Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor
antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material. Pengelolaan yang seimbang
dan baik dari kelima factor tersebut akan memberikan kepauasan kepada kostumer baik
kostumer internal maupun eksternal. Rumah sakit yang telah terakreditasi seharusnya
telah memiliki pengelolaan yang baik dan terstandar termasuk lima factor tersebut. Pada
kesempatan ini, akan membahas secara khusus tentang pengelolaan Material atau logistic
keperawatan.
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada kompetensi dari
manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik melalui fungsi
antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga
mengembangkan sistem pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat
yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan pasien
sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan secara umum.
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi kejadian darurat, membuat skala
prioritas serta melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum
rumah sakit. Manajemen logistik juga harus mencapai efisiensi dan efektifitas. Manajer
logistik memiliki kemampuan untuk mencegah atau meminimalkan pemborosan,
kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat tersebut yang akan memiliki dampak kepada
pengeluaran ataupun biaya operasional rumah sakit.
Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus disediakan rumah sakit
dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain: obat, bahan kimia, gas medik,
peralatan kesehatan), persediaan makanan, persediaan logistik umum dan teknik.

1|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep logistik?
2. Bagaimana konsep manajemen logistik?
3. Bagaimana konsep logistik terpadu?
4. Bagaimana fungsi manajemen logistik?
5. Bagaiman manajemen logistik di rumah sakit?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami konsep logistik
2. Untuk memahami konsep manajemen logistik
3. Untuk memahami konsep logistik terpadu
4. Untuk memahami fungsi manajemen logistik
5. Untuk memahami manajemen logistik di rumah sakit

2|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Logistik

2.1.1 Pengertian Logistik

Yang di maksud dengan Logistik berdasarkan Kamus Umum Bahasa


Indonesia (WJS Poerwaodarminto, Balai Pustaka, 1976), adalah pengadaan
distribusi, pemeliharaan dan penggantian (penyediaan untuk mengganti )materil
dan personal. Dari pengertian tersebut diatas, maka ada beberapa aspek yang
terkandung dalam pengertian Logistik, yakni aspek pengadaan, aspek distribusi dan
aspek pemeliharaan dan penggantian. Jadi yang dimaksud dengan logistic ternyata
tidak hanya mempunyai pemgertian sekedar perlengkapan sementara dan yang
bersifat benda padat, atau barang-barang inventaris kantor seperti meja kursi dan
lain sejenisnya. Kalau disimak pada definisi logistic versi Kamus Umum Bahasa
Indonesia diatas, maka pengertiannya adalah secara umum pembekalan, yakni dari
mulai mengadakan, mendistribusikan, memelihara dan mengganti jika ada yang
rusak.

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat. Dalam pelaksanaan
pembangunan, pengelolaan logistik merupakan salah satu unsure penunjang utama
dari pada sistem administrative yang berhubungan erat dengan unsur-unsur sistem
administratif lainnya.

Logistic adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan


bahan/barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi tersebut
dalam jumlah, kualitas dari pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga
serendah mungkin. Dalam hal ini perlu dihindari terjadinya over promised inter
deliverd.

2.1.2 Tujuan Logistik

3|Page
Kegiatan logistik secara umum punya tiga tujuan. Tujuan operasional adalah
agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat
terlaksana dengan biaya yang serendah - redahnya. Sementara itu, tujuan
pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar
lainnya; serta nilai persendiaan yang sesungguhnya dapat tercemin di dalam sistem
akuntasi.

Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam


material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, dalam keadaan yang
dapat dipakai, ke lokasi di mana dibutuhkan, dan dengan total biaya yang rendah.
Melalui proses logistiklah material mengalir ke kompleks manufacturing yang sanga
luas dari Negara industry dan produk-produk didistribusikan melalui saluran-saluran
distribusi untuk konsumsi.

2.1.3 Fungsi Logistik

Tugas dan kegiatan logistik meliputi antara lain mengadakan pembelian,


inventory dan stock control, penyimapanan serta terkait dengan kegiatan
pembangan, produk dan operasional, keuangan, akuntasi manajemen serta penjualan
dan distribusi serta informasi. Fungsi logistik yang rutin sendiri sudah merupakan
pekerjaan yang sangat berat dana ekstensif. Pada setiap ada kegiatan fisik baru baik
yang berupa perbaikan, renovasi dan penciptaan bagian baru maka kebutuhan bahan
dan jasa harus dilakukan oleh bagian logistik. Walaupun prosedur yang ditempuh
untuk hal-hal seperti ini sebenarnya sama, namun banyak masalah lagi yang perlu
ditanggulangi seperti:

1. Sumber pemasok yang sering belum diketahui.


2. Kebutuhan bagian-bagian yang spesifikasinya belum jelas dan terbukti
efisien untuk penggunaan yang akan datang.
3. Intuisi waktu yang sering sangat menentukan keberadaan bahan yang
diminta.
4. Dan lain-lain masalah pengelolahan proyek

4|Page
2.1.4 Perencanaan Logistik

Perencanaan pengadaan barang logistic harus sedemikian rupa sehingga akan


siap tersedia pada saat dibutuhkan, akan tetapi tidak tertumpuk terlalu banyak. Ini
berarti bahwa harus ada perencanaan yang baik dalam menentukan kebutuhan, baik
mengenai saatnya maupun jumlah sesuatu barang atau bahan yang diperlukan harus
tersedia (just in time inventory). Barang yang sudah ada dalam persediaan harus
pula dijaga agar tetapi baik mutunya maupun kecukupan jumlahnya, serta keamanan
penyimpanannya. Untuk itu juga diperlukan suatu perencanaan dan pengaturan yang
baik untuk memberikan tempat yang sesuai bagi setiap barang atau bahan yang
disimpan baik dari segi pengamanan penyimpanan maupun dari segi
pemeliharaannya. Selanjutnya jalur pendistribusiannya harus jelas, lengkap dengan
tata-cara permintaan dan penyerahan barang sehingga terjamin bahwa permintaan
akan dapat terlayani tepat pada waktunya dan sampai ke tujuannya dengan selamat.

2.1.5 Komponen Logistik

Ada 5 komponen yang penting dalam membentuk sistem logistik, yaitu:

1. Struktur lokasi fasilitas,


2. Transportasi,
3. Persediaan (inventory),
4. Komunikasi,
5. Penanganan (handling)
6. penyimpanan (strorage).

2.1.6 Penyelengaran Logistik

Penyelengaraan logistic memberikan kegunaan waktu dan tempat. Kegunaan


tersebut merupakan aspek penting dari operasi perusahaan dan juga pemerintah.
Semua bentuk perilaku yang teroraganisir menumbuhkan sokongan logistic. Nilai
dalam bentuk tersedianya barang pada waktunya yang ditambahkan kepada material
atau produk adalah suatu hasil dari proses logistik. Nilai yang demikian mahal untuk
dicapai. Sebagai ilustrasi, pengeluaran logistik Amerika Serikat per tahun lebih dari
20% dari total PHB-nya. Denagn perkataan lain, untuk setiap triliyun PNB,
rekening logistik nasional lebih dari U$ 200 juta pertahun.

5|Page
2.1.7 Sasaran Logistik

Sasaran penyelengaraan logistik adalah mencapai level sokongan


manufakturing pemasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan total biaya
yang serendah mungkin. Tanggung jawab untuk manajer logistic adalah
merencanakan dan mengelola satu sistem operasi yang mampu mencapai sasaran
ini. Dalam tanggung-jawab perencanaan dan pengelolahan yang luas ini terdapat
banyak sekaligus yang kompleks dan mendetil. Cirri-ciri utama logistik adalah
integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan dan penyimpanan
yang strategis.

Seluruh rangkaian kegiatan ini harus dapat dipantau oleh pimpinan sehingga
dapat selalu dijaga dan diarahkan agar selalu berjalan lancar, tidak boros serta juga
tepat guna dan berhasil guna yang sebaik-baiknya. Penyimpanan yang mungkin
akan terjadi dapat segera diketahui dan dicegah sebelum berkembang terlalu jauh
sehingga merugikan. Selanjutnya upaya penyempurnaan dapat pula senantiasa
dilaksanakan dengan mudah dan semua informasi yang diperlukan tersedia.

6|Page
Penghapusan

Pemeliharaan

Penyaluran

Penyimpanan

Pengadaan

Perencanaan

Tujuan Keuangan LOGISTIK Tujuan Pengamanan

Cost effective Cost efficience Barang tersimpan aman

Tujuan
Operasional

Jumlah Tepat Mutu Memadai

Gambar alur dan tujuan logistic

7|Page
2.2 Konsep Manajemen Logistik

2.2.1 Pengertian Manajemen Logistik

Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran
dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994), sehingga
manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan
dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara
efisien dan efektif. Dalam sistem administrasi manajemen logistik Subagya menyatakan
sebagai berikut:

Fungsi logistic:
Unsur Fungsi perencanaan
Fungsi manajemen:
manajemen: Fungsi penganggaran
Planning
Man Fungsi Pengadaan
Organizing
Money Fungsi penyimpanan
Actuating
Material Fungsi penyaluran
Controlling
Machine Fungsi penghapusan
Method Fungsi Pengendalian

Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur-unsur manajemen diproses melalui


fungsi-fungsi manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat
terselenggaranya fungsi-fungsi logistik.

Manajemen Logistik adalah “manajemen dan pengendalian barang-barang, layanan


dan perlengkapan muali dari akuisisi sampai disposisi”, dan ada elemen penting yaitu:

1) Strategi terpadu untuk menjamin bahwa bahan barang, jasa dan perlengkapan
dibeli dengan biaya total yang terendah;
2) Strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan dipantau dan
dikendalikan secara agresif.

Departem Departe Perusaha


en Asal men an Lain
Pembelia
n
Daftar Departe
Persedia men
8|Page
an Akunting
Pembay
Departe
aran
men
s/
Distribus
i

Gambar 2.2: Rantai Pasokan

Prosedur penting yang perlu diperhatikan antara lain seperti di bawah ini.

1. Penggunaan formulir pesanan pembelian yang dapat diterima secara sah, yang
menjamin adanya syarat dan kondisi yang menguntungkan rumah sakit.
2. Metode untuk menetapkan siapa yang diberi wewanang untuk melaksanakan
pembelian bagi rumah sakit.
3. File tanda tangan persetujuan yang digunakan untuk menjamin bahwa pembelian
hanya dilakuakn oleh orang yang diberi wewenang.
4. Proses pembuatan daftar permintaan yang ditetapkan dengan jelas.
5. Daftar para penjual yang disetujui yang darinya boleh dilakukan pembelian.
6. Prosedur yang ditentukan dengan jelas untuk mendapatkan tawaran bersaingan
dari para penjual.
7. Metode untuk menelusuri dan mempercepat pesanan pembelian terbuka.
8. Metode untuk menjamin bahwa kredit yang tepat diterima untuk barang-barang
yang dikembalikan kepada penjual.
9. Metode untuk memantau dan mendokumentasikan kinerja penjual.
10. Metode untuk memantau letepatan waktu dan keefektifan kinerja departemen
pembelian.

Prosedur distribusi yang penting diperhatikan adalah seperti di bawah ini.

1. Rancangan sistem yang ada dan seberapa baik sistem itu berjalan.
2. Jumlah masing-masing departemen dan lokasi penyimpanan.
3. Jumlah dan campuran pasokan di tiap tempat.
4. Simpanan yang ada dan penenganan perlengkapan.
5. Ruang yang tersedia.
6. Hubungan fisik antara departemen.
7. Jalannya lalu lintas.
8. Biaya tenaga kerja untuk tiap-tiap area.
9. Pertimbangan aliran kas.

9|Page
Ada 15 langkah manajemen logistik yang penting untuk disimak, seperti table berikut
ini:

Tabel 44: Langkah Manajemen Logistik

No. Inti Uraian


1. Tingkat Menentukan tingkat persediaan yang tersedia di dalam setiap
Persediaan departemen yang bersangkutan
2. Identifikasi Identifikasi pasokan/permintaan/penggunaan untuk setiap
departemen pengguna selama satu periode 24 jam.
3. Daftar Membuat bagan daftar dari semua produk yang akan
Produk digunakan oleh setiap departemen
4. Frekuwensi Menentukan frekuwensi pergantian pasokan, yang
bertanggung pada jenis sistem yang dipilih dan target untuk
tingkat persediaan yang tersedia dan angka perputaran
5. Persyaratan Pengidentifikasi persyaratan fungsional dan spesifikasi yang
diperlukan bagi semua kereta bursa, bilamana sistem tersebut
digunakan
6. Lokasi Menentukan lokasi yang layak untuk pasokan diareal
pengguna
7. Waktu Menentukan waktu peninjauan persediaan, pemesanan dan
penyediaan kembali
8. Metode Mengidentifikasi dan menentukan metodologi yang dipilih
9. Sistem Menyusun sistem kerja/penyimpanan catatan yang sesuai
10. Konfigurasi Menyesuaikan tata letak, konfigurasi dan tingkat persediaan
pada sumber-sumber pasokan untuk mengakomodasi sistem
baru
11. Pelatihan Melaksanakan progam-progam pendidikan saat layanan, bagi
semua personil yang terlibat dan terpengaruh oleh sistem
tersebut
12. Mekanisme Membuat mekanisme untuk menelusuri permintaan persediaan
Penelusuran yang tidak rutin/acak yang terjadi diluar sistem dasar untuk
menetapkan kesinambungan keefektifan sistem tersebut dan
kelayakan tingkat sampai produk serta tingkat persediaan.

10 | P a g e
13. Kebijakan Membuat suatu kebijakan dan prosedur untuk membuat
dan Prosedur perubahan-perubahan sebagaimana layaknya
14. Proyek Membuat pelaksanaan baik atas dasar suatu proyek percobaan
Percobaan (pilot project), dasar kelompok atau zona, ataupun seluruh
rumah sakit
15. Penjadwalan Menjadwalkan pertemuan untuk meninjau kemauan dan
membuat beberapa modifikasi yang perlu

Beberapa masalah yang penting dalam perencanaan dalam hal ini obat diambil
sebagai contoh, seperti berikut:

1. Kelengkapan dan mutu informasi


2. Standar pengguna obat
3. Terjadinya perubahan atau perkembangan diagnosa selama pasien dirawat serta
kepatuhan terhadap standar terapi
4. Konfirmasi penggunaan
5. Cara perhitungan proyeksi kebutuhan obat
6. Data awal persediaan obat
7. Ketentuan persediaan obat
8. Periode pengadaan
9. Prioritas medis, ekonomi, dan farmakologi
10. Alokasi anggaran
11. Strategi pengadaan

Identifikasi masalah diatas dapat dilakukan dengan upaya pemeriksaan dengan tujuan
pemeriksaan pembelian dan pengelolaan barang antara lain adalah:

1) Memperoleh keyakinan bahwa pembelian dilakasankan secara ekonomis dan


efektif;
2) Menilai prosedur pembelian sehingga dapat diperoleh kepastian bahwa hanya
barang yang dibutuhkan saja yang beli;
3) Menilai tata laksana pengelolahan barang dan mendeteksi berbagai kemungkinan
kelemahan di dalamnya;
4) Menilai ketaatan para pelaksana pembelian dan pengelolahan barang terhadap
peraturan dan prosedur yang berlaku;
11 | P a g e
5) Memberikan saran dan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.

2.2.2 Perkiraan Biaya


Menentukan perkiraan dapat dilakuakn penetapan kuantitas pemesanan barang pada
suatu saat dapat dihitung dengan menghadapi biaya perolehannya dengan biaya
pemilikannya. Sebagai contoh, kapsul obat A dalam saru tahun dipergunakan seribu
unit.

Harga per unit = Rp 500,00


Biaya untuk satu kali emesanan = Rp 800,00
Tingkat bunga setahun = 5%
Biaya pemilikan perunit dalam satu tahun = Rp 30,00
Kuantitas pesanan ekonominya adalah:

√ 2 x Rp 800,00x 1000
Rp 500 x 5% + Rp 30
= 171 unit

Formula tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, karena itu hasilnya harus
disesuasikan dimana perlu untuk memperhitungkan perubahana situasi.

Secara lengkap basis teoritis sebagai berikut:

12 | P a g e
Management Action

Planning Implementation Control

Inputs into Outputs

Logistics of logistics

Natural
resources Marketing
(land, facilities, orientation
Raw In- Finished (competitive
and equipment)
Logisticsmaterial proccess goods advantage)
management
Human inventory
resources Suppliers Time and
place utility
Financial
resources Efficient
movement
Information Customers to customer
resources
Proprietary
asset

Logistics activities

1. Customer service 8. Plant and warehouse site


selection
2. Demand forcasting
9. Procurement
3. Distribution communications
10. Packaging
4. Inventory control
11. Return goods handling
5. Material handling
12. Salvage and scrap disposal
6. Order processing
13. Traffic and transportation
7. Part and service support
14. Warehousing and storage

Gambar 53. Components of Logistics Management

13 | P a g e
Keterkaitan Pemasaran dengan Logistik adalah:

Product
M
A
RK
ET
Price Promotion IN
G

L
O Place/ customer
GI service levels
ST
IC
S
Inventory Transplantation
carrying cost
cost

Lot Warehousing
quantity cost
cost

Order processing
and information
Gambar 54: Cost Trade- offs required in marketing and logistics

Biaya terkait lgistik seperti dibawah ini.

