Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DASAR PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

Disusun oleh Kelompok 7


1. AZHURA SELPIA
2. ANISA DELTVIA
3. AL IKSHAN RAHMAT
4. CICI PINARTI

Dosen Pengampu
Ns. Mimi Rosiska ,M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN
YAYASAN BINA INSANI SAKTI ( YBIS ) KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep
Dasar Pengendalian kecelakaan kerja”.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah
ini,maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta bimbingan
yang penulis terima selama proses penulisan makalah ini..
Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.

Kerinci, 13 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
2.2 Pengertian dan penyebab kecelakaan kerja....................................................2
2.2 Prinsip dasar pengendalian kecelakaan kerja.................................................5
2.3 Solusi dan pencegahan kecelakaan kerja........................................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia telah mengalami kemajuan dan
mendapat porsi yang seimbang dengan perkembangan sektor industri yang lain.
Keseimbangan tersebut diindikasikan oleh peran serta sektor konstruksi dalam aktivitas
pembangunan di Indonesia. Semakin berkembangnya industri konstruksi juga menunjukkan
tantangan yang semakin ketat dan kompleks di bidang konstruksi. Industri konstruksi
memberikan kontribusi yang esensial terhadap proses pembangunan di Indonesia. Hasil
pembangunan dapat dilihat dari semakin banyaknya gedung bertingkat, sarana infrastruktur
jalan dan jembatan, sarana irigasi dan bendungan, perhotelan, perumahan dan sarana
prasarana lain.
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang
bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu
pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak
menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan penyebab Kecalakaan Kerja ?
2. Prinsip Dasar Pengendalian Kecelakaan Kerja ?
3. Solusi dan Pencegahan Kecelakaan Kerja ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengethui Pengertian dan penyebab Kecalakaan Kerja
2. Dapat mengetahui Prinsip Dasar Pengendalian Kecelakaan Kerja
3. Dapat mengetahui Solusi dan Pencegahan Kecelakaan Kerja
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian dan penyebab Kecalakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Permenaker No.
03/MEN/1998). Pengertian lain kecelakaan kerja adalah semua kejadian yang tidak
direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan,
kerusakan atau kerugian lainnya (Standar AS/NZS 4801:2001). Sedangkan definisi
kecelakaan kerja menurut OHSAS 18001:2007 adalah kejadian yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya)
kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
Berikut ini beberapa pengertian kecelakaan kerja dari beberapa sumber buku:
 Menurut Suma'mur (2009), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa
yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses. 
 Menurut Gunawan dan Waluyo (2015), kecelakaan adalah suatu kejadian yang (tidak
direncanakan) dan tidak diharapkan yang dapat mengganggu proses produksi/operasi,
merusak harta benda/aset, mencederai manusia, atau merusak lingkungan. 
 Menurut Heinrich (1980), kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu
kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau
reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kemungkinan akibat lainnya. 
 Menurut Reese (2009), kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan
tidak aman dan kondisi tidak aman, yang keduanya dapat dikontrol oleh manajemen.
Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai penyebab langsung
(immediate/primary causes) kecelakaan karena keduanya adalah penyebab yang
jelas / nyata dan secara langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi. 
 Menurut Tjandra (2008), kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada
saat seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang
tidak direncanakan yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau
suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya.
Penyebab Kecelakaan
Kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di luar negeri umumnya adalah metode
pelaksanaan konstruksi yang kurang tepat mengakibatkan gedung runtuh yang menewaskan
banyak korban. Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia umumnya terjadi karena lemah
nya pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya tenaga kerja dalam mematuhi
ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas dan kualitas alat perlindungan diri di proyek
konstruksi. Faktor faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja pada proyek “ 3 Pekerja
Tewas Terjatuh dari Lantai 25 Proyek Apartemen di Pademangan “ adalah
1. Faktor Manusia
o Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja.
Orang yang  memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang
atau dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya
dari segi keamanan alat atau dari segi keamanan diri, sedangkan orang yang
berpendidikan lebih rendah, cenderung akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan
ceroboh dalam bertindak. Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa pekerja adalah
pekerja kontrak dengan pendidikan rendah, sehingga pekerja tersebut lalai dalam
bekerja.
o Psikologis
Faktor Psikologis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis
seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan.
Bila konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang
akan dilakukan ketika bekerja. Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
konsentrasi adalah :
- Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja.
- Suasana kerja yang tidak kondusif.
- Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.
o Ketidaktahuan
Dalam kasus tersebut pekerja menggunakan alat berta yaitu crane, dimana dalam
menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup
oleh teknisi. Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja.
o Bekerja tanpa peralatan keselamatan
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan keselamatan
kerja.Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi pekerja dari bahaya
yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru dilaksanakan. Dalam kasus tersebut
pekerja bekerja di ketinggian dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri yang
lengkap seperti helm pengaman, sarung tangan, sepatu kerja, masker penutup debu,
tali pengaman untuk pekerja di ketinggian.

2. Faktor mekanik dan lingkungan


Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun
menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di
lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan
manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan
transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian
dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar.

3. Faktor Peralatan Keselamatan Kerja


Peralatan keselamatan kerja berfungsi untuk mencegah dan melindungi pekerja dari
kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja. Macam-macam dan jenis peralatan
keselamatam kerja dapat berupa:
a. Helm pengaman (safety helmet)
b. Sepatu (safety shoes)
c. Pelindung mata (eye protection)
d. Pelindung telinga (ear plugs)
e. Penutup lubang (hole cover )

4. Faktor kelemahan sistem manajemen


Berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari pimpinan terhadap
pentingnya peran keselamatan dan kesehatan kerja, faktornya yang meliputi :
a. Sifat manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di tempat kerja.
b. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab, serta
pelimpahan wewenang bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) secara jelas.
c. Sistem dan prosedur kerja yang lunak, atau penerapannya tidak tegas.
d. Tidak adanya standar atau kode Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dapat
diandalkan.
e. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kurang baik

1.2 Prinsip Dasar Pengendalian Kecelakaan Kerja


o Hazard dan Pengendaliannnya ( Bahaya)
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai kemungkinan
mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan, maupun manusia (Budiono,
2003). Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab
kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan
kerja.
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury) atau
kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada
satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan yang
dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan proses kimia. Proses
kimia pada industri memberikan potensi bahaya yang besar, potensi bahaya yang ditimbulkan
disebabkan antara lain: penggunaan bahan baku, tingkat reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi
kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan yang digunakan. Potensi
bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk meminimalkan terhadap risiko yang
diterima apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009). Mengingat potensi bahaya yang besar
pada industri yang menggunakan proses kimia, maka diperlukan upaya pengendalian,
sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas yang dapat diterima melalui Risk
Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009)
Komponen Bahaya
- Karakteristik material
- Bentuk material
- Hubungan pemajanan dan efek
- Jalannnya pemajanan dari proses individu
- Kondisi dan frekuensi penggunaan
- Tingkah laku pekerja

Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya maka jenis
bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan
kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan bahaya
berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja, misalnya
penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama dan pada konsentrasi rendah,
Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat dalam
proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan
probabilitas untuk terjadi rendah. Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan
dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat
kerja.
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia.Bahaya Keselamatan
kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan ergonomi, psikososial,
elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran, ledekan, pemajanan
terjadi pada waktu singkat.
o Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,
temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan, radiasi, pencahayaan,
getaran, dan lain-lain.
o Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan kimia.Contohnya
bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, lain-lain..
o Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada
di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang  yang dapat
menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusia.
o Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak
pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan,
waktu kerja yang diluar waktu normal, dll sebagainya
o Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang
o Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak atau
bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.

Pengendalian Bahaya
- Eliminasi/penghilangan
- Substansi/mengganti material yang lebih aman
- Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan
-Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu,
pemisahan lokasi pekerja dengan pekerjaan
- Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
-Pelatihan
-Pemberian alat pelindung diri/ APD

 Prinsip Management Risiko


Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan juga
semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan. Manajemen risiko bertujuan untuk
minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya
kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong
mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada
dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun
‘accident’.
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari: penentuan konteks kegiatan yang
akan dikelola risikonya, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian
risiko, pemantauan dan telaah ulang, koordinasi dan komunikasi.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan
sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu
langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu
rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta
komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,
produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan
sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap
pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu
1. Kebijakan Manajemen Risik
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan kebenaran dari
kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya untuk apa, dan komitmennya.
Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan
organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut.
Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat
diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi
2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
 Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan bahwa: sistem
manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar dan
hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen organisasi,
agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam
pengambilan keputusan.
 Tanggung jawab dan kewenangan; Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar
anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam manajemen
risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai berikut: tindakan
pencegahan atau pengurangan efek dari risiko. pengendalian yang akan dilakukan
agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat diterima, pencatatan faktor-faktor
yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko, rekomendasi solusi sesuai cara
yang telah ditentukan, memeriksa validitas implementasi solusi yang ada dan
komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
 Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan
kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang
relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.
3. Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen risiko dapat
berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Langkah-langkah yang akan
dilakukan tergantung pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.
4. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat 
memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan
standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.
Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya
terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen risiko adalah proses yang
berjalan terus menerus.

