Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PERTOLONGAN PERTAMA


CEDERA JARINGAN LUNAK (CJL)

Oleh :
MAULANA JA’FAR SHIDIQ (0522040080)
DOSEN PENGAMPU :
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S,ST., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2022
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB 2 ................................................................................................................. 3
DASAR TEORI ................................................................................................... 3
2.1 Definisi Cedera Jaringan Lunak .................................................................. 3
2.1.1 Cedera.................................................................................................. 3
2.1.2 Jaringan Lunak ..................................................................................... 3
2.1.3 Perdarahan ........................................................................................... 3
2.2. SYOK ....................................................................................................... 7
2.3 Cedera Jaringan Lunak ............................................................................... 8
BAB 3 ............................................................................................................... 11
METODE PERCOBAAN .................................................................................. 11
3.1 Peralatan yang digunakan ......................................................................... 11
3.2 Langkah percobaan ................................................................................... 11
3.2.1 Penilaian keadaan ............................................................................... 11
3.2.2 Penilaian dini ..................................................................................... 12
3.2.3 Pemeriksaan fisik ............................................................................... 14
3.2.4 Riwayat penderita .............................................................................. 19
3.2.5 Pemeriksaan berkala........................................................................... 20
3.2.6 Pelaporan ........................................................................................... 20
3.3 Diagaram alir ............................................................................................ 21
....................................................................................................................... 21
BAB 4 ............................................................................................................... 22
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ......................................................... 22
4.1 HASIL PRAKTIKUM .............................................................................. 22
4.1.1 STUDI KASUS .................................................................................. 22
4.1.2 PENILAIAN KEADAAN .................................................................. 22
BAB 5 ............................................................................................................... 24

ii
KESIMPULAN ................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25
LAMPIRAN ...................................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan sering kali terjadi dan kita temui di kehidupan sehari-hari, di
mana saja, kapan saja dan tanpa terduga. Kecelakaan dapat disebabkan karena
faktor internal (human error) maupun faktor eksternal (kesalahan sistem ataupun
faktor luar/ lingkungan). Kerugian yang dapat ditimbulkan dari kecelakaan pun
beragam, mulai dari kerugian material, kesehatan, lingkungan, dan lain sebagainya.
Dalam hal kesehatan, kecelakaan dapat mengakibatkan luka atau cedera, baik
ringan, berat atau bahkan sampai meninggal dunia. Cedera dapat terjadi pada
jaringan lunak tubuh.
Dalam tubuh manusia, kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat,
membran, kelenjar, otot dan saraf termasuk dalam kelompok jaringan lunak. Kulit
manusia merupakan mekanisme pertahanan tubuh lapisan pertama terhadap gaya
dari luar, walaupun kuat, namun tetap mudah mengalami cedera. Cedera jaringan
lunak yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit sebenarnya merupakan alat
tubuh yang paling besar.
Pertolongan pertama cedera jaringan lunak berkaitan erat dengan
perdarahan dan pertolongan pertama untuk mengatasinya. Hal ini karena cedera
jaringan lunak adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan. Oleh karena itu,
untuk mengurangi atau meminimalisir tingkat keparahan dari cedera jaringan lunak,
perlu adanya penanganan segera terhadap cedera jaringan lunak. Dalam Praktikum
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) mengenai “Cedera Jaringan Lunak”,
kita dapat mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak serta dapat melakukan
penanganan yang tepat terhadap cedera jaringan lunak tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan cedera jaringan lunak ?
2. Bagaimana cara mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak ?
3. Bagaimana cara melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak ?

