Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PERTOLONGAN PERTAMA


PRAKTIKUM RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) CHOKING

Oleh :
MAULANA JA’FAR SHIDIQ (0522040080)
DOSEN PENGAMPU :
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S,ST., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2022
DAFTAR ISI
BAB 1 ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2
1.3 TUJUAN .................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT ................................................................................................ 2
BAB 2 ................................................................................................................. 3
DASAR TEORI ................................................................................................... 3
2.1 PENGERTIAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU) ............................ 3
2.2 PENGERTIAN CHOCKING (TERSEDAK) .............................................. 6
2.3 BANTUAN NAFAS .................................................................................. 7
2.4. PERTOLONGAN PERTAMA SAAT TERSEDAK .................................. 7
BAB 3 ............................................................................................................... 10
METODE PERCOBAAN .................................................................................. 10
3.1. PERALATAN YANG DIGUNAKAN .................................................... 10
3.2 LANGKAH PERCOBAAN ...................................................................... 10
3.2.1 PENILAIAN KEADAAN .................................................................................... 10
3.2.2 PENILAIAN DINI............................................................................................. 10
3.2.3 Pemeriksaan fisik .......................................................................................... 13
3.2.4 Riwayat penderita......................................................................................... 17
3.2.5 PEMERIKSAAN BERKALA ............................................................................... 18
3.2.6 PELAPORAN .................................................................................................. 18
3.3 DIAGRAM ALIR..................................................................................... 19
BAB 4 ............................................................................................................... 20
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ......................................................... 20
BAB 5 ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gawat darurat merupakan suatu kondisi yang membutuhkan bantuan
dengan cepat, tepat dan akurat karena mengancam kehidupan seseorang yang dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kehilangan nyawa apabila tidak segera diatasi.
Kondisi ini sulit untuk diprediksi kapan, dimana dan pada siapa karena terjadi
secara tiba-tiba (Magfuri, 2014).
Henti jantung merupakan suatu keadaan gawat darurat yang sering terjadi.
Henti jantung atau cardiac arrest adalah situasi dimana sirkulasi normal darah
mendadak berhenti karena jantung gagal berkontraksi secara efektif selama fase
sistolik. Apabila hal tersebut terjadi lebih dari 4 menit, maka akan mengakibatkan
kematian pada sel-sel otak dan kematian pada seluruh organ vital tubuh pada waktu
10 menit. (Hardisman,2014).
Pada keadaan henti jantung diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk
mengurangi angka kematian. Upaya untuk mengurangi angka kematian akibat henti
jantung, maka dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat dalam penanganan pasien
henti jantung. Salah satu penanganan yang dikembangkan adalah resusitasi jantung
paru. Hingga saat ini RJP merupakan penatalaksanaan yang sangat vital dalam
kasus henti jantung. American Heart Asociation menyebutkan bahwa kejadian henti
jantung dapat terjadi dimana saja, penanganan RJP pada saat kejadian dapat
membantu mengurangi resiko kematian. Henti jantung dapat sangat mematikan,
namun ketika RJP dan defibrilasi dapat diberikan secepatnya, dalam banyak kasus
jantung dapat bedenyut kembali. Sebanyak 40,1% pasien henti jatung dapat
terselamatkan setelah dilakukannya RJP
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah
kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas
(kematian klinis) ke fungsi yang optimal (Muttaqin, 2009). RJP terdiri dari
pemberian bantuan sirkulasi dan napas, dan merupakan terapi umum, diterapkan
pada hampir semua kasus henti jantung atau napas. kompresi dan ventilasi
merupakan tindakan yang efektif dalam melakukan RJP. Orang awam dan orang
terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat melakukan tindakan RJP (Kaliammah,
2013 )

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud resusitasi jantung paru?
2. Apa saja indikasi resusitasi jantung paru?
3. Apa saja teknik resusitasi jantung paru?

1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui tentang resusitasi jantung paru
2. Dapat mengetahui teknik resusitasi jantung paru
3. Dapat mengetahui tentang resusitasi pada bayi,anak anak, dan dewasa

1.4 MANFAAT
1. Bagi Instalansi Rumah Sakit
Di harapkan dengan hasil penelitian ini dapat mengetahui atau
mengidentifikasi pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam
penanganan kasus gawat darurat menggunakan prinsip RJP.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah pustaka bagi institusi pendidikan yang berhubungan
dengan memberikan gambaran tentang RJP bagi mahasiswa keperawatan.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengikuti seminar dan pelatihan
penanganan pertama henti jantung. Sehingga diharapkan komplikasi akibat
keterlambatan penanganan henti jantung di luar lingkungan rumah sakit
dapat diminimalisir.