1.3 Solusi dan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja pada suatu proyek konstruksi mempunyai dampak atau kerugian
yang sangat besar bagi semua pihak yang bersangkutan, seperti kontraktor, konsultan, dan
para pekerja. Seperti mengakibatkan korban jiwa dan meningkatnya biaya produksi suatu
proyek. Kecelakaan kerja pada suatu proyek konstruksi dapat dilakukan pencegahan dalam
beebagai bidang, yaitu
1. Lingkungan
Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan
penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara ruang kerja
b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat
menjamin keselamatan
c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumah tanggaan, meliputi pengaturan penyimpanan
barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat dan ruangan.

2. Mesin dan peralatan kerja


Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar
atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain
bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui
dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan
ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan
pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja. Alat
pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok
ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya.
4. Faktor manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang
mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya ketidak cocokan fisik dan mental.

5. Faktor Managemen Perusahaan dan Pemerintah


Perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk dapat mewujudkan terlaksananya
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja. Perusahaan harus membekali para pekerja
dengan melakukan berbagai pelatihan dan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja seperti
 Membuat daftar resiko kecelakaan yang mungkin terjadi disetiap item pekerjaan
misalnya pada pekerjaan galian tanah akan memungkinkan terjadi kelongsoran tanah,
pekerja terkena cangkul, sehingga diketahui upaya pencegahanya seperti pembuatan
tembok sementara dari bamboo untuk menahan tanah serta memasang rambu-rambu
hat-hati pada lokasi galian tanah
 Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara membuat jadwal sebelumnya
seperti waktu pagi hari sebelum bekerja dapat dibunyikan suara speaker “Selamat
bekerja, gunakan alat pelindung diri, hat-hati dalam bekerja karena keluarga
menunggu dirumah atau kata-kata lain yang dapat mengingatkan setiap pekerja
proyek untuk berhati-hati dalam bekerja.
 Membuat rambu-rambu kecelakaan kerja, memasang pagar pengaman pada void yang
memungkinkan adanya resiko jatuh, memasang tabung pemadam kebakaran pada area
rawan kebakaran.
 Menjaga kebersihan proyek dapat membuat lingkungan kerja nyaman sehingga emosi
negatif yang mungkin timbul saat bekerja dapat dikurangi karena hal tersebut dapat
menyebabkan kecelakaan proyek akibat pikiran sedang tidak fokus terhadap
pekerjaan.
 Menjalin kerjasama dengan pelayan kesehatan atau rumah sakit terdekat dari lokasi
proyek sehingga sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dapat ditangani secara cepat untuk
mencegah hal-hal selanjutnya yang tidak diinginkan.
 Penyediaan perangkat pengaman kecelakaan kerja dari mulai personil sampai
peralatan mungkin terlihat mahal namun biaya tersebut akan lebih murah jika tidak
mengadakanya sehingga terjadi kecelakaan sehingga dapat menghentikan jalannya
pekerjaan atau pengalihan aktifitas pekerjaan pada upaya menyelamatkan korban
kecelakaan.
Selain itu, peran pemerintah melalui peraturan – peraturan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja dan lembaga-lembaga yang berwenang dalam mewujudkan kesehatan dan
keselamatan kerja sangat diperlukan. Lembaga-lembaga seperti DK3N, P2K3, PJK3, Lembaga
Hiperkes, PJ Diklat K3, Asosiasi K3 harus mampu melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing
lembaga secara adil, transparan dan bertanggung jawab. Lembaga-lembaga tersebut harus
bekerjasama dengan pihak –pihak yang bersangkutan agar terjadinya kecelakaan kerja dapat di
minimalisir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu akibat dari perkembangan teknologi yang merugikan adalah kecelakaan.
Kecelakaan kerja ialah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Keselamatan kerja bisa terwujud
bilamana tempat kerja itu aman dan dalam kondisi sehat, sehingga terbebas dari risiko
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati dan terbebas
dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit (occupational diseases) sebagai
akibat kondisi kurang baik di tempat kerja.
Keselamatan kerja manusia secara terperinci antara meliputi : pencegahan terjadinya
kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah
dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan
mengamankan material, konstruksi, pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia.

3.2 Saran
Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman dan patuhilah pada peraturan
rambu lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi risiko kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 1 Tahun 2007 Tntang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Harrington, J.M.2003. Buku Saku Kesehatan Kerja-Ed. 3. Jakarta: EGC
sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com
http://ilmuk3.blogspot.com/2010/09/sejarah-perkembangan-k3_07.html
http://www.updatenya.com/2012/12/sejarah-perkembangan-k3-di-dunia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124267-S-5668-Studi%20terhadap-Literatur.pdf
healthsafetyprotection.com/…dasar-keselamatan-kerja
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12483-Chapter1.pdf
http://s2informatics.files.wordpress.com/2007/11/introduction.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja

Anda mungkin juga menyukai