PENDAHULUAN
1|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep logistik?
2. Bagaimana konsep manajemen logistik?
3. Bagaimana konsep logistik terpadu?
4. Bagaimana fungsi manajemen logistik?
5. Bagaiman manajemen logistik di rumah sakit?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami konsep logistik
2. Untuk memahami konsep manajemen logistik
3. Untuk memahami konsep logistik terpadu
4. Untuk memahami fungsi manajemen logistik
5. Untuk memahami manajemen logistik di rumah sakit
2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat. Dalam pelaksanaan
pembangunan, pengelolaan logistik merupakan salah satu unsure penunjang utama
dari pada sistem administrative yang berhubungan erat dengan unsur-unsur sistem
administratif lainnya.
3|Page
Kegiatan logistik secara umum punya tiga tujuan. Tujuan operasional adalah
agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat
terlaksana dengan biaya yang serendah - redahnya. Sementara itu, tujuan
pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar
lainnya; serta nilai persendiaan yang sesungguhnya dapat tercemin di dalam sistem
akuntasi.
4|Page
2.1.4 Perencanaan Logistik
5|Page
2.1.7 Sasaran Logistik
Seluruh rangkaian kegiatan ini harus dapat dipantau oleh pimpinan sehingga
dapat selalu dijaga dan diarahkan agar selalu berjalan lancar, tidak boros serta juga
tepat guna dan berhasil guna yang sebaik-baiknya. Penyimpanan yang mungkin
akan terjadi dapat segera diketahui dan dicegah sebelum berkembang terlalu jauh
sehingga merugikan. Selanjutnya upaya penyempurnaan dapat pula senantiasa
dilaksanakan dengan mudah dan semua informasi yang diperlukan tersedia.
6|Page
Penghapusan
Pemeliharaan
Penyaluran
Penyimpanan
Pengadaan
Perencanaan
Tujuan
Operasional
7|Page
2.2 Konsep Manajemen Logistik
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran
dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994), sehingga
manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan
dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara
efisien dan efektif. Dalam sistem administrasi manajemen logistik Subagya menyatakan
sebagai berikut:
Fungsi logistic:
Unsur Fungsi perencanaan
Fungsi manajemen:
manajemen: Fungsi penganggaran
Planning
Man Fungsi Pengadaan
Organizing
Money Fungsi penyimpanan
Actuating
Material Fungsi penyaluran
Controlling
Machine Fungsi penghapusan
Method Fungsi Pengendalian
1) Strategi terpadu untuk menjamin bahwa bahan barang, jasa dan perlengkapan
dibeli dengan biaya total yang terendah;
2) Strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan dipantau dan
dikendalikan secara agresif.
Prosedur penting yang perlu diperhatikan antara lain seperti di bawah ini.
1. Penggunaan formulir pesanan pembelian yang dapat diterima secara sah, yang
menjamin adanya syarat dan kondisi yang menguntungkan rumah sakit.
2. Metode untuk menetapkan siapa yang diberi wewanang untuk melaksanakan
pembelian bagi rumah sakit.
3. File tanda tangan persetujuan yang digunakan untuk menjamin bahwa pembelian
hanya dilakuakn oleh orang yang diberi wewenang.
4. Proses pembuatan daftar permintaan yang ditetapkan dengan jelas.
5. Daftar para penjual yang disetujui yang darinya boleh dilakukan pembelian.
6. Prosedur yang ditentukan dengan jelas untuk mendapatkan tawaran bersaingan
dari para penjual.
7. Metode untuk menelusuri dan mempercepat pesanan pembelian terbuka.
8. Metode untuk menjamin bahwa kredit yang tepat diterima untuk barang-barang
yang dikembalikan kepada penjual.
9. Metode untuk memantau dan mendokumentasikan kinerja penjual.
10. Metode untuk memantau letepatan waktu dan keefektifan kinerja departemen
pembelian.
1. Rancangan sistem yang ada dan seberapa baik sistem itu berjalan.
2. Jumlah masing-masing departemen dan lokasi penyimpanan.
3. Jumlah dan campuran pasokan di tiap tempat.
4. Simpanan yang ada dan penenganan perlengkapan.
5. Ruang yang tersedia.
6. Hubungan fisik antara departemen.
7. Jalannya lalu lintas.
8. Biaya tenaga kerja untuk tiap-tiap area.
9. Pertimbangan aliran kas.
9|Page
Ada 15 langkah manajemen logistik yang penting untuk disimak, seperti table berikut
ini:
10 | P a g e
13. Kebijakan Membuat suatu kebijakan dan prosedur untuk membuat
dan Prosedur perubahan-perubahan sebagaimana layaknya
14. Proyek Membuat pelaksanaan baik atas dasar suatu proyek percobaan
Percobaan (pilot project), dasar kelompok atau zona, ataupun seluruh
rumah sakit
15. Penjadwalan Menjadwalkan pertemuan untuk meninjau kemauan dan
membuat beberapa modifikasi yang perlu
Beberapa masalah yang penting dalam perencanaan dalam hal ini obat diambil
sebagai contoh, seperti berikut:
Identifikasi masalah diatas dapat dilakukan dengan upaya pemeriksaan dengan tujuan
pemeriksaan pembelian dan pengelolaan barang antara lain adalah:
√ 2 x Rp 800,00x 1000
Rp 500 x 5% + Rp 30
= 171 unit
Formula tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, karena itu hasilnya harus
disesuasikan dimana perlu untuk memperhitungkan perubahana situasi.
12 | P a g e
Management Action
Logistics of logistics
Natural
resources Marketing
(land, facilities, orientation
Raw In- Finished (competitive
and equipment)
Logisticsmaterial proccess goods advantage)
management
Human inventory
resources Suppliers Time and
place utility
Financial
resources Efficient
movement
Information Customers to customer
resources
Proprietary
asset
Logistics activities
13 | P a g e
Keterkaitan Pemasaran dengan Logistik adalah:
Product
M
A
RK
ET
Price Promotion IN
G
L
O Place/ customer
GI service levels
ST
IC
S
Inventory Transplantation
carrying cost
cost
Lot Warehousing
quantity cost
cost
Order processing
and information
Gambar 54: Cost Trade- offs required in marketing and logistics
Konsep logistik terpadu terdiri dari 2 usaha yang berkaitan satu sama lain, yaitu
operasional logistik ini adalah mengenai manajemen pemindahan dan penyimpanan
material dan produk jadi perusahaan. Jadi, operasi logistik itu dapat dipandang sebagai
berawal dari pengangkutan perta material atau komponen-komponen dari sumber
perolehasnnya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah itu kepada
langganan atau konsumen. Untuk manufaktur esar, operasi logistic ini dapat terdiri dari
ribuan pemindahan yang berakhir pada penyerahan produk-produk itu pada industry
pemakaian para pengecer, grosir, dealer, atau perantara pemasaran lainnya. Untuk suatu
perusahaan pengeceraan besar, operasi logistik dapat berawal dari pembelian produk
untuk dijual lagi, dan pengantar produk tersebut ke rumah konsumen. Untuk rumah sakit,
logistic bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir dengan sokongan penuh dari
usaha-usaha pembedahan dan pengobatan. Yang penting bagaimanapun ukuran dan jenis
perusahaan, logistic itu membutuhkan banyak perhatian manajemen.
15 | P a g e
Kordinasi logistik adalah mengenai identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan
rencana untuk memaduhkan seluruh oprasi logistic. Fungsi koordinasi logistik adalah
untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan itu diselesaikan seefektif
dan seefisien mungkin. Koordinasi dibutuhkan untuk memantapkan dan mempertahankan
kontinuitas operasi. Di dalam ketiga bidang operasi logistik ini terdapat banyak
pergerakan yang berbeda-beda, dilihat dari besarnya pesanan, tersedianya inventaris, dan
urgensi pergerakan tersebut. Fungsi utama dari koordiansi logistik adalah meunjukkan
perbedaan-perbedaan ini.
Konsep logistic terpadu ini relative masih baru bagi manajemen perusahaan.
Pertumbuhan logistic lahir dari kebutuhan yang akut untuk memperbaiki efisiensi
pengangkutan dan penyimpanan. Pertumbuhan ini telah dirangsang oleh besarnya
perkembangan teknologi. Dasawarsa menantang memberikan prospek imbalan yang
bahkan jauh lebih besar lagi dari eksploitas penuh logistik terpadu.
Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai
berikut (Mustiksari: 2007):
16 | P a g e
Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
Untuk itu kita bahas satu persatu fungsi logistik tersebut.
1. Fungsi Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan
kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai
(user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing
organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil
rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan
keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat
keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya
sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem
monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan
balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan
akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar
dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara
pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994).
17 | P a g e
pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh
kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi.
18 | P a g e
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan
dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya
biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan
keterbatasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan
anggaran yang reliable.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali
dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan,
maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan
terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat
membantu kegiatan.
Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain adalah:
a. Peraturan–peraturan terkait
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi
c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan
pegaturan logistik
Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada
institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit
Pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes,
Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta
sumber anggaran berasal dari Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan
rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga (Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk obat-
obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan
makanan, alat kebersihan dan suku cadang.