Place/ customer service levels


Customer service
Parts and service support
Return gods handling 14 | P a g e

Inventory carrying cost


Traffic and transportation
Packaging
Revers logistics

Lot quantity cost Warehousing cost


Material handling Warehousing and storage
Procurement Plant and warehouse site
selectition

Order processing and information cost


Order processing
Logistics communication
Demand forecasting/ planing

Gambar 55. How Logistics Activities Drive Total Logistics Costs

2.3 Konsep Logistik Terpadu

Konsep logistik terpadu terdiri dari 2 usaha yang berkaitan satu sama lain, yaitu
operasional logistik ini adalah mengenai manajemen pemindahan dan penyimpanan
material dan produk jadi perusahaan. Jadi, operasi logistik itu dapat dipandang sebagai
berawal dari pengangkutan perta material atau komponen-komponen dari sumber
perolehasnnya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah itu kepada
langganan atau konsumen. Untuk manufaktur esar, operasi logistic ini dapat terdiri dari
ribuan pemindahan yang berakhir pada penyerahan produk-produk itu pada industry
pemakaian para pengecer, grosir, dealer, atau perantara pemasaran lainnya. Untuk suatu
perusahaan pengeceraan besar, operasi logistik dapat berawal dari pembelian produk
untuk dijual lagi, dan pengantar produk tersebut ke rumah konsumen. Untuk rumah sakit,
logistic bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir dengan sokongan penuh dari
usaha-usaha pembedahan dan pengobatan. Yang penting bagaimanapun ukuran dan jenis
perusahaan, logistic itu membutuhkan banyak perhatian manajemen.

15 | P a g e
Kordinasi logistik adalah mengenai identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan
rencana untuk memaduhkan seluruh oprasi logistic. Fungsi koordinasi logistik adalah
untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan itu diselesaikan seefektif
dan seefisien mungkin. Koordinasi dibutuhkan untuk memantapkan dan mempertahankan
kontinuitas operasi. Di dalam ketiga bidang operasi logistik ini terdapat banyak
pergerakan yang berbeda-beda, dilihat dari besarnya pesanan, tersedianya inventaris, dan
urgensi pergerakan tersebut. Fungsi utama dari koordiansi logistik adalah meunjukkan
perbedaan-perbedaan ini.

Koordinasi logistik adalah menyangkut perencanaan dan pengawasan terhadap


masalah-masalah operasional. Koordiansi dapat dibagi ke dalam 4 badan manajerial
yaitu: (1) peramal (forecasting) pasar produk, (2) pengelolahan pesanan, (3) perancanaan
operasi, dan (4) procurement, atau perencanan kebutuahn material.

Konsep logistic terpadu ini relative masih baru bagi manajemen perusahaan.
Pertumbuhan logistic lahir dari kebutuhan yang akut untuk memperbaiki efisiensi
pengangkutan dan penyimpanan. Pertumbuhan ini telah dirangsang oleh besarnya
perkembangan teknologi. Dasawarsa menantang memberikan prospek imbalan yang
bahkan jauh lebih besar lagi dari eksploitas penuh logistik terpadu.

2.4 Fungsi Manajemen Logistik

Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai
berikut (Mustiksari: 2007):

16 | P a g e
Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
Untuk itu kita bahas satu persatu fungsi logistik tersebut.

1. Fungsi Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan
kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai
(user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing
organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil
rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan
keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat
keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya
sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem
monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan
balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan
akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar
dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara
pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994).

Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan


pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara

17 | P a g e
pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh
kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi.

Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:

a. Rencana jangka panjang (Long range)


b. Rencana jangka menengah (Mid range)
c. Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan
skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang
terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan
menghasilkan antara lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang
tepat
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan
jumlah yang tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk
menentukan orang atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di
ambil benar-benar tepat
2. Fungsi Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar
yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari)

18 | P a g e
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan
dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya
biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan
keterbatasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan
anggaran yang reliable.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali
dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan,
maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan
terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat
membantu kegiatan.
Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain adalah:
a. Peraturan–peraturan terkait
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi
c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan
pegaturan logistik
Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada
institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit
Pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes,
Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta
sumber anggaran berasal dari Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan
rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga (Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk obat-
obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan
makanan, alat kebersihan dan suku cadang.
3. Fungsi Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk
dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-
batas efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi

19 | P a g e
pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan
yang telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi
didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk
kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan
fungsi pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
g. Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan


b. Penyususnan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak

Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut pihak luar
maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian
dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan
pemerintah yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres No. 80
tahun 2003.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:

a. Kode etik pengadaan

20 | P a g e
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
1) Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang
pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan
2) Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
3) Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika
b. Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia
pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:
1) Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:
Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab
keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab tehnis.
2) Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-
unit yang berfungsi sebagai pemeriksa.
3) Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek
4) Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang
pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)
4. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam
fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-
rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan,
pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: Kualitas barang
dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebih
mudah dan barang yang aman dari pencuri.
Faktor – faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan
adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang
yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
21 | P a g e
1) Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar,
kursi roda dll.
2) Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan
ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara
pengambilan barang, pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,
gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.
5. Fungsi Penyaluran (Distribusi)
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor
yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran
merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Fungsi Penghapusan
Penghapusan adalah kgiatan atau usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(Subagya: 1994). Alasan penghapusan barang antaralain:
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,
administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan
b. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya.
Keadaan tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat
diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa
22 | P a g e
yaitu suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu
yang ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut,
menguap atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga
barang tidak dapat dipergunakan lagi.
c. Surplus dan ekses
d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai,
identifikasi dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan
atau ketentuan terhadap barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban
sebelum barang dihapus.
b. Aspek rencana pelaksana tehnis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.
Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:
1) Pemanfaatan langsung: Usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-
komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan
sebagai barang persediaan baru.
2) Pemanfaatan kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang
yang dihapus menjadi barang lain.
3) Pemindahan:Mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka
pemanfaatan langsung
4) Hibah: Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan
atau pihak di luar instansi (Pemerintah)
5) Penjualan/Pelelangan: Dijual baik di bawah tangan atau dilelang
6) Pemusnahan: Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan
7. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik yang
sedang atau telah berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian
antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,
instruksi dan prosedur lain
23 | P a g e
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya
pelaksanaan dari rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan
dalam rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana-
sarana pengendalian sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang baik
b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Anggaran yang cukup memadai

2.5 Manajemen Logistik Dirumah Sakit

2.5.1 Pengertian Logistik Rumah Sakit

Dalam konteks Logistik sebuah Rumah Sakit, maka mengandung pengertian


adalah suatu perbekalan dari sebuah Rumah Sakit untuk dapat beroperasi. Jadi tidak
hanya barang inventaris saja, tetapi lebih kepada seluruh sumber daya yang
digunakan kepentingan beroperasinya sebuah Rumah Sakit tersebut.

Jika dilihat dari unsure-unsur Manajemen yang termasuk dalam Input


(Asupan), maka posisi Logistik adalah termasuk kedalam katagori Materilas dan
Machines. Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa logistic Rumah Sakit bukan
hanya berupa peralatan sarana dan prasarana yang harus disediakan, yakni seperti
gedung kantor, gedung perawatan, kamar operasi, kamar jenazah dan lain
sebagainya, tentunnya dengan segala perlengkapan penunjang lainnya. Namun
ternyata logistic Rumah Sakit juga mencangkup peralatan medik lainnya yang
jumlah dan jenisnya sangat banyak sekali.

2.5.2 Klasifikasi Logistik Dirumah Sakit

Untuk memudahkan pembahasan dari logistic Rumah Sakit ini, maka penulis
membuat suatu klasifikasi, yang sigatnya tidak mutlak. Dapat saja klasifikasi ini

24 | P a g e
dikembangkan sendiri dengan kebutuhan dan kondisi yang mempengaruhinya.
Klasifikasi ini sekali lagi hanya untuk memudahkan suatu pembahasan belaka.

Secara garis besar klasifikasi tersebut terdiri dari:

Table Klasifikasi Logistik Rumah Sakit.

Klasifikasi Jenis Logistik


Prangkat Lunak Perangkat keras
Administrasi  Peraturan per UU-an  Alat Tulis Kantor
 Tata Hubungan Kerja (ATK)
Org  Mebelair (BIK)
 Perangkat Kebijakan  Gedung (BIK)
 Pola Tarif/Setoran ke  Computer (BIK)
KN  Alat Komunikasi (BIK)
 DII yang berkaitan  DII yang berkaitan
dengan Adm dengan Adm
Pelayanan  Buku Petunjuk Alat  Obat-obatan (BHP)
Medik/Kesehata Medis  Bahan Linen (BHP)
n  Perangkat Kebijakan  Bahan Farmasi (BHP)
Tertulis  Tempat Tidur Pasien
 Tata Hubungan Kerja (BIK)
 Peraturan per UU-an  Peratalan Medik (BIK)
 SOP Medik  Peralatan Radiologi
 Pola Tarif Protap (BIK)
Pelayanan Kesehatan  Gas Medik (BHP)
 DII yang berkaitan  Oksigen (BHP)
dengan Yan Med  Baju Operasi (BIK)
 Kursi roda (BIK)
 Keperluan Yankes
lainnya (BIK/BHP)
 DII yang berkaitan
dengan Yan Med
Laboratorium  Kebihakan Tertulis  Peralatan Lab (BIK)
 Pola Tarif  Reagen (BHP)

25 | P a g e
 SOP Lab  Baju/ Jas Lab (BIK)
 Buku Petunjuk Alat  DII yang berkaitan
Lab dengan Lab
 DII yang berkaitan
dengan Lab
Kebidanan  Kebijakan Tertulis  Bidan Kit (BIK)
 Pola Tarif  Peralatan Kebidanan
 SOP lengkap (BIK)
 Buku Petunjuk Alat  Incubator (BIK)
Kebidanan  Tempat Tidur Pasien
 DII yang berkaitan (BIK)
denagn kebidanan  Oksigen (BHP)
 Peralatan Partus (BIK)
 DII yang berkaitan
dengan Kebidanan
Pasien Rawat  Kebijakan Tertulis  Bahan makanan kering
Inap  Pola tariff (BHP)
 SOP  Bahan Makanan basah
 Insdeks (BHP)
biaya/hari/pasien  Bahan Makanan Khusu
 DII yang berkaitan (BHP)
dengan Rawat Inap  DII yang berkaitan
denagn Rawat Inap

Ket:
BIK : Barang Inventaris Kantor
BHP : Bahan Habis Pakai

Dari table tersebut diatas, apabilah divisualisaskian kedalam sebuah flowchart,


maka akan terlihat sebagai berikut :

Gambar 2.6.1 Klasifikasi dan Jenis Logistik Rumah Sakit

Perangkat lunak

26 | P a g e
Adimistarasi Pelayanan medik Laboratorium Kebidanan Rawat Inap

Pelayanan Kesehatan berkualita


Perangkat keras

2.5.3 Siklus Logistik Rumah Sakit

Logistik ini dijalankan berdasarkan suatu siklus yang terus menerus dalam
berkesinambungan. Siklus ini dinamakan siklus logistic. Dimaksud dengan siklus
logistic adalah suatu perputaran dari seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
denagn Logistik dari sebuah Rumah Sakit. Dari Klasifikasi dan jenis logistic yang
telah diuraikan diatas, maka masing-masing jenis dari masing-masing klasifikasi
melakukan siklusnya sendiri-sendiri, sesuai denagn tahapannya masing-masing.

Apabila digambarkan siklus logistic dari sebuah Rumah Sakit adalah seperti
tampak pada gambar di bawah ini

Gambar 2.5.2 . Siklus Logistik Rumah Sakit

Rencana
Hapus Anggaran

PeliharaAdm. Pelayanan Medik, Laboratorium, Kebidanan, Rawat Inap


Pengadaan

Manfaaat Catat
27 | P a g e
Distribusi
Dari gambar tersebut diatas Siklus Logistik, maka dapat dijelaskan hal-hal
sebagai berikut:
1. Siklus Logistik ini disusun berdasarkan adanya suatu tahapan dari mulai
perencanaan yang berdasarkan kebutuhan, sampai denagn tahapan terakhir
yakni penghapusan;
2. Siklus ini ternyata juga tidak hanya berlaku bagi kepentingan Logistik di
Rumah Sakit, namun juga dapat digunakan bagi kepentingan Logistik
dibeberapa unit organisasi;
3. Berbagai versi tentang Siklus Logistik atau disebut pula denagn siklus
Perlengkapan, sebenarnya secara subtantif adalah sama, yakni suatu putaran
dari tahap-tahapan kegiatan perencanaan, pengadaan, penggunaan sampai
kepada perumusan dari Logistik atau perlengkapan.
4. Siklus Logistik yang dibahas disini adalah terdiri dari delapan simpul, yang
masing-masing simpul secara sendiri-sendiri akan dibahas secara rinci
sehingga Flowchart dari Siklus ini hanya sebatas gambaran dari tahapan
kegiatan dari Logistik Rumah Sakit;

2.5.4 Menghitung Kebutuhan Logistik Rumah Sakit


A. Jenis kebutuhan Logistik Rumah Sakit
Kebutuhan akan logistic Rumah Sakit ternyata sangatlah rumit untuk
menghitung baik jenis maupun jumlahnya. Oleh karena itu sebagaimana telah
diuraikan dimuka bahwa Penulis membuat suatu klasifikasi kebutuhan
Logistik, yang semata-mata hanya untuk memudahkan cara penghitungan
terhadap kebutuhan logistik baik secara kuantiti maupun kualitinya.
Apabila nanti ditemukan pembahasan yang berulang perihal tahapan
Logistik, maka sebenarnya memang demikian adanya. Hal ini dikarenakan
setiap tahapan dari siklus Logistik adalah saling terkait satu denagn yang

28 | P a g e
lainnya dan merupakan satu rangkaian kegiatan. Jadi jika dalam pembahasan
tentang Kebutuhan maka akan terkait juga denagn masalah perencanaan.
Begitu pula dalam pembahasan tentang Perencanaan akan terkait pula denagn
masalah penganggaran, dan demikian seterusnya.
Menghitung akan kebutuhan logistik ini adalah berdasarkan dari suatu
analisa tentang persediaan logistik yang ada, yang masih dapat digunakan,
yang memerlukan perbaikan atau memang harus diganti denagn yang baru.
Jadi untuk menentukan jenis Logistik kita pergunakan dari jenis logistik yang
sudah dipisahkan berdasarkan klasifikasinya (sekali lagi hanya untuk
memudahkan proses).
Sebagai gambaran maka akan disajikan Arus Kebutuhan Logistik,
yang dimulai dari adanya inventarisasi mengenai kondisi persendian Logistik.
Pencatatn terhadap Kondisi Logistik ini akan berpengaruh terhadap
perhitungan kebutuahn secara kuantiti. Sedangkan secara kualiti akan
ditentukan secara teknis oleh petugas lain, berdasarkan kebutuhan teknis yang
harus dipenuhi.
Arus kebutuahn Logistik tersebut seperti terlihat dalam gambar
berikut:

Gambar . Arus Kebutuhan Logistik Rumah Sakit

User Yan Medik

IPSRS Ya Proses Perenc

User Lab
Prioritas

Kebutuhan Pimpinan

29 | P a g e
User Adm

Bag Umum Tdk


User Rwat Inap
Dpat diusulkan lagi th depan
Bendh Logistik

Dari Bagan Arus Kebutuhan tersebut diatas, amka dapat diketahui kebutuhan
Logistik dari bagian apa saja, berapa jumlahnya dan lain sebagainya.
Penvatatan ini sangat penting dilakukan, selain sebagai dokumen pendukung
dalam rangka pengajuan perencanaan Anggaran, juga digunakan sebagai
dokumen pendukung dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan,
khususnya untuk peralatan medik dan penunjang medis. Sedangkan untuk
kebutuhan logistik yang sifatnya Administratif merupakan suatu kebutuhan
yang perhitungannya tidak begitu rumit dilakukan. Dibawah ini digambarkan
cara perhitungan akan kebutuhan logistik yang dilihat secara kuantiti.
Sedangkan Secara Kualitas dokumen pendukung tetap apabila kebutuhan akan
peralatan medik ini dihitung secara kuantiti dan sekaligus juga kealitasnya
(spesikasi produknya) .
Table. Jenis kebutuhan Logistik dan Cara menghitungannya.