2
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)


Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama
pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. Resusitasi
jantung paru (RJP) ini bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang
menyempit atau tertutup total. Pertolongan seperti ini sangat dibutuhkan bagi orang
tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan,
terjatuh, dan sebagainya. Kematian biologis dimana kerusakan otak tak dapat
diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis. Oleh Karena
itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan tindakan
dan tepatnya teknik yang dilakukan. Teknik melakukan RJP menurut AHA (2015)
sebagai berikut :
1. Penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum memberikan
napas buatan (C-A-B, bukan A-B-C) agar dapat mengurangi penundaan kompresi
pertama. Satu penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi dada yang diikuti
dengan 2 napas buatan.
2. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 x /min
(diperbarui dari minimum 100/min)
3. Kecepatan kompresi dada : Rekomendasi yang diklarifikasi
untukkedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum 2 inci (5 cm),
namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).
4. Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi
(HandsOnly) dengan atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung
dewasa. Penolong harus melanjutkan CPR hanya kompresi hinggapenolong (tim
medis) tiba.
5. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan
kompresi dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong terlatih
mampu melakukan napas buatan, ia harus menambahkan napas buatan dalam rasio
30 kompresi berbanding 2 napas buatan.

3
Penolong harus melanjutkan CPR hingga Penolong tiba
Penolong harus Penolong tidak boleh
Melakukan kompresi dada pada Mengkompresi pada kecepatan lebih
kecepatan 100 – 120/ menit rendah dari 100/menit atau lebih cepat
dari 120/menit
Mengkompresi ke kedalaman Mengkompresi ke kedalaman kurang
minimum 2 inch (5 Cm) dari 2 inch ( 5 cm ) atau lebih dari 2,4
inch ( 6 cm )
Membolehkan recoil penuh setelah Bertumpu di atas dada di antara
setiap kali kompresi kompresi yang dilakukan
Menimimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari 10
detik
Melakukan ventilasi yang cukup (2 Memberikan ventilasi berlebihan
nafas buatan setelah 30 kompresi, ( Misalnya, terlalu banyak nafas buatan
setiap nafas buatan diberikan lebih dari atau memberikan nafas buatan dengan
1 detik, setiap kali di berikan dada akan kekuatan berlebihan)
terangkat.

Langkah-langkah melakukan RJP 1 Dimulai dari Circulation ( C ) terlebih


dahulu, meskipun terlihat ada sumbatan jalan napas. Kecuali bila dilakukan dengan
2 atau lebih penolong, sehingga bisa simultan. Memeriksa nadi karotis dengan
meraba sisi leher korban selama 5-10 detik seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Pemeriksaan Nadi Karotis

4
2. Bila tidak teraba denyutan, lakukan pijatan dada sebagai berikut :
a. Memposisikan penderita berbaring terlentang di atas dasar yang
keras, misalnya lantai. Jangan di atas kasur/busa.
b. Membaskan pakaian penderita di sekitar dada.
c. Memposisikan diri penolong pada salah satu sisi penderita.
Mengupayakan senyaman mungkin. Kedua lutut penolong dibuka kira –
kira selebar bahu penolong
d. Meraba lengkung rusuk paling bawah. Tentukan pertemuan
lengkung iga kiri dan kanan.
e. Menentukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut
diukur 2 jari ke atas pada garis tengah tulang dada.
f. Memposisikan tangan penolong pada titik pijatan. Bagian yang
menekan adalah tumit tangan. Tangan penolong yang bebas diletakkan di
atas tangan satunya untuk menopang.
g. Memposisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang
menekan.
h. Melakukan Pijatan Jantung (PJL) atau Resusitasi Jantung dan
Paru (RJP). Jaga agar posisi tangan tetap lurus, memberikan tekanan yang
sesuai kekuatan dan kedalamannya dengan keadaan penderita.
i. Memeriksa nadi setiap menit. Melanjutkan terus tanpa berhenti,
sampai munculnya tanda – tanda kehidupan, atau adanya tanda – tanda
kematian biologis, atau penolong kecapekan, atau bantuan ahli tiba.

Metode tersebut di atas dikenal dengan CPR atau Resusitasi Jantung - Paru
(RJP) atau Bantuan Hidup Dasar, atau Resusitasi Jantung – Pulmoner. CPR adalah
salah satu cara penyelamatan nyawa seseorang yang mengalami henti napas
dan/atau henti jantung mendadak oleh sebab – sebab tertentu.
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi, maka penolong
memberikan bantuan nafas saja. Kandungan oksigen di udara bebas kurang lebih
21%. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5% saja, yang berarti
udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-kira 16% oksigen.
Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalami henti nafas sampai ada
sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.

5
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan
pernafasan adalah:
1. Menggunakan mulut penolong
 Mulut ke masker RJP
 Mulut ke APD
 Mulut ke mulut / hidung
2. Menggunakan alat bantu
 Kantung bermasker berkatub (bag value mask)
Pemberian nafas bantuan tetap harus diawali penilaian penderita setelah
Circulation teratasi
1. Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas penderita
2. Pemberian 2x bantuan nafas untuk nafas untuk melihat apakah ada sumbatan
dalam jalan nafas
3. Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong, maka diduga ada
sumbatan, jika benda yang menyumbat jalan nafas terlihat, gunakan sapuan jari.
Tetapi jika tidak terlihat gunakan Heimlich Manuever.
4. Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan nafas 10-12 kali nafas
(dewasa).
5. Lakukan terus, sampai muncul nafas normal. Bahaya bagi penolong yang
melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut yaitu seperti penyebaran
penyakit, kontaminasi bahan kimia, muntahan penderita

2.2 PENGERTIAN CHOCKING (TERSEDAK)


Tersedak merupakan keadaan dimana ketika sebuah objek asing maupun
makanan yang bersarang di tenggorokan atau saluran udara yang dapat
menghalangi udara mengalir ke paru – paru dan otak yang dapat mengakibatkan
seseorang susah bernapas. Kasus seseorang yang tersedak tidak dapat dianggap
sebagai hal yang tidak membahayakan, karena jika seseorang tersedak maka benda
asing maupun makanan yang menyumbat saluran pernapasan dapat membuat
seseorang kesulitan bernapas hingga pingsan. Apabila saluran udara terhalang oleh
benda atau makanan maka aliran udara tidak bisa mengalir ke paru - paru maupun
otak. Tanpa oksigen selama 4 menit otak seseorang akan mengalami kerusakan dan
kematian.

6
Secara umum jika seseorang mengalami tersedak maka dapat dilihat dari
tangan yang memegangi tenggorokan, namun jika seseorang tersebut tidak
memberikan tanda ketika tersedak maka dapat dilihat dari gejala lainnya, yaitu:
1. Kesulitan dalam berbicara
2. Susah bernapas
3. Kesulitan dalam batuk
4. Kulit, bibir dan kuku yang berubah warna menjadi biru kehitaman
5. Kehilangan kesadaran
2.3 BANTUAN NAFAS
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi, maka
penolongmemberikan bantuan nafas saja. Kandungan oksigen di udara bebas
kuranglebih 21%. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5%
saja,yang berarti udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-
kira16% oksigen. Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalamihenti
nafas sampai ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.Pemberian nafas
bantuan tetap harus diawali penilaian penderita:
1.Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas penderita
2.Pemberian 2x bantuan nafas untuk melihat apakah ada sumbatan dalam
jalan nafas
3.Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong, maka
didugaada sumbatan. Jika benda yang menyumbat jalan nafas terlihat,
gunakansapuan jari. Tetapi jika tidak terlihat, gunakan Heimlich Manuefer.
4.Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan nafas 10-
12kali nafas (dewasa)
5.Lakukan terus sampai muncul nafas normal

2.4. PERTOLONGAN PERTAMA SAAT TERSEDAK


Jika korban tersedak saat sadar lakukan Heimlich Manouever (Singapore Civil
Defence, 2012):
1. Berdirilah di belakang korban dan tempatkan satu kaki diantara kaki
korban, pastikan kaki korban terpisah selebar bahu.

2. Dengan menggunakan satu tangan cari pusar korban menggunakan jari


kelingking dan tempatkan 2 jari di atas pusar korban.

7
3. Dengan menggunakan tanganmu yang lain, lipat ibu jarimu ke dalam
genggaman tangan mu dan lingkarkan jarimu menjadi sebuah kepalan
tangan.

4. Posisikan kepalan tangan mu diatas tanganmu yang berada diatas pusar


korban dan lepaskan 3 jari ketika menempatkan kepalan tangan mu di
posisi itu. Arahkan korban ke depan dan tutup kepalan tanganmu dengan
tanganmu satunya.

5. Lakukan dorongan ke arah belakang dan atas serta lihat benda asing yang
terjatuh dari mulut korban. Jika tidak ada yang keluar dari mulut korban,
terus berikan dorongan sampai keluarnya benda dari mulut korban atau
korban pingsan.

6. Jika korban jatuh pingsan tahan badan korban dan baringkan korban ke
bawah. Posisikan punggung korban ke permukaan yang rata. Teriaklah
meminta bantuan, minta seseorang untuk menelpon 995 untuk ambulan
dan seseorang dengan Automated External Defibrilator (AED). Mulai
tekan dada korban 30x. Angkat dagu korban untuk masuknya udara.
Turunkan dagu korban dan periksa untuk setiap benda asing yang ada di
mulut korban. Hilangkan benda yang terlihat dengan kaitan jari telunjuk
tangan lainnya. Periksa pernafasan normal. Jika pernafasan masih terasa,
pantau pernafasan korban sampai ambulan datang.
Jika tidak, beri nafas buatan melalui mulut. Jika dada tidak naik, saluran
udara korban masih tertutup (Singapore Civil Defence, 2012). Ulangi
langkah diatas mulai dari dorong dadanya sampai kam bisa memberi 2x
pernafasan buatan yang berhasil melalui mulut 2x dengan dada yang naik
atau korban menandakan kalau dia masih hidup. Periksa pernafasannya.
Jika dia bernafas, pantau pernafasan korban secara konsta sampai
ambulan datang. Jika dia tidak bernafas , lakukan CardioPulmonary
Resuscitation (CPR) dan gunakan AED ketika ambulan datang.
Jika korban yang tersedak obesitas atau sedang hamil, lakukan dorongan ke dada :
1. Berdirilah di belakang korban dan tempatkan satu kaki diantara kedua kaki
korban, pastikan kaki korban terpisah selebar bahu.
2. Lingkarkan kedua tangan di bawah tangan korban, buat kepalan tangan
dengan ibu jari dilipat ke dalam dan posisikan kepalan tangan ke tengah
tulang dadanya. Tutup kepalan tangan mu dengan tanganmu yang lain.
3. Beri 5 dorongan ke dalam dan lakukan seperti langkah ke 5 dan 6 pada
Heimlich Manouvre.
Jika Korban yang Tersedak adalah Bayi ( < 1 Tahun )
1. Baringkan bayi di tangan atau paha dengan memposisikan kepala dibawah.
2. Berikan 5 dorongan dibagian tengah punggung bayi.

8
3. Jika benda yang menyumbat terlihat, balik tubuh bayi dan berikan 5
dorongan pada dada dengan dua jari pada pertengahan tulang dada.
4. Jika penyumbat terlihat, periksa mulut bayi untuk mengambil penyumbat
yang bisa diambil.
5. Jika dibutuhkan, ulangi secara bertahap langkah dari awal.
Jika Korban yang Tersedak adalah Anak – anak ( > 1 Tahun )
Berikan dorongan pada punggung untuk melancarkan jalannya udara yang
tersumbat pada anak (WHO. 2013) :
1. Berikan 5 dorongan pada punggung bagian tengah dengan pergelangan
tangan, dengan posisi anak duduk, berlutut atau berbaring.
2. Jika penyumbat muncul, pergi ke belakang anak dan lingkarkan tangan ke
badan anak, buat kepalan dengan satu tangan dibawah tulang dada.
Tempatkan tangan yang lain diatas kepalan tangan dan tarik ke atas ke perut,
ulangi langkah ini 5x.
3. Jika penyumbat muncul periksa mulut anak dan hilangkan semua
penyumbat yang bisa dihilangkan.
4. Jika dibutuhkan ulangi langkah ini dari awal.

9
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Termometer
2. Tensimeter
3. Jam tangan/stopwatch
4. Stetoskop
5. Senter kecil
6. Sarung tangan latex
7. Alat tulis

3.2 LANGKAH PERCOBAAN


3.2.1 PENILAIAN KEADAAN
Pada tahap ini penolong harus melakukan pengamatan lokasi
kejadian. Sebagai panduan jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Bagaimana Kondisi saat ini ?
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?
3. Bagaimana mengatasinya ?
3.2.2 PENILAIAN DINI
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan
yang mengancam nyawa penderita dengan tepat , cepat , dan sederhana.
Langkah - langkah penilaian dini :
1. Kesan umum
Pada langkah ini, penolong harus mengidentifikasi terlebih dahulu
kasus apa yang dihadapi, apakah kasus trauma atau medis.

Kasus Trauma Kasus Medis


Alasan :

10
2. Memeriksa respon

Pada langkah ini untuk mengetahui berat atau ringannya gangguan


pada otak penderita. Ada empat tingkatan respon, yaitu :

A = Awas N = Nyeri
B = Suara T = Tidak respon
Alasan :

3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan nafas (airway),


pernafasan (breathing) -> CAB

CIRCULATION

Pada langkah ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja


dengan baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya peredaran darah
adalah :

a. Penderita respon baik Periksa nadi radial (pergelangan tangan),


brakial (bagian dalam lengan) dan karotis (leher) untuk melihat
ada/tidaknya kerja jantung.

Nadi penderita : Ada Tidak ada

b. Penderita tidak respon Periksa nadi seperti pada penderita respon


baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR.

Nadi penderita : Ada Tidak ada

AIRWAY

a. Penderita dengan respon baik.

Pastikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya suara


atau gangguan bicara.

11
b. Penderita dengan tidak respon
Cara :
1. Tekan dahi penderita
2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang
belakang dan tulang leher)

BREATHING
Cara melihat ada / tidaknya nafas :
 Dilihat naik turunnya dada penderita
 Didengar ada/tidaknyahembusan dan tarikan nafas
 Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas
Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung
paru (RJP)/CPR.Pada penanganan nadi henti dan tidak ada nafas
maka hal yang harus dilakukan adalah:
1. Mencari orang lain untuk mendampingi dan menjadi saksi saat
melakukan pertolongan dan memperkenalkan diri dan instansi atau
universitas.
2. Izin pada menderita.
3.Menyingkirkan benda-benda yang memungkinkan
mengakibatkan cedera lainnya saat terjadi kecelakaan, namun pada
kasus ini tidak ada benda yang mengganggu.
4. Mengaktifkan sistem SPGDT dan menelfon bantuan.
5. Mencek respon.
6. Mencek nadi carotis.
7. Posisi penolong di samping penderita dan menentukan titik
kompresi dada yang berada di pertemuan tulang rusuk bawah
dengan mengukur dua jari ke atas dan di sinilah titik untuk
dilakuakan kompresi dada pada korban.
8. Kompresi dada dilakukan sebanyak 30x (kecepatan pijatan
100 – 120 per menit) dan disertai 2x nafas buatan (kurang dari 5
detik) untuk satu siklus. Lakukan sebanyak 5x siklus, namum pada
penderita yang ditangani hanya perlu dilakuan dua kali siklus lalu
korban spontan batuksehingga RJP dihentikan dan memeriksa
kembali pentol yang berada di dalam tenggorokan dan ternyata
pentol sudah berada di mulut korban maka langsung melakukan
angkat dagu tekan dahi kembali dan dilanjutkan untuk melakukan
sapuan jari untuk mengambil pentol agar menghilangkan sumbatan
yang mengganggu jalan nafasnya, lalu memeriksa nadi (karotis)
penderita dan nafas penderita yang mulai kembali. - Membuka jalan
pernapasan (angkat dagu tekan dahi)

12
9. Memberikan bantuan pernafasan awal sebanyak 2x dan jika
terdapat benda asing singkirkan dengan sapuan jari menggunakan
jari kelingking. Pada kasus ini ditemukan terdapat pentol yang masih
terdapat di tenggorokan korban sehingga dilakukan RJP agar pentol
sedikit keluar di area mulut dan penderita dapat bernafas kembali.
10. Ketika denyut nadi berdenyut dan nafas ada, maka monitor
terus kondisi C-A-B penderita hingga bantuan datang dan
dilanjutkan diperiksa di poliklinik.

