Oleh :
MAULANA JA’FAR SHIDIQ (0522040080)
DOSEN PENGAMPU :
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S,ST., M.T
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud resusitasi jantung paru?
2. Apa saja indikasi resusitasi jantung paru?
3. Apa saja teknik resusitasi jantung paru?
1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui tentang resusitasi jantung paru
2. Dapat mengetahui teknik resusitasi jantung paru
3. Dapat mengetahui tentang resusitasi pada bayi,anak anak, dan dewasa
1.4 MANFAAT
1. Bagi Instalansi Rumah Sakit
Di harapkan dengan hasil penelitian ini dapat mengetahui atau
mengidentifikasi pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam
penanganan kasus gawat darurat menggunakan prinsip RJP.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah pustaka bagi institusi pendidikan yang berhubungan
dengan memberikan gambaran tentang RJP bagi mahasiswa keperawatan.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengikuti seminar dan pelatihan
penanganan pertama henti jantung. Sehingga diharapkan komplikasi akibat
keterlambatan penanganan henti jantung di luar lingkungan rumah sakit
dapat diminimalisir.
2
BAB 2
DASAR TEORI
3
Penolong harus melanjutkan CPR hingga Penolong tiba
Penolong harus Penolong tidak boleh
Melakukan kompresi dada pada Mengkompresi pada kecepatan lebih
kecepatan 100 – 120/ menit rendah dari 100/menit atau lebih cepat
dari 120/menit
Mengkompresi ke kedalaman Mengkompresi ke kedalaman kurang
minimum 2 inch (5 Cm) dari 2 inch ( 5 cm ) atau lebih dari 2,4
inch ( 6 cm )
Membolehkan recoil penuh setelah Bertumpu di atas dada di antara
setiap kali kompresi kompresi yang dilakukan
Menimimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari 10
detik
Melakukan ventilasi yang cukup (2 Memberikan ventilasi berlebihan
nafas buatan setelah 30 kompresi, ( Misalnya, terlalu banyak nafas buatan
setiap nafas buatan diberikan lebih dari atau memberikan nafas buatan dengan
1 detik, setiap kali di berikan dada akan kekuatan berlebihan)
terangkat.
4
2. Bila tidak teraba denyutan, lakukan pijatan dada sebagai berikut :
a. Memposisikan penderita berbaring terlentang di atas dasar yang
keras, misalnya lantai. Jangan di atas kasur/busa.
b. Membaskan pakaian penderita di sekitar dada.
c. Memposisikan diri penolong pada salah satu sisi penderita.
Mengupayakan senyaman mungkin. Kedua lutut penolong dibuka kira –
kira selebar bahu penolong
d. Meraba lengkung rusuk paling bawah. Tentukan pertemuan
lengkung iga kiri dan kanan.
e. Menentukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut
diukur 2 jari ke atas pada garis tengah tulang dada.
f. Memposisikan tangan penolong pada titik pijatan. Bagian yang
menekan adalah tumit tangan. Tangan penolong yang bebas diletakkan di
atas tangan satunya untuk menopang.
g. Memposisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang
menekan.
h. Melakukan Pijatan Jantung (PJL) atau Resusitasi Jantung dan
Paru (RJP). Jaga agar posisi tangan tetap lurus, memberikan tekanan yang
sesuai kekuatan dan kedalamannya dengan keadaan penderita.
i. Memeriksa nadi setiap menit. Melanjutkan terus tanpa berhenti,
sampai munculnya tanda – tanda kehidupan, atau adanya tanda – tanda
kematian biologis, atau penolong kecapekan, atau bantuan ahli tiba.
Metode tersebut di atas dikenal dengan CPR atau Resusitasi Jantung - Paru
(RJP) atau Bantuan Hidup Dasar, atau Resusitasi Jantung – Pulmoner. CPR adalah
salah satu cara penyelamatan nyawa seseorang yang mengalami henti napas
dan/atau henti jantung mendadak oleh sebab – sebab tertentu.
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi, maka penolong
memberikan bantuan nafas saja. Kandungan oksigen di udara bebas kurang lebih
21%. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5% saja, yang berarti
udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-kira 16% oksigen.
Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalami henti nafas sampai ada
sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.
5
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan
pernafasan adalah:
1. Menggunakan mulut penolong
Mulut ke masker RJP
Mulut ke APD
Mulut ke mulut / hidung
2. Menggunakan alat bantu
Kantung bermasker berkatub (bag value mask)
Pemberian nafas bantuan tetap harus diawali penilaian penderita setelah
Circulation teratasi
1. Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas penderita
2. Pemberian 2x bantuan nafas untuk nafas untuk melihat apakah ada sumbatan
dalam jalan nafas
3. Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong, maka diduga ada
sumbatan, jika benda yang menyumbat jalan nafas terlihat, gunakan sapuan jari.