Klasifikasi Cara menghitung kebutuhan Logistik


Administrasi  Alat Tulis kantor (ATK)
Jumlah kebutuhan Th lalu/th berjalan+ 10% = yang
diusulkan
 Mebelair (BIK)
Kebutuhan mebelair = mebelair yang ada – mebelair yang
rusak = yang diusulkan
 Kendaraan Operasional (BIK)
Jumlah kebutuhan kendaraan = jumlah semua kendaran –
kendaraan rusak berat
Kendaraan rusak ringan diusulkan alokasi anggaran
 Gedung (BIK)

30 | P a g e
Jika rusak ringan diusulkan alokasi anggaran
pemeliharaan
Jika rusak berat diusulkan alokasi anggaran untuk
renovasi (stelah dihitung)
Jika diperlukan membangun gedung baru, maka
perhitungan dilakukan oleh Konsultan. Disulkan untuk
dialokasikan dalam anggaran yang akan datang.
 Komputer (BIK)
Jumlah kebutuhan = komputer yang ada – komputer yang
rusak berat = yang diusulkan Utk komputer yang rusak
ringan diusulkan alokasi perbaikan/pemeliharaan
 Alat Komunikasi (BIK)
Biasanya jika bentuk telepon, hanya diusulkan biaya rutin
dengan pembatasan tertentu.
Jika diperlukan suatu alat komunikasi untuk sistem
keamanan, maka perlu dilakukan studi banding mengenai
kebutuhan nyata, dari segi jumlah, spesifikasi, harga,
kegunaan dlsb. Kemudian diusulkan untuk dialokasikan
anggarannya.
Pelayanan  Obat-obatan (BHP)
Medikal/ Kebutuhan akan obat diperhitungkan juga dengan Pola 10
Kesehatan penyakit terbesar di RS ybs. Obat-obatan standar tetap
diperhitungkan dengan tambahan kenaikan 10% dari
realisasinya th lalu/th berjalan.
Obat untuk Buffer (stock) direncanakan dan disesuaikan
dengan tgl daluarsa obat)
Perhitungan kebutuahn obat ini sangat rumit, karena
memang yang menghitung haruslah seorang Apoteker di
Intalasi Farmasi. Perlu diperhitungkan pula ketersediaan
obat di Apotik RS (jika ada). Obat bebas terbatas,
Generik untuk keperluan Jamkesmas, dlsb.
 Bahan Linen (BHP)
Kebutuhan Barang Habis Pakai (BHP) biasanya dihitung

31 | P a g e
dari realisasi tahun lalu/th berjalan (jika tidak ada
tambahan dari rencana semula), kemudian + 10% =
diusulkan kebutuhan. Termasuk dalam kategori ini antara
lain adalah perban, kain kasa, selimut pasien, kain sprei,
sarung bantal dlsb.
 Bahan Farmasi (BHP)
Kebutuhan Barang Habis Pakai (BHP) biasanya dihitung
dari realisasi tahun lalu/th berjalan (jika tidak ada
tambahan dari rencana semula), kemudian + 10% =
diusulkan kebutuhan.
 Tempat Tidur Pasien (BIK)
Jumlah kebutuhan TT pasien = jumlah TT pasien – TT
yang rusak + diusulkan kebutuhan.
Kecuali ada penambahan ruang rawat inap baru
(penambahan kapasitas TT, maka dihitung secara realita
berapa jumlah yang dibutuhkan X Unit Cost = yang
diusulkan kebutuhan).
 Peralatan Medik (BIK)
Kebutuhan akan peralatan medik ini akan menjadi suatu
kebutuahn yang sangat mendasar, apabila memang
peralatan yang dimaksud belum ada memang beanr-benar
dibutuhkan atau memang perlu penambahan dari yang
ada.
 Peralatan Radiologi (BIK)
Kebutuahn akan peralatan radiologi ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan peralatan medik
jangan sekali-kali berdasarkan atas adanya gengsi dan
persainagn dengan RS lain. Namun harus didasarkan pada
kebutuhan nyata dengan kasus yang ada selama ini yang
harus ditangani dengan peralatan tsb.
 Gas Medik (BHP)
32 | P a g e
Kebutuhan Gas Medik ini adalah merupakan kebutuhan
yang sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis
pakai. Jadi untuk menghitung adalah dengan mengacu
pada realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak
ada penambahan dari rencana). Kemudian tambahkan
10% = yang diusulkan kebutuhan.
 Oksigen (BHP)
Kebutuhan Oksigen ini adalah merupakan kebutuhan
yang sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis
pakai. Jadi untuk menghitung adalah dengan mengacu
pada realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak
ada penambahan dari rencana). Kemudian tambahkan
10% = yang diusulkan kebutuhan.
 Baju Operasi (BIK)
Kebutuhan Baju Operasi ini sebenarnya dapat dilakukan
dengan cara pengadaan secara periodic (2 tahun sekali).
Karena kebutuhan akan baju operasi tidak harus setiap
hari, apabilah jumlah yang ada sudah mencukupi. Akan
tetapi apabila kemudian dilakukan inventarisasi, ternyata
memang kurang maka hal ini perlu dilakukan perhitungan
berapa jumlah baju operasi yang dibutuhkan. Begitu juga
dengan baju yang digunakan bagi keluarga pasien di
ruang ICCU.
 Kursi roda (BIK)
Kebutuhan Kursi roda biasanya ini juga sudah
diinventarisir pada saat petugas melakukan inventarisasi
logistik khususnya Barang Inventaris kantor. Dalam
daftar tsb akan terbaca jenis barang, tahun pengadaan dan
paling penting adalah kondisi barang. Apakah dalam
keadaan rusak berat, sehingga perlu dilakuakn
penggantian atau hanya perlu perbaikan saja karena rusak
ringan.
Laboratoriu  Peralatan Lab (BIK)

33 | P a g e
m Kebutuhan akan peralatan Lab ini akan menjadi suatu
kebutuhan yang sangat mendasar, apabila memang
peralatan yang dimaksud belum ada, memang benar-
benar dibutuhkan atau memang perlu penambahan dari
yang ada. Akan tetapi juga apa ada peralatan Lab yang
perlu diadakan.
 Reagen (BHP)
Kebutuhan Reagen ini adalah merupakan kebutuhan yang
sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis pakai. Jadi
untuk menghitungnya adalah dengan mengacu pada
realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak ada
penambahan dari rencana)., kebutuhan tambahkan 10% =
yang diusulkan kebutuhan.
 Baju/ Jas Lab (BIK)
Kebutuhan Baju Operasi ini sebenarnya dapat dilakukan
dengan cara pengadaan secara periodik (2 tahun sekali).
Karena kebutuhan akan baju/jas lab tidak harus setiap
hari, apabila jumlah yang ada sudah mencukupi. Akan
tetapi apabila kemudian dilakukan inventarisasi, ternyata
memang kurang maka hari ini perlu dilakukan
perhitungan berapa jumlah baju operasi yang dibutuhkan.
Kebidanan  Bidan Kit (BIK)
Kebutuhan akan Bidan Kit ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan Bidank kit harus
didasarkan pada kebutuhan nyata dengan kasus yang ada
selama ini yang harus ditangani dengan peralatan tsb.
 Peralatan Kebidanan lengkap (BIK)
Kebutuhan kan peralatan Kebidanan ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan peralatan kebidanan
jangan sekali-kali berdasarkan atas adanya gengsi dan
persaingan dengan RS lain. Namun harus didasarkan pada

34 | P a g e
kebutuhan nyata dengan kasus yang ada selama ini yang
harus ditangani denagn peralatan tsb.
 Incubator (BIK)
Kebutuhan akan Incubator ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
Baik dari segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus
yang ada yang tidak dapat ditangani karena kurangnya
alat ini (tidak ada sama sekali). Pengadaan Incubator ini
harus didasarkan pada kebutuhan nyata dengan kasus
yang ada selama ini yang ditangani dengan peralatan tsb.
 Tempat Tidur Pasien (BIK)
Jumlah kebutuhan TT Pasien = jumlah TT Pasien – TT
yang rusak + diusulkan kebutuhan.
Kecuali ada penambahan ruang rawat inap baru
(penambahan kapasitas TT, maka dihitung secara realita
berapa jumlah yang dibutuhkan X Unit Cost = yang
diusulkan kebutuhan).
 Oksigen (BHP)
Kebutuhan Oksigen ini adalah merupakan kebutuhan
yang sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis
pakai. Jika untuk menghitungnya adalah dengan mengacu
pada realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak
ada penambahan dari rencana)., kemudian tamabhkan
10% = yang diusulkan kebutuhan.
 Peralatan Partus (BIK)
Kebutuhan akan peralatan Partus ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan peralatan ini benar-
benar harus didasarkan pada kebutuhan nyata dengan
kasus yang ada selama ini yang harus ditangani dengan
peralatan tsb.

Pasien Rawat  Bahan makanan (BHP)


Kebutuhan akan bahan makanan ini adalah merupakan
Inap
kebutuhan yang sifatnya rutinitas dan merupakan Barang
habis pakai. Jadi untuk menghitungnya adalah dengan
mengacu pada realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan
catatan tidak ada penambahan dari rencana)., kemudian
tambahkan 10% = yang diusulkan kebutuhan.
Realisasinya akan dipisahkan pada bahan makanan
kering, yang pengadaannya bisa dilakukan sekaligus.
Namun Bahan makanan basah dilakukan setipa hari
pengadaannya.

35 | P a g e
Dari table tersebut diatas sekali lagi hanya merupakan salah satu cara
untuk menghitung kebutuhan akan logistik dengan jenis yang sudah di
klasifikasikan terlebih dahulu. Tentu selain itu ada beberapa metode lain yang
dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan logistik. Yang perlu digaris
bawahin bahwa kebutuhan logistik sebuah Rumah Sakit memang harus
dihitung secara benar, baik kebutuhan yang klasifikasinya bersifat
administrative, maupun yang bersifat teknis medis.

Sebab sekali salah kita menghitung teantang kebutuhan akan logistik


Rumah Sakit, maka akan salah pula untuk melakukan perencanaan,
pengusulan anggaran dan seterusnya. Oleh karena itu sangat ditekankan upaya
untuk menghitung kebutuhan Logistik dilakukan secara bertahap dan
berjenjang dengan tenggang waktu yang cukup. Sehingga dapat dilakukan
pengulangan atau peninjauan ke lapangan dan seterusnya.

B. Sifat kebutuhan Logistik Rumah Sakit


1. Rutin
Kebutuhan Rumah sakit yang bersifat rutin atau mau tidak mau harus
dibeli, dan jika tidak dibeli maka operasionalisasi Rumah Sakit akan
terganggu. Kebutuhan Rumah Sakit yang seperti ini biasanya sudah
menjadi perencanaan rutin, dan hanya dinaikkan lebih kurang 10% dari
kebutuhan nyata.
Dari klasifikasi jenis logistik yang telah ditetapkan dimuka, maka
kebutuhan rutin termasuk didalamnya adalah berupa:
Table. Jenis Kebutuhan Rutin Logistik Rumah Sakit Klasifikasi Logistik
Rutin.

Klasifikasi Logistik Kebutuhan Rutin


Administratif ATK, Biaya Telpon, air, listrik, pemeliharaan gedung,
pemeliharaan kendaraan, bahan administratif lainnya
yang sifatnya Bahan Habis Pakai.
Pelayanan Medik/ Obat-obatan, perbekalan farmasi, bahan linen, cairan
Kesehatan infuse, jarum suntik, benang operasi, bahan-bahan
pelayanan medik lainnya yang sifatnya Bahan Habis
36 | P a g e
Pakai.
Laboratorium Reagen, Pemeliharaan/kalibrasi alat, alcohol, Bahan-
bahan lainnya yang sifatnya Bahan Habis pakai.
Kebidanan Bahan Makanan bagi ibu melahirkan, Bahan-bahan lain
yang terkait dan sifatnya Bahan Habis pakai.
Pasien Rawat Inap Bahan Makanan (Lauk pauk), dan bahan-bahan lainnya
yang terkait dan sifatnya Bahan Habis Pakai.

2. Mendesak
Istilah mendesak ini akan sangat beragam orang untuk mendefinisikannya.
Pada satu kesempatan seseorang menyatakan bahwa kebutuhan akan
tempat tidur pasien adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Sebab jika
tidak dibeli pasien akan tidur dilantai. Namun orang lain mempunyai
persepsi yang berbeda. Bisa saja kebutuhan yang mendesak adalah
pembelian obat-obatan untuk keperluan pasien.
Sebab jika tidak diberi obat apa gunanya dilakukan diagnostic?
Hanya ingin tahu penyebab sakitnya saja tanpa diobati.
Jika untuk menentukan sesuatu kebutuhan logistic Rumah Sakit masuk
dalam katagori “mendesak”, maka harus ada ukuran atau kriteria yang
jelas.
3. Periodik
Kebutuhan yang sifatnya periodic ini biasanya sudah da[pat dihitung baik
secara kuantitinya maupun besarnya anggaran yang harus disiapkan untuk
keperluan itu. Disebut periodik artinya tetap dalam lingkup tahun anggaran
yang berjalan. Sehingga dalam satu tahun anggaran, kebutuhan yang
dimaksud tersebut dapat dipenuhi secara periodic. Apakah per triwulan
atau semester dlsb. Kebutuhan yang harus dipenuhi secara periodic harus
dapat direncanakan secara tepat apa yang dibutuhkan, berapa jumlahnya,
kapan akan dipenuhi (secara periodiknya).

Dari uraian akan sifat kebutuhan Logistik ini, sebenarnya sudah


mencerminkan adanya suatu pola tersendiri dalam mengatur dana
mendefinisikan suatu kebutuhan logistic Rumah Sakit. menjadi suatu
pegangan adan acuan dalam menghitung dan menentukan kebutuhan logistic

37 | P a g e
sebuah Rumah Sakit adalah pada dokumen perencanaan, serta adanya analisa
mengenai kebutuhan. Jika kebutuhan tesebut memang harus melalui suatu
proses analisa untuk kemudian dapat dilanjutkan sebagai suatu perencanaan
logistik.

Secara visualisasi maka jenis dan sifat kebutuhan Logistik Rumah Sakit
dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambra . Jenis dan Sifat Kebutuhan Logistik Rumah Sakit

Adminiastarasi Pelayaan Medik, Labaoratorium, Kebidanan, Rawat Inap

Rutin Mendesak

Periodik

2.5.5 Perencanaan Logistik Rumah Sakit


A. Sifat perencanaan logistic
Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, dengan berbagai macam ragam dan
jenisnya, maka apa yang dinamakan “RENCANA KERJA”, selalu saja akan
dibuat dan disusun, sebelum pekerjaannya dimulai.hampir dapat dipastikan
didalam setiap pekerjaan apapun bentuk dan jenisnya, apakah dalam ruang
lingkup yang besar, sedang atau keci, maka rencana kerja tersebut selalu saja
ada. Sadar atau tidak selalu saja dipikirkan apa yang akan diperbuat nanti.oleh
karna itu dalam setiap literatur, dari mana saja definisi tentang Management
itu berasal, maka selalu saja ada Rencana atau Perencanaan atau disebut juga
Planning.dan memang pada akhirnya Planning ini ditempatkan sebagai suatu
fungsi dari Management.
Demikian pula dengan kegiatan yang berkaitan dengan apa yang dinamakan
Logistik, maka salah satunya adalah membuat Perencanaan Logistik.
Perencanaan ini tidak akan datang secara tiba-tiba dan kemudian kita akan
melakukannya.namun dengan perkembangan dan kemajuan pola pikir

38 | P a g e
manusia, maka tentu harus ada pertimbangan -pertimbangan tertentu dalam
melakukan suatu perencanaan dari sebuah kegiatan. Pertimbangan -
pertimbangan mana tentu juga harus mendasarkan pada suatu fakta yang
diyakini akan kebenarannya, sehingga tanpa ragu-ragu perencanaan dapat
disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kehendak dan tujuan dari pekerjaan
itu sendiri.maka berdasarkan suatu analisa yang matang, sebuah perencanaan
itu harus dapat mendasarkan pada:
a. Kenyataan akan adanya data dan informasi konkrit;
b. Tidak berpegang pada “bagaimana maunya kita, keinginan kita dsb;
c. Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan
pemikiran, imajinasi dan kemampuan untuk melihat kedepan;
d. Perencanaan yang baik harus dapat membuat antisipasi
kedepan,apabila yang dilakukan terbentur adanya suatu rintangan yang
muncul tiba-tiba ,atau kesulitan lain yang menggangu pelaksanaannya.

