OLEH
INTAN PERMATASARI
J1A118001
AKK (018)
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunianya. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan ilmiah dalam bentuk makalah tanpa suatu halangan yang
amat berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen penanggung jawab mata kuliah
Jaminan Kesehatan Nasional yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam
makalah ini yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami dimasa yang akan
datang dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
c. Premi Seimbang
Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang
dilakukan oleh masing-masing tertanggung adalah seimbang dan wajar
dibandingkan dengan resiko yangdialihkannya kepada penanggung (equitable
premium). Dan besar kecilnya premi yang harusdibayarkan tertanggung
dihitung berdasarkan suatu tarip premi (rate of premium) dikalikandengan
Nilai Pertanggungan.
a. Memberikan rasa aman dan perindungan Polis asuransi yang dimiliki oleh
tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang
mungkin akan timbul di masa yang akan datang. Jika resiko tersebut benar-
benar terjadi, pihak tertanggung berhak mendapatkan penggantian kerugian
sebesar polis yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Ukuran risiko harus besar (large). Derajat risiko (severity) memang relatif
dan dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke
waktu lain. Risiko yang dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi
hendaknya memenuhi syarat ukurannya. Risiko biaya rawat inap sebesar
Rp 5 juta bisa dinilai besar oleh yang berpenghasilan rendah akan tetapi
dinilai kecil oleh yang berpenghasilan diatas Rp 50 juta per bulan. Sebuah
sistem asuransi harus secara cermat menilai kelompok risiko yang akan
diasuransikan. Kecenderungan asuransi kesehatan di dunia adalah
menjamin pelayanan kesehatan secara komprehensif karena ada kaitan
antara risiko dengan biaya kecil dan pelayanan yang memerlukan biaya
mahal. Sebagai contoh kasus demam berdarah yang berkunjung ke
dokter, mengandung risiko menjadi fatal bila pengobatan lanjutannya
tidak ditanggung, karena ada kemungkinan orang tersebut tidak
meneruskan pelayanannya karena kendala biaya. Jadi menjamin
pelayanan kesehatan secara komprehensif merupakan kombinasi
penurunan risiko (risk reduction) dan transfer risiko. Suatu skema
asuransi yang hanya menanggung risiko yang kecil, misalnya hanya
pengobatan di puskesmas—seperti yang dulu dipraktikkan dengan skema
dana sehat atau JPKM, tidak memenuhi syarat asuransi. Oleh karena itu,
dimanapun di dunia, model asuransi mikro seperti itu tidak memiliki
sustainabilitas (kesinambungan) jangka panjang. Umumnya skema
semacam itu berusia pendek dan tidak menjadi besar.
Selain persyaratan sifat atau jenis risiko diatas, ada beberapa persyaratan
terkait dengan teknis asuransi dan kelayakan suatu risiko diasuransikan.
Kelayakan dalam konteks ini diartikan kelayakan dalam aspek ekonomis. Suatu
produk asuransi yang preminya terlalu mahal tidak bisa dijual atau tidak
menarik bagi masyarakat untuk ikut asuransi tersebut. Harga premi atau besaran
iuran yang menghabiskan 30% penghasilan seseorang, tidak layak untuk
dikembangkan. Persyaratan teknis asuransi adalah besarnya probabilitas
kejadian, besar populasi yang terkena risiko kejadian tersebut dan volumen pool
yang dapat dikumpulkan. Syarat yang terakit dengan teknis asuransi adalah:
3. Populasi harus cukup besar dan homogen yang akan diikutsertakan dalam
skema asuransi. Jika suatu asuransi hanya diikuti oleh sepuluh orang,
padahal risiko yang dipertanggungkan dapat bervariasi dari--seribu rupiah
sampai satu milyar rupiah, maka iuran atau premi dari peserta asuransi yang
sepuluh orang ini tidak akan mampu menutupi kebutuhan dana apabila risiko
yang diasuransikan terjadi. Risiko yang diperoleh dari sepuluh orang
tersebut tidak bisa dijadikan patokan untuk menghitung besarnya risiko yang
akan timbul, karena populasinya terlalu kecil. Semakin besar populasi,
semakin tinggi tingkat akurasi prediksi biaya yang dibutuhkan untuk
menjamin risiko, sehingga akan semakin kuat kemampuan finansial sebuah
perusahaan asuransi. Persyaratan besarnya jumlah peserta atau pemegang
polis merupakan suatu aplikasi hukum matematika yang disebut hukum
angka besar (the law of the large number). Hukum ini menyebabkan semakin
banyak usaha asuransi yang melakukan merjer (bergabung) agar lebih kuat
bersaing dan mampu mengendalikan biaya. Sehingga akan dapat dicapai
pelayanan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Program asuransi kesehatan
sosial selalu memenuhi hukum angka besar ini karena sifat kepesertaanya
wajib. Sebaliknya usaha asuransi kesehatan komersial seringkali bangkrut
karena tidak mampu memiliki jumlah peserta atau pemegang polis yang
cukup besar.