3. Fungsi Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk
dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-
batas efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi
19 | P a g e
pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan
yang telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi
didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk
kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan
fungsi pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
g. Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut pihak luar
maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian
dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan
pemerintah yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres No. 80
tahun 2003.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
20 | P a g e
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
1) Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang
pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan
2) Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
3) Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika
b. Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia
pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:
1) Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:
Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab
keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab tehnis.
2) Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-
unit yang berfungsi sebagai pemeriksa.
3) Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek
4) Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang
pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)
4. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam
fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-
rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan,
pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: Kualitas barang
dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebih
mudah dan barang yang aman dari pencuri.
Faktor – faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan
adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang
yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
21 | P a g e
1) Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar,
kursi roda dll.
2) Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan
ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara
pengambilan barang, pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,
gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.
5. Fungsi Penyaluran (Distribusi)
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor
yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran
merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Fungsi Penghapusan
Penghapusan adalah kgiatan atau usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(Subagya: 1994). Alasan penghapusan barang antaralain:
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,
administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan
b. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya.
Keadaan tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat
diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa
22 | P a g e
yaitu suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu
yang ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut,
menguap atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga
barang tidak dapat dipergunakan lagi.
c. Surplus dan ekses
d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai,
identifikasi dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan
atau ketentuan terhadap barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban
sebelum barang dihapus.
b. Aspek rencana pelaksana tehnis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.
Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:
1) Pemanfaatan langsung: Usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-
komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan
sebagai barang persediaan baru.
2) Pemanfaatan kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang
yang dihapus menjadi barang lain.
3) Pemindahan:Mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka
pemanfaatan langsung
4) Hibah: Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan
atau pihak di luar instansi (Pemerintah)
5) Penjualan/Pelelangan: Dijual baik di bawah tangan atau dilelang
6) Pemusnahan: Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan
7. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik yang
sedang atau telah berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian
antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,
instruksi dan prosedur lain
23 | P a g e
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya
pelaksanaan dari rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan
dalam rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana-
sarana pengendalian sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang baik
b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Anggaran yang cukup memadai
Untuk memudahkan pembahasan dari logistic Rumah Sakit ini, maka penulis
membuat suatu klasifikasi, yang sigatnya tidak mutlak. Dapat saja klasifikasi ini
24 | P a g e
dikembangkan sendiri dengan kebutuhan dan kondisi yang mempengaruhinya.
Klasifikasi ini sekali lagi hanya untuk memudahkan suatu pembahasan belaka.
25 | P a g e
SOP Lab Baju/ Jas Lab (BIK)
Buku Petunjuk Alat DII yang berkaitan
Lab dengan Lab
DII yang berkaitan
dengan Lab
Kebidanan Kebijakan Tertulis Bidan Kit (BIK)
Pola Tarif Peralatan Kebidanan
SOP lengkap (BIK)
Buku Petunjuk Alat Incubator (BIK)
Kebidanan Tempat Tidur Pasien
DII yang berkaitan (BIK)
denagn kebidanan Oksigen (BHP)
Peralatan Partus (BIK)
DII yang berkaitan
dengan Kebidanan
Pasien Rawat Kebijakan Tertulis Bahan makanan kering
Inap Pola tariff (BHP)
SOP Bahan Makanan basah
Insdeks (BHP)
biaya/hari/pasien Bahan Makanan Khusu
DII yang berkaitan (BHP)
dengan Rawat Inap DII yang berkaitan
denagn Rawat Inap
Ket:
BIK : Barang Inventaris Kantor
BHP : Bahan Habis Pakai
Perangkat lunak
26 | P a g e
Adimistarasi Pelayanan medik Laboratorium Kebidanan Rawat Inap
Logistik ini dijalankan berdasarkan suatu siklus yang terus menerus dalam
berkesinambungan. Siklus ini dinamakan siklus logistic. Dimaksud dengan siklus
logistic adalah suatu perputaran dari seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
denagn Logistik dari sebuah Rumah Sakit. Dari Klasifikasi dan jenis logistic yang
telah diuraikan diatas, maka masing-masing jenis dari masing-masing klasifikasi
melakukan siklusnya sendiri-sendiri, sesuai denagn tahapannya masing-masing.
Apabila digambarkan siklus logistic dari sebuah Rumah Sakit adalah seperti
tampak pada gambar di bawah ini
Rencana
Hapus Anggaran
Manfaaat Catat
27 | P a g e
Distribusi
Dari gambar tersebut diatas Siklus Logistik, maka dapat dijelaskan hal-hal
sebagai berikut:
1. Siklus Logistik ini disusun berdasarkan adanya suatu tahapan dari mulai
perencanaan yang berdasarkan kebutuhan, sampai denagn tahapan terakhir
yakni penghapusan;
2. Siklus ini ternyata juga tidak hanya berlaku bagi kepentingan Logistik di
Rumah Sakit, namun juga dapat digunakan bagi kepentingan Logistik
dibeberapa unit organisasi;
3. Berbagai versi tentang Siklus Logistik atau disebut pula denagn siklus
Perlengkapan, sebenarnya secara subtantif adalah sama, yakni suatu putaran
dari tahap-tahapan kegiatan perencanaan, pengadaan, penggunaan sampai
kepada perumusan dari Logistik atau perlengkapan.
4. Siklus Logistik yang dibahas disini adalah terdiri dari delapan simpul, yang
masing-masing simpul secara sendiri-sendiri akan dibahas secara rinci
sehingga Flowchart dari Siklus ini hanya sebatas gambaran dari tahapan
kegiatan dari Logistik Rumah Sakit;
28 | P a g e
lainnya dan merupakan satu rangkaian kegiatan. Jadi jika dalam pembahasan
tentang Kebutuhan maka akan terkait juga denagn masalah perencanaan.
Begitu pula dalam pembahasan tentang Perencanaan akan terkait pula denagn
masalah penganggaran, dan demikian seterusnya.
Menghitung akan kebutuhan logistik ini adalah berdasarkan dari suatu
analisa tentang persediaan logistik yang ada, yang masih dapat digunakan,
yang memerlukan perbaikan atau memang harus diganti denagn yang baru.
Jadi untuk menentukan jenis Logistik kita pergunakan dari jenis logistik yang
sudah dipisahkan berdasarkan klasifikasinya (sekali lagi hanya untuk
memudahkan proses).
Sebagai gambaran maka akan disajikan Arus Kebutuhan Logistik,
yang dimulai dari adanya inventarisasi mengenai kondisi persendian Logistik.
Pencatatn terhadap Kondisi Logistik ini akan berpengaruh terhadap
perhitungan kebutuahn secara kuantiti. Sedangkan secara kualiti akan
ditentukan secara teknis oleh petugas lain, berdasarkan kebutuhan teknis yang
harus dipenuhi.
Arus kebutuahn Logistik tersebut seperti terlihat dalam gambar
berikut:
User Lab
Prioritas
Kebutuhan Pimpinan
29 | P a g e
User Adm
Dari Bagan Arus Kebutuhan tersebut diatas, amka dapat diketahui kebutuhan
Logistik dari bagian apa saja, berapa jumlahnya dan lain sebagainya.
Penvatatan ini sangat penting dilakukan, selain sebagai dokumen pendukung
dalam rangka pengajuan perencanaan Anggaran, juga digunakan sebagai
dokumen pendukung dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan,
khususnya untuk peralatan medik dan penunjang medis. Sedangkan untuk
kebutuhan logistik yang sifatnya Administratif merupakan suatu kebutuhan
yang perhitungannya tidak begitu rumit dilakukan. Dibawah ini digambarkan
cara perhitungan akan kebutuhan logistik yang dilihat secara kuantiti.
Sedangkan Secara Kualitas dokumen pendukung tetap apabila kebutuhan akan
peralatan medik ini dihitung secara kuantiti dan sekaligus juga kealitasnya
(spesikasi produknya) .
Table. Jenis kebutuhan Logistik dan Cara menghitungannya.
30 | P a g e
Jika rusak ringan diusulkan alokasi anggaran
pemeliharaan
Jika rusak berat diusulkan alokasi anggaran untuk
renovasi (stelah dihitung)
Jika diperlukan membangun gedung baru, maka
perhitungan dilakukan oleh Konsultan. Disulkan untuk
dialokasikan dalam anggaran yang akan datang.
Komputer (BIK)
Jumlah kebutuhan = komputer yang ada – komputer yang
rusak berat = yang diusulkan Utk komputer yang rusak
ringan diusulkan alokasi perbaikan/pemeliharaan
Alat Komunikasi (BIK)
Biasanya jika bentuk telepon, hanya diusulkan biaya rutin
dengan pembatasan tertentu.
Jika diperlukan suatu alat komunikasi untuk sistem
keamanan, maka perlu dilakukan studi banding mengenai
kebutuhan nyata, dari segi jumlah, spesifikasi, harga,
kegunaan dlsb. Kemudian diusulkan untuk dialokasikan
anggarannya.
Pelayanan Obat-obatan (BHP)
Medikal/ Kebutuhan akan obat diperhitungkan juga dengan Pola 10
Kesehatan penyakit terbesar di RS ybs. Obat-obatan standar tetap
diperhitungkan dengan tambahan kenaikan 10% dari
realisasinya th lalu/th berjalan.
Obat untuk Buffer (stock) direncanakan dan disesuaikan
dengan tgl daluarsa obat)
Perhitungan kebutuahn obat ini sangat rumit, karena
memang yang menghitung haruslah seorang Apoteker di
Intalasi Farmasi. Perlu diperhitungkan pula ketersediaan
obat di Apotik RS (jika ada). Obat bebas terbatas,
Generik untuk keperluan Jamkesmas, dlsb.
Bahan Linen (BHP)
Kebutuhan Barang Habis Pakai (BHP) biasanya dihitung
31 | P a g e
dari realisasi tahun lalu/th berjalan (jika tidak ada
tambahan dari rencana semula), kemudian + 10% =
diusulkan kebutuhan. Termasuk dalam kategori ini antara
lain adalah perban, kain kasa, selimut pasien, kain sprei,
sarung bantal dlsb.
Bahan Farmasi (BHP)
Kebutuhan Barang Habis Pakai (BHP) biasanya dihitung
dari realisasi tahun lalu/th berjalan (jika tidak ada
tambahan dari rencana semula), kemudian + 10% =
diusulkan kebutuhan.
Tempat Tidur Pasien (BIK)
Jumlah kebutuhan TT pasien = jumlah TT pasien – TT
yang rusak + diusulkan kebutuhan.
Kecuali ada penambahan ruang rawat inap baru
(penambahan kapasitas TT, maka dihitung secara realita
berapa jumlah yang dibutuhkan X Unit Cost = yang
diusulkan kebutuhan).
Peralatan Medik (BIK)
Kebutuhan akan peralatan medik ini akan menjadi suatu
kebutuahn yang sangat mendasar, apabila memang
peralatan yang dimaksud belum ada memang beanr-benar
dibutuhkan atau memang perlu penambahan dari yang
ada.
Peralatan Radiologi (BIK)
Kebutuahn akan peralatan radiologi ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan peralatan medik
jangan sekali-kali berdasarkan atas adanya gengsi dan
persainagn dengan RS lain. Namun harus didasarkan pada
kebutuhan nyata dengan kasus yang ada selama ini yang
harus ditangani dengan peralatan tsb.
Gas Medik (BHP)
32 | P a g e
Kebutuhan Gas Medik ini adalah merupakan kebutuhan
yang sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis
pakai. Jadi untuk menghitung adalah dengan mengacu
pada realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak
ada penambahan dari rencana). Kemudian tambahkan
10% = yang diusulkan kebutuhan.
Oksigen (BHP)
Kebutuhan Oksigen ini adalah merupakan kebutuhan
yang sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis
pakai. Jadi untuk menghitung adalah dengan mengacu
pada realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak
ada penambahan dari rencana). Kemudian tambahkan
10% = yang diusulkan kebutuhan.
Baju Operasi (BIK)
Kebutuhan Baju Operasi ini sebenarnya dapat dilakukan
dengan cara pengadaan secara periodic (2 tahun sekali).
Karena kebutuhan akan baju operasi tidak harus setiap
hari, apabilah jumlah yang ada sudah mencukupi. Akan
tetapi apabila kemudian dilakukan inventarisasi, ternyata
memang kurang maka hal ini perlu dilakukan perhitungan
berapa jumlah baju operasi yang dibutuhkan. Begitu juga
dengan baju yang digunakan bagi keluarga pasien di
ruang ICCU.
Kursi roda (BIK)
Kebutuhan Kursi roda biasanya ini juga sudah
diinventarisir pada saat petugas melakukan inventarisasi
logistik khususnya Barang Inventaris kantor. Dalam
daftar tsb akan terbaca jenis barang, tahun pengadaan dan
paling penting adalah kondisi barang. Apakah dalam
keadaan rusak berat, sehingga perlu dilakuakn
penggantian atau hanya perlu perbaikan saja karena rusak
ringan.
Laboratoriu Peralatan Lab (BIK)
33 | P a g e
m Kebutuhan akan peralatan Lab ini akan menjadi suatu
kebutuhan yang sangat mendasar, apabila memang
peralatan yang dimaksud belum ada, memang benar-
benar dibutuhkan atau memang perlu penambahan dari
yang ada. Akan tetapi juga apa ada peralatan Lab yang
perlu diadakan.
Reagen (BHP)
Kebutuhan Reagen ini adalah merupakan kebutuhan yang
sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis pakai. Jadi
untuk menghitungnya adalah dengan mengacu pada
realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak ada
penambahan dari rencana)., kebutuhan tambahkan 10% =
yang diusulkan kebutuhan.
Baju/ Jas Lab (BIK)
Kebutuhan Baju Operasi ini sebenarnya dapat dilakukan
dengan cara pengadaan secara periodik (2 tahun sekali).
Karena kebutuhan akan baju/jas lab tidak harus setiap
hari, apabila jumlah yang ada sudah mencukupi. Akan
tetapi apabila kemudian dilakukan inventarisasi, ternyata
memang kurang maka hari ini perlu dilakukan
perhitungan berapa jumlah baju operasi yang dibutuhkan.
Kebidanan Bidan Kit (BIK)
Kebutuhan akan Bidan Kit ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan Bidank kit harus
didasarkan pada kebutuhan nyata dengan kasus yang ada
selama ini yang harus ditangani dengan peralatan tsb.
Peralatan Kebidanan lengkap (BIK)
Kebutuhan kan peralatan Kebidanan ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan peralatan kebidanan
jangan sekali-kali berdasarkan atas adanya gengsi dan
persaingan dengan RS lain. Namun harus didasarkan pada
34 | P a g e
kebutuhan nyata dengan kasus yang ada selama ini yang
harus ditangani denagn peralatan tsb.
Incubator (BIK)
Kebutuhan akan Incubator ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
Baik dari segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus
yang ada yang tidak dapat ditangani karena kurangnya
alat ini (tidak ada sama sekali). Pengadaan Incubator ini
harus didasarkan pada kebutuhan nyata dengan kasus
yang ada selama ini yang ditangani dengan peralatan tsb.
Tempat Tidur Pasien (BIK)
Jumlah kebutuhan TT Pasien = jumlah TT Pasien – TT
yang rusak + diusulkan kebutuhan.
Kecuali ada penambahan ruang rawat inap baru
(penambahan kapasitas TT, maka dihitung secara realita
berapa jumlah yang dibutuhkan X Unit Cost = yang
diusulkan kebutuhan).
Oksigen (BHP)
Kebutuhan Oksigen ini adalah merupakan kebutuhan
yang sifatnya rutinitas dan merupakan Barang habis
pakai. Jika untuk menghitungnya adalah dengan mengacu
pada realisasi tahun lalu/th berjalan (dengan catatan tidak
ada penambahan dari rencana)., kemudian tamabhkan
10% = yang diusulkan kebutuhan.
Peralatan Partus (BIK)
Kebutuhan akan peralatan Partus ini biasanya sudah
diperhitungkan secara cermat jauh-jauh hari. Baik dari
segi spesifikasi, generasi, manfaat serta kasus yang ada
yang tidak dapat ditangani karena kurangnya alat ini
(tidak ada sama sekali). Pengadaan peralatan ini benar-
benar harus didasarkan pada kebutuhan nyata dengan
kasus yang ada selama ini yang harus ditangani dengan
peralatan tsb.
35 | P a g e
Dari table tersebut diatas sekali lagi hanya merupakan salah satu cara
untuk menghitung kebutuhan akan logistik dengan jenis yang sudah di
klasifikasikan terlebih dahulu. Tentu selain itu ada beberapa metode lain yang
dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan logistik. Yang perlu digaris
bawahin bahwa kebutuhan logistik sebuah Rumah Sakit memang harus
dihitung secara benar, baik kebutuhan yang klasifikasinya bersifat
administrative, maupun yang bersifat teknis medis.
2. Mendesak
Istilah mendesak ini akan sangat beragam orang untuk mendefinisikannya.
Pada satu kesempatan seseorang menyatakan bahwa kebutuhan akan
tempat tidur pasien adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Sebab jika
tidak dibeli pasien akan tidur dilantai. Namun orang lain mempunyai
persepsi yang berbeda. Bisa saja kebutuhan yang mendesak adalah
pembelian obat-obatan untuk keperluan pasien.
Sebab jika tidak diberi obat apa gunanya dilakukan diagnostic?
Hanya ingin tahu penyebab sakitnya saja tanpa diobati.
Jika untuk menentukan sesuatu kebutuhan logistic Rumah Sakit masuk
dalam katagori “mendesak”, maka harus ada ukuran atau kriteria yang
jelas.
3. Periodik
Kebutuhan yang sifatnya periodic ini biasanya sudah da[pat dihitung baik
secara kuantitinya maupun besarnya anggaran yang harus disiapkan untuk
keperluan itu. Disebut periodik artinya tetap dalam lingkup tahun anggaran
yang berjalan. Sehingga dalam satu tahun anggaran, kebutuhan yang
dimaksud tersebut dapat dipenuhi secara periodic. Apakah per triwulan
atau semester dlsb. Kebutuhan yang harus dipenuhi secara periodic harus
dapat direncanakan secara tepat apa yang dibutuhkan, berapa jumlahnya,
kapan akan dipenuhi (secara periodiknya).
37 | P a g e
sebuah Rumah Sakit adalah pada dokumen perencanaan, serta adanya analisa
mengenai kebutuhan. Jika kebutuhan tesebut memang harus melalui suatu
proses analisa untuk kemudian dapat dilanjutkan sebagai suatu perencanaan
logistik.