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari Praktikum Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K) mengenai “Cedera Jaringan Lunak” adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K), khususnya mengenai cedera jaringan lunak.
2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan terhadap cedera jaringan lunak.
3. Dapat mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak.
4. Dapat melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak.
5. Dapat melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan terhadap korban
kecelakaan khususnya cedera jaringan lunak

2
BAB 2

DASAR TEORI
2.1 Definisi Cedera Jaringan Lunak
2.1.1 Cedera
Cedera merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal
diakibatkan karena keadaan patologis (Potter & Perry, 2005). Cedera adalah
kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami penurunan
energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat
dari kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen (WHO, 2014).
Cedera pada anak dapat berupa cedera yang tidak disengaja (unintentional injury)
dan cedera yang disengaja (intentional injury) (European Child Safety Alliance,
2014; California Injury Prevention network, 2012). Berdasarkan beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cedera adalah sesuatu kerusakan pada
struktur atau fungsi tubuh karena suatu trauma atau tekanan fisik maupun kimiawi.
2.1.2 Jaringan Lunak
Dalam tubuh manusia, kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat,
membran, kelenjar, otot dan saraf termasuk dalam kelompok jaringan lunak. Kulit
manusia merupakan mekanisme pertahanan tubuh lapisan pertama terhadap gaya
dari luar, walaupun kuat, namun tetap mudah mengalami cedera. Cedera jaringan
lunak yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit sebenarnya merupakan alat
tubuh yang paling besar.
2.1.3 Perdarahan
Peradarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat
disebabkan oleh trauma/ kecelakaan atau penyakit. Perdarahan di bagi menjadi 2
(dua) yaitu:

A. Perdarahan Luar (Terbuka)


Perdarahan Luar (Terbuka) adalah jenis perdarahan yang terjadi karena
rusaknya dinding pembuluh darah yang disertai dengan kerusakan kulit,
yang memungkinkan darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar
dari luka tersebut.

3
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan
luar dibagi menjadi:
1. Perdarahan Nadi (Arteri)
Cirinya adalah darah berasal dari pembuluh nadi yang keluar dengan
cara menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah
terang karena masih kaya dengan oksigen.
2. Perdarahan Balik (Vena)
Cirinya adalah darah yang keluar dari pembuluh balik mengalir,
berwarna merah gelap. Meskipun terlihat luas dan banyak namun
umumnya mudah dikendalikan.
3. Perdarahan Rambut (Kapiler)
Ciriya adalah darah yang keluar merembes perlahan, karena sangat
kecil dan hampir tidak mempunyai tekanan.

Perdarahan luar pada dasarnya dikendalikan dengan cara berikut ini:

1. Tekanan Langsung
Tekanan langsung dilakukan tepat pada bagian luka. Jangan
membuang waktu dengan mencari penutup luka. Umumnya
perdarahan akan berhenti 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup luka
yang tebal pada tempat perdarahan. Bila belum berhenti dapat
ditambah penutup yang lain, tanpa melepas penutup pertama.
2. Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung).
Tindakan ini hanya berlaku untuk perdarahan di daerah alat gerak
saja, yang dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Caranya
adalah dengan meninggikan anggota badan yang berdarah lebih
tinggi dari jantung. Ini akan menyebabkan gaya tarik bumi
mengurangi tekanan darah, sehingga memperlambat pendarahan.
Jika dengan penenkanan langsung dan elevasi belum bisa
menghentikan perdarahan, dilakukan

4
3. Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan.
Cara lain yang dapat digunakan untuk membantu menghentikan
perdarahan adalah:
a. Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
b. Kompres dingin.
c. Tomiket (hanya sebagai anternatif terakhir).
Tomiket adalah alat yang digunakan untuk menutup seluruh
aliran darah pada alat gerak. Perdarahan hampir selalu dapat
dihentikan dengan cara – cara di atas, sehingga tomiket tidak
diperlukan. Keadaan yang mungkin memerlukan tomiket
adalah amputasi dengan tepi yang tidak rata. Kerugian
penggunaan tomiket adalah kematian jaringan bagian distal
tomiket, yang dapat mengakibatkan jaringan tersebut harus
diamputasi.