Jadi seseorang yang membuat perencanaan adalah seseorang yang sama


pentingnya dengan fungsi orang yang melaksanakan rencana tersebut.sering
kita sebut dengan istilah “aktor intelektual” dalam beberapa kasus
kejahatan.ternyata aktor dibelakang layar yang membuat rencana tersebut
sama pentingnya dengan orang yang melakukan kejahatan.dalam konteks
perencanaan dari suatu pekerjaan yang baik,peran tersebut identik.artinya
fungsi orang yang bergerak dibelakang layar dalam membuat
perencanaan,akan sama pentingnya dengan orang yang melaksanakannya.
Namun terkadang orang awam tidak akan pernah melihat siapa yang berperan
dibelakang layar tersebut.ia hanya melihat keberhasilan dari orang yang
melaksanakan rencana tersebut.
Sebuah perencanaan yang baik ibarat kata adalah sebuah desain dari suatu
pekerjaan yang akan dilakukan oleh seseorang.perencanaan, sebut saja
demikian bagi seseorang yang bekerja membuat rencana, akan memikirkan
seluruh aspek yang terkait dengan pelaksanaannya.tidak hanya sekedar
menyebutkan angka atau jumlah tertentu, jika kita menginginkan sesuatu
barang.demikian pula jika sebuah Rumah Sakit memerlukan Logistik dalam
rangka menjalankan operasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan,maka
seorang perencana akan memikirkannya dari semua segi hal-hal yang

39 | P a g e
berhubungan dengan Logistik Rumah Sakit. Apa jenisnya,bagaimana bentuk
dan desainnya,berapa jumlah yang dibutuhkan, belinya dimana dan bagaimana
serta berpa harganya dlsb.dari perencanaan yang baik pula inilah maka akan
dapat menekan suatu biaya (cost)dalam operasional sebuah Rumah Sakit.jadi
sebuah perencanaan sedemikian pentingnya bagi sebuah Organisasi dalam
menentukan langkah kedepan guna mencapai tujuan.oleh karna itu
perencanaan sangat erat sekali hubungannya dengan aspek-aspek lain yang
ada dalam lingkaran sebuah organisasi.aspek-aspek yang sangat berperan
dalam membuat suatu perencanaan adalah:
a. Kebijakan (policy)
Kebijakan ini biasanya datangnya dari Pimpinan organisasi atau Direktur
Rumah Sakit.kebijakan ini akan menjadi dasar dan pedoman dalam setiap
pemikiran dan tindakan para stafnya.oleh karenanya dalam membuat
perencanaan diberikan ruang dalam menafsirkan dan
mempertimbangkan,sehingga tidak bertentangan dengan kebijakan yang
ada.
b. Prosedur
Dalam membuat perencanaan tentu pada akhirnya akan sampai pada
pemilihan suatu tindakan yang harus diambil kelak.tahapan kegiatan
secara hirarkis ini dinamakan prosedur,sehingga perencanaan yang akan
dibuat juga harus selalu memperhitungkan prosedur kerjanya.
c. Angaran
Salah satu ikhtisar yang selalu diharapkan adalah adanya peneluaran yang
dialokasikan untuk mencapai hasil yang diharapkan,dan dicatat dalam
bentuk angka dan jumlah.kepentingan ini dilakukan dalam rangka
membuat suatu Budget atau lokasi anggaran atau biaya yang disediakan
untuk dapat menyelaraskan dengan perencanaan.
d. Program
Program ini lahir dari adanya campuran antara sebuah kebijakan dan
prosedur yang akan didukung oleh anggaran, serta dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu.maka perencanaan selalu saja akan terkait dengan
apa yang namanya program tersebut.

40 | P a g e
Dari penjelasan tersebut kiranya akan tampak lebih terang gambaran dari suatu
keterikatan dari beberapa aspek dalam membuat suatu perencanaan,dapat
dilihat dari gambar berikut:

Gambaran.9. Aspek-aspek yang terkait dengan pembuatan Rencana

Kebijakan

Progam Rencana Prosedur

Anggaran

Dari segala uraian diatas maka tentu sebuah perencanaan yang baik akan sangat
memperhitungkan berbagai segi lainya, seperti waktu, temapat orang dlsb.untuk
menjadikan sebuah rencana yang baik, berdasarkan beberapa literature
Manajemen,maka harus memenuhi 5W +1H.
Dalam konteks untuk membuat perncanaan yang berkaitan dengan Logistik sebuah
Rumah Sakit,maka pertanyaan dengan rumus tersebut diatas harus dapat dijawab dan
dijelaskan,agar perencanaan Logistik dapat disusun dengan sebaik-baiknya.
Unsur-unsur tersebut jika diuraikan akan tampak sebagai berikut:

Tabel 12. Persyaratan yang terkait dengan Pembuatan Rencana


No Unsur Penjelasaan

1. W1 (What) Apa Logistik macam apa yang dibutuhkan oleh masing-


masing bagian atau instalasi untuk setahun kedepan? Atau
dalam periode tertentu.

2. W2 (Where) Dimana Dimana logistik tersebut dapat diperoleh?

3. W3 (When) Kapan Kapan semua logistik tersebut harus tersedia? Kapan akan

41 | P a g e
digunakan?

4. W4 (Why) Bagaimana Bagaimana prosedur dan tata cara pengadaannya?


Bagaimana budgetnya,

5. W5 (Who) Siapa Siapa yang akan menggunakan logistik tersebut

6. H (How) Kenapa Kenapa logistik ybs harus diadakan

Gambaran 10. Aspek dan persyaratan yang terkait dengan Pembuatan


Kebijakan
Rencana

W1 W2

H Rencana W3
Progam Prosedur

W5 W4

B. Perencanaan Logistik berbasisAnggaran


prioritas
Sudah menjadi suatu jawaban yang sangat klasik,apabila seorang user ditanya
oleh Pimpinan atau petugas bagian Logistik,mengenai apa yang dibutuhkan
untuk pengadaan tahun depan.tentu akan dijawab sekomplit mungkin, yang
menggambarkan seakan-akan bahwa tiada hari lagi dan tidak akan ada
kesempatan lagi untuk ditanya hal demikian.maka jawabanya akan sangat
banyak sekali yang dibutuhkan.sampai-sampai hal yang sekecil apapun akan
disampaikannya.lebih celaka lagi sang user tidak tahu persis berapa banyak barang
yang ia sebutkan tersebut dibutuhkan. Lagi-lagi aji mumpung ini akan menjadi warna
tersendiri apabila semua user ditanya hal yang sama.jadi bagaimana caranya untuk
untuk mengetahui logistik mana saja yang benar-benar dibutuhkan dalam rangka
pelayanan kesehatan atau penunjanganya.dari sekian jenis,katakan lima jenis

42 | P a g e
kebutuhan logistik,kira-kira yang paling penting diantaranya yang mana.jika
jawabanya penting semua,maka tentu ada yang lebih penting satu dari yang lainnya.
Itulah yang disebut sebagai skala prioritas.artinya ada hal-hal yang lebih
penting disbanding dengan yang lain.tentu akan lebih baik kalua saja setiap
kebutuhan yang sudah direncanakan sebelumnya diberi nomor urut sesuai
dengan kepentingan atau prioritasnya.misalnya incubator akan menjadi lebih
penting, karena jumlah yang ada tidak sebanding dengan jumlah kasunya.ini
jika dibandingkan dengan tempat tidur pasien,karena ternyata masih ada
tempat tidur pasien yang bisa digunakan dab berada digudang, tinggal
dibersihkan dan dirapikan kembali.inilah sebenarnya perencanaan yang harus
dibuat dengan mendahulukan kebutuhan yang lebih penting.skala prioritas ini
juga tidak dilihat hanya dari satu sisi aja.faktor-faktor lainnya tentu akan
menjadi bahan pertimbangan tersendiri.
Ada beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan dalam menentukan skala
prioritas dari suatu perencanaan logistik Rumah Sakit.hal-hal tersebut adalah
seperti terlihat dalam Tabel berikut:

Tabel 13. Aspek yang menjadi pertimbangan dalam menentukan Skala


Prioritas pada Perencanaan Logistik RS

No. Pertimbangan Uraian

1. Manfaat Perencanaan logistik yang akan diadakan,harus membawa


manfaat bukan saja bagi user ybs,tetapi bagi perkembangan
dan peningkatan pelayanan kesehatan

2. Biaya Apakah logistik yang dibutuhkan tsb,sesuai dengan


anggaran yang disediakan dan dialokasikan.karena mungkin
yang akan dimajukan bukan hanya satu jenis Logistik saja.

3. Efisien Apakah logistik yang akan diadakan tersebut memenuhi


unsur efisien dari segi pembiayaannya?

4. Efektif apakah logistik tersebut memenuhi unsur efektif jika barang

43 | P a g e
tersebut sudah diadakan.efektif dalam arti penggunaannya
dapat berdayaguna dan berhasilguna.

5. Urutan Apakah pengajuan rencanapengadaan logistik tersebut


kepentingan sudah memenuhi unsur urutan kepentingan.dengan
memberikan nomor urut pada jenis logistik yang akan
diusulkan.sehingga apabila terjadi perubahan dalam
kuantitas,maka pencoretan akan dilakukan dari urutan yang
paling bawah tanpa harus mengubah sang User (pengguna)
terlebih dahulu.

Dari table diatas,sebenarnya dalam beberapa versi tentu akan banyak sekali
pendapat yang akan membatasi seseorang untuk melakukan perencanaan
semuanya.perencanaan lebih diutamakan dengan cara penentuan pada skala
prioritas.dan ini siapapun tentu akan sangat setuju.sehingga pertimbangan
yang telah dikemukakan diatas sebenarnya tidaklah bersifat sangat kaku,akan
tetapi bisa saja pihak lain menambahkan beberapa persyaratan,sehingga pada
gilirannya dihasilkan suatu output dari produk perencanaan logistic dengan
berbasis skala prioritas.
Visualisasi dari alur tersebut dalam rangka memperoleh produk perencanaan
dengan berbasiskan skla prioritas, dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambaran 11. Tahapan produk perencanaan Logistik yang berbasiskan skala


prioritas.

Rencana Logistik

Manfaat
Efisien
Efektif
Biaya Skala Prioritas
Urut
kebutuhan

44 | P a g e
2.5.6 Peran Logistik di Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha melakukan kegiatan produksi.
Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa tersebut, sehingga yang
dimaksudkan dengan kegiatan logistik disini hanya menyangkut manajement
persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan dalam rangkah produksi
jasa tersebut dan bukannya manajement pendistribusian barang jadi.
Pada definisi lama dinyatakan bahwa bagian logistik adalah bagian yang
menyediakan barang dan jasa dalam sejumlah mutu dan waktu yang tepat dengan
hargai yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka tanggung jawab bagian
logistik lebih diperluas yaitu :
1. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa tidak terputus
(uninterupdate).
2. Mengadakan pembelian intervensi secara bersaing (konpetitif).
3. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.
4. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternative
pasokan lain.
5. Mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian lain.
6. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.
7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan
baik.
Menurut bidang dan pemanfaatkannya, barang dan bahan yang harus disediakan
di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi : persediaan farmasi, persediaan
makanan, persediaan logistik umum dan teknik.
Sebagai ilustrasi disampaikan persediaan logistik farmasi. Biaya rutin terbesar
dirumah sakit pada umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang
meliputi :
1. Persediaan obat, mencakup : obat-obatan ensensial, non ensensial, obat-
obatan yang cepat, lama terpakai.
2. Persediaan bahan kimia, mencakup : persediaan untuk kegiatan
operasional dan laboratorium dan produksi farmasi interen, serta kegiatan
non medis.
3. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien dikamar bedah, ICU
atau ICCU membutuhkan beberapa jenis gas medik.
45 | P a g e
4. Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan
peralatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan sebagai barang
habis pakai serta barang tahan lama atau peralatan elektronik dan non
elektronik.

Tentu perlu dilakukan inventory control yang bertujuan menciptakan


keseimbangan antar persediaan dan permintaan. Karena itu hasil stock opname
harus yang seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan
waktu tertentu, misalnya satu bulan atau 2 bulan atau kurang dari 1 tahun.

Pengadaan barang yang dalam sehari-hari disebut juga pembelian merupakan titk
awal dari pengendalian persediaan. Jika titik awal sudah tidak tepat, maka
pengendalian akan sulit dikontrol. Pembelian harus menyesuaikan dengan
pemakai, sehingga ada keseimbangan antara pemakaian dan pembelian.
Keseimbangan ini tidak hanya antara pembelian dengan pemakaian atau penjualan
total, tetapi harus lebih rinci lagi yaitu antara penjual dan pembeli dari setiap jenis
obat. Obat yang laku keras terlebih dalam jumlah relative banyak dibanding obat
yang laku lambat.

Dalam pengendalian persediaan terdapat dua jenis keseimbangan, yaitu


keseimbangan total dan keseimbangan komposisi. Keseimbangan total adalah
keseimbangan antara seluruh persediaan dan seluruh permintaan, dengan kata lain
antara seluruh pembeli dengan seluruh penjual secara proporsional.

Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai


suatu proses pengelolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, serta pemantauan persediaan bahan serta barang (stock material,
supplies, inventory dll) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Manajemen logistik khususnya dilingkungan rumah sakit perlu dilaksanakan
secara efisien dan efektif dalam arti dalam segala macam barang, bahan ataupun
peralatan harus dapat disediaankan : tempat pada waktu dibutuhkan, dalam jumlah
yang cukup tidak kurang atau lebih, dan yang paling penting adalah,
ketersediaannya dengan mutu yang memadai.

Sebagai ilustrasi,di RSUP Persahabatan Jakarta (2000) maka kegiatan logistik


dilakukan oleh beberapa unit kerja,yaitu bagian secretariat dengan subbgian

46 | P a g e
rumah tangga dan perlengkapan yang mengenai logistik umum,instalasi farmasi
yang mengenai logistik farmasi serta instalasi gizi yang menangani logistik
gizi.dalam SK Menteri Kesehatan Ri NO.552/Menkes/SK/VI/94 antara lain
disebutkan bahwa subbagian rumah tangga dan perlengkapan punya tugas
melakukan kegiatan perlengkapan,pergudangan non medis serta tata usaha
pengadaan barang dan jasa.sementara itu,salah satu tugas instalasi farmasi
disebutkan sebagai fasilitas untuk penyimpanan dan penyaluran obat,alat
kedokteran,alat perawatan dan alat kesehatan.

Secara tegas dapat disampaikan bahwa semua bentuk kegiatan di rumah sakit
memerlukan pelayanan logistik.keberhasilan dan mutu pelayanan di rumah sakit
memang bergantung dari banyak faktor,tetapi tidak pelak lagi bahwa peran
logistik merupakan salah satu kunci utama di dalamnya.

Obat

Gizi Alat Kesehatan

LOGISTIK DI RS
Teknik Umum

Inventory control
Keseimbangan
47 | P a g e

Seluruh Kegiatan Di RS
Mutu
Total Komposisi

Gambar : Logistik Di Rumah Sakit

2.5.7 Penganggaran Logistik Rumah Sakit


A. Rencana Anggaran Rumah Sakit
Ketika sebuah rumah sakit berubah menjadi suatu Badan Layanan Umum
(BLU),maka mekanisme keuanganpun tentu mengalami perubahan yang
sangat mendasar.berbagai kebijakan dalam mengatur pola pengelolaan
keuangan Rumah Sakit telah banyak diterbitkan.badan layanan umum (BLU)
ini adalah instansi dilingkungan Pemerintah Pusat,yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan jasa
yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip efisien dan produktivitas.
Seperti halnya sebuah Organisasi atau Unit Kerja lainnya,maka Rumah Sakit
yang dalam hal ini sudah menjadi BLU,melakukan penyusunan Anggaran
pada setiap periode tertentu dalam rangka untuk membiayai seluruh
operasional pelayanan kesehatan.pada setiap BLU ada yang dinamakan
Rencana Bisnis dan Anggaran atau disingkat dengan RBA.RBA adalah suatu
dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan,yang berisi program,
kegiatan, target kinerja serta anggaran dari BLU yang bersangkutan.
BLU menyusun juga rencana strategis bisnis untuk kurun waktu 5 tahun
dengan mengacu pada Rencana Strategis Kementrian Negara atau Lembaga
(Renstra-KL).dari rencana Strategis lima tahunan itulah dilakukan breakdown
menjadi Rencana tahunan, dan disusun berdasarkan basis kinerja dan
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan.selain itu juga
memperhitungkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan
akan diterima dari masyarakat (sebagai jasa layanan kesehatan), dari badan
lain dan APBN.

48 | P a g e
RBA yang bersumber dari pendapatan,disusun menganut pola fleksibilitas
(flexible budget) dengan suatu ambang batas tertentu,dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLU.
Ketika RBA yang dilampiri juga usulan standar pelayanan minimum dan biaya
dari keluaran (output) yang akan dihasilkan,telah siap, maka Pimpinan BLU
mengajukannya kepada Menteri atau Pimpinan Lembaga untuk dibahas
sebagai bagian dari RKA-KL.RBA yang telah disetujui Menteri atau Pimpinan
Lembaga,selanjutnya diajukan kepada Menkeu cq Ditjen Anggaran, sebagai
bagian dari RKL-KL.
Hasil kajian atas RBA akan menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKA-KL
sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN Departemen
atau Lembaga.
Setelah APBN ditetapkan,maka RBA BLU akan menjadi BRA definitive
tentunya setelah dilakukan penyesuaian seperlunya.RBA definitif ini
selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam menyusun DIPA-BLU untuk
diajukan kepada Menkeu cq Ditjen Perbendaharaan.DIPA-BLU ini akan berisi
seluruh pendapatan dan belanja,proyeksi arus kas,jumlah dan kualitas barang
dan jasa yang akan dihasilkan,rencana penarikan dana yang bersembur dari
APBN serta besaran persentasi dari ambang batas dari flexible budget
tsb.DIPA-BLU ini selambat-lambatnya diterima tanggal 31 Desember
tentunya setelah disyahkan oleh Menkue cq Ditjen Perbenharaan.
Berdasarkan hal tersebut,maka Pimpinan BLU selaku Kuasa Pengguna
Anggaran mengajukan Surat Perintah Membayar langsung (SPM-LS) kepada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) untuk digunakan sebagai
operasional kegiatan,antara lain gaji pegawai,belanja barang dan belanja
modal.pendapatan yang diperoleh BLU dari hasil jasa pelayanan dari
masyarakat,hibah tidak terkait serta hasil kerjasama BLU dengan pihak lain
atau hasil usaha lainnya,dapat langsung dikelola langsung untuk membiayai
belanja operasional BLU.pertanggung jawaban untuk itu adalah setiap
Triwulan BLU membuat SPM penegasahan dan disampaikan ke
KPPN,dilampiri surat pernyataan Tanggung Jawab Belanja,disertai kuitansi
pengeluaran secara kumulatif yang ditanda tangani oleh Pimpinan
BLU,selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

49 | P a g e
Untuk lebih mendapatkan gambaran yang nyata,maka arus penganggaran
BLU dapat dilihat pada visualisasi berikut:

Gambaran 12. Alur Penggararan BLU

Renstra BLU 5 th Renstra KL-5 th Menteri Keuangan

BLU DIPA

Menteri/ Pimp Lembaga


RBA RKA KL
APBN

B. Anggaran Logistik Rumah Sakit


Sebagai telah disinggung pada uraian diatas,maka dalam DIPA-BLU juga
telah termasuk didalamnya anggaran untuk belanja barang dan belanja
modal.dari penjelasan diatas,maka dalam Dokumen DIPA-BLU terdapat
secara garis besar 3 (tiga)jenis belanja atau pengeluaran,yakni:

Tabel 14. Jenis belanja pada DIPA-BLU

No jenis Uraian
pengeluaran

1. Belanja Digunakan untuk membayar gaji, tunjangan, lembur dll yang


pegawai berhubungan dengan pegawai.