Secara visualisasi maka jenis dan sifat kebutuhan Logistik Rumah Sakit
dapat digambarkan sebagai berikut:
Rutin Mendesak
Periodik
38 | P a g e
manusia, maka tentu harus ada pertimbangan -pertimbangan tertentu dalam
melakukan suatu perencanaan dari sebuah kegiatan. Pertimbangan -
pertimbangan mana tentu juga harus mendasarkan pada suatu fakta yang
diyakini akan kebenarannya, sehingga tanpa ragu-ragu perencanaan dapat
disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kehendak dan tujuan dari pekerjaan
itu sendiri.maka berdasarkan suatu analisa yang matang, sebuah perencanaan
itu harus dapat mendasarkan pada:
a. Kenyataan akan adanya data dan informasi konkrit;
b. Tidak berpegang pada “bagaimana maunya kita, keinginan kita dsb;
c. Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan
pemikiran, imajinasi dan kemampuan untuk melihat kedepan;
d. Perencanaan yang baik harus dapat membuat antisipasi
kedepan,apabila yang dilakukan terbentur adanya suatu rintangan yang
muncul tiba-tiba ,atau kesulitan lain yang menggangu pelaksanaannya.
39 | P a g e
berhubungan dengan Logistik Rumah Sakit. Apa jenisnya,bagaimana bentuk
dan desainnya,berapa jumlah yang dibutuhkan, belinya dimana dan bagaimana
serta berpa harganya dlsb.dari perencanaan yang baik pula inilah maka akan
dapat menekan suatu biaya (cost)dalam operasional sebuah Rumah Sakit.jadi
sebuah perencanaan sedemikian pentingnya bagi sebuah Organisasi dalam
menentukan langkah kedepan guna mencapai tujuan.oleh karna itu
perencanaan sangat erat sekali hubungannya dengan aspek-aspek lain yang
ada dalam lingkaran sebuah organisasi.aspek-aspek yang sangat berperan
dalam membuat suatu perencanaan adalah:
a. Kebijakan (policy)
Kebijakan ini biasanya datangnya dari Pimpinan organisasi atau Direktur
Rumah Sakit.kebijakan ini akan menjadi dasar dan pedoman dalam setiap
pemikiran dan tindakan para stafnya.oleh karenanya dalam membuat
perencanaan diberikan ruang dalam menafsirkan dan
mempertimbangkan,sehingga tidak bertentangan dengan kebijakan yang
ada.
b. Prosedur
Dalam membuat perencanaan tentu pada akhirnya akan sampai pada
pemilihan suatu tindakan yang harus diambil kelak.tahapan kegiatan
secara hirarkis ini dinamakan prosedur,sehingga perencanaan yang akan
dibuat juga harus selalu memperhitungkan prosedur kerjanya.
c. Angaran
Salah satu ikhtisar yang selalu diharapkan adalah adanya peneluaran yang
dialokasikan untuk mencapai hasil yang diharapkan,dan dicatat dalam
bentuk angka dan jumlah.kepentingan ini dilakukan dalam rangka
membuat suatu Budget atau lokasi anggaran atau biaya yang disediakan
untuk dapat menyelaraskan dengan perencanaan.
d. Program
Program ini lahir dari adanya campuran antara sebuah kebijakan dan
prosedur yang akan didukung oleh anggaran, serta dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu.maka perencanaan selalu saja akan terkait dengan
apa yang namanya program tersebut.
40 | P a g e
Dari penjelasan tersebut kiranya akan tampak lebih terang gambaran dari suatu
keterikatan dari beberapa aspek dalam membuat suatu perencanaan,dapat
dilihat dari gambar berikut:
Kebijakan
Anggaran
Dari segala uraian diatas maka tentu sebuah perencanaan yang baik akan sangat
memperhitungkan berbagai segi lainya, seperti waktu, temapat orang dlsb.untuk
menjadikan sebuah rencana yang baik, berdasarkan beberapa literature
Manajemen,maka harus memenuhi 5W +1H.
Dalam konteks untuk membuat perncanaan yang berkaitan dengan Logistik sebuah
Rumah Sakit,maka pertanyaan dengan rumus tersebut diatas harus dapat dijawab dan
dijelaskan,agar perencanaan Logistik dapat disusun dengan sebaik-baiknya.
Unsur-unsur tersebut jika diuraikan akan tampak sebagai berikut:
3. W3 (When) Kapan Kapan semua logistik tersebut harus tersedia? Kapan akan
41 | P a g e
digunakan?
W1 W2
H Rencana W3
Progam Prosedur
W5 W4
42 | P a g e
kebutuhan logistik,kira-kira yang paling penting diantaranya yang mana.jika
jawabanya penting semua,maka tentu ada yang lebih penting satu dari yang lainnya.
Itulah yang disebut sebagai skala prioritas.artinya ada hal-hal yang lebih
penting disbanding dengan yang lain.tentu akan lebih baik kalua saja setiap
kebutuhan yang sudah direncanakan sebelumnya diberi nomor urut sesuai
dengan kepentingan atau prioritasnya.misalnya incubator akan menjadi lebih
penting, karena jumlah yang ada tidak sebanding dengan jumlah kasunya.ini
jika dibandingkan dengan tempat tidur pasien,karena ternyata masih ada
tempat tidur pasien yang bisa digunakan dab berada digudang, tinggal
dibersihkan dan dirapikan kembali.inilah sebenarnya perencanaan yang harus
dibuat dengan mendahulukan kebutuhan yang lebih penting.skala prioritas ini
juga tidak dilihat hanya dari satu sisi aja.faktor-faktor lainnya tentu akan
menjadi bahan pertimbangan tersendiri.
Ada beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan dalam menentukan skala
prioritas dari suatu perencanaan logistik Rumah Sakit.hal-hal tersebut adalah
seperti terlihat dalam Tabel berikut:
43 | P a g e
tersebut sudah diadakan.efektif dalam arti penggunaannya
dapat berdayaguna dan berhasilguna.
Dari table diatas,sebenarnya dalam beberapa versi tentu akan banyak sekali
pendapat yang akan membatasi seseorang untuk melakukan perencanaan
semuanya.perencanaan lebih diutamakan dengan cara penentuan pada skala
prioritas.dan ini siapapun tentu akan sangat setuju.sehingga pertimbangan
yang telah dikemukakan diatas sebenarnya tidaklah bersifat sangat kaku,akan
tetapi bisa saja pihak lain menambahkan beberapa persyaratan,sehingga pada
gilirannya dihasilkan suatu output dari produk perencanaan logistic dengan
berbasis skala prioritas.
Visualisasi dari alur tersebut dalam rangka memperoleh produk perencanaan
dengan berbasiskan skla prioritas, dapat dilihat dalam gambar berikut:
Rencana Logistik
Manfaat
Efisien
Efektif
Biaya Skala Prioritas
Urut
kebutuhan
44 | P a g e
2.5.6 Peran Logistik di Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha melakukan kegiatan produksi.
Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa tersebut, sehingga yang
dimaksudkan dengan kegiatan logistik disini hanya menyangkut manajement
persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan dalam rangkah produksi
jasa tersebut dan bukannya manajement pendistribusian barang jadi.
Pada definisi lama dinyatakan bahwa bagian logistik adalah bagian yang
menyediakan barang dan jasa dalam sejumlah mutu dan waktu yang tepat dengan
hargai yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka tanggung jawab bagian
logistik lebih diperluas yaitu :
1. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa tidak terputus
(uninterupdate).
2. Mengadakan pembelian intervensi secara bersaing (konpetitif).
3. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.
4. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternative
pasokan lain.
5. Mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian lain.
6. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.
7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan
baik.
Menurut bidang dan pemanfaatkannya, barang dan bahan yang harus disediakan
di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi : persediaan farmasi, persediaan
makanan, persediaan logistik umum dan teknik.
Sebagai ilustrasi disampaikan persediaan logistik farmasi. Biaya rutin terbesar
dirumah sakit pada umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang
meliputi :
1. Persediaan obat, mencakup : obat-obatan ensensial, non ensensial, obat-
obatan yang cepat, lama terpakai.
2. Persediaan bahan kimia, mencakup : persediaan untuk kegiatan
operasional dan laboratorium dan produksi farmasi interen, serta kegiatan
non medis.
3. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien dikamar bedah, ICU
atau ICCU membutuhkan beberapa jenis gas medik.
45 | P a g e
4. Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan
peralatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan sebagai barang
habis pakai serta barang tahan lama atau peralatan elektronik dan non
elektronik.
Pengadaan barang yang dalam sehari-hari disebut juga pembelian merupakan titk
awal dari pengendalian persediaan. Jika titik awal sudah tidak tepat, maka
pengendalian akan sulit dikontrol. Pembelian harus menyesuaikan dengan
pemakai, sehingga ada keseimbangan antara pemakaian dan pembelian.
Keseimbangan ini tidak hanya antara pembelian dengan pemakaian atau penjualan
total, tetapi harus lebih rinci lagi yaitu antara penjual dan pembeli dari setiap jenis
obat. Obat yang laku keras terlebih dalam jumlah relative banyak dibanding obat
yang laku lambat.
46 | P a g e
rumah tangga dan perlengkapan yang mengenai logistik umum,instalasi farmasi
yang mengenai logistik farmasi serta instalasi gizi yang menangani logistik
gizi.dalam SK Menteri Kesehatan Ri NO.552/Menkes/SK/VI/94 antara lain
disebutkan bahwa subbagian rumah tangga dan perlengkapan punya tugas
melakukan kegiatan perlengkapan,pergudangan non medis serta tata usaha
pengadaan barang dan jasa.sementara itu,salah satu tugas instalasi farmasi
disebutkan sebagai fasilitas untuk penyimpanan dan penyaluran obat,alat
kedokteran,alat perawatan dan alat kesehatan.
Secara tegas dapat disampaikan bahwa semua bentuk kegiatan di rumah sakit
memerlukan pelayanan logistik.keberhasilan dan mutu pelayanan di rumah sakit
memang bergantung dari banyak faktor,tetapi tidak pelak lagi bahwa peran
logistik merupakan salah satu kunci utama di dalamnya.
Obat
LOGISTIK DI RS
Teknik Umum
Inventory control
Keseimbangan
47 | P a g e
Seluruh Kegiatan Di RS
Mutu
Total Komposisi
48 | P a g e
RBA yang bersumber dari pendapatan,disusun menganut pola fleksibilitas
(flexible budget) dengan suatu ambang batas tertentu,dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLU.
Ketika RBA yang dilampiri juga usulan standar pelayanan minimum dan biaya
dari keluaran (output) yang akan dihasilkan,telah siap, maka Pimpinan BLU
mengajukannya kepada Menteri atau Pimpinan Lembaga untuk dibahas
sebagai bagian dari RKA-KL.RBA yang telah disetujui Menteri atau Pimpinan
Lembaga,selanjutnya diajukan kepada Menkeu cq Ditjen Anggaran, sebagai
bagian dari RKL-KL.
Hasil kajian atas RBA akan menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKA-KL
sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN Departemen
atau Lembaga.
Setelah APBN ditetapkan,maka RBA BLU akan menjadi BRA definitive
tentunya setelah dilakukan penyesuaian seperlunya.RBA definitif ini
selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam menyusun DIPA-BLU untuk
diajukan kepada Menkeu cq Ditjen Perbendaharaan.DIPA-BLU ini akan berisi
seluruh pendapatan dan belanja,proyeksi arus kas,jumlah dan kualitas barang
dan jasa yang akan dihasilkan,rencana penarikan dana yang bersembur dari
APBN serta besaran persentasi dari ambang batas dari flexible budget
tsb.DIPA-BLU ini selambat-lambatnya diterima tanggal 31 Desember
tentunya setelah disyahkan oleh Menkue cq Ditjen Perbenharaan.
Berdasarkan hal tersebut,maka Pimpinan BLU selaku Kuasa Pengguna
Anggaran mengajukan Surat Perintah Membayar langsung (SPM-LS) kepada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) untuk digunakan sebagai
operasional kegiatan,antara lain gaji pegawai,belanja barang dan belanja
modal.pendapatan yang diperoleh BLU dari hasil jasa pelayanan dari
masyarakat,hibah tidak terkait serta hasil kerjasama BLU dengan pihak lain
atau hasil usaha lainnya,dapat langsung dikelola langsung untuk membiayai
belanja operasional BLU.pertanggung jawaban untuk itu adalah setiap
Triwulan BLU membuat SPM penegasahan dan disampaikan ke
KPPN,dilampiri surat pernyataan Tanggung Jawab Belanja,disertai kuitansi
pengeluaran secara kumulatif yang ditanda tangani oleh Pimpinan
BLU,selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
49 | P a g e
Untuk lebih mendapatkan gambaran yang nyata,maka arus penganggaran
BLU dapat dilihat pada visualisasi berikut:
BLU DIPA
No jenis Uraian
pengeluaran
2. Belanja barang Digunakan untuk belanja barang atau alat yang dipakai
sebagai operasional kegiatan rutin dalam rangka pelayanan
kesehatan.
50 | P a g e
Sumber pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan pengadaan barang dan
jasa Rumah Sakit adalah berasal dari APBN dan Pendapatan BLU (sesuai
Permenkeu No. 08/PMK.02/2006 tanggal 16 Februari 2006).
Sedangakan sumber dana untuk kegiatan pengadaan barang dan jasa yang
berasal dari APBN,adalah sudah jelas seperti yang tercantum dalam DIPA-
BLU.
Sumber Pengadaan
51 | P a g e
Dari uraian singkat seperti tersebut diatas maka secara visualisasi sumber
anggaran logistik Rumah Sakit BLU adalah seperti terlihat dalam gambaran
berikut:
APBN
Logistik
Pendapatan Jasa
Rumah Sakit
Hibah
No Prinsip Uraian
52 | P a g e
.
1. Efisien Diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu yang sesingkat singkat nya dan dapat dipertanggung
jawabkan
2. Efektif Harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan
3. Terbuka Harus terbuka bagi penyedia barang / jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi
syarat / kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas dan transparan.
4. Transparan Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang
/ jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata
cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia
barang / jasa , sifatnya terbuka bagi peserta penyedia
barang / jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya
5. Adil / tidak Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
diskriminatif penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau
alasan apapun
6. Akuntabel Harus mencapai sasaran fisik, keuangan maupun manfaat
bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pelayanan masyarakat sesuai prinsip – prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang / jasa.
53 | P a g e
Tabel 17. Metode Pengadaan Barang/jasa
Disamping metode pengadaan seperti tersebut diatas maka masih ada satu lagi
etode pengadaan, yakni pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan secara
swakelola. Yang dimaksud dengan swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan
yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri. Swakelola ini dapat
54 | P a g e
dilaksanakan oleh pengguna barang / jasa, instansi pemerintah lain dan
kelompok masyarakat / LSM penerima hibah. Sedangkan jenis pekerjaan yang
dapat dilakukan secara swakelola adalah seperti dalam tabel berikut :
No Jenis pekerjaan
.
1. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai fungsi dan tugas pokok
pengguna barang / jasa
2 Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaan nya memerlukan partisipasi
masyarakat setempat
3 Perkerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaanya
tidak diminati oleh penyedia barang / jasa
4 Pekerjaan yang secara rinci / detain tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa akan
menanggung resiko yang besar
5 Penyelenggaraan diklat , kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan
6 Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk
pengembangan teknologi / metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh
penyedia
7 Pekerjaan bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian dilaboratorium , pengembangan sistem dan peneliti oleh perguruan
tinggi/ lembaga ilmiah pemerintah
8 Pekerjaan bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/ yang bersangkutan
Selain hal-hal yang tercantum dalam tabel dan uraian diatas, maka secara
prinsip tidak terdapat pebedaan pengadaan logistik pada unit kerja lain dengan
pengadaan logistik yang dilakukan oleh Rumah Sakit. Yang membedakan
hanyalah sumber anggarannya saja, sedangkan klasifikasi serta prosedur
pengadaan adalah sama. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perludijelaskan
kembali mengenai pengertian dari masing – masing klasifikasi pengadaan
barang dan jasa tersebut.
55 | P a g e
Jadi untuk menetapkan pelaksanaan pengadaan logistik bagi Rumah Sakit,
maka harus dilihat tentang kebutuhan logistik yang akan diadakan. Sebab hal
tersebut sangat terkait dengan metode pengadaaan yang akan dilakukan.
Semua jenis pengadaan harus tetap mengacu pada prinsipdasar yang telah
diuraikan diatas. Namun penetapan metode pengadaan akan sangat
mempertimbangkan jenis logistik yang diadakan.
Secara visualisasi maka alur dari pola pikir untuk melaksanakan pengadaaan
barang / jasa adalah seperti berikut
Pelelangan Umum
Pelengan Terbatas
Pemilihan Langsung
Penunjukan Langsung
Swakelola
56 | P a g e
prinsip dasar dan sasaran yang telah ditentukan. Tentu saja tanpa membuat
rencana dasar ini pelaksanaan pengadaan barang/jasa akan dapat dilaksanakan,
asalkan selalu mempedomani berbagai ketentuan tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah, utamanya Keppres No. 80 tahun 2003 dengan
berbagai perubahan dan peraturan pendukungnya. Namun agar lebih mudah
memahami bagi para pelaksana dilapangan, maka penulis membuat dan
menyusun rencana dasar pengadaan dengan tetap mengacu pada ketentuan
yang sama tentang pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah. Rencana
dasar pengadaan tersebut adalah meliputi hal-hal sebagai berikut :
57 | P a g e
wewenang, tugas pokok dan tanggung jawab
panitia).
59 | P a g e
Demikian pula jika ditentukan dengan metode
pengadaan lainnya, agar disesuaikan dengan
persyaratan yang tercantum dalam ketentuan
yang digunakan. Untuk pengadaan dengan
metode ini apabila tidak kompleks, dilakukan
dengan pasca kualifikasi dan jika kompleks
dilaksanakan dengan pra atau pasca kualifikasi.
B. Pelelangan terbatas, untuk pekerjaan yang
dinilai kompleks dan jumlah penyedia
barang/jasa yang mampu melaksanakan
diyakini terbata, maka pemilihan penyedia
barang/jasa dapat dilakukan dengan metode
pelelangan terbatas. Dilakukan dengan
prakualifikasi.
C. Pemilihan langsung dilaksanakan untuk nilai
pengadaan sampai dengan Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah). Dilakukan dengan
prakualifikasi.
D. Penunjukkan langsung dilaksanakan dengan
prakualifikasi serta harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1) Keadaan tertentu yakni penanganan
darurat untuk pertahanan negara,
keamanan, keselamatan masyarakat yang
pelaksanaannya tidak dapat ditunda
(termasuk bencana alam). Pekerjaan
yang dirahasiakan yang menyangkut
pertahanan dan keamanan negara yang
ditetapkan oleh presiden, dan atau
pekerjaan berskala kecil dengan nilai
maksimum Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dengan ketentuan
untuk keperluan sendiri, teknologi
sederhana, resiko kecil dan dilaksanakan
60 | P a g e
oleh penyedia barang/jasa usaha orang
perseorangan dan/atau badan usaha kecil
termasuk koperasi kecil.
2) Barang/jasa khusus yakni pekerjaan
berdasarkan tarif resmi pemerintah,
pekrjaan/barang spesifik yang hanya
dapat dilaksanakan oleh satu penyedia
barang/jasa, pabrikan, pemegang hak
paten atau merupakan hasil produksi
usaha kecil atau pengajin industri kecil
yang mempunyai pasar dan harga relatif
stabil. Selain itu untuk pekerjaan yang
kompleks yang hanya dapat dilaksanakan
dengan penggunaan teknologi khusus
dan atau hanya ada satu penyedia
barang/jasa yang mampu
mengaplikasikannya.
E. Swakelola
Swakelola adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri
oleh pelaksana Swakelola dengan
menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga
dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah
borongan. Untuk tenaga ahli dari luar tidak
boleh melebihi 50% dari tenaga sendiri.
Termasuk didalamnya adalah menentukan
cara penyampaian dokumen SPH (metode satu
sampul, dua sampul atau dua tahap), secara
rinci lihat Keppres No.80 Tahun 2003.
4. Pelaksanaan proses Pelaksanaan dari seluruh tahapan proses pengadaan
pengadaan barang/jasa ini memang menjadi tanggung jawab
barang/jasa seluruhnya di panitia pengadaan, yang secara rinci
telah diatur dalam ketentuan tentang pengadaan
61 | P a g e
barang/jasa.
Secara garis besar proses dari pelaksanaan
pengadaan barang/jasa ini meliputi:
a. Menyusun dokumen pengadaan
b. Membuat pengumuman
c. Melakukan kegiatan penerimaan pendaftaran
peserta
d. Melakukan rapat penjelasan (Aanwijzing) untuk
memberikan penjelasah terhadap dokumen
pengadaan baik secara administratif maupun
teknis. Hasil rapat penjelasan dituangkan dalam
berita acara penjelasan.
e. Menerima surat penawaran dari calon penyedia
barang/jasa
f. Melakukan pembukaan penawaran dan sekaligus
melakukan evaluasi administrasi. Hasil evaluasi
administrasi di tuangkan dalam berita acara
evaluasi administrasi, disaksikan oleh 2 (dua)
wakil dari calon penyedia barang/jasa.
g. Evaluasi teknis dan harga dilakukan panitia
pengadaan pada rapat tertutup panitia. Hasilnya
dituangkan dalam berita acara evaluasi teknis
dan harga.
h. Selanjutnya setelah pengguna barang/jasa
menetapkan pemenang, maka panitia segera
mengumumkan pemenang pelelangan,
berikutnya panitia pelelangan membuat risalah
atau laporan tentang proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dan ditujukan kepada
pengguna barang/jasa sampai disini tugas panitia
dinyatakan selesai, apabila tidak ada sanggahan
dari peserta dari waktu yang telah ditentukan.
i. Apabila dalam kurun waktu yang telah
ditentukan ternyata, ada peserta yang
62 | P a g e
mengajukan sanggahan terkait dengan cara
evaluasi dan pengajuan calon pemenang, maka
panitia wajib menjawab dan memberikan
penjelasan tentang apa yang telah dikerjakannya.
j. Jika seluruh tahapan kegiatan proses pengadaan
telah dinyatakan selesai, maka pengguna
barang/jasa segera membuat surat perjanjian
kerjasama pekerja atau kontrak kerja.
k. Alokasi waktu dari kegiatan yang satu dengan
yang lainnya telah diatur secara rinci dalam
Keppres No. 80 Tahun 2003 beserta
perubahannya.
5. Lakukan evaluasi Dalam tahapan ini dilakukan untuk menentukan
metode evaluasi dalam rangka menetapkan atau
menilai surat penawaran harga (SPH) yang
disampaikan oleh penyedia barang/jasa.
Evaluasi agar dilakukan secara benar, dan mengacu
pada dokumen pengadaan serta ketentuan yang
berlaku, serta tidak mendapat tekanan dan
intervensi oleh pihak manapun.
Sistem evaluasi penawaran, dilakukan dengan cara :
A. Sistem Gugur
1) Evaluasi administrasi
Dilakukan terhadap penawaran yang
memenuhi syarat pada pembukaan
penawaran. Dokumen penawaran yang
masuk dievaluasi kelengkapan dan
keabsahannya. Unsur yang dievaluasi
harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam dokumen pengadaan.
Hasilnya akan memuat kesimpulan
memenuhi syarat administrasi atau tidak
memenuhi syarat administrasi.
63 | P a g e
2) Evaluasi Teknis
Dilakukan terhadap penawaran yang
memenuhi syarat/lulus administrasi. Unsur
yang dievaluasi harussesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen
pengadaan. Hasilnya akan memut
kesimpulan memenuhi syarat teknisi atau
tidak memenuhi syarat teknis (gugur)
3) Evaluasi Harga
Dilakukan terhadap penawaran yang
dinyatakan lulus/memenuhi syarat
administrasi dan teknis saja. Berdasarkan
hasil evaluasi harga, panitia/pejabat
pengadaan membuat daftar urutan
penawaran terendah dan mengusulkan
penawar terendah sebagai calon
pemenang.
B. Sisten Nilai (Merit point system)
Evaluasi penawaran dengan sistem ini
digunakan untuk pengadaan barang/jasa
pemborongan/jasa lainnya yang
memperhitungkan keunggulan teknis sepadan
dengan harganya, mengingat penawaran harga
sangat dipengaruhi oleh kualitas teknisnya.
1) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap
penawaran yang memenuhi syarat pada
pembukaan penawaran. Dokumen
penawaran yang masuk dievaluasi
kelengkapan dan keabsahannya. Unsur
yang dievaluasi harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen
pengadaan. Hasilnya akan memuat
kesimpulan memenuhi syarat administrasi
atau tidak memenuhi syarat administrasi.
64 | P a g e
2) Evaluasi Teknis dan Harga
Sistem nilai hanya dilakukan terhadap
penawaran yang dinyatakan memenuhi
syarat administrasi. Penilaian ini
menggunakan pendekatan/metode
kuantitatif, yakni dengan memberikan nilai
angka (skor) terhadap unsur-unsur teknis
dan harga yang dinilai, sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dalam dokumen
pengadaan.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut
panitia/pejabat pengadaan membuat daftar
urutan penawaran, yang dimulai dari
urutan penawaran yang memiliki nilai
(skor) tertinggi. Apabila digunakan sistem
nilai ambang batas (passing grade), hal ini
harus dicantumkan dalam dokumen
pengadaan. Daftar yang dibuat
panitia/pejabat pengadaan dimulai dari
semua penawaran yang memperoleh nilai
diatas atau sama dengan nilai ambang
batas tersebut.
C. Sistem Penilaian Biaya Selama umur ekonomis
(Economic Life Cycle Costy)
1) Evaluasi administrasi
Dilakukan terhadap penawaran yang
dinyatakan memenuhi persyaratan/lulus
administrasi. Unsur yang dievaluasi harus
sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam dokumen pengadaan. Hasilnya akan
memuat kesimpulan memenuhi syarat
teknisi atau tidak memenuhi syarat teknis
(gugur)
2) Evaluasi teknis dan harga
65 | P a g e
Sistem ini boleh disingkat dengan Ecolife
cycost atau Economic Life Cycle Cost,
hanya digunakan khusus untuk
mengevaluasi pengadaan barang yang
kompleks dengan memperhitungkan
perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan
serta nilai sisa selama umur ekonomis dari
barang tersebut. Evaluasi terhadap teknis
dan harga hanya dilakukan terhadap
penawaran yang telah memenuhi
administrasi saja. Unsur-unsur yang dinilai
harus sesuai dengan yang tercantum dalam
dokumen pengadaan. Unsur harga agar
dikonversikan kedalam mata uang tunggal
berdasarkan perhitungan secara
profesional. Berdsarkan hasil evaluasi
tersebut, maka panitia/pejabat pengadaan
membuat daftar urutan yng dimulai dari
urutan harga evaluasi terendah. Biaya-
biaya yang dihitung dalam evaluasi,
kecuali harga penawaran yang terkoreksi
(total bid evaluated price), tidak
dimasukkan dalam harga kontrak (hanya
berfungsi sebagai alat pembanding saja).
Dari uraian tersebut diatas, maka secara garis besar proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa (logistik), dari mulai penyusunan dokumen pengadaan
yang berbasiskan pada rencana kebutuhan, pembentukan panitia, menentukan
metode pengadaan, pelaksanaan proses pengadaan, sampai dengan evaluasi
penawaran telah tercangkup seluruhnya. Kegiatan selanjutnya adalah
mengusulkan calon pemenang, untuk kemudian ditetapkan sebagai pemenang
oleh pengguna barang/jasa. Berikutnya adalah persiapan dalam rangka
membuat sebuah perjanjian kerjasama atau disebut juga dengan kontrak kerja,
antara pengguna barang/jasa dengan penyedia barang/jasa.
66 | P a g e
Sampai disini maka secara prinsip tugas panitia pengadaan telah selesai,
dilanjutkan dengan tugas panitia penerima barang, apabila sudah memasuki
tahapan distribusi barang.
Dari semua tahapan dalam rencana dasar dalam rangka pelaksanaan
pengadaan barang/jasa, dapat digambarkan sebagai berikut :
Sistem Gugur,
Evaluasi Nilai, Umur Administrasi,
Ekonomis Teknis, Harga
Dari uraian dalam tabel tersebut sebenarnya hanya merupakan point – point
saja yang diuraikan. Sedangkan secara rinci tidak dilakukan pembahasan.
Dalam melakukan pencatatan logistik memang ada hal – hal yang harus
dilakukan secara ketentuan. Namun juga sebagai bagian pengendalian, maka
bisa saja pimpinan menerapkan cara lain dalam melakukan pencatatan logistik.
Asal tetap menganut azzas efisiensi dan efektifitas terhadap kegunaan dari
69 | P a g e
pencatatan tersebut. Pencatatan yang terlalu detai dan rumit memicu petugas
untuk cepat bosan melakukannya dan pada akhirnya akan menunda pekerjaan
tersebut. Sehingga diupayakan pencatatan dilakukan se-efisien mungkin
dengan tidak meninggalkan yang wajib dan tidak membuat manufer yang
tidak diperlukan. Suatu saat pencatatan tersebut akan dijadikan bahan acuan
dalam melakukan suatu audit terhadap pengadaan dan penggunaan logistik
Rumah Sakit oleh karenanya dibuat suatu catatan yang mendasarkan pada
dokumen sumber yang ada. Jika pengadaan dan distribusi diserahkan pada
tanggal dan bulan tertentu, maka pencatatan juga harus sesuai dengan tanggal
dan bulan yang tertera dalam faktur, Berita acara dan dokumen pendukung
lainnya. Data – data sumber ini harus disimpan sedemikian rupa sehingga
menjadi bahan bagi para petugas dalam membuat dan menghitung kebutuhan
akan logistik Rumah Sakit
70 | P a g e
APBN serta pengelolaan dan pengendalian Barang Milik Negara yang
dikuasai oleh suatu Unit Akuntansi Barang.
Barang Milik Negara adalah meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan
lainnya disebut antara lain berupa transfer masuk, hibah, pembatalan
penghapusan dan rampasan / sitaan. Yang tidak termasuk dalam pengertian
BMN adalah barang – barang yang dikuasai atau dimiliki oleh Pemda, BUMD
(Pers, perseroan & Perum) serta Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan
Milik Pemerintah
Ada beberapa prinsip dalam penyelenggaraan SABMN, yakni :
Tabel 21. Prinsip Penyelenggaraan SABMN
71 | P a g e
Secara umum struktur Akuntasi BMN ditetapkan berdasarkan peraturan
menteri keuangan No.59/PMK.06/2005 tentang sistem Akuntasi dan pelaporan
keuangan pemerintah pusat adalah sebagai berikut :
72 | P a g e
Dari tabel tersebut diatas, apabila digambarkan bentuk dari struktur organisasi
secaraa visual, maka akan terlihat sebagai berikut:
UAPB
UAPB = Tk Kementrian
UAPPB-E1 = Tk Eselon 1
UAPPB-W = Tk Wilayah
UAPB = Tk Satuan Kerja
Dari gambar tersebut diatas, maka posisi rumah sakit dalam mengelola
logistik, yang merupakan pula sebagai BMN, maka terletak pada Unit
Akuntasi Pengguna Barang (UAKPB).
Jenis laporan BMN yang menjadi kewajiban rumah sakit selaku UAKPB
adalah membuat buku inventaris, buku barang bersejarah dan buku persediaan
(sebagai dokumen pencatatan). Sedangkan laaporan yang harus dibuat adalah
Laporan Kondisi Barang (LkB), kartu Inventaris Barang (KIB), Daftar
Inventaris Ruangan (DIR), Daftar Inventaris Lainnya (DIL), dan laporan
BMN.
Jadi apabila sebuah rumah sakit akan melakukan kegiatan pembuatan laporan
BMN dan dikirimkan kemana, maka akan terlihat seperti dalam tabel berikut :
73 | P a g e
Tabel 23. Alur Pelaporan BMN Rumah Sakit
UAKPB UAPPB-W UAPPB-E1 UAPB
Poltekes
Rumah =========== 1
Sakit ==================== ========= 2
(Depkes di Ditjen Bina =========== 5
Pusat) Yanmed Depkes cq Rokeukap
========== 4
Rumah Poltekkes
Sakit ============= 3
(Depkes di ===================
Propinsi)
Ditjen PBN
UAPB UAPA
74 | P a g e
UAPPB-E1 UAPPA-E1
UAPPB-W UAKPB UAPPA-W
UAKPB UAKPA
Pencatatan
pelaporan
Panitia Bend
Penerima Logistik
Rekanan
penyedia
Pelatihan, uji coba, uji fungsi
Barang/jasaa Pengguna /
User
77 | P a g e
Pada proses distribusi diluar lingkungan Rumah Sakit, secara substansial
tahapan yang dilakukan pada penerimaan Logistik dilingkungan Rumah
Sakit tidak ada perbedaan secar prinsip.
Logistic yang telah diterima hasil dari proses pengadaan dan telah
dilakukan pembayaran, maka tentu Logistik yang dilakukan distribusi.
Pengertian distribusi disini adalah penyerahan logistic dari mulai
penerimaan hasil pengadaan sampai dengan digunakan oleh petugas yang
ditunjuk. Logistic yang diadakan dipertuntukan bagi kepentingan
pelayanan kesehatan diluar lingkungan Rumah Sakit. Tahapan distribusi
dilingkungan Rumah Sakit adalah sebagai berikut.
Tahapan Kegiatan serta Dokumen yang harus ada Dalam Distribusi Logistik
RS
78 | P a g e
ditanda tangani oleh pihak ketiga (Rekanan),
panitia penerima dan diketahui pimpinan atau
orang yang ditunjuk untuk itu.
Bahan- bahan logistic seperti ini memang sangat urgen diperlukan dan
jumlahnya selalu saja bertambah dari waktu kewaktu. Hal tersebut sangat
tergantung dari aktivitas pelayanan. Penggunaan dan pemanfaatan bahan
logistic habis pakai ini tetap harus dilakukan pengendalian. Salah satu cara
pengendalian terhadap penggunaan dan pemanfaatan bahan habis pakai ini
adalah dengan cara membuat bon keperluan, yang diketahui oleh Kepala
Ruangan. Sebab untuk bahan- bahan seperti ini tetap saja harus memerlukan
penyimpanan dan ditunjuk petuga penanggung jawab logistic tersebut pada
setiap ruangan. Upaya untuk menghindari pemborosan dalam penggunaan
bahan logistic Habis Pakai harus dilakukan. Sehingga penggunaan dan
pemanfaatan bahan logistic Habis Pakai tersebut dapat dilakukan secara
efisien.
Jika digambarkan penggunaan dan pemanfaatan Bahan Logistik Habis Pakai
akan terlihat sebagai berikut:
79 | P a g e
Gambar 20. Arus pemanfaatan BHP untuk kepentingan pelayanan Kesehatan.
Penanggungjawab
Kebutuhan User Pelayanan Kesehatan
Barang Habis Pakai
B. Barang Inventaris
Selain Bahan Logistik Habis Pakai (BHP), maka terdapat bula Bahan Logistik
yang menjadi Barang Inventaris Kantor (BIK). Yang dimaksudkan dengan
Barang Inventaris Kantor (BIK) adalah barang- barang yang diadakan oleh
Rumah Sakit atau droping/ hibah dari pihak lain, yang digunakan dan
dimanfaatkan dalam rangka pelayanan kesehatan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sifat barang ini tidak akan habis jika dimanfaatkan,
namun perlu pemeliharaan, karena tetap saja akan menagalami penusutan
karena rusak, hilang dlsb.
Jenis dari Barang Inventaris Kantor ini adalah:
Tabel 25. Jenis Barang Inventaris Kantor Rumah Sakit.
No Jenis BIK Uraian
1 Barang tidak bergerak Tanah, bangunan dan saran ataman dll
2 Barang bergerak Kendaraan roda empat, kendaraan roda
dua, peralatan medic yang dapat
dipindahkan (non permanen)
3 Mesin Peralatan Radiologi, mesin PAL
(permanen), generator dll.
4 Alat berat Traktor dan sejenisnya (jika ada)
Pemanfaatan dari Barang Inventaris Kantor tersebut ada beberapa cara, yakni
80 | P a g e
mempertimbangkan berbagai hal. Anatara lain adalah efisiensi,
efektifitas dan estetika. Disamping itu pemanfaatannya semata-mata
ditujukan bagi kepentingan kenyamanan, keamanan dan peningkatan
pelayanan kesehatan. Penanggung jawab dari pemanfaatan BIK tidak
bergerak tersebut ada pada Sekretariat Rumah Sakit. Karena pada
Bagian ini seluruh asset Rumah Sakit tersebut menjadi tanggung
jawabnya.
b. Mengingat bahwa sifat dari BIK yang satu ini adalah mobile atau Non
permanen, maka pemanfaatan Barang Inventaris Kantor yang berupa
barang bergerak, ditentukan oleh fungsi dan kepentingannya masing-
masing. Kendaraan operasional tentu ada pada Bagian kendaraan.
Peralatan medik ada pada Instalasi masing-masing, sesuai dengan
kepentingan dan fungsinya masing-masing. Penanggung jawab dari
barang-barang tersebut ada pada Kepala Bagian/Kepala Instalasinya.
Termasuk didalamnya adalah pencatatan dan pelaporan secara berkala.
c. Mesin yang sebenarnya masuk kategori barang bergerak, namun
ditempatkan secara permanen pada lokasi tertentu terkait dengan
pelayanan kesehatan. Pemanfaatannya ditentukan sudah sejak awal
perencanaan, dan disesuaikan dengan tempat serta alur pelayanan
dengan kegiatan lainnya, dimana sangat ditentukan oleh fungsi dan
kepentingannya masing-masing. Jadi yang dimaksud dengan mesin ini
tidak lain adalah peralatan medik yang ada pada Instalasi masing-
masing, yang penempatannya permanen. Penanggung jawab secara
fisik dari barang-barang tersebut ada pada Kepala Instalasinya,
sedangkan secara teknis adalah pengguna/operator/user dan teknisinya.
Termasuk didalamnya adalah pencatatan dan pelaporan secara berkala
dalam rangka pemeliharaan alat.
d. Alat berat (jika ada) sebenarnya masuk kategori barang bergerak juga,
namun klasifikasinya dibedakan dari barang-barang bergerak lainnya.
Pemanfaatannya ditentukan sudah sejak awal perencanaan, sesuai
dengan fungsi dan kepemimpinannya masing-masing. Penanggung
jawab secara fisik dari barang-barang tersebut ada pada Kepala
Bagian/Instalasinya, sedangkan secara teknis adalah
pengguna/operator/user dan teknisinya. Termasuk didalamnya adalah
81 | P a g e
pencatatan dan pelaporan secara berkala dalam rangka pemeliharaan
alat.
C. Barang Persediaan
Barang Persediaan ini sebenarnya termasuk dalam barang Habis Pakai. Namun
karena pemanfaatnnya tida segera habis digunakan pada saat setelah
pembelian, dan memerlukan penyimpanan pada suatu tempat tertentu.
Pemanfaatnnya secara bertahap, dilakukan periodik atau bahkan digunakan
apabila diperlukan. Termasuk didalamnya adalah :
82 | P a g e
Beberapa jenis peralatan atau Logistik Rumah Sakit yang memerlukan upaya
pemeliharaan secara rutin dan berkesinambungan adalah sebagai berikut :
83 | P a g e
Perbaikan yang dimaksud disini adalah peralatan yang bersifat Barang
Inventaris Kantor. Bisa saja dalam bentuk peralatan administrasi (komputer,
telepon, fax, dsb), atau peralatan yang digunakan langsung dalam memberikan
pelayanan kesehatan (peralatan yang memerlukan instalasi /teknologi tertentu,
seperti peralatan radiologi, incubator dsb).
Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara dan prosedur yang telah diatur
oleh pihak Manajemen Rumah Sakit. Prosedur yang sangat umum dilakukan
adalah meliputi :
Rusak Ringan B1
====================
Perbaikan B2 Setuju B3
====================== =============
Rusak Berat C1.1
====================
Perbaikan C1.2
======================
===================
X ===========
======================
=========== x
Pemeliharaan, perbaikan
Anggaran
Baik & Rusak ringan
inventarisasi
Rusak Berat 85 | P a g e
Baik
Rusak berat
Hapus
86 | P a g e
medik tersebut, telah memperhitungkan dan mempertimbangkan segi
keterlaksanaan dan kesinambungan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Jika digambarkan pola pikir Manajemen dalam mengambil keputusan untuk
melakukan Penghapusan, adalah seperti berikut :
In efisien Usul
In efektif Penghapusan
Dapat diupayakan
Barang Rusak
B. Alasan penghapusan
Sebagaimana diketahui bahwa Logistik (Rumah Sakit) yang digunakan dalam
rangka operasional sebuah kegiatan, pada dasarnya akan mengalami
penyusutan, baik secara jumlah maupun nilai, kecuali tanah/lahan. Untuk
tanah/lahan nilai jualnya makin lama akan semakin naik, jumlahnya tetap
kecuali ada penambahan. Oleh karena itu untuk barang inventaris yang
mengalami penyusutan, secara prinsip dapat dilakukan penghapusan tentunya
dengan memenuhhi beberapa persyaratan.
Penyusutan tersebut dapat berupa jumlahnya berkurang karena hilang atau
rusak. Tetapi ada pula jumlahnya berkurang karena mengikuti peraturan yang
ada, seperti Rumah Dinas yang telah dibeli oleh Karyawan.
Berbagai alasan yang mendasari Logistik Rumah Sakit dalam bentuk Barang
Inventaris Kantor (BIK) yang dapat dilakukan penghapusan adalah sebagai
berikut :
87 | P a g e
1. Rusak Ringan (RR) Dpt diperbaiki Usul dihapuskan
Tdk ada spare part
Jenis serupa biaya
diproduksi
2. Rusak Berat (RB) Tdk dpt diperbaiki Usul dihapuskan
Dpt diperbaiki biaya
besar
3. Hilang (Lost) Diganti baru Yg lama usul
dihapuskan
4. Umur BIK > 14 th Sudah tua Usul dihapuskan
(Alkes, Lab dll) Tdk efisien
Tdk akurat
Ketinggalan generasi
5. Rumah Dinas Sdh dialihkan ke Gol Usul dihapuskan
III
Adm sesuai
persyaratan
6. Kendaraan > 15 th Boros Usul dihapuskan
Sering rusak
Perbaikan biaya tinggi
7. Bangunan Sdh tdk layak pakai Bangunan Usul
Perawatan biaya dihapuskan
tinggi
Tdk efisien
Pengembangan
pelayanan
Dari Tabel tersebut diatas, ternyata sangat beragam sekali slasan yang dapat
dijadikan sebagai suatu dasar dan acuan bagi Manajemen untuk dapat
melakukan penghapusan terhadap Barang Inventaris Kantor (BIK) tersebut.
C. Prosedur Penghapusan Logistik
Setelah persyaratan dalam rangka penghapusan BIK telah dipenuhhi, maka
pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan tatacara dan prosedur yang
berlaku sesuai dengan ketentuan yang ditetatapkan. Disebut sebagai suatu
prosedur adalah tidak merupakan suatu tahapan dari sebuah proses kegiatan.
Jadi Prosedur penghapusan adalah terdiri tahapan-tahapan dari sebuah
kegiatan untuk melakukan penghapusan Logistik. Tahapan-tahapan tersebut
dapat dilihat dalam Tabel berikut
Tabel : prosedur Penghapusan Logistik Rumah Sakit
88 | P a g e
User/Pengguna IPS-RS Pimpinan Depkes RI Tim
RS
1 2 4
========= ====== Tdk setuju
3
===== ====
5 6 7
Setuju ============ ===========
Diproses
14 =============
X ==== 13
89 | P a g e
h. Proses penghapusan selesai, dan periode berikutnya BIKK yang telah
keluar SK Penghapusannya, harus dikeluarkan dari Daftar Inventaris
Barang atau Laporan Tahunan Inventaris (LTI).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS Poerwaodarminto, Balai Pustaka,
1976), Pengertian dari logistik adalah pengadaan distribusi, pemeliharaan dan
penggantian (penyediaan untuk mengganti ) materil dan personal
2. Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994)
3. Kegiatan logistik secara umum punya tiga tujuan. Tujuan operasional adalah agar
tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat
terlaksana dengan biaya yang serendah – redahnya
90 | P a g e
4. Konsep logistik terpadu terdiri dari 2 usaha yang berkaitan satu sama lain, yaitu
operasional logistik mengenai manajemen pemindahan dan penyimpanan material
dan produk jadi perusahaan.
5. Fungsi manajemen logiostik adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Perencanaan
b. Fungsi Penganggaran
c. Fungsi Pengadaan
d. Fungsi Penyimpanan
e. Fungsi Penyaluran (Distribusi)
f. Fungsi Penghapusan
g. Fungsi Pengendalian
6. Dalam konteks Logistik sebuah Rumah Sakit, maka mengandung pengertian adalah
suatu perbekalan dari sebuah Rumah Sakit untuk dapat beroperasi. Jadi tidak hanya
barang inventaris saja, tetapi lebih kepada seluruh sumber daya yang digunakan
kepentingan beroperasinya sebuah Rumah Sakit tersebut
3.2 Saran
a. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, untuk
memahami dan menambah wawasan mengenai manajemen logistic
b. Diharapkan untuk instansi UNUSA dapat menambah daftar referensi mengenai
manajemen logistic agar dapat mempermudah mahasiswa unusa dalam
mempoeroleh referensi
91 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga. 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi Kedua. Jakarta :
Universitas Indonesia Press
Imron TA, Moch. 2010. Manajemen Logistik Rumah Sakit. Jakarta; Sagung Seto.
Sabarguna, Boy. 2011. Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit Jilid 2. Jakarta :
Sagung Seto
92 | P a g e
93 | P a g e