Bantuan Beasiswa bagi satu orang anak dari peserta yang telah memasuki
masa iur paling singkat 5(lima) tahun sebesar Rp 12.000.000,-(dua belas
juta rupiah)
Manfaat serta iuran untuk jasa konstruksi dan pekerja migran berbeda.
Untuk iuran jasa konstruksi dimulai dari 0,21% berdasarkan nilai proyek. Dan
untuk migran, iuran dilakukan JKM digabungkan dengan JKK yaitu dengan
total iuran Rp 370.000,- dengan pembagian sebelum penempatan kenegara
tujuan Rp 37.000,- dan selama dan setelah penempatan Rp 333.000,- untuk 31
bulan. Manfaat yang diterima oleh migran juga berbeda.
Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai
akumulasi iuran ditambah hasil pengembanganya. Hasil pengembangan JHT
sampai saat ini selalu berada di atas deposito bank pemerintah. Misalnya pada
tahun 2016, rata-rata tingkat suku bunga deposito bank pemerintah adalah
sekitar 4,88%. Sementara itu, hasil pengembangan JHT adalah
7,19%. Peserta dari JHT ini yaitu:
Pemberi kerja
Meninggal dunia
Janda/duda
Anak
Saudara Kandung
Mertua
Pihak yang ditunjuk dalam wasiat
Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai
Harta Peninggalan
Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT). Berupa Uang tunai bulanan yang
diberikan kepada peserta (yang memenuhi masa iuran minimum 15 tahun
yang setara dengan 180 bulan) saat memasuki usia pensiun sampai
dengan meninggal dunia
Manfaat Pensiun Cacat (MPC). Berupa Uang tunai bulanan yang
diberikan kepada peserta (kejadian yang menyebabkan cacat total tetap
terjadi paling sedikit 1 bulan menjadi peserta dan density rate minimal
80%) yang mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan tidak dapat
bekerja kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. Manfaat
pensiun cacat ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau peserta
bekerja kembali
Manfaat Pensiun Anak (MPA) Berupa uang tunai bulanan yang diberikan
kepada anak yang menjadi ahli waris peserta (maksimal 2 orang anak
yang didaftarkan pada program pensiun) sampai dengan usia anak
mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, atau bekerja, atau menikah
dengan kondisi peserta: meninggal dunia sebelum masa usia pensiun bila
masa iur kurang dari 15 tahun, masa iur yang digunakan dalam
menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan minimal
kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80% dan tidak memiliki
ahli waris janda/duda atau meninggal dunia pada saat memperoleh
manfaat pensiun MPHT dan tidak memiliki ahli waris janda/duda atau
Janda/duda yang memperoleh manfaat pensiun MPHT meninggal dunia.
Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT). Manfaat yang diberikan kepada
orang tua (bapak / ibu) yang menjadi ahli waris peserta lajang, bila masa
iur peserta lajang kurang dari 15 tahun, masa iur yang digunakan dalam
menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi
minimal kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80%.
Formula Manfaat Pensiun adalah 1% (satu persen) dikali Masa iur dibagi
12 (dua belas) bulan dikali rata-rata upah tahunan tertimbang selama
Masa Iur dibagi 12 (dua belas).
Penerima manfaat pensiun adalah peserta atau ahli waris peserta yang
berhak menerima manfaat pensiun.
Perbedaan Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) adalah
jika JHT adalah tabungan yang didapatkan dari iuran yang dikeluarkan
perusahaan dan karyawan untuk bekal karyawan tersebut di masa depan.
Sedangkan, JP merupakan pendapatan bulanan untuk memenuhi hidup ketika
memasuki hari tua. Bisa dikatakan bahwa JHT berfungsi sebagai dana darurat
yang bisa Anda ambil sewaktu-waktu, sedangkan JP lebih menyerupai uang
bulanan yang akan Anda terima saat sudah tak bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
2. Asuransi Komersial
Produk asuransi yang dikembangkan oleh PT. Askes Indonesia dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:
Seperti halnya dengan PT. Askes Indonesia, produk yang dikembangkan oleh
PT. Jamsostek bersifat asuransi sosial, antara lain:
Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
Selanjutnya 50 % upah
3. Biaya Pengobatan/Perawatan
Rp 8.000.000,(maksimum) *
4. Santunan Cacat
5. Santunan Kematian
7. Penyakit akibat kerja, Tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja
dan 3 tahun setelah putus hubungan kerja.
