Disusun :
Kelompok 9
1. Mariah
2. Nadila Aprianda
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 18
B. Saran ......................................................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi Global
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data
WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008,
sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.
PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan
tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-
orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-
negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-
orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar
(39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan
dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian
disebabkan diabetes.
1
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di
negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global
akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan
diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian
per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di
sisi lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi
lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.
Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan
akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan
menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit
kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara
itu penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya
diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian PTM
berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring
dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan
usia harapan hidup.
Situasi Indonesia
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases.
Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi
KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular
lama (re-emerging diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-
emergyng diseases) seperti HIV/AIDS, Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di
sisi lain, PTM menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu
ke waktu.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-
2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular
semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun.
Kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda.
Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan,
penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban penyakit menular
masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit
2
tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi
jantung, stroke, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit tidak menular?
2. Bagaimana tren penyakit tidak menular di Indonesia saat ini ?
3. Mengapa penyakit tidak menular meningkat di Indonesia ?
4. Apa saja upaya pemerintah untuk menangani penyakit tidak menular di Indonesia ?
5. Bagaimana pencegahan penyakit tidak menular ?
C. Tujuan
1. Memahami tentang penyakit tidak menular
2. Mengetahui bagaimana tren penyakit tidak menular di Indonesia saat ini
3. Mengetahui apa saja penyebab penyakit tidak menular meningkat di Indonesia
4. Mengetahui apa saja upaya pemerintah untuk menangani penyakit tidak menular di
Indonesia
5. Mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit tidak menular
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Alkoholisme
3. Ketagihan obat
4. Penyakit-penyakit mental
5. Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.
Faktor-faktor risiko penyakit tidak menular
1. Tembakau
2. Alkohol
3. Kolesterol
4. Hipertensi
5. Diet
6. Obesitas
7. Aktivitas
8. Stress
9. Pekerjaan
10. Gaya Hidup
11. Lingkungan masyarakat sekitar
5
kematian terkait PTM yang dikembangkan oleh WHO menunjukkan bahwa penyakit
kardiovaskular merupakan peyebab tertinggi kematian di negara-negara Asia Tenggara,
termasuk di Indonesia sebesar 37 persen (Tabel 2.1). Lebih dari 80 persen dari kematian
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan diabetes serta 90 persen dari kematian akibat
penyakit paru obstruktif kronik terjadi di negara-negara berpendapatan menengah ke
bawah. Disamping itu dua per tiga dari kematian karena penyakit kanker terjadi di negara-
negara berpendapatan menengah ke bawah.
6
Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan
akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan
menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit
kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara
itu penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya
diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian PTM
berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring
dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan
usia harapan hidup
7
Tren PTM
15.00% 12.10%
10.00% 8.30% 7.20%
5.70% 6.90% 2007
5.00% 1.50% 2013
0.00%
Stroke PJK Diabetes Melitus
Sumber : Riskesdas
Data riskesdas juga mengungkapkan bahwa hanya 30% dari kasus hipertensi dan diabetes
yang terdeteksi/terdiagnosa. Sebesar 70% belum terdeteksi dan kondisi ini akan
menyebabkan terlambatnya penanganan medis yang akan mengakibatkan komplikasi,
kecacatan dan kematian dini serta melipat gandakan biaya pengobatan yang memberi
dampak peningkatan beban ekonomi. Beban ekonomi akibat PTM di Indonesia mendekati
4,47 milyar dollar (5,1 kali GDP pada tahun 2012) akibat PTM. PTM dan segala
komplikasinya menelan 33% dari total biaya belanja JKN.
8
Masalah PTM di
Indonesia >15 tahun
Prevalensi penyakit tidak menular utama bervariasi secara bermakna antar provinsi,
sebagaimana tampak dalam Tabel 2.2
Dari penduduk usia 18 tahun ke atas satu dari empat mengalami hipertensi dan satu dari
lima orang menderita obesitas, sementara itu satu dari lima belas penduduk usia 15 tahun
ke atas menderita kenaikan gula darah (DM). Berdasarkan Riskesdas 2013, diketahui
bahwa 73,4 persen hiperteni tidak terdiagnosis dan 72,9 persen diabetes juga tidak
terdiagnosis. Ketiga kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap ledakan penyakit-
penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan penyakit jantung koroner bila tidak diupayakan
penanggulangannya.
9
Tren Stroke di Indonesia
Berdasarkan hasil survei Riskesdas 2013 jumlah prevalensi stroke umur ≥15 tahun
tertinggi berada di provinsi Sulawesi Selatan (17,9%) melebihi jumlah rata-rata
prevalensi stroke di Indonesia (12,1%).