2. Belanja barang Digunakan untuk belanja barang atau alat yang dipakai
sebagai operasional kegiatan rutin dalam rangka pelayanan
kesehatan.

3. Belanja modal Digunakan untukn belanja barang atau alat,yang


mengakibatkan barang atau tersebut akan menjadi asset atau
barang intervensi BLU.

50 | P a g e
Sumber pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan pengadaan barang dan
jasa Rumah Sakit adalah berasal dari APBN dan Pendapatan BLU (sesuai
Permenkeu No. 08/PMK.02/2006 tanggal 16 Februari 2006).

Berdasarkan peraturan tersebut dinyatakan baahwa salah satu sumber untuk


pengadaan barang atau jasa BLU adalah dari:

1. Jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat.


2. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain
3. Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain atau hasil usaha lainnya.

Sedangakan sumber dana untuk kegiatan pengadaan barang dan jasa yang
berasal dari APBN,adalah sudah jelas seperti yang tercantum dalam DIPA-
BLU.

Jika dibuat tabulasi maka sumber pembiayaan yang digunakan untuk


keperluan pengadaan barang dan jasa BLU adalah seperti terlihat dibawah ini.

Tabel 15. Sumber Anggaran Logistik Rumah Sakit

Sumber Pengadaan

APBN Jasa Layanan

 RBA Definitif  Jasa layanan yang diberikan kepada


 DIPA-BLU masyarakat
Keppres No.80 Tahun 2003  Hibah tidak terikat yang diperoleh
Tgl 3 November 2003 dari masyarakat atau badan lain
 Hasil kerja sama BLU dengan pihak
lain atau usaha lainnya
SK Menkes
703/Mankes/SK/IX/2006 Tgl 6
September 2006 Permenkeu
No.08/PMK.02/2006 tanggal 16
Februari 2006).

51 | P a g e
Dari uraian singkat seperti tersebut diatas maka secara visualisasi sumber
anggaran logistik Rumah Sakit BLU adalah seperti terlihat dalam gambaran
berikut:

Gambar 13. Sumber Anggaran Logistik Rumah Sakit

APBN

Logistik
Pendapatan Jasa
Rumah Sakit

Hibah

Ikatan Kerja Sama

2.5.8 Pengadaan Logistik Rumah Sakit


A. Pengertian dan Metode pengadaan
Pengertian barang / jasa pemerintah adalah suatu kegiatan pengadaan barang /
jasa yang dibiayai oleh dana yang bersumber dari APBN / APBD, baik yang
dilaksanakan secara swakelola oleh penyedia barang / jasa.
Sedangkan pengertian barang sendiri adalah suatu benda dalam berbagai
bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang
jadi / peralatan , yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang / jasa.
Sehingga kategori dari pengadaan logistik rumah sakit termasuk didalamnya.
Pada dasarnya pelaksanaan pengadaan barang / jasa wajib menerapkan
beberapa prinsip dasar, yakni :
Tabel 2.6.6 . Prinsip dasar Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa

No Prinsip Uraian

52 | P a g e
.
1. Efisien Diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu yang sesingkat singkat nya dan dapat dipertanggung
jawabkan
2. Efektif Harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan
3. Terbuka Harus terbuka bagi penyedia barang / jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi
syarat / kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas dan transparan.
4. Transparan Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang
/ jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata
cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia
barang / jasa , sifatnya terbuka bagi peserta penyedia
barang / jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya
5. Adil / tidak Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
diskriminatif penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau
alasan apapun
6. Akuntabel Harus mencapai sasaran fisik, keuangan maupun manfaat
bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pelayanan masyarakat sesuai prinsip – prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang / jasa.

Berdasarkan keputusan RINo. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan


Pengadaan barang / jasa Pemerintah, dengan berbagai perubahannya, maka
ditetapkan bahwa metode mengenai pengadaan barang dan jasa Pemerintah
diatur seperti, dalam tabel berikut :

53 | P a g e
Tabel 17. Metode Pengadaan Barang/jasa

No. Metode Uraian


1. Pelelangan umum Metoda pemilihan penyedia barang / jasa yang dilakukan
secara terbuka dengan pengumuman secara luas, melalui
media masa dan papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat
mengikutinya
2 Pelelangan terbatas Metoda pemilihan penyedia barang / jasa yang dilakukan
secara terbatas dengan pengumuman secara luas, melalui
media masa dan papan pengumuman resmi dengan
mencantumkan penyedia barang / jasa yang telah diyakini
mampu guna memberi kesempatan kepada penyedia
barang/ jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi
3 Pemilihan langsung Metoda pemilihan penyedia barang/ jasa yang dilakukan
dengan membandingkan sebanyak banyaknya penawaran,
sekurang kurangnya 3 penawaran dari penyedia barang /
jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan
minimal melalui papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet
4 Penunjukkan Metoda pemilihan penyedia barang / jasa dalam keadaan
langsung tertentu dan keadaan kusus dapat melakukan penunjukan
langsung terhadap 1 penyedia barang / jasa dengan cara
melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga
diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggung jawabkan.

Disamping metode pengadaan seperti tersebut diatas maka masih ada satu lagi
etode pengadaan, yakni pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan secara
swakelola. Yang dimaksud dengan swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan
yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri. Swakelola ini dapat

54 | P a g e
dilaksanakan oleh pengguna barang / jasa, instansi pemerintah lain dan
kelompok masyarakat / LSM penerima hibah. Sedangkan jenis pekerjaan yang
dapat dilakukan secara swakelola adalah seperti dalam tabel berikut :

Tabel 18. Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola

No Jenis pekerjaan
.
1. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai fungsi dan tugas pokok
pengguna barang / jasa
2 Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaan nya memerlukan partisipasi
masyarakat setempat
3 Perkerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaanya
tidak diminati oleh penyedia barang / jasa
4 Pekerjaan yang secara rinci / detain tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa akan
menanggung resiko yang besar
5 Penyelenggaraan diklat , kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan
6 Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk
pengembangan teknologi / metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh
penyedia
7 Pekerjaan bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian dilaboratorium , pengembangan sistem dan peneliti oleh perguruan
tinggi/ lembaga ilmiah pemerintah
8 Pekerjaan bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/ yang bersangkutan

Selain hal-hal yang tercantum dalam tabel dan uraian diatas, maka secara
prinsip tidak terdapat pebedaan pengadaan logistik pada unit kerja lain dengan
pengadaan logistik yang dilakukan oleh Rumah Sakit. Yang membedakan
hanyalah sumber anggarannya saja, sedangkan klasifikasi serta prosedur
pengadaan adalah sama. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perludijelaskan
kembali mengenai pengertian dari masing – masing klasifikasi pengadaan
barang dan jasa tersebut.

55 | P a g e
Jadi untuk menetapkan pelaksanaan pengadaan logistik bagi Rumah Sakit,
maka harus dilihat tentang kebutuhan logistik yang akan diadakan. Sebab hal
tersebut sangat terkait dengan metode pengadaaan yang akan dilakukan.
Semua jenis pengadaan harus tetap mengacu pada prinsipdasar yang telah
diuraikan diatas. Namun penetapan metode pengadaan akan sangat
mempertimbangkan jenis logistik yang diadakan.

Secara visualisasi maka alur dari pola pikir untuk melaksanakan pengadaaan
barang / jasa adalah seperti berikut

Gambar 14. Pola pikir Pengadaan Barang /jasa


Prinsip dasar P B J Metode P B J Proses P B J Logistik
Rumah Sakit

Pelelangan Umum

Pelengan Terbatas

Pemilihan Langsung

Penunjukan Langsung

Swakelola

B. Proses pelaksanaan pengadaan logistic


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pelaksanaan pengadaan barang/jasa
(Logistik) dapat dilaksanakan dengan melalui beberapa metode pengadaan.
Namun apapun jenis metode pengadaan yang akan dilakukan, maka terlebih
dahulu harus ada suatu pola atau plan sebelum melakukan proses pelaksanaan
pengadaan tersebut.
Setelah menentukan jenis logistik dan spesifikasinya yang akan diadakan
dalam tahun kegiatan yang bersangkutan, maka tahap selanjutnya adalah
menetapkan pola pikir atau basic plan (rencana dasar) dari suatu pengadaan
barang/jasa. Rencana dasar ini sangat berguna untuk menentukan langkah
selanjutnya dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa, agar memenuhi

56 | P a g e
prinsip dasar dan sasaran yang telah ditentukan. Tentu saja tanpa membuat
rencana dasar ini pelaksanaan pengadaan barang/jasa akan dapat dilaksanakan,
asalkan selalu mempedomani berbagai ketentuan tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah, utamanya Keppres No. 80 tahun 2003 dengan
berbagai perubahan dan peraturan pendukungnya. Namun agar lebih mudah
memahami bagi para pelaksana dilapangan, maka penulis membuat dan
menyusun rencana dasar pengadaan dengan tetap mengacu pada ketentuan
yang sama tentang pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah. Rencana
dasar pengadaan tersebut adalah meliputi hal-hal sebagai berikut :

No. Tahapan Uraian


1. Tetapkan jenis Setelah melalui suatu proses tersendiri (sesuatu
barang/jasa yang dengan uraian sebelumnya), maka ditetapkan jenis
akan diadakan barang atau logistik yang akan diadakan, dengan
menetapkan kuantitas dan kualitasnya dengan
berlandaskan pada analisa kebutuhan serta
prioritasnya.
Kuantitas adalah meliputi jumlah logistik yang akan
diadakan, selain itu juga dibuat klasifikasi dari jenis
logistik yang akan diadakan sesuai dengan jenisnya.
Kuantitas disini dimaksudkan adalah berupa
spesifikasi teknis dari barang yang akan diadakan.
Dokumen mengenai rencana kebutuhan ini harus
sudah diterima oleh Manajemen Rumah Sakit dan
telah dilakukan pembahasan mengenai lokasi
pendanaannya maupun sumber dananya.
Setelah dokumen tentang rencana kebutuhan
mengenai logistik rumah sakit telah siap, maka
dapat dianggap bahwa secara administratif dan
teknis rencana kebutuhan tersebut memang benar-
benar telah siap untuk dilakukan proses
pengadaannya.
2. Pembentukan panitia Untuk pembentukan panitia pengadaan, secara rinci
pengadaan mengacu Keppres No. 80 Tahun 2003 (persyaratan,

57 | P a g e
wewenang, tugas pokok dan tanggung jawab
panitia).

Untuk semua pengadaan barang/jasa dengan nilai


diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah),
wajib dibentuk panitia pengadaan . sedangkan
untuk pengadaan dengan nilai sampai dengan Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dapat
dilaksanakan oleh panitia atau pejabat pengadaan.

Panitia berjumlah gasal, dan beranggotakan


sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, sedangkan
pejabat pengadaan hanya satu orang.

Anggota panitia pengadaan berasal dari pegawai


negri baik dari instansi sendiri maupun instansi
teknis lainnya dan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
A. Memiliki integritas moral, disiplin dan
tanggung jawab dalam melakukan tugasnya.
B. Memahami seluruh pekerjaan yang akan
diadakan
C. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang
menjadi tugas panitia/pejabat pengadaan.
D. Memahami isi dokumen pengadaan/metode
dan prosedur pengadaan berdasarkan
penentuan yang berlaku.
E. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan
pejabat yang mengangkat dan menetapkannya
sebagai panitia/pejabat pengadaan.
F. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan
barang/jasa pemerintah.

Tugas dan wewenang serta tanggung jawab


58 | P a g e
panitia/pejabat pengadaan meliputi:
A. Menyusun jadwal dan menetapkan cara
pelaksanaan dan lokasi pengadaan.
B. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan
sendiri (HPS/OE) serta menyiapkan dokumen
pengadaan.
C. Mengumumkan pengadaan barang/jasa
melalui media cetak dan papan pengumuman
resmi, jika memungkinkan melalui media
elektronika
D. Menilai kualifikasi melalui pasca kualifikasi
atau prakualifikasi.
E. Melakukan evaluasi terhadap SPH yang
masuk dan menetapkan pemenang.
F. Membuat laporan mengenai seluruh proses
kegiatan pengadaan barang/jasa kepada
pengguna barang/jasa, serta menanda tangani
pakta integritas sebelum pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dimulai
3. Tentukan metode Dari semua persyaratan dan kegiatan yang berkaitan
pengadaan dengan pembentukan panitia pengadaan telah
selesai dilakukan, maka berarti kegiatan selanjutnya
akan menuju pada tahapan berikutnya yakni
menentukan metode pengadaan.
Metode pengadaan tersebut meliputi pelanggan
umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung,
penunjukkan langsung atau swakelola.
A. Pelelangan Umum,
Pada dasarnya semua pemilihan penyedia
barang/jasa pemborongan atau jasa lainnya,
dilakukan dengan cara pelelangan umum,
maka yang dilakukan apakah melalui
prakualifikasi atau dengan pasca kualifikasi.

59 | P a g e
Demikian pula jika ditentukan dengan metode
pengadaan lainnya, agar disesuaikan dengan
persyaratan yang tercantum dalam ketentuan
yang digunakan. Untuk pengadaan dengan
metode ini apabila tidak kompleks, dilakukan
dengan pasca kualifikasi dan jika kompleks
dilaksanakan dengan pra atau pasca kualifikasi.
B. Pelelangan terbatas, untuk pekerjaan yang
dinilai kompleks dan jumlah penyedia
barang/jasa yang mampu melaksanakan
diyakini terbata, maka pemilihan penyedia
barang/jasa dapat dilakukan dengan metode
pelelangan terbatas. Dilakukan dengan
prakualifikasi.
C. Pemilihan langsung dilaksanakan untuk nilai
pengadaan sampai dengan Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah). Dilakukan dengan
prakualifikasi.
D. Penunjukkan langsung dilaksanakan dengan
prakualifikasi serta harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1) Keadaan tertentu yakni penanganan
darurat untuk pertahanan negara,
keamanan, keselamatan masyarakat yang
pelaksanaannya tidak dapat ditunda
(termasuk bencana alam). Pekerjaan
yang dirahasiakan yang menyangkut
pertahanan dan keamanan negara yang
ditetapkan oleh presiden, dan atau
pekerjaan berskala kecil dengan nilai
maksimum Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dengan ketentuan
untuk keperluan sendiri, teknologi
sederhana, resiko kecil dan dilaksanakan
60 | P a g e
oleh penyedia barang/jasa usaha orang
perseorangan dan/atau badan usaha kecil
termasuk koperasi kecil.
2) Barang/jasa khusus yakni pekerjaan
berdasarkan tarif resmi pemerintah,
pekrjaan/barang spesifik yang hanya
dapat dilaksanakan oleh satu penyedia
barang/jasa, pabrikan, pemegang hak
paten atau merupakan hasil produksi
usaha kecil atau pengajin industri kecil
yang mempunyai pasar dan harga relatif
stabil. Selain itu untuk pekerjaan yang
kompleks yang hanya dapat dilaksanakan
dengan penggunaan teknologi khusus
dan atau hanya ada satu penyedia
barang/jasa yang mampu
mengaplikasikannya.
E. Swakelola
Swakelola adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri
oleh pelaksana Swakelola dengan
menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga
dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah
borongan. Untuk tenaga ahli dari luar tidak
boleh melebihi 50% dari tenaga sendiri.
Termasuk didalamnya adalah menentukan
cara penyampaian dokumen SPH (metode satu
sampul, dua sampul atau dua tahap), secara
rinci lihat Keppres No.80 Tahun 2003.
4. Pelaksanaan proses Pelaksanaan dari seluruh tahapan proses pengadaan
pengadaan barang/jasa ini memang menjadi tanggung jawab
barang/jasa seluruhnya di panitia pengadaan, yang secara rinci
telah diatur dalam ketentuan tentang pengadaan

61 | P a g e
barang/jasa.
Secara garis besar proses dari pelaksanaan
pengadaan barang/jasa ini meliputi:
a. Menyusun dokumen pengadaan
b. Membuat pengumuman
c. Melakukan kegiatan penerimaan pendaftaran
peserta
d. Melakukan rapat penjelasan (Aanwijzing) untuk
memberikan penjelasah terhadap dokumen
pengadaan baik secara administratif maupun
teknis. Hasil rapat penjelasan dituangkan dalam
berita acara penjelasan.
e. Menerima surat penawaran dari calon penyedia
barang/jasa
f. Melakukan pembukaan penawaran dan sekaligus
melakukan evaluasi administrasi. Hasil evaluasi
administrasi di tuangkan dalam berita acara
evaluasi administrasi, disaksikan oleh 2 (dua)
wakil dari calon penyedia barang/jasa.
g. Evaluasi teknis dan harga dilakukan panitia
pengadaan pada rapat tertutup panitia. Hasilnya
dituangkan dalam berita acara evaluasi teknis
dan harga.
h. Selanjutnya setelah pengguna barang/jasa
menetapkan pemenang, maka panitia segera
mengumumkan pemenang pelelangan,
berikutnya panitia pelelangan membuat risalah
atau laporan tentang proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dan ditujukan kepada
pengguna barang/jasa sampai disini tugas panitia
dinyatakan selesai, apabila tidak ada sanggahan
dari peserta dari waktu yang telah ditentukan.
i. Apabila dalam kurun waktu yang telah
ditentukan ternyata, ada peserta yang
62 | P a g e
mengajukan sanggahan terkait dengan cara
evaluasi dan pengajuan calon pemenang, maka
panitia wajib menjawab dan memberikan
penjelasan tentang apa yang telah dikerjakannya.
j. Jika seluruh tahapan kegiatan proses pengadaan
telah dinyatakan selesai, maka pengguna
barang/jasa segera membuat surat perjanjian
kerjasama pekerja atau kontrak kerja.
k. Alokasi waktu dari kegiatan yang satu dengan
yang lainnya telah diatur secara rinci dalam
Keppres No. 80 Tahun 2003 beserta
perubahannya.
5. Lakukan evaluasi Dalam tahapan ini dilakukan untuk menentukan
metode evaluasi dalam rangka menetapkan atau
menilai surat penawaran harga (SPH) yang
disampaikan oleh penyedia barang/jasa.
Evaluasi agar dilakukan secara benar, dan mengacu
pada dokumen pengadaan serta ketentuan yang
berlaku, serta tidak mendapat tekanan dan
intervensi oleh pihak manapun.
Sistem evaluasi penawaran, dilakukan dengan cara :
A. Sistem Gugur
1) Evaluasi administrasi
Dilakukan terhadap penawaran yang
memenuhi syarat pada pembukaan
penawaran. Dokumen penawaran yang
masuk dievaluasi kelengkapan dan
keabsahannya. Unsur yang dievaluasi
harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam dokumen pengadaan.
Hasilnya akan memuat kesimpulan
memenuhi syarat administrasi atau tidak
memenuhi syarat administrasi.

63 | P a g e
2) Evaluasi Teknis
Dilakukan terhadap penawaran yang
memenuhi syarat/lulus administrasi. Unsur
yang dievaluasi harussesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen
pengadaan. Hasilnya akan memut
kesimpulan memenuhi syarat teknisi atau
tidak memenuhi syarat teknis (gugur)
3) Evaluasi Harga
Dilakukan terhadap penawaran yang
dinyatakan lulus/memenuhi syarat
administrasi dan teknis saja. Berdasarkan
hasil evaluasi harga, panitia/pejabat
pengadaan membuat daftar urutan
penawaran terendah dan mengusulkan
penawar terendah sebagai calon
pemenang.
B. Sisten Nilai (Merit point system)
Evaluasi penawaran dengan sistem ini
digunakan untuk pengadaan barang/jasa
pemborongan/jasa lainnya yang
memperhitungkan keunggulan teknis sepadan
dengan harganya, mengingat penawaran harga
sangat dipengaruhi oleh kualitas teknisnya.
1) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap
penawaran yang memenuhi syarat pada
pembukaan penawaran. Dokumen
penawaran yang masuk dievaluasi
kelengkapan dan keabsahannya. Unsur
yang dievaluasi harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen
pengadaan. Hasilnya akan memuat
kesimpulan memenuhi syarat administrasi
atau tidak memenuhi syarat administrasi.
64 | P a g e
2) Evaluasi Teknis dan Harga
Sistem nilai hanya dilakukan terhadap
penawaran yang dinyatakan memenuhi
syarat administrasi. Penilaian ini
menggunakan pendekatan/metode
kuantitatif, yakni dengan memberikan nilai
angka (skor) terhadap unsur-unsur teknis
dan harga yang dinilai, sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dalam dokumen
pengadaan.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut
panitia/pejabat pengadaan membuat daftar
urutan penawaran, yang dimulai dari
urutan penawaran yang memiliki nilai
(skor) tertinggi. Apabila digunakan sistem
nilai ambang batas (passing grade), hal ini
harus dicantumkan dalam dokumen
pengadaan. Daftar yang dibuat
panitia/pejabat pengadaan dimulai dari
semua penawaran yang memperoleh nilai
diatas atau sama dengan nilai ambang
batas tersebut.
C. Sistem Penilaian Biaya Selama umur ekonomis
(Economic Life Cycle Costy)
1) Evaluasi administrasi
Dilakukan terhadap penawaran yang
dinyatakan memenuhi persyaratan/lulus
administrasi. Unsur yang dievaluasi harus
sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam dokumen pengadaan. Hasilnya akan
memuat kesimpulan memenuhi syarat
teknisi atau tidak memenuhi syarat teknis
(gugur)
2) Evaluasi teknis dan harga
65 | P a g e
Sistem ini boleh disingkat dengan Ecolife
cycost atau Economic Life Cycle Cost,
hanya digunakan khusus untuk
mengevaluasi pengadaan barang yang
kompleks dengan memperhitungkan
perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan
serta nilai sisa selama umur ekonomis dari
barang tersebut. Evaluasi terhadap teknis
dan harga hanya dilakukan terhadap
penawaran yang telah memenuhi
administrasi saja. Unsur-unsur yang dinilai
harus sesuai dengan yang tercantum dalam
dokumen pengadaan. Unsur harga agar
dikonversikan kedalam mata uang tunggal
berdasarkan perhitungan secara
profesional. Berdsarkan hasil evaluasi
tersebut, maka panitia/pejabat pengadaan
membuat daftar urutan yng dimulai dari
urutan harga evaluasi terendah. Biaya-
biaya yang dihitung dalam evaluasi,
kecuali harga penawaran yang terkoreksi
(total bid evaluated price), tidak
dimasukkan dalam harga kontrak (hanya
berfungsi sebagai alat pembanding saja).

Dari uraian tersebut diatas, maka secara garis besar proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa (logistik), dari mulai penyusunan dokumen pengadaan
yang berbasiskan pada rencana kebutuhan, pembentukan panitia, menentukan
metode pengadaan, pelaksanaan proses pengadaan, sampai dengan evaluasi
penawaran telah tercangkup seluruhnya. Kegiatan selanjutnya adalah
mengusulkan calon pemenang, untuk kemudian ditetapkan sebagai pemenang
oleh pengguna barang/jasa. Berikutnya adalah persiapan dalam rangka
membuat sebuah perjanjian kerjasama atau disebut juga dengan kontrak kerja,
antara pengguna barang/jasa dengan penyedia barang/jasa.
66 | P a g e
Sampai disini maka secara prinsip tugas panitia pengadaan telah selesai,
dilanjutkan dengan tugas panitia penerima barang, apabila sudah memasuki
tahapan distribusi barang.
Dari semua tahapan dalam rencana dasar dalam rangka pelaksanaan
pengadaan barang/jasa, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 15. Rencana dasar dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa

Jenis, Teknis dan Jumlah


Spesifikasi

Syarat, Tugas, Wewenang,


Panitia Tanggung Jawab

Rencana Pel. Umum, Pel. Terbatas,


Dasar Metode Pemilihan Langsung, Penunjukkan
PBJ Langsung Swakelola

Proses Tahapan Kegiatan PBJ

Sistem Gugur,
Evaluasi Nilai, Umur Administrasi,
Ekonomis Teknis, Harga

2.5.9 Pencatatan dan Pelaporan Logistik Rumah Sakit


A. Jenis dan fungsi Pencatatan
67 | P a g e
pencatatan adalah merupakan salah satu dari upaya pengendalian terhadap
suatu kegiatan. Pencatatan dilakukan hampir disemua lini kegiatan, mulai dari
bendahara keuangan yang selalu atau setiap terjadi transaksi selalu dicatat
didalam sebuah buku. Begitu pula ketika tiba pada akhir bulan untuk
mengetahui saldo akhir dari anggaran yang telah dibelanjakan, maka dibuat
suatu rekapitulasi dalam bentuk laporan bulanan, sebagai salah satu bentuk
akuntabilitas. Tidak terkecuali dalam lingkup logistikpun diwajibkan
melakukan suatu pencatatan bagi petugas pengeloa maupun unit atau bagian
yang menerima distribusi logistik. Pada aspek keuangan terdapat petugas yang
ditunjuk sebagai bendahara. Begitupula kegiatan pengelolaan logistik ditunjuk
seorang petugas sebagai bendahara logistik atau bendahara barang. Tugasnya
selain mengelola semua logistik yang diterima dari panitia pengadaan, juga
harus mencatat setiap pengeluaran atau distribusi dari logistik kepada bagian
atau unit - untit yang memerlukan.
Sebagaimana telah disinggung, maka fungsi dari pencatatan ini adalah untuk
pengendalian terhadap berjalannya siklus logistik di Rumah Sakit. Dari
pencatatan yang tertib akan dengam mudah diketahui hal – hal yang berkaitan
dengan logistik yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit. Begitu juga dengan
pencatatan yang tertib akan dapat diketahui jumlah kekayaan atau aset dalam
bentuk barang bergerak dan barang tidak bergerak, termasuk barang
persediaan. Oleh karena itu diharuskan bagi seseorang yang ditunjuk untuk
mengelola logistik, untuk membuat pencatatan yang telah diatur sesuai dengan
ketentuan.
Pencatatan ini dilakukan secara berjenjang, yang dimulai dari Bendahara
Logistik yang mencatat seluruh aset Rumah Sakit yang dikuasai. Kemudian
pencatatan dilakukan oleh para penanggung jawab logistik selaku pemakai
atau pengguna. Biasanya pencatatan dilakukan di di Instansi – instansi atau
bagian – bagian. Disana tidak ada lagi bendahara logistik, yang ada hanyalah
penanggung jawab logistik per rungan atau per instansi. Disitupun dilakukan
pencatatan kapan barang diterima, dalam kondisi apa barang / logistik tersebut
diterima berapa jumlahnya. Jika logistik tersebut berupa peralatan yang
memerlukan uji coba terlebih dahulu, maka penanggung jawab ruangan atau
pengguna akan meminta pada panitia untuk dilakukan uji coba dan uji fungsi.
Setelah logistik tersebut benar – benar dapat digunakan sesuai dengan
68 | P a g e
fungsinya. Jumlahnya, spesifikasinya dan lain sebagainya (sesuai kontrak),
maka petugas ruangan dapat membubuhkan tanda tangan dalam berita acara
penerimaan barang / logistik.
Perbandingan pencatatan yang dilakukan oleh bendahara logistik dengan
petugas pengelola logistik yang ada di instalasi atau bagian adalah :
Tabel 20. Perbandingan pencatatan yang dilakukan bendahara logistik dengan
penanggung jawab logistik.

No Bendahara logistic Penanggung jawab logistik


.
1. Mencatat seluruh aset yang dimiliki Mencatat logistik yang menjadi tanggung
Rumah Sakit jawabnya saja (diruangan / instalasi yang
bersangkutan)
2. Melakukan pembukuan lengkap, Hanya membuat catatan tentang buku
mulai dari buku induk barang penerimaan barang (untuk barang habis
inventaris, buku barang persediaan, pakai)
buku mutasi barang, kartu stock
barang persediaan,dll.
3. Membuat Kartu Inventaris Ruangan Memberikan data guna pembuatan KIR dan
(KIR) untuk seluruh ruangan yang menanda tangani KIR sebagai penanggung
ada di RS jawab barang
4. Melakukan inventarisasi barang Memberikan laporan tertulis apabila
secara periodik (khusus barang ditemukan adanya barang yang hilang,
Inventaris Kantor) untuk mengetahui rusak, cacat , dan permintaan perbaikan /
kondisi barang. pemeliharaan kepada Bendahara Logistik
dengan diketahui Kepala ruangan .

Dari uraian dalam tabel tersebut sebenarnya hanya merupakan point – point
saja yang diuraikan. Sedangkan secara rinci tidak dilakukan pembahasan.
Dalam melakukan pencatatan logistik memang ada hal – hal yang harus
dilakukan secara ketentuan. Namun juga sebagai bagian pengendalian, maka
bisa saja pimpinan menerapkan cara lain dalam melakukan pencatatan logistik.
Asal tetap menganut azzas efisiensi dan efektifitas terhadap kegunaan dari

69 | P a g e
pencatatan tersebut. Pencatatan yang terlalu detai dan rumit memicu petugas
untuk cepat bosan melakukannya dan pada akhirnya akan menunda pekerjaan
tersebut. Sehingga diupayakan pencatatan dilakukan se-efisien mungkin
dengan tidak meninggalkan yang wajib dan tidak membuat manufer yang
tidak diperlukan. Suatu saat pencatatan tersebut akan dijadikan bahan acuan
dalam melakukan suatu audit terhadap pengadaan dan penggunaan logistik
Rumah Sakit oleh karenanya dibuat suatu catatan yang mendasarkan pada
dokumen sumber yang ada. Jika pengadaan dan distribusi diserahkan pada
tanggal dan bulan tertentu, maka pencatatan juga harus sesuai dengan tanggal
dan bulan yang tertera dalam faktur, Berita acara dan dokumen pendukung
lainnya. Data – data sumber ini harus disimpan sedemikian rupa sehingga
menjadi bahan bagi para petugas dalam membuat dan menghitung kebutuhan
akan logistik Rumah Sakit

B. Jenis dan fungsi Pelaporan


Kegiatan pelaporan ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
pencatatan. Sebab dengan catatan yang baik, maka akan memudahkan
seseorang untuk membuat laporan tentang kondisi dari logistik Rumah Sakit.
Petugas yang melakukan pencatatan sekaligus juga melaksanakan pembuatan
laporan.
Dalam pembuatan laporan barang, maka kegiatan ini ternyata tidak akan
terlepas dari pembuatan laporan tentang arus dan pertanggung jawaban
keuangan. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan No. 59/PMK.06/2005
tentang sistem akutansi dqan pelaporan keuangan pemerintah pusat telah
diatur secara menyeluruh dan rinci tentang tata cara dan prosedur pelaporan
terhadap akutansi pemerintah.
Setiap kementrian/ Lembaga wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI), untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk bagian
pembiayaan dan perhitungan. Dimana SAI tersebut terdiri dari Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara
(SABMN).
Jadi SAMN adalah merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi
(SAI). Dimana SABMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan
informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggung jawaban atas pelaksanaan

70 | P a g e
APBN serta pengelolaan dan pengendalian Barang Milik Negara yang
dikuasai oleh suatu Unit Akuntansi Barang.
Barang Milik Negara adalah meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan
lainnya disebut antara lain berupa transfer masuk, hibah, pembatalan
penghapusan dan rampasan / sitaan. Yang tidak termasuk dalam pengertian
BMN adalah barang – barang yang dikuasai atau dimiliki oleh Pemda, BUMD
(Pers, perseroan & Perum) serta Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan
Milik Pemerintah
Ada beberapa prinsip dalam penyelenggaraan SABMN, yakni :
Tabel 21. Prinsip Penyelenggaraan SABMN

No. Prinsip Uraian


1. Ketaatan Akuntasi BMN dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan berlaku dan prinsip akuntasi yang
berlaku umum. Apabila prinsip akuntasi bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, maka yang diikuti
adalah ketentuan perundang-undangan.
2. Konsistensi Akuntasi BMN dilaksanakan secara berkesinambungan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Kemampubandingan Akuntasi BMN menggunakan klasifikasi standar sehingga
menghasilkan laporan yang dapat dibandingkan antar
periode akuntasi.
4. Materialitas Akuntasi BMN dilaksanakan dengan tertib dan teratur
sehingga seluruh informasi yang mempengaruhi keputusan
dapat diungkapkan.
5. Obyektifitas Akuntasi BMN dilakukan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
6. Kelengkapan Akuntasi BMN mencangkup seluruh transaksi BMN yang
terjadi.

Untuk melaksanakan sistem Akuntasi BMN tersebut, maka telah ditetapkan


struktur organisasi sebagai penanggung jawab maupun pengelola BMN.

71 | P a g e
Secara umum struktur Akuntasi BMN ditetapkan berdasarkan peraturan
menteri keuangan No.59/PMK.06/2005 tentang sistem Akuntasi dan pelaporan
keuangan pemerintah pusat adalah sebagai berikut :

Tabel 22. Organisasi Akuntasi BMN

No. Tingkat Organisasi Uraian


1. Unit Akuntasi Pengguna Merupakan inti Akuntasi BMN pada tingkat
Barang (UAPB) kementrian negara/lembaga (pengguna barang),
penanggung jawabnya adalah menteri? Pimp
lembaga. UAPB membawahi UAPPB-E1
2. Unit Akuntasi Pembantu Merupakan unit Akuntasi BMN pada tingkat Eselon
Pengguna Barang 1 (E1). Penanggung jawabnya adalah pejabat Eselon
(UAPPB-E1) 1, dan membawahi AUPPB-W atau UAKPB
3. Unit Akuntasi Pembantu Merupakan unit Akuntasi BMN pada tingkat kantor
Penguasa Barang Wilayah wilayah atau unit kerja lain diwilayah yang
(UAPPB-W) ditetapkan sebagai UAPPB-W. Penanggung
jawabnya adalah kepala kantor wilayah atau kepala
unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPB-W.
Membawahi UAKPB.
Untuk UAPPB-W dekonsentrasi penanggung
jawabnya adalah gubernur, sedangkan UAPPB-W
tugas pembantu penanggung jawabnya adalah
gubernur, bupati atau wali kota sesuai dengan
penguasaan yang diberikan oleh pemerintah melalui
kementrian negara/lembaga.
4. Unit Akuntasi Kuasa Merupakan unit Akuntasi BMN pada tingkat satuan
Pengguna Barang kerja (kuasa pengguna barang) yang memiliki
(UAKPB) kewenangan mengurus dan atau menggunakan BMN
serta menguasai anggaran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Penanggung jawab adalah kepala
kantor/kepala satuan kerja. UAKPB
dekosentrasi/tugas pembantu penanggung jawabnya
adalah kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD)

72 | P a g e
Dari tabel tersebut diatas, apabila digambarkan bentuk dari struktur organisasi
secaraa visual, maka akan terlihat sebagai berikut:

Gambar 16. Bagan Orgnisasi Akuntasi BMN Di Rumah Sakit

UAPB

UAPB-E1 UAPPB-E1 UAPPB-E1

UAPPB-W UAPPB-W UAPPB-W

UAKPB UAKPB UAKPB UAKPB UAKPB

UAPB = Tk Kementrian
UAPPB-E1 = Tk Eselon 1
UAPPB-W = Tk Wilayah
UAPB = Tk Satuan Kerja

Dari gambar tersebut diatas, maka posisi rumah sakit dalam mengelola
logistik, yang merupakan pula sebagai BMN, maka terletak pada Unit
Akuntasi Pengguna Barang (UAKPB).
Jenis laporan BMN yang menjadi kewajiban rumah sakit selaku UAKPB
adalah membuat buku inventaris, buku barang bersejarah dan buku persediaan
(sebagai dokumen pencatatan). Sedangkan laaporan yang harus dibuat adalah
Laporan Kondisi Barang (LkB), kartu Inventaris Barang (KIB), Daftar
Inventaris Ruangan (DIR), Daftar Inventaris Lainnya (DIL), dan laporan
BMN.
Jadi apabila sebuah rumah sakit akan melakukan kegiatan pembuatan laporan
BMN dan dikirimkan kemana, maka akan terlihat seperti dalam tabel berikut :

73 | P a g e
Tabel 23. Alur Pelaporan BMN Rumah Sakit
UAKPB UAPPB-W UAPPB-E1 UAPB
Poltekes
Rumah =========== 1
Sakit ==================== ========= 2
(Depkes di Ditjen Bina =========== 5
Pusat) Yanmed Depkes cq Rokeukap

========== 4
Rumah Poltekkes
Sakit ============= 3
(Depkes di ===================
Propinsi)

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :


1. Untuk Rumah Sakit (Depkes) yang berkedudukan di pusat, maka laporan
BMN disampaikan ke UAPPB-W (1) dan UAPPB-E1 (2). Untuk
penyampaian laporan BMN akhir tahun dilengkapi dengan Laporan
Kondisi Barang (LKB)
2. Untuk Rumah Sakit (Depkes) yang berkedudukan di propinsi/kab/kota,
yang juga disebut dengan UAKPB dekonsentrasi/Tugas Pembantuan,
maka laporan BMN disampaikan kepada UAPPB-W dekosentrasi/tugas
pembantuan (3). Selain itu juga menyampaikan laporan BMN dan LKB ke
UAPPB-E1 (4) pada kementrian negara/lembaga yang mengalokasikan
dana dekosentrasi/tugas pembantuan.
3. Selanjutnya laporan dari UAPPB-E1 diteruskan kepada UAPB (5) pada
tingkat kementrian negara/lembaga.
Agar lebih jelas proses pengiriman laporan BMN baik yang berasal dari
UAKPB, UAPPBW, UAPPB-E1 sampai dengan UAPB, maka dapat dilihat
dapat bagan dibawah ini:
Gambar 17. Bagan Arus Laporan BMN

Ditjen PBN

UAPB UAPA
74 | P a g e

UAPPB-E1 UAPPA-E1
UAPPB-W UAKPB UAPPA-W

UAKPB UAKPA

2.5.10 Distribusi Logistik Rumah Sakit


A. Distribusi dilingkungan Rumah Sakit
Pada kegiatan selanjutnya maka logistic yang telah diterima hasil dari proses
pengadaan dan telah dilakukan pembayaran, maka tentu logistic yang
bersangkutan dilakukan distribusi. Pengertian distribusi disini adalah
penyerahan logistic dari mulai penerimaan hasil pengadaan sampai dengan
digunakan oleh petugas yang ditunjuk. Tahapan distribusi dilingkungan
Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Semua jenis Logistik yang dibeli atau diadakan oleh Rumah Sakit baik
melalui pihak ketiga (rekanan) maupun pembelian sendiri harus harus
melalui dan diterima oleh Panitia Penerimaan Barang.
2. Sebelum Panitia Penerimaan Barang menerima Logistik yang diserahakan,
terlebih dahulu diwajibkan kepada timnya untuk melakukan pemeriksaan
atas logistic yang diserahkan tersebut, dengan melakukan pengecekan
secara cermat terhadap :
a. Jenis barang, apakah sudah sesuai dengan kontrak, baik jen is,
spesifik dan jumlahnya.
b. Kelengkapan dokumen pendukung apakah ada kartu garansi, manual
book. Dlsb.
c. Kelengkapan dokumen pengiriman seperti faktur dll, agar sesuai
dengan kontrak (nama rekanan, tanggal pengiriman, jenis dan jumlah
dlsb).
d. Agar dilihat apakah pengiriman telah melampaui batas waktu
sesuaidengan batas waktu yang tertera dalam kontrak. Jika
75 | P a g e
melampaui, maka panitia penerimaan membubuhkan tanggalnya
sesuai dengan tanggal pada saat barang tersebut diterima. Jangan
sekali-kali menyesuaikan tanggal penerimaan barang dengan tanggal
yang tertera dalam kontrak.
e. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah melihat tugas dan
wewenang panitia penerimaan barnag.
3. Untuk jenis logistic yang memerlukan kalibrasi atau uji coba dan uji
fungsi, maka panitia penerima, meminta pihak ketiga untuk melakukan
kalibrasi, uji coba, dan uji fungsi. Proses dan hasil dari semuanya
dituangkan dalam dokumen, yang dinamakn berita acar uji coba dan berita
acara uji fungsi. Khusus untuk peralatan / logistic yang dikalibrasi harus
ada sertifikat kalibrasi dari instansi berwenang.
4. Apabila semua hal yang dipersyaratkan seperti tersebut diatas telah dilalui
dan dipenuhi, maka panitia penerimaan barang membuat berita acara
penerimaan barang. Dalam dokumen berita acara penerimaan barang
tersebut ditanda tangani oleh pihak ketiga (Rekanan), panitia penerimaan
dan diketahui pimpinan atau orang yang ditunjuk untuk itu.
5. Tahapan selanjutnya panitia penerimaan barang menyerahkan seluruh
logistic yang telah diterimanya dari pihak ketiga (Rekanan) dengan seluruh
dokumen pendukungnya kepada Bendahara Logistik, untuk dilakukan
pencatatan. Penyerahan ini dilakukan dengan berita acar penyerahan
barang dari panitia penerimaan kepada Bendahara logistic.
6. Selanjutnya Bendahara logistic setelah dilakukan pencatatan dengan
mengacu pada dokumen sumber (jenis barang, jumlah, tahun pengadaan,
sumber biaya dlsb), maka logistic tersebut dilakukan distribusi kepada
masing-masing bagian / Instalasi / User sesuai dengan usulannya. Semua
proses yang dilalui harus ada jejak akuntansinya. Artinya harus disertai
dengan dokumen serah terima, yang biasa disebut dengan berita acara
serah terima barang.
7. Logistic yang diterima oleh pengguna (user) yang berada dibagian atau
Instalasi, harus dilakukan oleh penanggung jawab (Ruangan) yang telah
ditunjuk oleh Kepala Ruangan/kelapa Instalasi. Tahapan selanjutnya
adalah sama dengan yang dilakukan panitia penerima. Melakukan
pengecekan, uji coba, uji fungsi, pelatihan kepada operator serta
76 | P a g e
kelengkapan-kelengkapan lainnya. Sehingga logistic tersebut benar-benar
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan pelayanan kesehatan.

Apabila proses tersebut diatas divisualisasikan maka akan terlihat sebagai


berikut :

Fungsi distribusi Logistic Dilingkungan Rumah Sakit

Pencatatan
pelaporan

Panitia Bend
Penerima Logistik

Rekanan
penyedia
Pelatihan, uji coba, uji fungsi
Barang/jasaa Pengguna /
User

B. Pendokumentasian proses distribusi

77 | P a g e
Pada proses distribusi diluar lingkungan Rumah Sakit, secara substansial
tahapan yang dilakukan pada penerimaan Logistik dilingkungan Rumah
Sakit tidak ada perbedaan secar prinsip.
Logistic yang telah diterima hasil dari proses pengadaan dan telah
dilakukan pembayaran, maka tentu Logistik yang dilakukan distribusi.
Pengertian distribusi disini adalah penyerahan logistic dari mulai
penerimaan hasil pengadaan sampai dengan digunakan oleh petugas yang
ditunjuk. Logistic yang diadakan dipertuntukan bagi kepentingan
pelayanan kesehatan diluar lingkungan Rumah Sakit. Tahapan distribusi
dilingkungan Rumah Sakit adalah sebagai berikut.
Tahapan Kegiatan serta Dokumen yang harus ada Dalam Distribusi Logistik
RS

Kegiatan Dokumen yang harus ada


Semua jenis logistic yang dibeli atau diadakan - Copy kontrak
oleh Rumah Sakit melalui pihak ketiga - Faktur pembelian
(Rekanan) maupun pembeli sendiri harus - Surat jalan pengiriman
melalui dan diterima oleh panitia penerima - Berita acra penerimaan
barang. barang
Sebelum panitia penerimaan barang menerima - Copy kontrak
logistic yang diserahkan, terlebih dahulu - Faktur pembelian
diwajibkan kepada Timnya untuk melakukan - Surat jalan pengiriman
pemeriksaan atas logistic yang diserahkan - Berita acara pemeriksaan
tersebut, dengan melakukan pengecekan barang
secara cermat terhadap :
Untuk jenis logistic yang memerlukan
kalibrasi, uji coba dan uji fungsi, maka panitia
penerima, meminta pihak ketiga untuk
melakukan kalibrasi, uji coba dan uji fungsi.
Apabila semua hal yang dipersyaratan seperti
tersebut diatas telah dilalui dan dipenuhi,
maka panitia penerimaan barang membuat
berita acara penerimaan barang tersebut

78 | P a g e
ditanda tangani oleh pihak ketiga (Rekanan),
panitia penerima dan diketahui pimpinan atau
orang yang ditunjuk untuk itu.

2.5.11 Pemanfaatan Logistik Rumah Sakit


A. Barang habis pakai
Yang dimaksud dengan Barang Habis Pakai (BHP), adalah jenis logistic
Rumah Sakit yag digunakan dalam rangka operasional pelayanan kesehatan
secara rutin, dan merupakan bahan yang kalau digunakan akan berkurang
bahkan bisa habis. Bahan logistic yang termasuk dalam BHP ini antara lain:
a. Alat Tulis Kantor (ATK), berupa keperluan administrasi umum, seperti
kertas, jenis- jenis blanko cetakan, tinta/ pita primer, dlsb.
b. Bahan laboratorium, seperti reagen, dlsb.
c. Bahan untuk keperluandapur gizi, seperti makanan pasien, tissue, dll.
d. Gas meik dan oksigen
e. Bahan keperluan farmasi, seperti kapas, verban, dll.
f. Bahan bakar minyak (BBM) dalam bentuk kupon untuk kendaraan
operasional (ambulan, dll)

Bahan- bahan logistic seperti ini memang sangat urgen diperlukan dan
jumlahnya selalu saja bertambah dari waktu kewaktu. Hal tersebut sangat
tergantung dari aktivitas pelayanan. Penggunaan dan pemanfaatan bahan
logistic habis pakai ini tetap harus dilakukan pengendalian. Salah satu cara
pengendalian terhadap penggunaan dan pemanfaatan bahan habis pakai ini
adalah dengan cara membuat bon keperluan, yang diketahui oleh Kepala
Ruangan. Sebab untuk bahan- bahan seperti ini tetap saja harus memerlukan
penyimpanan dan ditunjuk petuga penanggung jawab logistic tersebut pada
setiap ruangan. Upaya untuk menghindari pemborosan dalam penggunaan
bahan logistic Habis Pakai harus dilakukan. Sehingga penggunaan dan
pemanfaatan bahan logistic Habis Pakai tersebut dapat dilakukan secara
efisien.
Jika digambarkan penggunaan dan pemanfaatan Bahan Logistik Habis Pakai
akan terlihat sebagai berikut:
79 | P a g e
Gambar 20. Arus pemanfaatan BHP untuk kepentingan pelayanan Kesehatan.

Penanggungjawab
Kebutuhan User Pelayanan Kesehatan
Barang Habis Pakai

B. Barang Inventaris
Selain Bahan Logistik Habis Pakai (BHP), maka terdapat bula Bahan Logistik
yang menjadi Barang Inventaris Kantor (BIK). Yang dimaksudkan dengan
Barang Inventaris Kantor (BIK) adalah barang- barang yang diadakan oleh
Rumah Sakit atau droping/ hibah dari pihak lain, yang digunakan dan
dimanfaatkan dalam rangka pelayanan kesehatan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sifat barang ini tidak akan habis jika dimanfaatkan,
namun perlu pemeliharaan, karena tetap saja akan menagalami penusutan
karena rusak, hilang dlsb.
Jenis dari Barang Inventaris Kantor ini adalah:
Tabel 25. Jenis Barang Inventaris Kantor Rumah Sakit.
No Jenis BIK Uraian
1 Barang tidak bergerak Tanah, bangunan dan saran ataman dll
2 Barang bergerak Kendaraan roda empat, kendaraan roda
dua, peralatan medic yang dapat
dipindahkan (non permanen)
3 Mesin Peralatan Radiologi, mesin PAL
(permanen), generator dll.
4 Alat berat Traktor dan sejenisnya (jika ada)

Pemanfaatan dari Barang Inventaris Kantor tersebut ada beberapa cara, yakni

a. Untuk Tanah, gedung kantor, Asrama, sarana taman dll,


pemanfaatannya diatur oleh Manajemen Kantor, dengan

80 | P a g e
mempertimbangkan berbagai hal. Anatara lain adalah efisiensi,
efektifitas dan estetika. Disamping itu pemanfaatannya semata-mata
ditujukan bagi kepentingan kenyamanan, keamanan dan peningkatan
pelayanan kesehatan. Penanggung jawab dari pemanfaatan BIK tidak
bergerak tersebut ada pada Sekretariat Rumah Sakit. Karena pada
Bagian ini seluruh asset Rumah Sakit tersebut menjadi tanggung
jawabnya.
b. Mengingat bahwa sifat dari BIK yang satu ini adalah mobile atau Non
permanen, maka pemanfaatan Barang Inventaris Kantor yang berupa
barang bergerak, ditentukan oleh fungsi dan kepentingannya masing-
masing. Kendaraan operasional tentu ada pada Bagian kendaraan.
Peralatan medik ada pada Instalasi masing-masing, sesuai dengan
kepentingan dan fungsinya masing-masing. Penanggung jawab dari
barang-barang tersebut ada pada Kepala Bagian/Kepala Instalasinya.
Termasuk didalamnya adalah pencatatan dan pelaporan secara berkala.
c. Mesin yang sebenarnya masuk kategori barang bergerak, namun
ditempatkan secara permanen pada lokasi tertentu terkait dengan
pelayanan kesehatan. Pemanfaatannya ditentukan sudah sejak awal
perencanaan, dan disesuaikan dengan tempat serta alur pelayanan
dengan kegiatan lainnya, dimana sangat ditentukan oleh fungsi dan
kepentingannya masing-masing. Jadi yang dimaksud dengan mesin ini
tidak lain adalah peralatan medik yang ada pada Instalasi masing-
masing, yang penempatannya permanen. Penanggung jawab secara
fisik dari barang-barang tersebut ada pada Kepala Instalasinya,
sedangkan secara teknis adalah pengguna/operator/user dan teknisinya.
Termasuk didalamnya adalah pencatatan dan pelaporan secara berkala
dalam rangka pemeliharaan alat.
d. Alat berat (jika ada) sebenarnya masuk kategori barang bergerak juga,
namun klasifikasinya dibedakan dari barang-barang bergerak lainnya.
Pemanfaatannya ditentukan sudah sejak awal perencanaan, sesuai
dengan fungsi dan kepemimpinannya masing-masing. Penanggung
jawab secara fisik dari barang-barang tersebut ada pada Kepala
Bagian/Instalasinya, sedangkan secara teknis adalah
pengguna/operator/user dan teknisinya. Termasuk didalamnya adalah
81 | P a g e
pencatatan dan pelaporan secara berkala dalam rangka pemeliharaan
alat.
C. Barang Persediaan
Barang Persediaan ini sebenarnya termasuk dalam barang Habis Pakai. Namun
karena pemanfaatnnya tida segera habis digunakan pada saat setelah
pembelian, dan memerlukan penyimpanan pada suatu tempat tertentu.
Pemanfaatnnya secara bertahap, dilakukan periodik atau bahkan digunakan
apabila diperlukan. Termasuk didalamnya adalah :