Iuran
Asuransi kesehatan sosial adalah asuransi yang wajib diikuti oleh seluruh
atau sebagian penduduk (misalnya pegawai), premi atau iurannya bukan nilai
nominal tetapi persentase upah yang wajib dibayarkan, dan manfaat asuransi
(benefit) ditetapkan melalui peraturan perundangan dan beer.auk setara untuk
semua peserta. Sedangkan asuransi kesehatan komersial adalah asuransi yang
diselenggarakan oleh perusahaan atau badan asuransi lain, sifat kepesertaannya
sukarela, tergantung kesediaan orang atau perusahaan untuk membeli dan
preminya ditetapkan dalam bentuk nominal sesuai manfaat asuransi yang
ditawarkan. Karena itu premi dan manfaat asuransi kesehatan kesehatan
komersial sangat bervariasi dan tidak sama untuk setiap peserta. Di Indonesia,
jumlah perusahaan asuransi setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2012
terdapat sekitar 140 perusahaan asuransi, sementara dalam 5 tahun meningkat
menjadi 146 perusahaan asuransi & reasuransi di tahun 2016. Selain itu,
perusahaan penunjang asuransi juga mengalami peningkatan dari 205 perusahaan
di tahun 2012 menjadi 237 perusahaan di tahun 2016 (OJK, 2016). Demikian
pula dengan pertumbuhan premi bruto yang meningkat rata-rata 19,8% per tahun
dalam 5 tahun terakhir atau di tahun 2016 sekitar Rp361,78 triliun.
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya sebagai
kewajiban dari tertanggung atas keikutsertaannya dalam asuransi. Besaran premi
yang harus dibayarkan telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi tergantung
manfaat yang ingin diperoleh peserta. Besaran jumlah premi asuransi yang
diterima perusahaan asuransi cenderung meningkat setiap tahunnya.
Biaya rumah sakit untuk ruangan semi privat dan jasa penting
lainnya serta supply
Terapi fisik
Skrining mammography
Biaya bedah
Biaya utama dari rumah sakit adalah biaya kamar dan biaya yang
berkaitan dengannya, dan biaya perawatan. Manfaat ini umumnya
dipertimbangkan sebagai provisi manfaat dasar dari polis bedah rumah
sakit. Luasnya variasi maksimum biaya yang ditawarkan oleh asuradur
membuat peserta asuransi dapat memilih paket yang memenuhi kebutuhan
mereka dan keluarganya. Sejumlah kebutuhan akan bervariasi tergantung
dimana peserta asuransi tinggal.
Jasa laboratorium
Pemeriksaan sinar X
Obat resep dan obat lainnya
Surgical dressings; dan
Ruang operasi
Biaya bedah
Jaminan ini memberikan manfaat terhadap pembiayaan tindakan
operasi oleh dokter. Salah satu elemen utama dari provisi ini adalah tarif
bedah untuk prosedur bedah yang umum. Daftar tarif dan atau pembayaran
maksimum yang akan dibayar asuradur berdasarkan tingkat kesulitan
operasi.
Manfaat bedah dibayar tanpa memperhatikan di mana tindakan operasi
oleh dokter. Banyak tindakan bedah saat ini dilaksanakan dengan basis
rawat jalan pada pusat bedah atau prakter dokter dan tidak membutuhkan
rawat inap di rumah sakit. Pasien ini tidak harus dimasukkan ke dalam
rumah sakit untuk mendapatkan jaminan bedah.
Kebanyakan polis meminta atau mengharuskan pendapat ahli bedah
lain untuk rawat inap elektif dan bedah rawat jalan. Jika pasien
mendapatkan bedah elektif tanpa mencari pendapat ahli bedah lainnya
(second opinion) paket mungkin tidak membayar manfaat bedah atau dapat
juga membayar dengan tingkat lebih rendah.
h. Jaminan supplemental
Asuradur menawarkan kesehatan supplemental untuk pasar kelompok
dan individual. Jaminan ini memberikan semacam buah pikiran kepada
peserta yang mengetahui bahwa mereka dijamin untuk biaya yang tidak
terduga disebabkan karena sakit dan luka. Jaminan supplemental dilarang
untuk :
Mengisi kesenjangan dari jaminan biaya medis (contohnya deductible,
coinsurance,
biaya disabilitasi maksimum)
Menyediakan manfaat tambahan seperti gigi, obat resep dan jaminan
mata
Menjamin biaya tambahan sebab akibat sakit atau kecelakaan yang
serius
Berikut jaminan suplemental diuraikan : indemnitas rumah sakit, gigi,
obat resep, mata, kematian, dan cacat karena kecelakaan, biaya kecelakaan
medis, penyakit spesifik, suplemen medicare dan asuransi kecelakaan
perjalanan.