10
kepemilikan menunjukkan bahwa semakin rendah kuintil kepemilikan maka jumlah
prevalensi semakin tinggi.
11
Tren Diabetes Melitus (DM) di Indonesia
12
dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui keadaran individu
itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang dapat dimodifikasi tersebut adalah:
1. Merokok
Termasuk konsumsi rokok yang dihisap dan atau konsumsi tembakau kunyah
dalam satu bulan terakhir untuk perokok setiap hari dan kadang-kadang. Efek
berbahaya dari merokokterhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis telah lama diketahui. Selain itu,
paparan asap rokok pada perokok pasif seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang
dewasa yang tidak hamil di rumah maupun di tempat-tempat umum menyebabkan
hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak, dan
penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif. Setiap tahunnya, tembakau
menyumbang sekitar 6 juta kematian (termasuk perokok pasif) dan diproyeksikan
akan meningkat menjadi 8 juta pada tahun 2030.
Selain pergeseran pola prevalensi merokok, telah terjadi perubahan dalam jenis
rokok yang tersedia, seperti rokok rendah tar dan rokok elektrik. Namun, hasil
tinjauan menyimpulkan bahwa selama lima dekade desain rokok berkembang tidak
mengurangi risiko penyakit di kalangan perokok. Satu-satunya tindakan yang efektif
untuk mencegah bahaya merokok adalah dengan pencegahan dan penghentian
merokok.
2. Aktifitas fisik kurang
Melakukan aktifitas fisik selama kurang dari 150 menit dalam seminggu, atau
tidak melakukan aktifitas sedang atau berat. misalnya menimba air, mendaki gunung,
lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll. Aktivitas sedang misalnya menyapu,
mengepel, membersihkan perabot, jalan kaki dan lain-lain. Aktivitas fisik yang tidak
memadai merupakan satu dari sepuluh faktor risiko utama kematian global. Orang
yang kurang aktif secara fisik memiliki 20%-30% peningkatan faktor risiko penyebab
kematian dibandingkan dengan mereka yan setidaknya melakukan aktivitas fisik
selama 150 menit per minggu, atau setara seperti yang direkomendasikan WHO.
Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes,
kanker payudara, dan kanker kolon.Selain itu, aktivitas yang cukup mengurangi risiko
stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama dari
pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk keseimbangan energy dan
control berat badan.
13
3. Kurang konsumsi buah dan sayur
Konsumsi sayur atau buah kurang dari 5 porsi dalam sehari. Satu porsi buah
misalnya alpukat setengah buah besar, satu buah belimbing, satu buah jeruk manis, 10
buah duku dll. Satu porsi sayuran misalnya lima sendok makan daun bayam rebus,
dua sendok sayur labu siam rebus, dan lain-lain. Sekitar 16 juta (1%) DALYs (ukuran
potensial kehilangan kehidupan karena kematian dini dan tahun-tahun produktif yang
hilang karena cacat) dan 1.7 juta (2.8%) dari kematian di seluruh dunia disebabkan
oleh kurangnya konsumsi buah dan sayur.Konsumsi cukup buah dan sayur
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal.
Konsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan gula
cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah
dan sayuran.
4. Obesitas
Obesitas memiliki efek metabolik yang buruk pada tekanan darah, kolesterol,
trigliserida, dan resistensi insulin. Risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik,
dan diabetes mellitus tipe 2 terus meningkat seiring dengan meningkatnya indeks
massa tubuh (IMT). IMT yang meningkat juga meningkatkan risiko kanker payudara,
kanker kolon, kanker prostat, kanker endometrium, kanker ginjal, dan kanker hati.
Untuk mencapai kesehatan optimal, IMT rata-rata untuk populasi dewasa harus
berada pada kisaran 21-23 kg/m2, sedangkan bagi individu harus menjaga IMT dalam
kisaran 18.5-24.9 kg/m2. Terdapat peningkatan risiko penyakit penyerta untuk orang
dengan IMT 25-29.9 kg/m2 dan komorbiditas yang parah untuk IMT lebih dari 30
kg/m2.
5. Konsumsi alkohol berbahaya
Konsumsi alkohol berbahaya yang dimaksud adalah konsumsi alkohol >=5
standard per hari. Satu standard adalah setara dengan 1 gelas bir (285 ml).
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang membuat
ketergantungan pengkonsumsinya.Dampak alkohol ditentukan oleh volume alkohol
yang dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun
2012, sekitar 3.3 juta kematian, atau sekitar 5.9% dari seluruh kematian global
disebabkan oleh konsumsi alkohol.
14
Konsumsi Alkohol sangat umum di seluruh dunia meskipun membawa risiko yang
merugikan bagi kesehatan dan konsekuensi sosial terkait efek memabukkan, sifat
beracun, dan ketergantungan. Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko utama untuk
beban penyakit di negara berkembang berkaitan dengan berbagai penyakit dan cedera,
termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri. Secara keseluruhan, 5.1%
dari beban penyakit global dan cedera disebabkan oleh alkohol (diukur dalam
Disability-Adjusted Life Years, DALYs).Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya
meningkatkan risiko cedera secara substansial, tetapi juga memperburuk penyakit
kardiovaskuler dan hati. Konsumsi alkohol terus meningkat di Jepang, Cina, dan
banyak negara lain di Asia yang sebelumnya rendah.
Faktor lingkungan meliputi pembangunan, ekonomi, budaya, ketersediaan
alkohol, serta kelengkapan tingkat pelaksanaan dan penegakkan kebijakan alkohol
mempengaruhi pola konsumsi alkohol dan besarnya masalah yang berhubungan
dengan alkohol dalam populasi.
15
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular
e. Peraturan Pemerintah Nomor109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.
2. Pengembangan Pedoman
Untuk menjamin kegiatan penanggulangan penyakit tidak menular yang terstandar
di semua fasilitas kesehatan, telah diterbitkan sejumlah pedoman sebagai berikut :
a. Pedoman Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
b. Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular
c. Pedoman Kawasan Tanpa Rokok
d. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di
Puskesmas
16
Untuk membantu mencegah diabetes mellitus tipe 2 dan komplikasinya, dilakukan
dengan cara mencapai dan mempertahan kan berat badan yang ideal, melakukan
aktivitas fisik yang cukup, deteksi dini, pengobatan, dan menghentikan rokok.
Pengendalian diabetes dilakukan dengan memberikan insulin, mengontrol tekanan
darah, merawat kaki apabila telah terjadi komplikasi, skrining dan pengobatan
retinopati, mengontrol kadar lipid darah.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang
ke orang. Berdasarkan profil WHO, terdapat empat penyakit tidak menular utama yang
menyebabkan kematian tertinggi di dunia, yaitu (1) penyakit kardiovaskuler; (2) kanker;
(3) penyakit pernapasan kronis; dan (4) diabetes mellitus.
Penyakit tidak menular erat kaitannya dengan faktor lingkungan, khususnya faktor
perilaku. Terdapat empat faktor perilaku utama yang berpengaruh pada penyakit tidak
menular, yaitu (1) merokok; (2) konsumsi alkohol berlebihan; (3) pola makan yang
buruk; dan (4) kurangnya aktivitas fisik.
Pencegahan dan kontrol penyakit tidak menular dilakukan dengan (1) pencegahn dan
pengendalian penyakit kardiovaskuler; (2) pencegahan dan pengendalian kanker; (3)
pencegahan dan pengendalian penyakit pernapasan kronis; dan (4) kontrol diabetes
mellitus.
B. Saran
Penyakit tidak menular diproyeksikan akan terus meningkat persentasenya dalam
menyebabkan kematian dan penurunan kualitas hidup. Perlunya kerjasama antara semua
lintas sektor untuk mencegah dan menangani masalah penyakit tidak menular yang terjadi
di Indonesia. Dan pentingnya perbaikan sistem pendataan penyakit tidak menular di
Indonesia agar tidak terjadi keterlambatan dalam mengambil tindakan untuk menangani
masalah tersebut.
18
DAFTAR PUSTAKA
Warganegara, E., Nur, N. N., Mikrobiologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2007).
Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak Menular.
Penanggulangan, N., Tidak, P., Tahun, M., Lembaran, T., & Republik, N. (2019). BERITA
NEGARA, (207).
PTM_Pencegahan_dan_Pengendalian_Penyakit_Tidak_Menular_di_Indonesia_2017_01_16.
pdf. (n.d.).
Muhrini, A., Ika, S., Sihombing, Y., & Hamra, Y. (2012). dengan Kejadian Stroke, 24–30.
Moran, A. E., Sacco, L., & Truelsen, T. (2015). Update on the Global Burden of Ischemic
and Hemorrhagic Stroke in 1990 – 2013 : The GBD 2013 Study, 1142, 161–176.
https://doi.org/10.1159/000441085
Wardhani, I. O., Martini, S., Ua, F. K. M., Epidemiologi, D., & Ua, F. K. M. (n.d.).
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PASIEN STROKE DAN, 24–34.
19