Tetapi jika tidak terlihat gunakan Heimlich Manuever.
4. Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan nafas 10-12 kali nafas
(dewasa).
5. Lakukan terus, sampai muncul nafas normal. Bahaya bagi penolong yang
melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut yaitu seperti penyebaran
penyakit, kontaminasi bahan kimia, muntahan penderita
6
Secara umum jika seseorang mengalami tersedak maka dapat dilihat dari
tangan yang memegangi tenggorokan, namun jika seseorang tersebut tidak
memberikan tanda ketika tersedak maka dapat dilihat dari gejala lainnya, yaitu:
1. Kesulitan dalam berbicara
2. Susah bernapas
3. Kesulitan dalam batuk
4. Kulit, bibir dan kuku yang berubah warna menjadi biru kehitaman
5. Kehilangan kesadaran
2.3 BANTUAN NAFAS
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi, maka
penolongmemberikan bantuan nafas saja. Kandungan oksigen di udara bebas
kuranglebih 21%. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5%
saja,yang berarti udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-
kira16% oksigen. Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalamihenti
nafas sampai ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.Pemberian nafas
bantuan tetap harus diawali penilaian penderita:
1.Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas penderita
2.Pemberian 2x bantuan nafas untuk melihat apakah ada sumbatan dalam
jalan nafas
3.Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong, maka
didugaada sumbatan. Jika benda yang menyumbat jalan nafas terlihat,
gunakansapuan jari. Tetapi jika tidak terlihat, gunakan Heimlich Manuefer.
4.Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan nafas 10-
12kali nafas (dewasa)
5.Lakukan terus sampai muncul nafas normal
7
3. Dengan menggunakan tanganmu yang lain, lipat ibu jarimu ke dalam
genggaman tangan mu dan lingkarkan jarimu menjadi sebuah kepalan
tangan.
5. Lakukan dorongan ke arah belakang dan atas serta lihat benda asing yang
terjatuh dari mulut korban. Jika tidak ada yang keluar dari mulut korban,
terus berikan dorongan sampai keluarnya benda dari mulut korban atau
korban pingsan.
6. Jika korban jatuh pingsan tahan badan korban dan baringkan korban ke
bawah. Posisikan punggung korban ke permukaan yang rata. Teriaklah
meminta bantuan, minta seseorang untuk menelpon 995 untuk ambulan
dan seseorang dengan Automated External Defibrilator (AED). Mulai
tekan dada korban 30x. Angkat dagu korban untuk masuknya udara.
Turunkan dagu korban dan periksa untuk setiap benda asing yang ada di
mulut korban. Hilangkan benda yang terlihat dengan kaitan jari telunjuk
tangan lainnya. Periksa pernafasan normal. Jika pernafasan masih terasa,
pantau pernafasan korban sampai ambulan datang.
Jika tidak, beri nafas buatan melalui mulut. Jika dada tidak naik, saluran
udara korban masih tertutup (Singapore Civil Defence, 2012). Ulangi
langkah diatas mulai dari dorong dadanya sampai kam bisa memberi 2x
pernafasan buatan yang berhasil melalui mulut 2x dengan dada yang naik
atau korban menandakan kalau dia masih hidup. Periksa pernafasannya.
Jika dia bernafas, pantau pernafasan korban secara konsta sampai
ambulan datang. Jika dia tidak bernafas , lakukan CardioPulmonary
Resuscitation (CPR) dan gunakan AED ketika ambulan datang.
Jika korban yang tersedak obesitas atau sedang hamil, lakukan dorongan ke dada :
1. Berdirilah di belakang korban dan tempatkan satu kaki diantara kedua kaki
korban, pastikan kaki korban terpisah selebar bahu.
2. Lingkarkan kedua tangan di bawah tangan korban, buat kepalan tangan
dengan ibu jari dilipat ke dalam dan posisikan kepalan tangan ke tengah
tulang dadanya. Tutup kepalan tangan mu dengan tanganmu yang lain.
3. Beri 5 dorongan ke dalam dan lakukan seperti langkah ke 5 dan 6 pada
Heimlich Manouvre.
Jika Korban yang Tersedak adalah Bayi ( < 1 Tahun )
1. Baringkan bayi di tangan atau paha dengan memposisikan kepala dibawah.
2. Berikan 5 dorongan dibagian tengah punggung bayi.
8
3. Jika benda yang menyumbat terlihat, balik tubuh bayi dan berikan 5
dorongan pada dada dengan dua jari pada pertengahan tulang dada.
4. Jika penyumbat terlihat, periksa mulut bayi untuk mengambil penyumbat
yang bisa diambil.