i. Asuransi Obat Resep
Asuransi obat resep menjamin pembiayaan obat melalui resep yang
dibuat oleh dokter, sangat kecil atau tanpa biaya dari peserta. Hampir
semua paket ditawarkan melalui perusahaan pada basis kelompok. Ada 2
paket dasar : penggatian biaya dan jasa.
Paket jasa
Pada paket jasa, pembayaran jaminan untuk jasa dan produk yang
dijamin oleh asuransi, dibayar oleh asuradur langsung kepada PPK tanpa
peserta mengisi formulir klaim. Obat resep meliputi jumlah besar dari
klaim kecil-kecil dan membutuhkan jaringan ekstensif dari apotik.
Biasanya administrator pihak ketiga mengelola paket untuk asuradur
sebab mereka dapat menekan biaya melalui volume yang besar dan
standarisasi formulir dan prosedur.
Faktor yang membuat risiko lebih besar tetapi dapat diaksep dengan
premi yang lebih tinggi.
b. Kartu pendaftaran
Kartu pendaftaran akan memberikan informasi tentang usia, jenis
kelamin, pendapatan, status tanggungan dan pekerjaan.
e. Representatif kelompok
Penjualan paket jaminan kelompok dapat dilakukan terlebih dahulu
melalui kunjungan ke tempat pengusaha oleh seorang representatif
kelompok dari perusahaan asuransi. Representatif kelompok ini akan
membahas paket jaminan kesehatan dengan calon peserta. Untuk
keperluan underwriting, representatif kelompok dari perusahaan asuransi
selanjutnya akan menyampaikan informasi kepada underwriter tentang
kondisi pengusaha dan karyawan-karyawannya.
f.Laporan inspeksi
Untuk menangkap calon peserta kelompok yang lebih kecil,
perusahaan asuransi dapat memanfaatkan laporan inspeksi. Laporan ini
biasanya dibuat oleh perusahaan investigasi komersil yang secara khusus
memberikan informasi penting untuk keperluan underwriting. Dalam
melakukan inspeksi, perusahaan investigasi akan melakukan kunjungan
langsung ke tempat pengusaha, melaporkan kemungkinan adanya adverse
selection, serta membantu memeriksa akurasi informasi yang diberikan
pengusaha pada formulir aplikasi asuransi.
BAB V PEMASARAN ASURANSI KESEHATAN
2. Penetapan Harga
Lima pemangku kepentingan (stakeholder) mempengaruhi
keputusan penetapan harga (pricing): konsumen, pemerintah,
pemasok, distributor, dan pesaing.
3. Distribusi
Distribusi mencakup penggudangan, saluran-saluran distribusi,
cakupan distribusi, lokasi tempat ritel, wolayah penjualan, tingkat dan
lokasi persediaan, kurir transportasi, penjualan grosir, dan ritel.
Distribusi menjadi sangat penting ketika sebuah perusahaan berusaha
menerapkan strategi pengembangan pasar atau integrasi ke depan.
4. Riset Pemasaran
Riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatatan dan
penganalisisan data yang sistematis mengenai berbagai persoalan yang
terkait dengan pemasaran barang dan jasa. Aktivitas riset pemasaran
mendukung semua fungsi bisnis yang pokok dari sebuah organisasi.
5. Analisis Peluang
Analisis peluang melibatkan penilaian atas biaya, manfaat dan
resiko yang terkait dengan keputusan pemasaran. Tiga langkah yang
diperlukan untuk membuat analisis biaya-manfaat adalah menghitung
total biaya yang terkait dengan suatu keputusan, memperkirakan total
manfaat dari keputusan Dan membandingkan total biaya dengan
manfaat.
Melihat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang, Wahyu
memperkirakan pelaksanaan BPJS berpotensi berjalan baik. Pasalnya, semakin
banyak peserta BPJS dan disiplin membayar iuran, maka pelaksanaan BPJS akan
turut berjalan baik. Sebagai salah satu kementerian yang dilimpahi tanggung
jawab untuk membentuk BPJS, khususnya BPJS Ketenagakerjaan, Wahyu
menyebut Kemenakertrans telah menyelesaikan berbagai rancangan peraturan
pelaksana.