3.2.3 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan
penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung
kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan penglihatan (inspeksi) ,
perabaan (palpasi) , dan pendengaran (auskultasi). Pada penderita trauma
harus dicari :
i. Perubahan bentuk (P)

ii. Luka Terbuka (L)

iii. Nyeri Tekan (N)

iv. Bengkak (B)

A. Kepala

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

 Hidung dan Telinga

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

13
 Mulut

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

 Mata

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

B. Leher

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

C. Dada
P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

14
D. Perut

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

E. Punggung

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

F. Panggul

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

G. Extermitas atas dan Bawah


 Tangan

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

15
 Kaki

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

H. Pengukuran tanda vital


 Denyut nadi :.............................................. kali/menit
 Frekuensi nafas :.............................................. kali/menit
 Suhu badan : ..................... 0C
 Tekanan Darah
Sistolik : ..........................................mmHg
Diastolik : ..........................................mmHg

Cara mengukur tekanan darah:


1. Mengencangkan klep pada tensimeter

2. Melilitkan manset sampai menutupi setengah lengan atas arteri brakialis

3. Memompa dengan cepat sampai arteri tidak teraba, kemuadian


tambakan 30 mmHg

4. Mengurangi tekanan manset dengan cara membuka klep secara


perlahan-lahan dan jangan terlalu cepat

5. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya. Itu merupakan


angka sistolik.

6. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya. Itu merupakan


angka sistolik

7. Terus kurangi tekanan manset sampai tidak terdengar denyutan. Ini


merupakan nilai diastolik.

8. Mencatat nilai sistolik dan nilai diastolik dalam mmHg.

16
9. Paling efektif penderita diukur dalam keadaan telentang. Apabila tidak
memungkinkan, mencatat posisi penderita pada saat diukur.

Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena:


a. Bising

b. Bagian telinga stetoskop tidak terpasang dengan baik

c. Manset tidak terpasang dengan baik

d. Nilai sistolik belum pada nilai maksimal

e. Ukuran manset tidak sesuai

f. Bagian balon terlalu besar atau terlalu kecil

g. Pengurangan tekanan manset terlalu cepat

3.2.4 Riwayat penderita


Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus
dilakukan wawancara terhadap penderita jika memungkinkan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian,
mekanisme kejadian, atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat
dilakukan dengan penderita, keluarga atau saksi mata. Hal-hal yang perlu
ditanyakan dalam wawancara adalah:
1. Keluhan utama (gejala dan tanda)
Gejala adalah hal-hal yang hanya dirasakan oleh penderita. Tanda
adalah hal-hal yang dapat diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar
maupun diraba. Saat tanya jawab hindari jawaban “ya” dan “tidak”. Jadi
gunakan pertanyaan terbuka.
2. Obat-obatan yang diminum
Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu
pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum
atau menelan obat tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam menghadapi
kasus medis.

3. Makanan/minuman terakhir

Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan, terutama


keracunan racun melalui saluran cerna.

17
4. Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang pernah diderita mungkin berhubungan dengan


keadaan yang dialami penderita pada saat ini.

5. Alergi yang dialami


Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada penderita ini adalah suatu
bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya penderita atau
keluarga sudah mengetahuinya.
6. Kejadian
Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang
kita hadapi murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.

3.2.5 PEMERIKSAAN BERKALA


Penilai dari penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa
tugas seseorang penolong sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan
secara berkala dengan mengulang memeriksa dari awal atau mencari hal
yang terlewati.
3.2.6 PELAPORAN
Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secara
singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya
dicantumkan :
1. Umur dan jenis kelamin penderita
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan nafas
5. Pernafasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting

18
3.3 DIAGRAM ALIR

Tiba di tempat

Penilaian keadaan

Penilaian dini

Trauma Medis

Cek kesadaran
(A-S-N-T)

Tidak ada C-A-B


Cek (C-A-B) RJP Choking

Tanda vital Pemeriksaan fisik P-L-N-B

Riwayat penderita
(K O M P A K)

Pemeriksaan berkala

Pemeriksaan fisik

19
BAB 4

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

20
BAB 5

DAFTAR PUSTAKA
 Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet
Praktikum Penilaian Penderita. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.

 http://scholar.unand.ac.id/52277/2/BAB%20I.%20Pendahuluan.pdf

 http://repository.unissula.ac.id/7342/4/BAB%201.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai