Anda di halaman 1dari 7

Oleh:

Achmad muhammad bilkhaqi(0523040001)

DOSEN PENGAMPU:
Dr.AM MAISARAH DISRINAMA,M.Kes

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2023
BAB 1 PENDAHULUAN.
1.1 LATAR BELAKANG
resusitasi jantung paru (RJP) adalah prosedur medis yang dilakukan dalam situasi darurat untuk
mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru seseorang yang mengalami henti jantung atau
berhenti bernapas. Tujuan utama RJP adalah untuk mendapatkan sirkulasi darah yang adekuat
dan mempertahankan oksigenasi tubuh.
RJP sering kali dilakukan ketika seseorang mengalami henti jantung mendadak, seperti dalam
kasus serangan jantung, kecelakaan, atau kondisi medis serius lainnya. Pada kondisi ini, sirkulasi
darah dan oksigenasi tubuh terganggu, sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ yang
serius atau bahkan kematian jika tidak segera ditangani.Prosedur RJP melibatkan tindakan dasar
seperti kompresi dada dan ventilasi buatan. Kompresi dada dilakukan dengan memberikan
tekanan pada dada untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Ventilasi buatan, seperti metode
pernafasan mulut-ke-mulut atau menggunakan alat bantu pernapasan, digunakan untuk
menyediakan oksigen ke paru-paru pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah resusitasi jantung paru (RJP) dapat difokuskan pada beberapa aspek yang
relevan. Berikut adalah beberapa contoh rumusan masalah terkait RJP:
1. Efektivitas metode RJP: Bagaimana mengukur efektivitas metode RJP dalam meningkatkan
tingkat kelangsungan hidup pasien yang mengalami henti jantung?
2. Faktor penentu keberhasilan RJP: Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan RJP,
seperti waktu respons, keterampilan pelaksana, dan kualitas kompresi dada?
3. Optimalisasi kompresi dada: Bagaimana meningkatkan efektivitas kompresi dada dalam RJP,
termasuk kedalaman, frekuensi, dan teknik yang digunakan?
4. Peran pendidikan publik: Bagaimana meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang RJP, serta mempromosikan pelatihan RJP sebagai bagian dari pendidikan publik?
5. Perkembangan teknologi dalam RJP: Bagaimana perkembangan teknologi, seperti defibrilator
otomatis eksternal (AED) dan algoritma pemantauan jantung, mempengaruhi pelaksanaan RJP
dan tingkat kelangsungan hidup?
6. Faktor-faktor psikososial: Bagaimana faktor-faktor psikososial, seperti stres dan kecemasan,
mempengaruhi pelaksanaan RJP dan pemulihan pasien?
7. Peningkatan kinerja tim RJP: Bagaimana meningkatkan kinerja tim medis dalam melakukan
RJP, termasuk koordinasi, komunikasi, dan pembagian tugas yang efektif?
8. RJP pada populasi khusus: Bagaimana RJP dapat disesuaikan untuk populasi khusus, seperti
anak-anak, orang dewasa lanjut usia, atau wanita hamil?
9. Pengaruh faktor lingkungan: Bagaimana faktor lingkungan, seperti lokasi kejadian dan
ketersediaan peralatan medis, mempengaruhi pelaksanaan RJP dan kelangsungan hidup
pasien?
10. Evaluasi dan perbaikan prosedur RJP: Bagaimana melakukan evaluasi berkala
terhadap prosedur RJP yang ada untuk mengidentifikasi kekurangan dan meningkatkan
proses penanganan keadaan darurat?

1.3 TUJUAN
Tujuan mempelajari resusitasi jantung paru (RJP) adalah untuk mempersiapkan individu
agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk
memberikan bantuan yang efektif dalam situasi darurat yang melibatkan henti jantung atau
berhenti bernapas. Mempelajari RJP adalah langkah penting dalam mempersiapkan diri
untuk menghadapi situasi darurat yang melibatkan henti jantung. Tujuannya adalah
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu untuk memberikan
bantuan yang efektif, mendukung kelangsungan hidup, dan mempromosikan keselamatan
masyarakat secara keseluruhan.

BAB 2 DASAR TEORI


A.1 Pengertian RJP (Resusitasi Jantung dan Paru-paru)
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan
pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu.
Resusitasi jantung paru (RJP) ini bertujuan untuk membuka kembali jalan napas
yang menyempit atau tertutup total. Pertolongan seperti ini sangat dibutuhkan
bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat
kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Kematian biologis dimana kerusakan otak
tak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis.
Oleh Karena itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya
dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
Teknik melakukan RJP menurut AHA (2015) sebagai berikut :
1. Penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum memberikan
napas buatan (C-A-B, bukan A-B-C) agar dapat mengurangi penundaan
kompresi pertama. Satu penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi
dada yang diikuti dengan 2 napas buatan.
2. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 x /min
(diperbarui dari minimum 100/min)
3. Kecepatan kompresi dada : Rekomendasi yang diklarifikasi
untukkedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum 2 inci
(5 cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).
4. Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (HandsOnly) dengan atau
tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung
dewasa. Penolong harus melanjutkan CPR hanya kompresi hinggapenolong
(tim medis) tiba.
5. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan
kompresi dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong
terlatih mampu melakukan napas buatan, ia harus menambahkan napas
buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding 2 napas buatan.

A.2 Pengertian Chocking (Tersedak)


Tersedak merupakan keadaan dimana ketika sebuah objek asing maupun
makanan yang bersarang di tenggorokan atau saluran udara yang dapat menghalangi
udara mengalir ke paru – paru dan otak yang dapat mengakibatkan seseorang susah
bernapas. Kasus seseorang yang tersedak tidak dapat dianggap sebagai hal yang
tidak membahayakan, karena jika seseorang tersedak maka benda asing maupun
makanan yang menyumbat saluran pernapasan dapat membuat seseorang kesulitan
bernapas hingga pingsan. Apabila saluran udara terhalang oleh benda atau makanan
maka aliran udara tidak bisa mengalir ke paru - paru maupun otak. Tanpa oksigen
selama 4 menit otak seseorang akan mengalami kerusakan dan kematian.
Secara umum jika seseorang mengalami tersedak maka dapat dilihat dari
tangan yang memegangi tenggorokan, namun jika seseorang tersebut tidak
memberikan tanda ketika tersedak maka dapat dilihat dari gejala lainnya, yaitu
1. Kesulitan dalam berbicara
2. Susah bernapas
3. Kesulitan dalam batuk
4. Kulit, bibir dan kuku yang berubah warna menjadi biru kehitaman
5. Kehilangan kesadaran

A.3 Pertolongan Pertama saat Tersedak


Jika korban tersedak saat sadar lakukan Heimlich Manouever (Singapore Civil Defence,
2012):
1. Berdirilah di belakang korban dan tempatkan satu kaki diantara kaki korban,
pastikan kaki korban terpisah selebar bahu.
2. Dengan menggunakan satu tangan cari pusar korban menggunakan jari
kelingking dan tempatkan 2 jari di atas pusar korban.
3. Dengan menggunakan tanganmu yang lain, lipat ibu jarimu ke dalam genggaman
tangan mu dan lingkarkan jarimu menjadi sebuah kepalan tangan.
4. Posisikan kepalan tangan mu diatas tanganmu yang berada diatas pusar korban
dan lepaskan 3 jari ketika menempatkan kepalan tangan mu di posisi itu. Arahkan
korban ke depan dan tutup kepalan tanganmu dengan tanganmu satunya.
5. Lakukan dorongan ke arah belakang dan atas serta lihat benda asing yang terjatuh
dari mulut korban. Jika tidak ada yang keluar dari mulut korban, terus berikan
dorongan sampai keluarnya benda dari mulut korban atau korban pingsan.
6. Jika korban jatuh pingsan tahan badan korban dan baringkan korban ke bawah.
Posisikan punggung korban ke permukaan yang rata. Teriaklah meminta bantuan,
minta seseorang untuk menelpon 995 untuk ambulan dan seseorang dengan
Automated External Defibrilator (AED). Mulai tekan dada korban 30x. Angkat
dagu korban untuk masuknya udara. Turunkan dagu korban dan periksa untuk
setiap benda asing yang ada di mulut korban. Hilangkan benda yang terlihat
dengan kaitan jari telunjuk tangan lainnya. Periksa pernafasan normal. Jika
pernafasan masih terasa, pantau pernafasan korban sampai ambulan datang. Jika
tidak, beri nafas buatan melalui mulut. Jika dada tidak naik, saluran udara korban
masih tertutup (Singapore Civil Defence, 2012). Ulangi langkah diatas mulai dari
dorong dadanya sampai kam bisa memberi 2x pernafasan buatan yang berhasil
melalui mulut 2x dengan dada yang naik atau korban menandakan kalau dia
masih hidup. Periksa pernafasannya. Jika dia bernafas, pantau pernafasan korban
secara konsta sampai ambulan datang. Jika dia tidak bernafas , lakukan CardioPulmonary
Resuscitation (CPR) dan gunakan AED ketika ambulan datang.

Jika korban yang tersedak obesitas atau sedang hamil, lakukan dorongan ke dada :
1. Berdirilah di belakang korban dan tempatkan satu kaki diantara kedua kaki
korban, pastikan kaki korban terpisah selebar bahu.
2. Lingkarkan kedua tangan di bawah tangan korban, buat kepalan tangan dengan
ibu jari dilipat ke dalam dan posisikan kepalan tangan ke tengah tulang dadanya.
Tutup kepalan tangan mu dengan tanganmu yang lain.
3. Beri 5 dorongan ke dalam dan lakukan seperti langkah ke 5 dan 6 pada Heimlich
Manouvre
Jika Korban yang Tersedak adalah Bayi ( < 1 Tahun )
1. Baringkan bayi di tangan atau paha dengan memposisikan kepala dibawah
2. Berikan 5 dorongan dibagian tengah punggung bayi
3. Jika benda yang menyumbat terlihat, balik tubuh bayi dan berikan 5 dorongan
pada dada dengan dua jari pada pertengahan tulang dada.
4. Jika penyumbat terlihat, periksa mulut bayi untuk mengambil penyumbat yang
bisa diambil
5. Jika dibutuhkan, ulangi secara bertahap langkah dari awal
Jika Korban yang Tersedak adalah Anak – anak ( > 1 Tahun )
Berikan dorongan pada punggung untuk melancarkan jalannya udara yang
tersumbat pada anak (WHO. 2013) : 1. Berikan 5 dorongan pada punggung bagian tengah
dengan pergelangan tangan,
dengan posisi anak duduk, berlutut atau berbaring
2. Jika penyumbat muncul, pergi ke belakang anak dan lingkarkan tangan ke badan
anak, buat kepalan dengan satu tangan dibawah tulang dada. Tempatkan tangan
yang lain diatas kepalan tangan dan tarik ke atas ke perut, ulangi langkah ini 5x.
3. Jika penyumbat muncul periksa mulut anak dan hilangkan semua penyumbat
yang bisa dihilangkan.
4. Jika dibutuhkan ulangi langkah ini dari awal.

Anda mungkin juga menyukai