Pada 2018 ini, BPJS Kesehatan memasuki tahun kelima. Memang belum
genap lima tahun. Lembaga publik ini baru berdiri pada 1 Januari 2014. Namun,
lembaga ini menisbahkan ulang tahunnya pada berdirinya BPDPK (Badan
Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan) sehingga pada 2018 ini telah
berusia 50 tahun. Dari BPDPK berubah menjadi Perum Husada Bhakti, lalu
berubah menjadi PT Askes (Persero). Tiga lembaga sebelum BPJS Kesehatan ini
memiliki tugas yang terbatas, yakni hanya melayani PNS, pensiunan PNS,
purnawirawan TNI dan Polri, veteran, dan perintis kemerdekaan. Di masa
reformasi, tugas Askes diperluas agar bisa menjangkau masyarakat luas melalui
program Jamkesmas. Akhirnya, lahir BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan lahir
berdasarkan amanat UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN). Dari sana lahir UU No 24/2011 tentang BPJS.
Adapun total dalam empat tahun sejak 2014, terdapat 640,2 juta orang
memanfaatkan pelayanan kesehatan JKN-KIS. Suatu jumlah yang fantastis.
Kelima, perubahan sistem dan prosedur, yang kini lebih kompleks, tetapi lebih
bersahabat karena kehadiran teknologi informasi. Keenam, perluasan mitra kerja
dan fasilitas kesehatan. Garis tebal dari enam perubahan itu adalah terjadinya
perubahan budaya dan perubahan organisasi. Budaya kerja menjadi lebih
berirama cepat, lebih berdisiplin, dan indikator-indikator kinerja yang sangat
terukur. Kerja menjadi lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan
proses dan hasil sekaligus.
Divisi IT, Kepesertaan, dan Pelayanan menjadi ujung tombak yang sangat
penting.Divisi IT yang semula cuma satu bagian kini dipecah menjadi tiga
bagian. Digitalisasi menjadi kebutuhan yang mutlak. Melayani seluruh penduduk
dalam satu organisasi yang ringkas dan proses yang akuntabel membutuhkan
dukungan IT yang prima. Mereka membuat aplikasi-aplikasi untuk mewadahi
profil RS, klinik, maupun dokter pribadi.
Kini semua itu mulai terasa dan tentu mengguncang pihak-pihak yang
merasa mapan dengan lanskap dan arsitektur pelayanan kesehatan yang ada
selama ini. Karena itulah, transformasi tahap kedua merupakan kebutuhan yang
sangat mutlak.
Namun, ketika menyusun ulang penataan rumah dengan benda yang sesuai
dengan desain dan struktur rumah baru agar seirama dan serasi kita sebut sebagai
transformasi tahap kedua.Setelah empat tahun berlalu, kini BPJS Kesehatan
harus mengonsolidasikan diri agar seirama dan selaras dengan tugas
konstitusionalnya, serta terhindar dari lubang-lubang yang masih terbuka (loop
hole) yang bisa merusak good governance dan terkendalanya pelayanan yang
prima.
6.4 Pembiayaan
Pembiyaan jaminan kesehatan nasional di uraikan sebagai berikut:
1. Iuran
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja, dan atau pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16, perpres No.12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
2. Pembayaran iuran
1) Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah.
2) Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi kerja
dan pekerja
3) Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peerta bukan pekerja iuran
dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
4) Besarnya iuran jaminan kesehatan Nasional ditetapkan melalui peraturan
presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan
sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar yang layak.
Pembayaran iuran setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya
ditetapkan berdasarkan presentase dari upah (untuk pekerja penerima upah)
atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan menerima upah dan PBI).Setiap
pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjannya, menambahkan iuran
peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut
setiap bulan kepada BPJS kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10
setiap bulan). Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan
pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan
denda administratif sebesar 2% per bulan dari total iuran yang tertunggak
yang dibayar oleh pemberi kerja.
Peserta bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja wajib
membayar iuaran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat
tanggal 10 setiap bulan kepada BPJS kesehatan. Pembayaran iuaran JKN
dapat dilakukan diawal. BPJS kesehatan menghitung kelebihan atau
kekurangan iuran JKN sesuai gaji atau upah peserta. Dalam hal terjadi
klebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS kesehatan
memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan atau peserta paling
lambat 14 hari kerja serta sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan
peraturan BPJS kesehatan.
1. Cara pembayaran fasilitas kesehatan
6.7 Pengorganisasian
1. Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (Kemenkes,
2013)
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum public
milik Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada
Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Dewan Pengawas
terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2(dua)
orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang unsur
Tokoh Masyarakat.
Dewan Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari
unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.
a. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai
fungsi, tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian
sebagai berikut: (Kemenkes, 2013)
1) Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas
pelaksanaan tugas BPJS.
2) Dewan Pengawas bertugas untuk: melakukan pengawasan atas
kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja Direksi; melakukan
pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana
Jaminan Sosial oleh Direksi; memberikan saran, nasihat, dan
pertimbangan kepada Direksi mengenai kebijakan dan pelaksanaan
pengelolaan BPJS; dan menyampaikan laporan pengawasan
penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS
kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.
3) Dewan Pengawas berwenang untuk: menetapkan rencana kerja
anggaran tahunan BPJS;mendapatkan dan/atau meminta laporan dari
Direksi mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan
BPJS, melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai
penyelenggaraan BPJS; dan memberikan saran dan rekomendasi
kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.
b. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Direksi Dalam menyelenggarakan JKN,
Direksi BPJS mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang sebagai berikut
(Kemenkes, 2013)
Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional
BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan Manfaat sesuai dengan
haknya.
Direksi bertugas untuk:melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi; mewakili BPJS di
dalam dan di luar pengadilan
Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk
melaksanakan fungsinya. Direksi berwenang untuk:
Melaksanakan wewenang BPJS
Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata
kerja organisasi, dan sistem kepegawaian
Menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk
mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS serta
menetapkan penghasilan pegawai BPJS; mengusulkan kepada Presiden
penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi
Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam
rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas; • Melakukan
pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak Rp 100.000.000.000
(seratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan Pengawas; melakukan
pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp 100.000.000.000
(seratus miliar rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000.000 (lima ratus
miliar rupiah) dengan persetujuan Presiden;
Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp
500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenang Direksi diatur dengan Peraturan Direksi. Persyaratan untuk
menjadi Dewan Pengawas dan Dewan Direksi diatur dalam UU Nomor
24 tahun 2011.
2. Hubungan Antar Lembaga
BPJS melakukan kerja sama dengan lembaga pemerintah, lembaga lain
di dalam negeri atau di luar negeri dalam rangka meningkatkan kualitas
penyelenggaraan program Jaminan Sosial (JKN). (Kemenkes, 2013).
4. Pengawasan
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.
Pengawasan internal oleh organisasi BPJS meliputi:
a. Dewan pengawas; dan Satuan pengawas internal. Sedangkan Pengawasan
eksternal dilakukan oleh: DJSN
b. Lembaga pengawas independen. (Kemenkes, 2013)
5. Tempat dan kedudukan BPJS
Kantor Pusat BPJS berada di ibu kota Negara, dengan jaringannya di seluruh
kabupaten/kota.
BAB VII PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
a. Pemakai jasa pelayanan, yaitu besarnya dana yang dapat dimanfaatkan untuk
jasa pelayanan.
Biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.
a) Pemerintah Pusat
b) Pemerintah Provinsi
c) Pemerintah Daerah
f) Masyarakat
Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja dibayar oleh peserta
yang bersangkutan.
2. Mekanisme Pembayaran
a) pelayanan ambulan
5. Operasional untuk puskesmas keliling. Dana yang ada antara lain dapat
dibelanjakan seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), penggantian Oli, suku
cadang kendaraan pusling.
Beberapa pengertian: Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lain. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan,
pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja,
atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI
JKN dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu yang terdiri atas:
b) Anggota TNI
c) Anggota Polri
d) Pejabat Negara
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan; dan
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak
pensiun.
2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau
tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua
puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (duapuluh lima) tahun
yang masih melanjutkan pendidikan formal.
9. Hak dan kewajiban Peserta Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS
Kesehatan berhak mendapatkan
b. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau
meninggal dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh
Peraturan BPJS.
1. Transparansi (Tranparenency)
2. Akuntabilitas (Accountability)
3. Tanggungjawab (Responsibility)
4. Kemandirian (Independency)
a. Kriteria Peserta PBI o Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
Kriteria Fakir Miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh menteri di
bidang sosial setelah berkoordinasi dengan menteri dan /atau pimpinan
lembaga terkait
Data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang telah diverifikasi dan
divalidasi sebagaimana dimaksud, sebelum ditetapkan sebagai data
terpadu oleh Menteri di bidang sosial, dikoordinasikan terlebih dahulu
dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.
Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri dirinci menurut provinsi dan
kabupaten/kota.
Penghapusan data fakir miskin dan orang tidak mampu yang tercantum
sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena tidak lagi memenuhi keriteria
Penduduk yang sudah tidak menjadi Fakir Miskin dan sudah mampu,
wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan dengan membayar Iuran.
2. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) Peserta bukan PBI Jaminan
Kesehatan sebagaimana yang dimaksud merupakan peserta yang tidak
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas (sesuai
Perpres No 12 Tahun 2013):
2) Anggota TNI
3) Anggota Polri
4) Pejabat Negara
1) Investor
2) Pemberi Kerja
3) Penerima pension
4) Veteran
5) Perintis Kemerdekaan
5) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
yang dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat
hak pensiun Pekerja sebagaimana yang dimaksud termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan
Jamingan Kesehatan bagi Pekerja warga negara Indonesia yang
bekerja di luar negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tersendiri. Anggota keluarga sebagaimana dimaksud
meliputi:
Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria
a. usaha besar
b. usaha menengah
d. usaha mikro.
8.7 Ketentuan peserta pemutusan hubungan kerja (PHK) dan cacat total
Ketentuan peserta pemutusan PHK dan cacat total menurut panduan praktis
(Pasal 7 & 8 Perpres No 12 Tahun 2013), (Kemenkes RI, 2014);
Dalam hal peserta sebagaimana dimaksud di atas tidak bekerja kembali dan
tidak mampu, berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total tetap dan
tidak mampu, berhak menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan
Penetapan cacat total tetap, dilakukan oleh dokter yang berwenang.
2. Masakerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua)
bulan upah
3. masa kerja 2 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga)
bulan upah
4. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4
(empat) bulan upah
5. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5
(lima) bulan upah
6. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6
(enam) bulan upah
7. masa kerja 6 (enam) atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh)
bulan upah
8. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8
(delapan) bulan upah
1. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua)
bulan upah
2. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3
(tiga) bulan upah
3. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas)
tahun, 4 (empat) bulan upah
4. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas)
tahun, 5 (lima) bulan upah
5. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan
belas) tahun, 6 (enam) bulan upah
6. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua
puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah
7. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua
puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah
8. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah.
Lalu selanjutnya, pada pasal 4, terdapat uang penggantian hak yang dapat
diberikan kepada karyawan dengan ketentuan :
4. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
a. Hak Peserta
b. Kewajiban Peserta
3) Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak
g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
3. Hak kerahasiaan medis Rahasia medis merupakan hak pasien yang harus
dilindungi dan dijunjung tinggi oleh setiap penyelenggara pelayanan
kesehatan. Pelanggaran terhadap hak pasien ini merupakan sebuah
kejahatan yang dapat dimintai pertanggung jawaban hukum. Menurut
Ampera, perlindungan terhadap hak rahasia medis ini dapat di lihat
dalam peraturan perundang-undangan antara lain: Pasal 57 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap
orang berhak atas kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. Pasal 48 Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa
setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya
wajib menyimpan rahasia kedokteran. Pasal 32 huruf (i) Undang-Undang
Nomor 44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien untuk
mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
4. Hak untuk mendengarkan pendapat kedua Setiap pasien yang ragu dengan
hasil diagnosa medis seorang dokter, maka punya hak untuk mencari tahu
pendapat dari dokter lainnya tentang diagnosa medis yang dialaminya
sesuai dengan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; 6. transfusi darah sesuai
dengan kebutuhan medis;
a) administrasi pelayanan
g) rehabilitasi medis
h) pelayanan darah
i) pelayanan kedokteran forensik; dan
15. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat
Jaminan Kesehatan yang diberikan.
8.9 Iuran
Iuran Jaminan kesehatan nasional menurut panduan praktis (Kemenkes RI,
2014)
a) Iuran Peserta PBI Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan
Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebesar
Rp 19.225,00 (sembilan belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per orang
per bulan.
Pembayar Iuran;
3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerjaiuran
dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.4.
Pembayaran Iuran;
2. Peserta Pekerja Penerima Upah dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.
3. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
b) Kartu Peserta rusak / data pada kartu salah, dengan menyerahkan kartu
peserta yang rusak / data salah dan menunjukkan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) asli.
3. Menujukkan SK pensiun
Jika setelah 6 bulan peserta tetap belum bekerja dan dinyatakan tidak
mampu, berhak menjadi peserta PBI.
Hal seperti ini bisa saja terjadi. Peserta kebetulan sangat perlu melakukan
penggantian kartu BPJS miliknya. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan
perlunya dilakukan penggantian kartu peserta BPJS, yakni:
Kalau kartu peserta BPJS hilang, bisa dipastikan peserta tersebut tidak
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Sebaiknya, hal
ini segera dilaporkan kepada pihak BPJS dan melakukan penggantian kartu
dengan cara membawa syarat berikut:
2. Kartu Peserta Mengalami Kerusakan atau Salah Cetak pada Saat Pembuatan
Jika berpindah tempat tinggal, bisa saja lokasi tempat tinggal peserta
menjadi jauh dari faskes tempat peserta terdaftar. Karena itu, perubahan data
peserta dibutuhkan (mungkin termasuk perubahan faskes). Syarat dalam
mengubah data ini adalah:
Mengisi FPDP.
Mengisi FPDP.
Mengisi FPDP.
5. Perubahan Status Kepegawaian (dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) aktif ke PNS
pensiun)
Membawa FPDP.
Membawa SK pensiun.
6. Perubahan Daftar Susunan Keluarga
a. Pernikahan
Mengisi FPDP.
Hal ini biasanya berlaku bagi pekerja yang menerima upah dan menjamin
maksimal 3 (tiga) orang di dalam tanggungannya. Perubahan data bisa saja
terjadi apabila anak sudah menikah atau memiliki penghasilan sendiri atau
meninggal dunia. Anak yang tak menjadi tanggungan lagi bisa digantikan
dengan anak yang lain dengan melampirkan pas foto berwarna terbaru ukuran
3 x 4 (1 lembar) (kecuali anak balita) serta menyertakan:
7. Pengurangan Peserta
Perubahan ini bisa terjadi karena dua hal, antara lain:
a. Meninggal dunia
b. Perceraian
Syarat perubahan data bagi Peserta PBI menjadi peserta PBPU: Peserta
dapat langsung merubah jenis kepesertaan dengan mengikuti ketentuan
persyaratan sebagaimana diatur dalam Permensos Nomor 5 Tahun 2016.
Sedangkan peserta PBI ABPD dapat dilakukan sesuai ketentuan mutasi
tambah kurang sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerja Sama dengan
Pemerintah Daerah masing-masing. Adapun syarat perubahan datanya
mendaftarkan seluruh anggota keluarga sesuai ketentuan pendaftaran peserta
PBPU. Lalu peserta menandatangani surat pernyataan bermaterai keluar
sebagai peserta PBI.
1) KK (kartu keluarga)
Pilih menu Layanan Peserta, dan klik pada Sub Menu Pendaftaran
Peserta
Setelah itu maka akan muncul form pendaftaran untuk diisi sesuai
dengan data diri KTP dan lain-lain yang tadi sudah anda siapkan
disiapkan. Adapun data diri yang harus anda isi adalah: nama, alamat,
tempat tanggal lahir, nomor handphone, alamat email, kantor cabang
BPJS terdekat anda dimana nantinya anda akan mengambil kartu
BPJS, dan datadata lain yang diperlukan.
5) Menyiapkan nomer telpon seluler dan email. Kedua hal ini wajib
disampaikan dalam pendaftaran online.
Hal-hal di atas bisa menjadi alasan mengapa peserta BPJS berniat untuk
mengganti Faskes yang akan digunakan olehnya selaku peserta BPJS
Kesehatan. Tindakan seperti ini bisa saja dilakukan. Pihak BPJS sebetulnya
tidak membatasi berapa kali peserta dapat pindah Faskes. Boleh 3 bulan
sekali, asalkan sesuai dengan kebutuhannya. Jadi tidak bisa juga seenaknya
mengubah Faskes, apalagi tanpa alasan yang jelas atau mengada-ada.
Perubahan data kepesertaan, baik karena ada data yang salah, pindah
alamat atau adanya penambahan anggota keluarga baru, tidak bisa dilakukan
secara online, namun harus datang langsung ke kantor bpjs dengan membawa
perysyaratan yang telah ditentukan.
Perlu diingat jika data yang tertera pada kartu dibiarkan, kemungkinan
sewaktu-waktu bisa timbul masalah, terutama ketika anda sedang di rumah
sakit, karena pihak bpjs akan mencocokan data yang terdapat pada kartu
dengan data bpjs yang sudah tercatat di basis data bpjs yang sesuai ktp atau
KK.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A, 2002. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal
http://pustaka.unpad.ac.id/wp
content/uploads/2009/09/asuransi_kesehatan_dan_managed_care.pdf (Diakses
Insurance,http://ahliasuransi.com/wp-content/uploads/2014/08/2.-Prinsip-
Kemenkes RI. 2013. Bahan Paparan: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Universitas Indonesia
Keuangan.
Kesehatan
2016. Jurnal
TAKAFUL KELUARGA.