5. Jika dibutuhkan, ulangi secara bertahap langkah dari awal.
Jika Korban yang Tersedak adalah Anak – anak ( > 1 Tahun )
Berikan dorongan pada punggung untuk melancarkan jalannya udara yang
tersumbat pada anak (WHO. 2013) :
1. Berikan 5 dorongan pada punggung bagian tengah dengan pergelangan
tangan, dengan posisi anak duduk, berlutut atau berbaring.
2. Jika penyumbat muncul, pergi ke belakang anak dan lingkarkan tangan ke
badan anak, buat kepalan dengan satu tangan dibawah tulang dada.
Tempatkan tangan yang lain diatas kepalan tangan dan tarik ke atas ke perut,
ulangi langkah ini 5x.
3. Jika penyumbat muncul periksa mulut anak dan hilangkan semua
penyumbat yang bisa dihilangkan.
4. Jika dibutuhkan ulangi langkah ini dari awal.
9
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Termometer
2. Tensimeter
3. Jam tangan/stopwatch
4. Stetoskop
5. Senter kecil
6. Sarung tangan latex
7. Alat tulis
10
2. Memeriksa respon
A = Awas N = Nyeri
B = Suara T = Tidak respon
Alasan :
CIRCULATION
AIRWAY
11
b. Penderita dengan tidak respon
Cara :
1. Tekan dahi penderita
2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang
belakang dan tulang leher)
BREATHING
Cara melihat ada / tidaknya nafas :
Dilihat naik turunnya dada penderita
Didengar ada/tidaknyahembusan dan tarikan nafas
Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas
Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung
paru (RJP)/CPR.Pada penanganan nadi henti dan tidak ada nafas
maka hal yang harus dilakukan adalah:
1. Mencari orang lain untuk mendampingi dan menjadi saksi saat
melakukan pertolongan dan memperkenalkan diri dan instansi atau
universitas.
2. Izin pada menderita.
3.Menyingkirkan benda-benda yang memungkinkan
mengakibatkan cedera lainnya saat terjadi kecelakaan, namun pada
kasus ini tidak ada benda yang mengganggu.
4. Mengaktifkan sistem SPGDT dan menelfon bantuan.
5. Mencek respon.
6. Mencek nadi carotis.
7. Posisi penolong di samping penderita dan menentukan titik
kompresi dada yang berada di pertemuan tulang rusuk bawah
dengan mengukur dua jari ke atas dan di sinilah titik untuk
dilakuakan kompresi dada pada korban.
8. Kompresi dada dilakukan sebanyak 30x (kecepatan pijatan
100 – 120 per menit) dan disertai 2x nafas buatan (kurang dari 5
detik) untuk satu siklus. Lakukan sebanyak 5x siklus, namum pada
penderita yang ditangani hanya perlu dilakuan dua kali siklus lalu
korban spontan batuksehingga RJP dihentikan dan memeriksa
kembali pentol yang berada di dalam tenggorokan dan ternyata
pentol sudah berada di mulut korban maka langsung melakukan
angkat dagu tekan dahi kembali dan dilanjutkan untuk melakukan
sapuan jari untuk mengambil pentol agar menghilangkan sumbatan
yang mengganggu jalan nafasnya, lalu memeriksa nadi (karotis)
penderita dan nafas penderita yang mulai kembali. - Membuka jalan
pernapasan (angkat dagu tekan dahi)
12
9. Memberikan bantuan pernafasan awal sebanyak 2x dan jika
terdapat benda asing singkirkan dengan sapuan jari menggunakan
jari kelingking. Pada kasus ini ditemukan terdapat pentol yang masih
terdapat di tenggorokan korban sehingga dilakukan RJP agar pentol
sedikit keluar di area mulut dan penderita dapat bernafas kembali.
10. Ketika denyut nadi berdenyut dan nafas ada, maka monitor
terus kondisi C-A-B penderita hingga bantuan datang dan
dilanjutkan diperiksa di poliklinik.
A. Kepala
P L N B
P L N B
13
Mulut
P L N B
Mata
P L N B
B. Leher
P L N B
C. Dada
P L N B
14
D. Perut
P L N B
E. Punggung
P L N B
F. Panggul
P L N B
P L N B
15
Kaki
P L N B
16
9. Paling efektif penderita diukur dalam keadaan telentang. Apabila tidak
memungkinkan, mencatat posisi penderita pada saat diukur.
3. Makanan/minuman terakhir
17
4. Penyakit yang diderita
18
3.3 DIAGRAM ALIR
Tiba di tempat
Penilaian keadaan
Penilaian dini
Trauma Medis
Cek kesadaran
(A-S-N-T)
Riwayat penderita
(K O M P A K)
Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan fisik
19
BAB 4
20
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet
Praktikum Penilaian Penderita. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
http://scholar.unand.ac.id/52277/2/BAB%20I.%20Pendahuluan.pdf
http://repository.unissula.ac.id/7342/4/BAB%201.pdf
21