5
B. Perdarahan Dalam (Tertutup)
Perdarahan dalam sering disebabkan oleh benturan dengan benda
tumpul. Penyebab lainnya adalah terjatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor, ledakan dan sebagainya. Mengingat perdarahan dalam tidak
terlihat dan mungkin tersamar, kecurigaan adanya pendarahan dalam
harus dinilai dari pemeriksaan fisik lengkap, termasuk wawancara dan
menganalisa mekanisme kejadian. Beberapa perdarah dalam dapat
dilihat, yaitu:
1. Cedera pada bagian luar tubuh yang bisa menjadi petunjuk bagian
dalam juga cedera.
2. Adanya memar disertai dengan nyeri pada tubuh, pembengkakkan
terutama di atas alat tubuh penting.
3. Nyeri, bengkak, perubahan bentuk pada alat gerak.
4. Nyeri tekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut
membesar.
5. Muntah darah
6. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupu darah hitam
seperti kopi.
7. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh.
8. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga.
9. Bentuk darah.
10. Buang air kecil campur darah.
11. Adanya gejala dan tanda – tanda syok.

6
Penanganan penderita dengan perdarahan dalam, dengan cara:
1. Pederita dibaringkan.
2. Periksa dan pertahankan kondisi C-A-B.
3. Penderita diberi oksigen, bila ada.
4. Periksa nadi dan nafas secara berkala.
5. Rawat penderita sebagai syok. Penanganan syok dapat dilihat pada
bagian lain dari pedoman ini.
6. Jangan memberi makanan atau minuman.
7. Jangan lupa menangani cedera atau gangguan lainnya.
8. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

2.2. SYOK
Syok didefiniskan sebagai kondisi yang terjadi akibat kurangnya suplai
oksigen ke dalam tubuh. Kehilangan banyak sel darah merah mengakibatkan
transpor oksigen ke dalam tubuh kurang. Hasilnya sel – sel dalam tubuh mengalami
“syoked” dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh karena kematian sel.
Kondisi dimana sangat kekurangan oksigen menyebabkan sel melakukan proses –
proses anaerobik yang tidak efisien dalam penggunaan sumber energi dan akan
menghasilkan racun dari proses tersebut. Meskipun proses anerobik tersebut dapat
menunda kematian sel selama beberapa waktu, kekurangan oksigen ditambah
dengan racun hasil proses anaerobik dapat meracuni fungsi sel yang sebenarnya.
Pada akhirnya asam laktat yang masuk dalam aliran darah dan
menghasilkan sistem yang sifatnya asam akan mengganggu aktivitas sel. Dengan
melemahkan fungsi dari otot – otot pernapasan, sehingga penderita akan mengalami
gangguan pernapasan dan lebih buruk lagi akan mengalami hypoxia. Respon tubuh
karena kekurangan suplai oksigen, tubuh akan meningkatkan aktivitas saraf
simpatis dan akan menghasilkan hormon cathecolamin (ephineprin dan
norephineprin). Terjadi peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi pembuluh
darah dan peningkatan frekuensi pernapasan. Manifestasi dari syok adalah
penderita jadi pucat, berkeringat banyak, dan tachycardia (denyut jantung yang
tidak normal)

7
2.3 Cedera Jaringan Lunak
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot,
saraf atau pembuluh darah akibat ruda paksa (benturan dengan suatu benda). Dalam
bahasa sehari-hari cedera jaringan lunak dikenal sebagai istilah luka. Luka adalah
terputusnya keutuhan jaringan lunak baik di luar maupun di dalam tubuh. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi adalah pendarahan, kelumpuhan dan lainnya sesuai
dengan luasnya dan jaringan lunak yang terkena.
 Klasifikasi Luka
Berdasarkan keterlibatan jaringan kulit, maka luka dibagi menjadi:
1. Luka Terbuka
Cedera jaringan lunak yang disertai dengan kerusakan/ terputusnya
jaringan kulit atau selaput lendir. Jenis – jenis dari luka terbuka adalah:
a. Luka lecet
Umumnya terjadi akibat gesekan sehingga permukaan kulit
(epidermis) terkelupas, mungkin tampak titik – titik perdarahan.
Kadang – kadang sangat nyeri karena ujung – ujung saraf terkena.
Umumnya luka tidak teratur.
b. Luka sayat/ iris
Terjadi akibat kontak dengan benda tajam. Jaringan kulit dan lapisan
dibawahnya terputus sampai kedalaman yang bervariasi.
c. Luka robek
Akibat benturan dengan benda tumpul. Hampir sama dengan luka
sayat, tetapi luka ini mempunyai tepi yang tidak teratur. Jika terkena
pembuluh darah besar sulit dikendalikan.
d. Luka tusuk
Akibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit. Luka
relatif lebih dalam. Penyulitnya jika alat penusuk masih menancap.
e. Luka sobek
Hal ini terjadi akibat kulit dan sedikit lapisan di bawahnya
terkelupas.

8
f. Amputasi
Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah. Paling sering terjadi
pada alat gerak, dari jari sampai seluruh tubuh.
g. Cedera remuk
Cedera remuk dapat terjadi karena alat gerak terjepit diantara alat
gerak. Dapat berupa gabungan antara luka terbuka dan tertutup.
2. Luka Tertutup
a. Memar
Lapisan epidermis kulit utuh, tetapi sel dan pembuluh darah pada
lapisan dermis rusak. Pada daerah luka terdapat bengkak dan
perubahan warna.
b. Hematoma
Luas area penumpukan darah lebih luas dibandingkan dengan
memar. Pembuluh darah yang terlibat juga lebih besar, dan darah
juga lebih banyak yang keluar.
c. Cedera remuk
 PENUTUP LUKA DENGAN PEMBALUT

Penutup Luka

Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat diatas luka. Dalam
keadaan darurat semua bahan yang relatif bersih dapat dimanfaatkan sebagai
penutup luka, menggunakan bahan dengan daya serap baik dan cukup besar.
Fungsi penutup luka adalah:

a. Membantu mengendalikan perdarahan.


b. Mencegah kontaminasi lebih lanjut.
c. Mempercepat penyembuhan.
d. Mengurangi nyeri.

9
Jenis – jenis penutup luka:

a. Penutup Luka Oklusif (kedap)


Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada luka untuk mencegah
keluar masuknya udara dan menjaga kelembapan organ dalam
b. Penutup Luka Tebal (bantalan penutup luka)
c. Pembalut
Bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Ada
beberapa jenis pembalut yaitu pembalut gulung, pembalut mitella,
pembalut tabung/ tubuler, pembalut penekan.

Pedoman penutupan luka dan pembalutan:

1. Penutup luka harus menutupi seluruh permukaan kulit.


2. Upayakan luka sebersih mungkin sebelum ditutup, kecuali disertai
dengan pendarahan, maka yang diprioritaskan adalah menghentikan
pendarahan.
3. Pemasangan penutup luka dilakukan sedemikian rupa, sehingga penutup
yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi.
4. Jangan memasang pembalut, sampai perdarahan berhenti, kecuali
pembalut tekan untuk menghentikan perdarahan.
5. Jangan membalut terlalu kencang atau longgar. Jika jari pucat maka
terlalu kencang.
6. Jangan biarkan ujung sisa terurai.
7. Jika luka kecil, daerah yanng dibalut lebih besar untuk memperluas
daerah penekanan.

10
BAB 3

METODE PERCOBAAN
3.1 Peralatan yang digunakan
1. Jam tangan atau stop watch
2. Senter kecil
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Alat tulis untuk mencatat
6. Termometer badan.

Peralatan untuk penanganan:

1. Pembalut (gulung, mitella, rekat, tekan)


2. Antiseptik
3. Tomiket (jika terpaksa)
4. Selimut
5. Tabung oksigen (jika ada)
6. Kasa steril
7. Plastik bersih

3.2 Langkah percobaan


3.2.1 Penilaian keadaan
Pada tahap ini penolong harus melakukan pengamatan lokasi
kejadian. Sebagai panduan jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Bagaimana Kondisi saat ini ?
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?
3. Bagaimana mengatasinya ?

11
3.2.2 Penilaian dini
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan
yang mengancam nyawa penderita dengan tepat , cepat , dan sederhana.
Langkah - langkah penilaian dini :
1. Kesan umum
Pada langkah ini, penolong harus mengidentifikasi terlebih dahulu
kasus apa yang dihadapi, apakah kasus trauma atau medis.

Kasus Trauma Kasus Medis


Alasan :

2. Memeriksa respon

Pada langkah ini untuk mengetahui berat atau ringannya gangguan


pada otak penderita. Ada empat tingkatan respon, yaitu :

A = Awas N = Nyeri
B = Suara T = Tidak respon
Alasan :

3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan nafas (airway),


pernafasan (breathing) -> CAB

CIRCULATION

Pada langkah ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja


dengan baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya peredaran darah
adalah :

a. Penderita respon baik Periksa nadi radial (pergelangan tangan),


brakial (bagian dalam lengan) dan karotis (leher) untuk melihat
ada/tidaknya kerja jantung.

Nadi penderita : Ada Tidak ada

12
b. Penderita tidak respon Periksa nadi seperti pada penderita respon
baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR.

Nadi penderita : Ada Tidak ada

AIRWAY

a. Penderita dengan respon baik.

Pastikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya suara


atau gangguan bicara.

b. Penderita dengan tidak respon


Cara :
1. Tekan dahi penderita
2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang
belakang dan tulang leher)

BREATHING

Cara melihat ada / tidaknya nafas :

 Dilihat naik turunnya dada penderita


 Didengar ada/tidaknyahembusan dan tarikan nafas
 Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas

Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung paru
(RJP)/CPR.

13
3.2.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan
penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung
kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan penglihatan (inspeksi) ,
perabaan (palpasi) , dan pendengaran (auskultasi). Pada penderita trauma
harus dicari :
i. Perubahan bentuk (P)

ii. Luka Terbuka (L)

iii. Nyeri Tekan (N)

iv. Bengkak (B)

A. Kepala

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

 Hidung dan Telinga

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

 Mulut

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

14
 Mata

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

B. Leher

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

C. Dada
P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik


D. Perut

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

E. Punggung

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

15
F. Panggul

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

G. Extermitas atas dan Bawah


 Tangan

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik

 Kaki

P L N B

Gambaran umum : tidak ada perubahan fisik


H. Pengukuran tanda vital

1. Denyut nadi
2. Frekuensi nafas
3. Suhu badan
4. Tekanan darah

16
Penanganan penderita dengan perdarahan luar, dengan cara :

1. Tekanan Langsung
Tekanan langsung dilakukan tepat pada bagian luka. Jangan membuang
waktu dengan mencari penutup luka. Umumnya perdarahan akan
berhenti 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup luka yang tebal pada
tempat perdarahan. Bila belum berhenti dapat ditambah penutup yang
lain, tanpa melepas penutup pertama.
2. Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung).
Tindakan ini hanya berlaku untuk perdarahan di daerah alat gerak saja,
yang dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Caranya adalah
dengan meninggikan anggota badan yang berdarah lebih tinggi dari
jantung.
3. Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan.
Cara lain yang dapat digunakan untuk membantu menghentikan
perdarahan adalah:
a. Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
b. Kompres dingin.
c. Tomiket (hanya sebagai anternatif terakhir). Tomiket adalah alat
yang digunakan untuk menutup seluruh aliran darah pada alat gerak.

Penanganan penderita dengan perdarahan dalam, dengan cara :

1. Pederita dibaringkan.
2. Periksa dan pertahankan kondisi C-A-B.
3. Penderita diberi oksigen, bila ada.
4. Periksa nadi dan nafas secara berkala.
5. Rawat penderita sebagai syok. Penanganan syok dapat dilihat pada
bagian lain dari pedoman ini.
6. Jangan memberi makanan atau minuman.
7. Jangan lupa menangani cedera atau gangguan lainnya.
8. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

17
 PENANGANAN LUKA TERBUKA

Jika ditemukan luka terbuka, dapat melakukan penutupan luka sesuai


pedoman yang ada. Pedoman penutupan luka terbuka :

1. Penutup luka harus menutupi seluruh permukaan kulit.


2. Upayakan luka sebersih mungkin sebelum ditutup, kecuali disertai
dengan pendarahan, maka yang diprioritaskan adalah menghentikan
pendarahan.
3. Pemasangan penutup luka dilakukan sedemikian rupa, sehingga penutup
yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi.
4. Jangan memasang pembalut, sampai perdarahan berhenti, kecuali
pembalut tekan untuk menghentikan perdarahan.
5. Jangan membalut terlalu kencang atau longgar. Jika jari pucat maka
terlalu kencang.
6. Jangan biarkan ujung sisa terurai.
7. Jika luka kecil, daerah yanng dibalut lebih besar untuk memperluas
daerah penekanan.
 PERAWATAN LUKA TUSUK

Jika ada indikasi luka tersebut adalah luka tusuk terutama di bagian dada,
dapat melakukan langkah :

1. Tenangkan penderita yang sadar.


2. Periksa ada tidaknya tusuk keluar (tembus), terutama pada luka tembak.
3. Hentikan pendarahan.
4. Bila perlu, berikan bantuan hidup dasar.
5. Rawat syok bila ada.
6. Immobilisasi tulang punggung bila luka terjadi pada area kepala, leher,
dan batang tubuh.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

18
3.2.4 Riwayat penderita
Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus
dilakukan wawancara terhadap penderita jika memungkinkan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian,
mekanisme kejadian, atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat
dilakukan dengan penderita, keluarga atau saksi mata. Hal-hal yang perlu
ditanyakan dalam wawancara adalah:
1. Keluhan utama (gejala dan tanda)
Gejala adalah hal-hal yang hanya dirasakan oleh penderita. Tanda
adalah hal-hal yang dapat diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar
maupun diraba. Saat tanya jawab hindari jawaban “ya” dan “tidak”. Jadi
gunakan pertanyaan terbuka.
2. Obat-obatan yang diminum
Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu
pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum
atau menelan obat tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam menghadapi
kasus medis.
3. Makanan/minuman terakhir

Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan, terutama


keracunan racun melalui saluran cerna.

4. Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang pernah diderita mungkin berhubungan dengan


keadaan yang dialami penderita pada saat ini.
5. Alergi yang dialami
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada penderita ini adalah suatu
bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya penderita atau
keluarga sudah mengetahuinya.
6. Kejadian
Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang
kita hadapi murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.

19
3.2.5 Pemeriksaan berkala
Penilai dari penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa
tugas seseorang penolong sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan
secara berkala dengan mengulang memeriksa dari awal atau mencari hal
yang terlewati.
3.2.6 Pelaporan
Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secara
singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya
dicantumkan :
1. Umur dan jenis kelamin penderita
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan nafas
5. Pernafasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting

20
3.3 Diagaram alir

Tiba di tempat
kejadian

Penilaian Keadaan

Penilaian Dini

Trauma Medis

Cek Kesadaran (A-S-


N-T)

Cek C-A-B

Perdarahan

Tanda Vital Pemeriksaan Fisik PLNB Syok

Jika tidak Cedera Jaringan


ditemukan Lunak
Riwayat Penderita
RJP (K O M P A K)
Penanganan luka

Pemeriksaan
Berkala

Pelaporan

21
BAB 4

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 HASIL PRAKTIKUM
4.1.1 STUDI KASUS
Pada malam minggu,Juniar pulang nongkrong sendirian dari rumah
temannya,melewati jalan sepi lalu Juniar dibegal. Juniar dipukul kepalanya
dengan kayu, Juniar sempat memberikan perlawanan sampai tangannya
tersayat pisau hingga pada akhirnya Juniar ditusuk di bagian perut.
4.1.2 PENILAIAN KEADAAN
Pada tahap ini menentukan apakah ada faktor pendukung atau
hambatan dalam melakukan pertolongan pada korban. Penolong
mengamankan kondisi sekitar korban agar penderita dan penolong aman.
Setelah itu saya memperkenalkan diri saya kepada korban dan orang sekitar
sebagai penolong serta meminta bantuan
4.2.3. PEMERIKSAAN FISIK
Pada tahap ini melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba seluruh
tubuh korban dari kepala hingga kaki untuk mencari tahu apakah terdapat
luka tersembunyi seperti adanya Perubahan bentuk (P), Luka terbuka (L),
Nyeri (N), dan Bengkak (B). Ditemukan adanya luka terbuka di dada korban
diakibatkan tusukan pisau, namun tusukan tersebut tidak tembus dan pisau
yang digunakan tidak menancap pada dada korban. Dengan segera,
penolong menutup luka terbuka tersebut.
Saat pengecekan tanda vital, ditemukan denyut nadi korban lebih rendah
dari normal yaitu 50 kali/menit, frekuensi pernafasan sangat rendah yaitu 10
kali/menit, tekanan darah yang menurun yaitu 60/50, suhu tubuh 33℃, dan
kulit mulai memucat.
4.2.4. PEMERIKSAAN RIWAYAT PENDERITA
1. Keluhan : Korban merasakan pusing dan merasa penglihatan sedikit
(K) mengabur serta kesakitan pada titik luka akibat tertusuk
pisau.
2. Obat (O) : Tidak mengonsumsi obat apapun.
3. Makanan : Terakhir sebelum kejadian, korban meminum kopi.
(M)
4. Penyakit : Tidak memiliki riwayat penyakit.
(P)
5. Alergi (A) : Tidak memiliki alergi khusus.
6. Kejadian : Saat itu, orang tersebut berada di jalan pulang, tiba-tiba
(K) dihadang oleh dua orang preman. Saat akan

22
menyelamatkan diri, dia telah tertangkap dan sekaligus ia
tertusuk pisau di dada. Lalu setelah itu, perampok kabur
dan penolong di area sekitar baru datang dan melakukan
pertolongan pertama.
4.2.5. PEMERIKSAAN BERKALA
Pemeriksaan ulang dilakukan setiap 5-10 menit sekali untuk memeriksa
tanda-tanda vital serta memastikan tidak ada yang terlewatkan dalam
melakukan penilaian penderita.
4.2.6. PELAPORAN
Penanganan yang dilakukan penolong adalah memeriksa CAB,
memriksa keseluruhan fisik korban, pengecekan tanda-tanda vital, dan saat
ditemukan adanya luka terbuka pada dada korban, penolong memberi
pertolongan pertama. Untuk penanganan selanjutnya penolong yang telah
menelfon ambulans, korban akan diperiksa lebih lanjut oleh pihak medis.

23
BAB 5

KESIMPULAN
Dalam melakukan penilaian penderita pada korban dilakukan tindakan sesuai
langkah dalam memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), yaitu :
1. Penilaian keadaan
2. Penilaian dini, terdiri dari kesan umum, pemeriksaan respon, dan
pemeriksaan CAB (Circulation, Airway, Breathing).
3. Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan PLNB (Perubahan bentuk, Luka
terbuka, Nyeri, Bengkak) pada seluruh bagian tubuh dan pemeriksaan tanda
vital. Setelah diketahui terdapat luka terbuka, penolong segera memberikan
pertolongan pada luka tersebut.
4. Riwayat penderita yang ditanyakan adalah KOMPAK (Keluhan utama,
Obat yang diminum, Makanan/minuman terakhir dikonsumsi, Penyakit
yang diderita, Alergi, dan Kejadian).
5. Pemeriksaan berkala.
6. Pelaporan.
Penanganan perdarahan disesuaikan dengan luka yang ditimbulkan, apakah
masuk luka terbuka atau tertutup. Jika luka terbuka, dapat melakukan teknik
tekanan langsung, elevasi, dan yang terakhir cara lain yaitu immobilisasi dengan
atau tanpa pembidaian, kompres dingin, dan tomiket namun torniket ini hanya
sebagai anternatif terakhir. Sedangkan pada luka tertutup, rawat luka dan sesegara
mungkin memanggil ambulans atau segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekta.
Saat korban terluka, selalu memastikan korban agar tidak mengalami syok dan jika
sudah terjadi, segera ditangani. Dan terakhir cedera jaringan lunak yang
penangannya disesuaikan pada luka tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA
 Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet
Praktikum Penilaian Penderita. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
 Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet
Praktikum Cedera Jaringan Lunak (CJL). Surabaya:Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
 Rustiasari, Ukhti Jamil. 2017. PROSES PENYEMBUHAN CEDERA
JARINGAN LUNAK MUSKULOSKELETAL. Yogyakarta:Universitas
Islam Indonesia
 https://journal.uny.ac.id/ index.php/jorpres/article
(Diakses pada tanggal 5 Oktober 2022, pukul 23.35)

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai