol plastik yang bersih dan kering, dilengkapi dengan
tutup botol yang baik
 Krim/salep
Gunakan kemasan yang sesuai misalnya: wadah gelas
bermulut lebar, dilengkapi dengan tutup yang baik, tube
plastik/metal yang stabil
b) Pemberian etiket
Selesai mengemas, selanjutnya mencantumkan etiket pada
masing-masing wadah obat. Informasi pada etiket harus rapi,
singkat, Informasi yang harus ada pada etiket:
 Nama obat
 Kekuatan obat
 Isi/volume obat
 Cara pemakaian
 Nama pasien
 Tanggal penyerahan obat
 Nama dan alamat unit pelayanan
6) Penyerahan obat kepada pasien
Selesai pengemasan dan pemberian etiket pada saat penyerahan
obat kepada pasien hendaknya diberikan penjelasan-penjelasan
atau informasi yang cukup berkaitan dengan obat yang
diserahkan. Jika memberikan obat kepada pasien, sangat penting
memastikan bahwa pasien telah menerima:
a) Obat yang benar
b) Jumlah yang tepat
c) Informasi yang sesuai tentang bagaimana meminum obat
tersebut
Pemberian obat kepada pasien meliputi:
a) Pemeriksaan resep
b) Mengumpulkan obat sesuai resep
c) Menghitung jumlah obat
d) Mengemas obat dalam wadah yang sesuai
e) Menyerahkan obat kepada pasien
7) Pemberian informasi kepada pasien
Penyebab utama pasien tidak menggunakan obat dengan
tepat karena tidak mendapatkan penjelasan dan petugas yang
memberikan pengobatan atau menyerahkan obat. Oleh sebab itu
sangatlah penting menyediakan waktu untuk memberikan
penyuluhan kepada pasien tentangobat yang diberikan
(Sulistiono, 2008).
Kegiatan pelayanan yang harus dilakukan oleh apoteker
untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak
bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana.

Pelayanan informasi obat meliputi:

a) Pemberian informasi obat kepada pasien berdasarkan resep


atau kartu pengobatan pasien (medication record) atau kondisi
pasien baik lisan maupun tertulis.
b) Penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi.
c) Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah
dimengerti, tidak bias, etis, bijaksana, baik secara lisan
maupun tertulis.
d) Mendisplai brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan untuk
informasi pasien.
e) Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat
(Anonim, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek (SK Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004) , 2008).

Informasi obat yang diperlukan pasien:

a) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat


digunakan dalam sehari, apakah diwaktu pagi, siang, sore
atau malam hari. Dalam hal ini termasuk apakah diminum
sebelum atau sesudah makan.
b) Lama penggunaan obat, digunakan selama keluhan masih
ada atau harus dihabiskan meskipun sudah merasa sembuh.
Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah
timbulnya resistensi
c) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan
keberhasilan terapi. Oleh karena itu pasien harus
mendapatkan penjelasan mengenai cara penggunaan obat
yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti
obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung,
obat semprot hidung, tetes telinga, supositoria dan salep
(Anonim, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2006).
d) Berapa banyak obat sekali makan atau sekali minum
e) Sampai berapa lama obat harus dimakan atau diminum
f) Efek samping obat
g) Obat-obat yang berinteraksi dengan obat lain atau makanan
h) Cara penyimpanan obat
i) Penyuluhan kesehatan tentang obat (Sulistiono, 2008)
BAB III PEMELIHARAAN LOGISTIK
A. Pengertian Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk
mempertahankan kondisi sebuah item atau peralatan, atau
mengembalikannya ke dalam kondisi tertentu (Dhillon, 2006). Kemudian
dengan penekanan inti definisi yang sejalan Ansori dan Mustajib (2013)
di dalam bukunya mendefinisikan perawatan atau maintenance sebagai
konsepsi dari semua aktivitas yang di perlukan untuk menjaga atau
mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar dapat berfungsi dengan
baik seperti kondisi awal.

Pemeliharaan merupakan suatu usaha atau proses kegiatan yang


dilakukan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya
hasil barang (Subagya, 1994). Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 06 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pergudangan, pemeliharaan merupakan kegiatan perawatan logistik
dan peralatan agar kondisi tetap terjamin dan siap pakai untuk
dipergunakan dalam penanggulangan bencana secara efektif dan efisien
dan akuntabel, melalui prinsip-prinsip seperti 5R (Ringkas, Rapih, Resik
(bersih), Rawat, Rajin) secara terus menerus, First In First Out (FIFO),
First Expired Date First Out (FEFO), serta logistik dan peralatan disusun
di atas pallet secara rapih dan teratur, sesuai dengan ketentuan.

Pemeliharaan logistik merupakan kegiatan pengelolaan logistik


berkaitan dengan upaya mempertahankan kondisi teknis, daya guna, dan
daya hasil logistik baik usaha yang bersifat preventif maupun represif
sehingga setiap logistik yang ada senantiasa merupakan logistik yang
siap pakai (ready for use) serta menjamin jangka waktu pemakaian
barang mencapai batas waktu yang optimal.
B. Tujuan pemeliharaan
Tujuan utama pemeliharaan antara lain:

1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan


rencana produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dari kegiatan produksi yang tidak
terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai
investasi tersebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
6. Memaksimalkan ketersediaan semua peralatan sistem produksi
(mengurangi downtime).
7. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan.

C. Manfaat Pemeliharaan

D. Tugas Dan Kegiatan Pemeliharaan


Kegiatan pemeliharaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Perawatan Tidak Terencana (Unplanned Maintenance)
Merupakan perawatan yang tidak direncanakan terlebih dahulu,
disebabkan peralatan dan fasilitas produksi tidak memiliki rencana serta
jadwal perawatan. Kegiatan perawatan ini disebut juga perawatan darurat
(breakdown maintenance atau emergency maintenance) yang didefinisikan
sebagai perawatan yang perlu dilaksanakan tindakan untuk mencegah
akibat yang fatal seperti kerusakan besar pada peralatan, hilangnya
produksi dan keselamatan kerja.
2. Perawatan Terencana (Planned Maintenance)
Merupakan kegiatan perawatan yang mengacu pada rencana yang telah
disusun dan dilaksanakan serta didokumentasikan. Perawatan ini terbagi 2
yaitu:
c. Perawatan Pencegahan (Preventive)
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan untuk mencegah timbulnya
kerusakan- kerusakan tidak terduga dan menemukan kondisi atau
keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan
pada waktu proses produksi dan mencegah menurunnya fungsi
peralatan dan fasilitas. Perawatan ini dibagi 2 yaitu :
1) Perawatan rutin
Perawatan rutin adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan secara rutin setiap hari yaitu dengan
pembersihan peralatan, pelumasan, pengecekan oli, pengecekan
bahan bakar.
2) Perawatan periodik
Perawatan periodik adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan secara periodik atau jangka waktu tertentu seperti
memeriksa komponen-komponen peralatan.
d. Perawatan Perbaikan (Corrective Maintenance)
Kegiatan perawatan yang sudah direncanakan berupa penggantian
komponen yang sudah tidak berfungsi. Perawatan perbaikan dapat
berupa perbaikan yang tidak ditemukan pada saat pemeriksaan seperti
penggantian komponen secara serentak juga overhaul (perbaikan
menyeluruh) terencana.
E. Upaya Menjamin Kelancaran Pemeliharaan

F. Alasan Penggantian Peralatan

G. Jenis Pemeliharaan
Ruang lingkup manajemen pemeliharaan mencakup setiap tahap
dalam siklus hidup sistem teknis (pabrik, mesin, peralatan, dan fasilitas),
spesifikasi, akusisi, perencanaan, operasi, evaluasi kinerja, perbaikan, dan
pembangunan. Dalam konteks yang lebih luas fungsi pemeiliharaan juga
dikenal sebagai manajemen aset fisik.
Menurut Swanson (2001) dalam International Journal of production
Economics “linking maintenance strategies to performance” sistem
pemeliharaan sebagai strategi perusahan untuk mendukung kinerja produksi
dibagi menjadi tiga garis besar yaitu:
1. Pemeliharaan Reaktif (Reactive Maintenance)
Prinsip pemeliharaan ini adalah aktifitas pemeliharaan (baik
penggantian atau perbaikan) hanya dilakukan jika mesin atau peralatan
tersebut rusak. Pemeliharaan reaktif memiliki kelibihan dalam
meminimalkan jumlah biaya dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk
melakukan pemeliharaan. Namun kekurangannya adalah kerusakan yang
tidak dapat di prediksi sewaktu-waktu, banyaknya jumlah scrap, dan
tingginya biaya yang diakibatkan kecelakaan akibat breakdown pada
mesin ata peralatan.
2. Pemeliharaan proaktif (Proactive Maintenance)
Pemeliharaan proaktif adalah strategi pemeliharaan dimana
kerusakan/breakdown dapat dihindari dengan melakukan aktifitas-aktifitas
yang mengawasi kondisi mesin dan melakukan perbaikan-perbaikan minor
untuk mempertahankan kondisi mesin dalam keadaan optimal.
Pemeliharaan proaktif terdiri dari pemeliharaan preventif dan
pemeliharaan prediktif.
a. Pemeliharaan Preventif (Preventive maintenance)
Pemeliharaan preventif pada prinsipnya adalah pemeliharaan
berdasarkan pemakaian. Aktifitas pemeliharaan dilakukan setelah
penggunaan mesin/peralatan selama periode tertentu. Tipe
pemeliharaan ini mempunyai asumsi bahwa mesin akan mengalami
kerusakan/breakdown pada satu periode tertentu. Kelebihan
pemeliharaan ini adalah dapat mengurangi kemungkinan breakdown
serta dapat memperpanjang umur mesin atau peralatan. Kelemahannya
adalah aktifitas pemeliharaan dapat menginterupsi jalannya sistem
produksi.
b. Pemeliharaan Prediktif(Predictive maintenance)
Pemeliharaan prediktif sering dirujuk sebagai pemeliharaan berdasarkan
kondisi. Artinya, aktifitas pemeliharaan baru dilakukan pada suatu
kondisi mesin tertentu. Dalam pemeliharaan prediktif, digunakan
berbagai peralatan untuk mendiagnosa mesin untuk mengukur kondisi
fisik dari mesin, seperti getaran, suhu, kebisingan, pelumasan, dan
korosi. Ketika salah satu parameter ini mencapai kondisi tertentu,
aktifitas pemeliharaan dilakukan dengan mengembalikan ke kondisi
semula. Pemeliharaan prediktif mempunyai premis yang sama dengan
pemeliharaan preventif, namun dengan kriteria yang berbeda untuk
melakukan aktifitas pemeliharaan. Sama seperti
3. Pemeliharaan agresif (Aggressive Maintenance)
Pemeliharaan agresif mengupayakan segala cara untuk
menghindari kerusakan mesin/peralatan. Pemeliharaan agresif, seperti
Total Productive Maintenance (TPM). Pendekatan yang dilakukan TPM
tidak hanya mencakup pada pencegahan kerusakan, namun meliputi
seluruh kegiatan pada lantai produksi, dan melibatkan seluruh karyawan,
tidak hanya dari divisi pemeliharaan saja9. Parameter pada TPM adalah
meningkatnya efektifitas penggunaan peralatan secara menyeluruh (overall
equipment effectiveness).
Aktifitas pemeliharaan pada TPM meliputi eliminasi 6 wastes, yaitu:
kegagalan mesin, waktu setup dan adjustment, gangguan kemacetan dan
idle, serta kerusakan/cacat produk. Dalam TPM, dibentuk suatu grup kecil
yang mengkoordinasikan divisi pemeliharaan dan divisi produksi untuk
membantu pelaksanaan pemeliharaan. Para pekerja di bagian produksi
juga terlibat dalam melakukan pemeliharaan dan mempunyai peran yang
penting dalam mengawasi kondisi mesin/peralatan. Upaya ini dapat
meningkatkan keahlian para pekerja dan mengefektifkan peran pekerja
dalam mempertahankan kondisi peralatan dalam keadaan optimal.

H. Hal yang diperhatikan terkait Biaya

I. Tahapan Pemeliharaan
BAB IV PENGHAPUSAN PERSEDIAAN LOGISTIK
A. Pengertian Pengahapusan
Penghapusan adalah kegiatan untuk menghilangkan dari daftar
inventaris bahan atau barang oleh karena barang sudah rusak, kadaluarsa
sehingga sudah tidak layak untuk dipergunakan lagi, hilang, susut, atau
sesuai peraturan harus dihilangkan (Subagya, 1994). Secara lebih operasional,
penghapusan logistik merupakan pengakhiran fungsi logistik dengan
pertimbangan-pertimbangan dan argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Penghapusan logistik merupakan kegiatan pembebasan barang dari


pertanggung jawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Berikut adalah beberapa definisi penghapusan
logistik dari berbagai sumber baik itu dari ahli maupun literatur:

1. Penghapusan adalah kegiatan atau usaha pembebasan barang dari


pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku (Subagya: 1994)
2. Kegiatan penghapusan logistik harus mempertimbangkan alasan-alasan
normative tertentu (Dwiantara & Sumarto,2005). (Mudaanggie, 2011)
3. Ibnu Syamsi
Penghapusan (disposal) adalah penyingkiran barang-barang inventaris,
karena tidak diperlukan/digunakan lagi.
4. Lukas dan Rumsari
Penghapusan logistik merupakan kegiatan pembebasan barang dari
pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Keputusan Menkeu No.470 KMK.01/1994
Penghapusan adalah keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
menghapus barang dari daftar inventaris (Buku Inventaris) dengan tujuan
membebaskan bendaharawan barang dan atau pembantu penguasa barang
(PPBI) dari pertanggungjawaban administrasi barang dan pisik barang
milik/kekayaan negara yang berada dibawah pengurusan dan
penguasaannya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
6. Permendagri No.17 Tahun 2007
Penghapusan barang milik daerah adalah tindakan-tindakan penghapusan
barang Pengguna/Kuasa Pengguna dan penghapusan dari Daftar Inventaris
Barang Milik Daerah.

B. Kegiatan Penghapusan Logistik


Untuk melakukan kegiatan penghapusan atau penyingkiran logistik ada
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
1. Penelitian kelayakan penghapusan logistik tertentu yang hendak
dihapuskan. Kegiatan ini dilakukan oleh unit kerja atau pemilik logistik
yang akan dihapuskaan bersama dengan penanggungjawab pengelola
logistik.
2. Membuat beberapa alternatif cara penghapusan logistik yang hendak
ditempuh, yang kemudian menentukan satu cara penghapusan logistik
yang paling menguntungkan, baik dengan pertimbangan finansial maupun
non finansial.
3. Meminta persetujuan dari pimpinan tertinggi, khususnya sebagai
penanggungjawab dalam pengelolaan logistik.
4. Implementasi penghapusan logistik sesuai dengan cara penghapusan
logistik yang ditentukan. Panitia penghapusan logistik membuat Berita
Acara Penghapusan Logistik.
5. Unit kerja pemilik logistik tersebut melakukan inventarisasi logistik
berkaitan dengan kegiatan penghapusan logistik, dan bila menggunakan
model kartu barang, unit kerja harus mengisi formulir kartu barang,
khususnya pada kolom penghapusan barang sesuai dengan cara
penghapusan logistik yang dilakukan.
C. Alasan Penghapusan Logistik
Ada beberapa alasan yang mendasari dilakukannya penghapusan logistik.
Salah satunya adalah terkait alasan atau syarat penghapusan logistik yang
dikemukakan oleh ibnu syamsi, antara lain:
1. Perlengkapan dalam kondisi rusak berat
Hal ini menyangkut keadaan barang logistik itu sendiri yang berkaitan
dengan fisik barang tersebut yang berkaitan dengan kinerja barang logistik
tersebut. Misalnya, mobil dinas jika sudah mengalami rusak berat tentu
akan mengganggu operasional aktivitas organisasi itu sendiri.
2. Perlengkapan sudah tidak efisien/ketinggalan zaman
Setiap waktu segala sesuatu di dunia ini pasti akan mengalami kemajuan.
Tak terkecuali barang-barang logistik dalam sebuah organisasi. Agar
sebuah organisasi tidak ketinggalan dengan organisasi lain maka harus
mengikuti perkembangan yang ada. Hal ini akan berkaitan dengan barang-
barang logistik yang sudah dianggap ketinggalan jaman dan kurang
efisien. Contoh: dahulu untuk mengetik suatu organisasi membutuhkan
mesin ketik. Namun seiring perkembangan teknologi mesin ketik sudah
harus berubah ke aat yang lebih canggih yaitu komputer. Sehingga hal ini
menjadi alasan bagi suatu organisasi untuk menghapus mesin ketiknya.
3. Jumlahnya berlebihan (excess stock)
Kekurangan logistik dalam suatu organisasi akan mengganggu aktivitas
organisasi. Begitu pula apabila suatu organisasi memiliki logistik yang
berlebihan juka akan mengganggu aktivitas organisasi. Karena dengan
jumlah logistik yang berlebihan ini akan mengakibatkan barang yang
kurang dibutuhkan memakan tempat yang banyak sehingga mengganggu
aktivitas organisasi. Oleh karena itu organisasi berkewajiban untuk
melakukan penghapusan logistik yang berlebihan tersebut dengan cara
yang bijaksana.
Semua alasan di atas dapat dijadikan dasar untuk melakukan
penghapusan logistik. Namun dalam penghapusan logistik yang
bersangkutan jangan sampai mengganggu efektifitas dan efisiensi
organisasi itu sendiri.
Sedangkan berdasarkan Permendagri No.17 Tahun 2007, beberapa
dasar pertimbangan terkait penghapusan logistik yang didasarkan atas
jenis barangnya, antara lain:
1. Barang Tidak Bergerak
a. Rusak berat, terkena bencana alam/force majeure
b. Tidak dpt digunakan secara optimal (idle)
c. Terkena planologi kota
d. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas
e. Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan
koordinasi
f. Pertimbangan dalam rangka perencanaan strategis Hankam
2. Barang Bergerak
a. Pertimbangan Teknis
1) Rusak berat dan tidak ekonomis bila diperbaiki
2) Tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi
3) Kadaluarsa
4) Penggunaan mengalami perubahan dasar spesifikasi dsb.
5) Mengalami penyusutan dlm penyimpanan/pengangkutan.
b. Pertimbangan Ekonomis
1) Untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau idle
2) Beaya operasional dan pemeliharaan > manfaat yang diperoleh
c. Pertimbangan karena hilang/kekurangan perbendaharaan atau
kerugian, disebabkan:
1) Kesalahan atau kelalaian Penyimpan dan/Pengurus barang
2) Diluar kesalahan/kelalaian Penyimpan dan/Pengurus barang
3) Mati, bagi tanaman atau hewan/ternak
4) Karena kecelakaan atau alasan tidak terduga (force majeure)
d. Pertimbangan karena hilang
Secara administratif barang yg hilang harus disingkirkan. Hal ini
penting dilakukan, selain sebagai satu bentuk pertanggungjawaban
pemakai, pengambilan keputusan dan tindakan sebagai konsekuensi
atas hilangnya logistik tersebut juga untuk pengambilan keputusan
maupun tindakan managemen logistik berikutnya khususnya
pengadaan logistik guna menghindari gangguan ataupun stagnasi
kegiatan suatu unit kerja.

D. Kriteria Penghapusan Logistik


Kriteria untuk Penghapusan Logistik terdiri dari:
a. Logistik yang akan dihapus sudah sangat tua dan rusak
Logistik tersebut perlu dihapuskan dengan beberapa alasan: apabila
logistik tersebut digunakan terus dapat membehayakan keselamatan
pemakai logistik tersebut, kualitas maupun kuantitas output yang
dihasilkan sudah tidak dapat mencapai tingkat optimal, apalagi
dibandingkan biaya operasional yang relatif tinggi. Apabila logistik ini
dioperasionalkan terus, akan menimbulkan inefektivitas dan inefisiensi
organisasi.
b. Logistik yang sudah ketingalan zaman
Logistik yang sudah ketinggalan zaman perlu dihapuskan dengan
pertimbangan, logistik ini dipandang memerlukan dan menghabiskan biaya
yang relatif tinggi, baik yang berkaitan dengan bahan, tenaga, waktu,
maupun output, baik ditinjau dari sisi kuantitas maupun kualitas apabila
dibandingkan dengan menggunakan logistik yang relatif baru
c. Logistik berlebihan
Logistik yang berlebihan perlu dihapuskan dengan beberapa alasan:

 Suatu organisasi tidak mungkin menggunakan seluruh logistiknya


dalam waktu yang bersamaan dan yang sekiranya memang
logistik tersebut tidak perlu digunakan secara bersamaanLogistik
yang sifatnya berlebihan tersebut tidak dihapuskan tentunya
membutuhkan biaya perawatan, maupun gaji untuk personel
yang merawat barang.
 Logistik tersebut membutuhkan tempat penyimpanan, sehingga
bila logistik tersebut tidak dihapuskan akan boros tempat.

 Apabila logistik tersebut akan digunakan dimasa yang akan akan


dating, mungkin sudah merupakan logistik yang ketinggalan
zaman (Out of date).
d. Logistic yang hilang
Secara administrasi, logistik yang hilang harus disingkirkan. Hal
ini penting dilakukan, selain sebagai satu bentuk pertanggungjawaban
pemakai, pengambilan keputusan dan tindakan sebagai konsekuensi atas
hilangnya logistik tersebut, juga untuk pengambilan keputusan maupun
tindakan manajemen logistik berikutnya.

E. Cara Penghapusan Logistik


Ada beberapa cara yang dapat digunakan suatu organisasi untuk
melakukan penghapusan barang-barang logistik. Menurut Lukas dan Rumsari
cara-cara yang dapat dilakukan tersebut, antara lain:
1. Lelang
a. Cara penghapusan logistik dengan cara lelang ini dapat dilakukan oleh
organisasi bila peralatan (logistik) yang akan dihapus tersebut masih
layak dijual.
b. Pelelangan barang milik instansi pemerintah dilakukan melalui Kantor
Lelang Negara.
c. Dengan menggunakan cara ini berarti instansi (organisasi) akan
memperoleh kontraprestasi berupa uang hasil penjualan yang akan
masuk ke kas organisasi dan dihitung sebagai penghasilan bukan
pajak.
d. Penjualan barang milik daerah dilakukan secara lelang melalui Kantor
Lelang Negara setempat atau melalui Panitia Pelelangan Terbatas
untuk barang milik daerah yg bersifat khusus yang dibentuk dengan
keputusan Kepala Daerah.
Sebagai gambaran singkatnya, sebuah organisasi daerah memilki
sebuah mobil dinas yang sebenarnya masih layak untuk digunakan.
Dikarenakan ada kebijakan untuk pengadaan mobil dinas baru dengan
alasan efisiensi organisasi mau tidak mau mobil dinas bekas harus
dihapuskan. Karena masih layak digunakan mobil tersebut dapat
dilelang kepada masyarakat umum sesuai dengan aturan yang berlaku.

2. Ditukarkan
a. Cara penghapusan logistik secara penukaran dilakukan dengan alasan
organisasi lebih membutuhkan logistik lain.
b. Penukaran yang dapat dilakukan adalah ketika suatu organisasi lain
memilki kelebihan barang logistik yang kurang dibutuhkan di sisi lain
suatu organisasi membutuhkan barang tersebut dan mempunai
kelebihan barang lain yang tidak dibutuhkan. Hal inilah yang disebut
dengan barter.
c. Dengan cara ini berarti organisasi akan menukarkan logistik yg
dimiliki (dengan beberapa alasan yangg dapat dipertanggungjawabkan)
dengan logistik yang dibutuhkan organisasi.
Selain itu suatu organisasi juga harus mempertimbangkan dan
mengacu pada prinsip-prinsip pengadaan logistik dengan cara
menukarkan, antara lain :
 Logistik yang ditukarkan harus benar-benar sudah tidak dibutuhkan
instansi,
 nilai logistik yang dipertukarkan harus sepadan, dan
 saling menguntungkan kedua belah pihak.

Sebagai gambarannya adalah sebagai berikut, suatu organisasi katakan


saja FISIP UNS mempunyai logistik berupa kursi kuliah yang berlebih. Oleh
karena itu untuk mengefisiensikan organisasi maka harus dilakukan
penghapusan terhadap beberapa jumlah kursi tersebut. Hal ini memang
dikarenakan FISIP sudah tidak membutuhkan kursi tersebut. Namun di sisi
lain FISIP mengalami kekurangan meja kuliah. Karena melihat FE UNS
mempunyai meja kuliah yang berlebih dan mereka kekurangan kursi kuliah
maka hal ini dapat dilakukan penghapusan barang oleh kedua organisasi
tersebut dengan cara ditukarkan. Dengan begitu FISIP akan memperoleh meja
kuliah dan FE akan memperoleh kursi kuliah yang pada akhirnya hal ini akan
menguntungkan kedua belah pihak.

1. Dipindahkan
Penghapusan dengan cara dipindahkan adalah penghapusan barang yang
lebih menekankan pada penghapusan di tingkat internal organisasi atau di
masing-masing unit kerja organisasi. Pemindahan dapat dilakukan ketika
barang yang dimilki oleh suatu unit kerja dirasa sudah tidak dibutuhkan
lagi karena berbagai alasan sedangkan ada unit kerja yang mungkin lebih
membutuhkan logistik tersebut. Dengan demikian secara fisik barang
tersebut tidak dihapuskan dari suatu organisasi namun hanya dipindahkan
dari suatu unit kerja ke unit kerja lainnya.
2. Dihibahkan
 Dihibahkan merupakan salah satu cara penghapusan logistik yakni
dengan cara memberikan/menyumbangkan barang tersebut kepada
pihak lain.
 Barang tersebut diberikan oleh organisasi secara cuma-cuma kepada
pihak/organisasi lain yang membutuhkan logistik yang dihapuskan
tersebut.
 Pertimbangan pelaksanaan hibah barang milik daerah :
 Kepentingan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini berkaitan
dengan tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, dan sejenisnya.
Contohnya: pemkot solo memilki tanah kosong yang dirasa kurang
strategis untuk membangun beberapa insfrastruktur kota karena
terletak di daerah yang terpencil. Karena melihat penduduk di
sekitar tanah tersebut yang beragama mulim namun belum
memiliki masjid, maka pemkot solo dapat menghibahkan tanah
tersebut kepada warga setempat untuk dipergunakan sebagai lahan
pembangunan masjid.
 Kepentingan penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini lebih
berkaitan dengan hibah antar tingkat pemerintahan (Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah dan antar Pemda).
3. Pemanfaatan kembali (recycle)
Penghapusan dengan cara ini berarti barang yang dihapus kemudian
diubah menjadi barang lain yang memiliki fungsi dan kegunaan yang
berbeda dari fungsi dan kegunaan semula. Misalnya, suatu pemerintah
daerah memilki kantor pemerintahan yang baru. Maka dari itu kantor yang
lama harus dihapuskan karena memang sudah tidak digunakan lagi. Cara
yang dapat digunakan untuk penghapusan salah satunya adalah dengan
pemanfaatan kembali (recycle). Kantor lama dapat digunakan sebagai
perpustakaan atau mungkin museum yang nantinya dapat meningkatkan
pariwisata daerah.
4. Dimusnahkan
Cara ini sebenarnya merupakan cara yang paling mudah dilakukan namun
dampaknya cukup besar. Dengan pemusnahan maka secara otomatis
organisasi tidak akan memperoleh keuntungan material maupun non-
material. Karena logistik yang dihapuskan akan benar-benar hilang. Oleh
karena itu penghapusan dengan cara ini harus dipertimbangkan secara
matang. Misalnya dengan melihat bahwa logistik tersebut benar-benar
sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pengertian Pencatatan dan Pelaporan
Pengertian Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka pengelolaan obat secara tertib baik obat yang diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan diunit pelayanan kesehatan

Beberapa pengertian dasar dari SP2T4P menurut DepKes. Ri (1992)


adalah sebagai berikut:

1. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan


pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya
pelayanan kesehatn di puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang
ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI
no.63/Menkes/SK/II/198
2. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen yang
saling berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu.
3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan
pelaporan lain yang dapat memperberat beban kerja petugas puskesmas.
4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga
kesehatan adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap
kegiatan bagi tenaga kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada
instansi yang berwenang berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan
dengan menggunakan format yang di tetapkan.
5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah
melakukan pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan
berjalan dan melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan
triwulanan kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format
yang di tetapkan
6. Pencatatan dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di selenggarakan
setiap triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua
kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan
data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan
kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang telah
di tetapkan.
7. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam
pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari
interaksi antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan. SP2TP/SIMPUS
dapat juga membantu dalam perencanaan program-program kesehatan di
puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti yang
harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di
puskesmas dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas
puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan sistem
pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan masalah-masalah
yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis.

B. Sarana Pencatatan dan Pelaporan


Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
puskesmas dan sub unit pelayanan kesehatan berikut :

1. Gudang obat puskesmas


a. Buku register penerimaan
b. Buku register pengeluaran
c. Kartu stok
d. Rekapitulasi kunjungan resep
e. LPLPO puskesmas
f. Laporan narkotika
g. Laporan psikotropika
2. Kamar obat puskesmas
a. Buku register penerimaan
b. Pencatatan pengeluaran harian
c. LPLPO sub unit
3. Puskesmas pembantu (Pustu)
a. Buku register penerimaan
b. Pencatatan pengeluaran harian
c. LPLPO sub unit
4. Polindes/bidan desa
a. Buku register penerimaan
b. Pencatatan pengeluaran harian
c. LPLPO sub unit
5. Sub unit lainnya
Jika permintaan obat dilakukan melalui gudang obat puskesmas maka
saranan pencatatan dan pelaporan sama dengan kamar obat/pustu.
Jika permintaan/distribusi obat melalui kamar obat, maka sub unit yang
ada di puskesmas mempunyai pencatatan dan pelaporan.
6. Posyandu, puskesmas keliling dan sub unit lainnya
a. Buku penerimaan
b. Laporan pemakaian obat dan sisa stok obat dikembalikan ke kamar
obat. Penyampaian laporan dilakukan setiap selesai kegiatan.

C. Alur Pelaporan

D. Periode Pelaporan
BAB VI PENGENDALIAN LOGISTIK
A. Pengertian Pengawasan dan Pengendalian Logistik
PengendalianMerupakan tindakan pengaturan dan pengarahan
pelaksanaan dengan maksud agar tujuan tertentu dapat dicapai secara efisien
dan efektif. Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan,
penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah
manajemen logistik yang sedang atau telah berlangsung.
Pengendalian merupakan fungsi inti dari pengelolaan logistik yang
meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan
logistik (Aditama, 2002). Bentuk dari pengendalian bermacam-macam, dari
yang paling sederhana hingga yang kompleks. Contoh pengendalian yang
sederhana yang biasa dilakukan adalah pencatatan. Di rumah sakit sendiri,
pencatatan memiliki fungsi untuk pengendalian terhadap berjalannya siklus
logistik di rumah sakit (Imron, M., 2010). Menurut (A. Gunasekaran, E.W.T.
Ngai, 2003), di dalam suatu pengendalian terdapat beberapa kegiatan seperti
pengumpulan, pemrosesan, penerimaan, pelaporan, dan penyimpanan data
yang digunakan sebagai informasi untuk kegiatan pengendalian proses
logistik.

B. Tujuan Pengendalian

C. Karakteristik Pengawasan dan Pengendalian Logistik

Anda mungkin juga menyukai