Tabel : Jenis Branag Persediaan Rumah Sakit

No. Jenis Barang Persediaan Digunakan


1. Obat-obatan untuk Berdasarkan kebutuhan, melayani resep
pelayanan kesehatan dll. Mengikuti pola First In First Out
(FIFO)
2. Obat-obatan sebagai Jika terjadi kasus tertentu, jika diperlukan
buffer stock Mengikuti pola First In First Out (FIFO)
3. Bahan makanan kering Secara periodik berdasarkan order
4. Bahan linen Secara periodik berdasarkan order
5. Gas medik dan oksigen Secara periodik berdasarkan order
6. Beberapa jenis reagen Secara periodik berdasarkan order
7. Cairan infus Secara periodik berdasarkan order
8. Jarum suntik, jarum & Secara periodik berdasarkan order
benag operasi

2.5.12 Pemeliharaan Logistik Rumah Sakit


A. Jenis pemeliharaan rutin
Bagi setiap peralatan apapun bentuk dan jenisnya, ketika diharapkan
mempunyai umur pemakaian atau penggunaan yang efektif dan panjang, maka
upaya pemeliharaan (maintenance), menjadi satu-satunya alternatif yang harus
dilakukan. Upaya pemeliharaan ini dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalannya kegiatan atau pelayanan yang diberikan dengan
memanfaatkan peralatan ybs. Beberapa jenis peralatan yang umumnya
digerakkan secara digital, elektrik dan dengan kekuatan mesin, maka menjadi
kewajiban untuk dilakukan pemeliharaan. Namun ternyata beberapa jeis alat
yang juga memerlukan sterilisasi setiap saat ketika akan digunakan, maka
perlu pula dilakukan perawtan dan pemeliharaan secara cermat dan benar.

82 | P a g e
Beberapa jenis peralatan atau Logistik Rumah Sakit yang memerlukan upaya
pemeliharaan secara rutin dan berkesinambungan adalah sebagai berikut :

Tabel : Jenis Brang Inventaris Rumah Sakit yang perlu pemeliharaan

No. Jenis Barang Inventaris Upaya Pemeliharaan


1. Kendaraan bermotor (rd Service secara rutin, ganti oli, tone-up,
2 & 4) STNK, Ban disb
2. Alat Radiologi Pengecekan rutin sebelum digunakan setiap
hari, service rutin secara periodik, disb
3. Peralatan medik Pengecekan jumlah, jenis, kebersihan
(sterilisasi alat), disb
4. Bangunan/R.kerja/ Pemeliharaan rutin (periodik), cleaning
R.perawatan service, pengecatan disb
5. Incubator Pengecekan rutin, keamanan, kebersihan,
hygiene disb
6. Peralatan elektronik Pengecekan dan pemeliharaan rutin
lainnya (periodik), lampu operasi, peralatan
elektrolit lainnya
7. Generator Service secara periodik dan siap pakai setiap
saat
8. Peralatan operasi Sterilisasi alat, jenis dan jumlah alat
sebelum digunakan, disb

Pelaksanaan pemeliharaan secara rutin, direncanakan sejak awal pada saat


penusunan anggaran. Dalam penyusunan kebutuhan anggaran, terdiri dari
beberapa item kebutuhan anggaran, diantaranya adalah kebutuhan untuk
biaya/anggaran pemeliharaan. Anggaran pemeliharaan ini digunakan untuk
bukan saja pemeliharaan terhadap gedung dan kendaraan. Tetapi juga
dianggaran untuk pemeliharaan peralatan medis, baik secara rutin maupun
untuk perbaikan ringan (diuraikan berikutnya).
B. Perbikan
Untuk logistik yang tidak bermasalah, maka pengecekan dan pemeliharaan
secara rutin dilakukan pada setiap saat, sebagaimana diuraikan diatas. Akan
tetapi untuk peralatan/logistik yang ketika dilakukan inventarisasi terhadap
kondisi alat, diperlukan adanya perbaikan ringan maupun perbaikan yang
sifatnya berat, maka akan dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang ada.

83 | P a g e
Perbaikan yang dimaksud disini adalah peralatan yang bersifat Barang
Inventaris Kantor. Bisa saja dalam bentuk peralatan administrasi (komputer,
telepon, fax, dsb), atau peralatan yang digunakan langsung dalam memberikan
pelayanan kesehatan (peralatan yang memerlukan instalasi /teknologi tertentu,
seperti peralatan radiologi, incubator dsb).
Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara dan prosedur yang telah diatur
oleh pihak Manajemen Rumah Sakit. Prosedur yang sangat umum dilakukan
adalah meliputi :

Tabel : Prosedur perbaikan Logistik Rumah Sakit

Pengguna IPS-RS Manajemen Penganggaran (Biaya)


(User) Rumah Sakit
Inventarisasi Alat
Baik A1 Pemeliharaan Rutin A2 Setuju A3 Proses
==================== ====================== ============= =======================

Rusak Ringan B1
====================
Perbaikan B2 Setuju B3
====================== =============
Rusak Berat C1.1
====================
Perbaikan C1.2
======================

C2.1 Setuju B1.3


=============
===========

===================

X ===========
======================

=========== x

Dari Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


84 | P a g e
Pengguna (User) secara rutin menginventarisasi peralatan yang ada dibawah
operasi dan tanggung jawabnya;
1. Secara umum akan diperoleh 3 (tiga) kategori, yakni alat baik (dapat
dioperasikan), alat rusak ringan (perlu diperbaiki) dan alat rusak berat
(bila diperbaiki atau harus dihapuskan dan perlu peremajaan alat);
2. Hasil dari inventarisasi alat tersebut dilaporkan kepada Instalas
Pemeliharaan sarana Runah Sakit (IPS-RS);
3. IPS-RS menindak lanjuti laporan hasil inventarisasi alat tersebut
kepada Manajemen Rumah Sakit, setelah sebelumnya melakukan
pengecekan kelapangan (cekfisik alat) atas kebenaran laporan tersebut;
4. Apabila pihak Manajemen RS setuju atas Lporan tersebut, maka akan
diproses lebih lanjut untuk dimasukkan dalam penyusunan rencana
anggaran tahun berikutnya;
5. Khusus untuk alat yang Rusak berat, ada beberapa pertimbangan yang
hars dilakukan oleh Manajemen RS. Apanila biaya untuk perbaikan
alat yang rusak berat ternyata sangat mahal, dibandingkan dengan
pengadaan baru alat yang sama atau selisihnya sangat sedikit atau
disebut sebagai kurang atau tidak efisien, maka perbaikan ditolak dan
akan dilakukan peremajaan alat. Pertimbangan yang diambil adalah
aspek efisiensi dan efektifitas pengoprasian alat.

Apabila divisualisasikan dalam gambar akan terlihat sebagai berikut :

Gambar : Prosedur perbaikan logistik Rumah Sakit

Pemeliharaan, perbaikan

Anggaran
Baik & Rusak ringan

Pengguna User IPS – RS


Manajemen RS

inventarisasi
Rusak Berat 85 | P a g e

Baik
Rusak berat
Hapus

2.5.13 Pengapusan Logistik Rumah Sakit


A. Pengertian penghapusan
Penghapusan berasal dari kata “Hapus”, artinya dihilangkan dengan sengaja.
Namun pengertian penghapusan dalam konteks Logistik ini mempunyai arti
tidak hanya sekedar dihilangkan saja. Penghapusan disini mengandung makna
bahwa Logistik Rumah Sakit dapat dilakukan “penghapusan” manakala telah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pengertian penghapusan sendiri adalah menghapus catatan jenis
Logistik yang bersangkutan dari Daftar Inventaris Kantor. Dan ketika
peghapusan telah dinyatakan selesai, maka untuk jenis Logistik ybs tidak bisa
lagi dilaporkan sebagai bagian dari kekayaan Rumah Sakit. Laporan yang
disampaikan adalah laporan tentang proses penghapusan disertai dengan
dokumentasi pendukungnya. Laporan Tahunan Inventaris (LTI) yang antara
lain memuat Daftar Inventaris ini dibuat secara periodik (minimal setahun
sekali), untuk menggambarkan tentang besarnya asset atau kekayaan Rumah
Sakit ybs. Besarnya aset ini akan terkait pula dengan alokasi biaya untuk
pemeliharaannya. Jadi penghapusan ini harus benar-benar dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Ketika sesuatu jenis logistik akan dilakukan penghapusan dari Daftar
Investaris, maka segala persyaratan dan prosedur tentu harus dilakukan.
Sementara itu terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan yakni pelayanan
kesehatan kepada masyarakat harus tetap dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Tidak ada alasan karena penghapusan sebuah alat medik, maka
pelayanan kesehatan dengan menggunakan alat tersebut harus dihentikan.
Tentu manajemen sebelum melakukan kebijakan untuk menghapusankan alat

86 | P a g e
medik tersebut, telah memperhitungkan dan mempertimbangkan segi
keterlaksanaan dan kesinambungan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Jika digambarkan pola pikir Manajemen dalam mengambil keputusan untuk
melakukan Penghapusan, adalah seperti berikut :

Gambar : Alur pikir dalam menentukan Kebijakan penghapusan Logistik

In efisien Usul
In efektif Penghapusan

Manajemen Rumah Sakit

Dapat diupayakan
Barang Rusak

B. Alasan penghapusan
Sebagaimana diketahui bahwa Logistik (Rumah Sakit) yang digunakan dalam
rangka operasional sebuah kegiatan, pada dasarnya akan mengalami
penyusutan, baik secara jumlah maupun nilai, kecuali tanah/lahan. Untuk
tanah/lahan nilai jualnya makin lama akan semakin naik, jumlahnya tetap
kecuali ada penambahan. Oleh karena itu untuk barang inventaris yang
mengalami penyusutan, secara prinsip dapat dilakukan penghapusan tentunya
dengan memenuhhi beberapa persyaratan.
Penyusutan tersebut dapat berupa jumlahnya berkurang karena hilang atau
rusak. Tetapi ada pula jumlahnya berkurang karena mengikuti peraturan yang
ada, seperti Rumah Dinas yang telah dibeli oleh Karyawan.
Berbagai alasan yang mendasari Logistik Rumah Sakit dalam bentuk Barang
Inventaris Kantor (BIK) yang dapat dilakukan penghapusan adalah sebagai
berikut :

Tabel : Alasan Barang Inventaris yang Dilakukan penghapusan

No Kondisi Barang Uraian Keterangan


.

87 | P a g e
1. Rusak Ringan (RR)  Dpt diperbaiki Usul dihapuskan
 Tdk ada spare part
 Jenis serupa biaya
diproduksi
2. Rusak Berat (RB)  Tdk dpt diperbaiki Usul dihapuskan
 Dpt diperbaiki biaya
besar
3. Hilang (Lost)  Diganti baru Yg lama usul
dihapuskan
4. Umur BIK > 14 th  Sudah tua  Usul dihapuskan
(Alkes, Lab dll)  Tdk efisien
 Tdk akurat
 Ketinggalan generasi
5. Rumah Dinas  Sdh dialihkan ke Gol  Usul dihapuskan
III
 Adm sesuai
persyaratan
6. Kendaraan > 15 th  Boros  Usul dihapuskan
 Sering rusak
 Perbaikan biaya tinggi
7. Bangunan  Sdh tdk layak pakai  Bangunan Usul
 Perawatan biaya dihapuskan
tinggi
 Tdk efisien
 Pengembangan
pelayanan

Dari Tabel tersebut diatas, ternyata sangat beragam sekali slasan yang dapat
dijadikan sebagai suatu dasar dan acuan bagi Manajemen untuk dapat
melakukan penghapusan terhadap Barang Inventaris Kantor (BIK) tersebut.
C. Prosedur Penghapusan Logistik
Setelah persyaratan dalam rangka penghapusan BIK telah dipenuhhi, maka
pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan tatacara dan prosedur yang
berlaku sesuai dengan ketentuan yang ditetatapkan. Disebut sebagai suatu
prosedur adalah tidak merupakan suatu tahapan dari sebuah proses kegiatan.
Jadi Prosedur penghapusan adalah terdiri tahapan-tahapan dari sebuah
kegiatan untuk melakukan penghapusan Logistik. Tahapan-tahapan tersebut
dapat dilihat dalam Tabel berikut
Tabel : prosedur Penghapusan Logistik Rumah Sakit

88 | P a g e
User/Pengguna IPS-RS Pimpinan Depkes RI Tim
RS

1 2 4
========= ====== Tdk setuju

3
===== ====
5 6 7
Setuju ============ ===========
Diproses

======== ============= =========


10 9 8
11 12
======== ===============
Terbit SK Menkes

14 =============
X ==== 13

Dari Tabel tsb dapat dijelaskan :

a. User/Pengguna menginventarisir semua jenis logistik yang masuk


dalam BIK, yang diindikasikan harus dihapuskan.
b. Daftar tsb diserahkan kepada pihak Instansi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit (IPS-RS) untuk diproses.
c. IPS-RS melakukan pengeckan fisik terhadap BIK yang diusulkan
untuk dihapuskan, sesuai dengan ketentuan yang ada;
d. IPS-RS membuat usulan kepada Pimpinan;
e. Jika pimpinan setuju, maka usulan tsb diteruskan ke Depkes untuk
diproses lebih lanjut;
f. Depkes segera membentuk Tim, dan dilakukan peninjauan dan
pengecekan fisik ke lokasi;
g. Apabila semua persyaratan telah terpenuhi, maka SK Menkes akan
diterbitkan;

89 | P a g e
h. Proses penghapusan selesai, dan periode berikutnya BIKK yang telah
keluar SK Penghapusannya, harus dikeluarkan dari Daftar Inventaris
Barang atau Laporan Tahunan Inventaris (LTI).

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS Poerwaodarminto, Balai Pustaka,
1976), Pengertian dari logistik adalah pengadaan distribusi, pemeliharaan dan
penggantian (penyediaan untuk mengganti ) materil dan personal
2. Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994)
3. Kegiatan logistik secara umum punya tiga tujuan. Tujuan operasional adalah agar
tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat
terlaksana dengan biaya yang serendah – redahnya

90 | P a g e
4. Konsep logistik terpadu terdiri dari 2 usaha yang berkaitan satu sama lain, yaitu
operasional logistik mengenai manajemen pemindahan dan penyimpanan material
dan produk jadi perusahaan.
5. Fungsi manajemen logiostik adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Perencanaan
b. Fungsi Penganggaran
c. Fungsi Pengadaan
d. Fungsi Penyimpanan
e. Fungsi Penyaluran (Distribusi)
f. Fungsi Penghapusan
g. Fungsi Pengendalian
6. Dalam konteks Logistik sebuah Rumah Sakit, maka mengandung pengertian adalah
suatu perbekalan dari sebuah Rumah Sakit untuk dapat beroperasi. Jadi tidak hanya
barang inventaris saja, tetapi lebih kepada seluruh sumber daya yang digunakan
kepentingan beroperasinya sebuah Rumah Sakit tersebut

3.2 Saran
a. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, untuk
memahami dan menambah wawasan mengenai manajemen logistic
b. Diharapkan untuk instansi UNUSA dapat menambah daftar referensi mengenai
manajemen logistic agar dapat mempermudah mahasiswa unusa dalam
mempoeroleh referensi

91 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi Kedua. Jakarta :
Universitas Indonesia Press

Aljian George W. 1958. Purchasing Hanbook. 2 nd Edition. New York, Mc


Mc Graw Hill

Mustikasari. 2007. Kuliah Manajemen Sumber Daya Menusia. Tidak di


Publikasikan

Imron TA, Moch. 2010. Manajemen Logistik Rumah Sakit. Jakarta; Sagung Seto.

Sabarguna, Boy. 2011. Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit Jilid 2. Jakarta :
Sagung Seto

Subagya M S, ( 1994 ) “Manajemen Logistik” cetakan keempat Jakarta : PT Gunung


Agung

92 | P a g e
93 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai