Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI DAN PERTOLONGAN PERTAMA


CEDERA JARINGAN LUNAK DAN EKSTREMITAS

Oleh :
Nina Aulya Wibowo (0521040034)
DOSEN PENGAMPU :
dr. Am Maisarah Disrinama, M.Kes

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGRI SURABAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami peningkatan terus dari tahun


ke tahun. Pada tahun 1995 jumlah pekerja sekitar 88,5 juta dan meningkat pada
tahun 2003 pekerja di Indonesia berjumlah 100.316.000 .Jumlah penduduk
Indonesia tahun 2003 sebesar 216.948.400 orang. Sedangkan
jumlah penduduk usia kerja 152.649.981 orang, angkatan kerja 100.316.007orang
,yang terbagi dalam beberapa lapangan usaha utama atau jenis industri utama yaitu
pertanian 47,67% perdagangan 17,90% industri pengolahan 11,80%, jasa 10,98 %.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi ditempat


kerja khususnya di lingkungan industri. Menurut International Labour
Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh
penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan Sekitar 300.000 kematian
terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian
akibat penyakit akibat hubungan pekerjaan.

Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu


perilaku kerja yang berbahaya (unsafehuman act) dan kondisi yang berbahaya
(unsafe condistions). Beberapa hasil penelitian menunjukkkan bahwa faktor
manusia memegang pernanan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian
menyatakan bahwa 80%-85%kecelkaan keja disebebkan oleh kelalaian atau
kesalahan faktor manusia (Riyadina , 2007).

Dalam hal Kesehatan, kecelakaan dapat mengakibatkan luka atau cedera,


baik ringan, berat bahkan sampai meninggal dunia. Pada kecelakaan kerja, banyak
ditemui adalah cedera pada jaringan lunak dan ekstremitas. Cedera jaringan lunak
yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit sebenarnya merupakan alat tubuh
yang paling besar. Pertolongan pertama cedera jaringan lunak berkaitan erat dengan
perdarahan dan pertolongan pertama untuk mengatasinya. Hal ini karena cedera
jaringan lunak adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan. Sedangkan pada
cedera ekstremitas dapat berupa luka, patah tulang dan amputasi.

Kecelakaan kerja tersebut tentu saja menyebabkan banyak


kerugian.Kerugian yang dialami perusahaan misalnya kehilangan pekerja, kerugian
material yang diakibatkan karena pengobatan pekerja, dan kerugian dalam bidang
produksi karena produksi akan terhambat. Namun, dengan mengetahui
penanganan cedera dengan tepat akan mencegah adanya efek yang lebih buruk dari
cedera tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja jenis-jenis cedera jarungan lunak?
b. Apa saja jenis-jenis cedera ekstremitas?
c. Bagaimana cara melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak dan
ekstremitas?

1.3 Tujuan Praktikum


a. Mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak
b. Mengetahui jenis-jenis cedera ekstremitas
c. Memahami cara melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak dan
ekstremitas
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Definisi Cedera Jaringan Lunak

Dalam tubuh manusia, kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan


ikat, membran, kelenjar, otot dan saraf termasuk dalam kelompok jaringan
lunak. Kulit manusia merupakan mekanisme pertahanan tubuh lapisan pertama
terhadap gaya dari luar, walaupun kuat, namun tetap mudah mengalami cedera.
Cedera jaringan lunak yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit
sebenarnya merupakan alat tubuh yang paling besar

Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit,


otot, saraf atau pembuluh darah akibat ruda paksa (benturan dengan suatu
benda).Dalam bahasa sehari-hari cedera jaringan lunak dikenal sebagai istilah
luka. Luka adalah terputusnya keutuhan jaringan lunak baik di luar maupun di
dalam tubuh. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah pendarahan,
kelumpuhan dan lainnya sesuai dengan luasnya dan jaringan lunak yang
terkena.

2.2 Klasifikasi Luka Cedera Jaringan Lunak

1. Luka Terbuka

Cedera jaringan lunak yang disertai kerusakan/ terputusnya jaringan


kulitatau selaput lendir, yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah
kulit.Jenis-jenis dari luka terbuka adalah sebagai berikut :

a. Luka Lecet
▪ Terjadi akibat gesekan, sehinga permukaan kulit (epidermis)
terkelupas,mungkin tampak titik-titik perdarahan.
▪ Terkadang sangat nyeri karena ujung-ujung saraf juga cedera karena
terbuka.
▪ Tepi luka tidak teratur.
Penanganan luka lecet yaitu dengan membersikan luka dan
mengobati lukadengan povidone iodine.

Gambar 2.1 Luka Lecet


(sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak )

b. Luka Sayat/Iris
▪ Terjadi akibat kontak dengan benda tajam.
▪ Jaringan kulit dan lapisan dibawahnya terputus sampai kedalaman
yang bervariasi.
▪ Tepi luka teratur.

Penanganan luka sayat :

▪ Bersihkan luka dan mengobatinya dengan povidone iodine.


▪ Balut dengan plester apabila perdarahan dari pembuluh rambut
(kapiler).
Gambar 2.2 Luka Sayat
(sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-
lunak.html)

c. Luka Robek
▪ Akibat benturan keras dengan benda tumpul.
▪ Karakteristik luka hampir sama seperti luka sayat, perbedaannya
terletak pada tepi luka yang tidak teratur.
▪ Seperti luka lecet tetapi lebih dalam dari luka lecet.

Gambar 2.3 Luka Robek


(sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak)

Penanganan luka robek :


▪ Bersihkan luka, aliri dengan air yang mengalir
▪ Bila terjadi perdarahan hentikan dengan balut tekan.
▪ Usahakan menghindari luka terkena kotoran agar tidak terjadi
infeksi
▪ Berikan povidone iodine pada luka
▪ Rujuk ke fasilitas Kesehatan terdekat

d. Luka Tusuk
▪ Terjadi akibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit
dalamtubuh.
▪ Ciri khasnya adalah luka relatif lebih dalam dibandingkan
denganlebarnya.
▪ Luka jenis ini sangat berbahaya karena dapat melibatkan alat-alat
dalamtubuh.
▪ Penyulitnya jika alat penusuk masih menancap.
▪ Bentuk luka hampir menyerupai benda yang menusuk dengan dalam
lukalebih panjang dari lebar luka.

Gambar 2.4 Luka Tusuk


(sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-
Lunak )

Perawatan Luka Tusuk

▪ Tenangkan penderita yang sadar.2.


▪ Periksa ada tidaknya luka tusuk keluar (luka tembus).3.
▪ Hentikan perdarahan.4.
▪ Imobilisasi tulang punggung bila luka terjadi pada daerah kepala,
leher dan batang tubuh.
▪ Rujuk ke fasilitas kesehatan.

e. Amputasi
▪ Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah.
▪ Paling sering terjadi pada alat gerak, mulai dari jari, sampai
kehilangan seluruh anggota gerak (tubuh).

Gambar 2.4 Amputasi

Perawatan luka amputasi selain perawatan penderita, alat tubuh


yang terputus juga perlu mendapat perawatan. Berikut beberapa
pedoman perawatan bagian yang putus :

▪ Bungkus bagian yang terputus dengan kasa steril yang


dilembabkan.
▪ Masukkan bagian itu dalam kantung plastik. Tuliskan nama
penderita serta jam dan tanggal bagian ini dimasukkan. Jangan
rendam bagian ini dalam air.3.
▪ Usahakan bagian yang terputus ini tetap dingin dengan cara
memasukkankantung yang berisi potongan tersebut dalam
kantung yang lebih besar, atautempat lain yang sudah berisi air
atau es. Hindari sentuhan langsung bagianyang putus ini dengan
es.Perawatan penderita pada dasarnya sama seperti luka terbuka,
yang paling penting dilakukan adalah menghentikan
perdarahan. Umumnya pembalutan penekanan sudah cukup.

f. Remuk
▪ Dapat berupa suatu gabungan antara luka terbuka dan tertutup.
▪ Terjadi akibat alat gerak terjepit di antara alat berat.
▪ Jaringan lunak dan jaringan keras seperti tulang dapat terlihat.
▪ Tulang dapat patah dan pecahnya sampai keluar.

Penanganan cedera remuk :

▪ Bersihkan luka
▪ Balut dengan kasa steril atau mitela.
▪ Gunakan bidai untuk menjaga bagian yang remuk
▪ Bila terjadi perdarahan dan terjadi pada alat gerak tinggikan dari
pada jantung
▪ Rujuk ke fasilitas kesehatan.

2. Luka Tertutup

Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit yang


rusak hanya jaringan di bawah kulit. Jenis-jenis dari luka tertutup adalah
sebagai berikut

a. Memar
Merupakan luka tertutup yang paling sering ditemukan. Terjadi
akibat benturan dengan benda tumpul. Lapisan epidermis kulit utuh,
tetapi sel dan pembuluh darah pada lapisan dermis rusak. Pada daerah
luka terdapat bengkak dan perubahan warna.
Perawatan pada memar yaitu dikompres dengan air dingin,
sehingga sel-sel darah dapat membeku.
b. Hematoma
Hematoma berbeda dengan memar, luas area penumpukandarah
lebih luas, kerusakan jaringan lebih luas, pembuluh darah yang terlihat
lebih besar, dan darah lebih banyak yang keluar.

Gambar 2.5 Hematoma


(sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html)

c. Cedera Remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang amat besar yang dapat
menyebabkanremuk pada jaringan tulang dan kehancuan jaringan
bawah kulit lainnya. Cederaremuk dapat berupa luka terbuka maupun
luka tertutup.
Untuk Penanganan cedera remuk :

▪ Gunakan bidai untuk menjaga bagian yang remuk.

▪ Rujuk ke fasilitas kesehatan.


2.3 Klasifikasi Cedera Ekstremitas
1. Patah Tulang
Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang baik seluruhnya atau
hanya sebagian saja. Patah tulang terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Patah Tulang Tertutup
Tidak ada luka, permukaan kulit masih utuh sehinga bagian
tulang yang patah tidak berhubungan dengan udara.

Gambar 2.6 Patah Tulang Tertutup

(sumber : https://123dok.com/document/y4ee820q-makalah-fraktur-femur-.html)

b. Patah Tulang Terbuka

Ada luka di permukaan kulit atas/dekat dengan bagian yang


patah rusah sehingga bagian tulang yang patah kontak dengan udara.
Patah tulang terbuka memerlukan pertolongan yang lebih cepat karena
adanya resiko terjadinya pendarahan dan kemungkinan terjadinya
infeksi lebih besar karena terpapar denga lingkungan.
Gambar 2.7 Patah Tulang Terbuka
(Sumber : http://eprints.umbjm.ac.id/197/3/BAB%202.pdf)

2. Sprain
Sprain (keseleo) adalah sobeknya ligament pada bagian sendi. Sprai
ringan mungkin membengkan tetapi penyembuhannya cepat. Sedangkan
keseleo berat dapat melibatkan patah tulag atau dislokasi tulang pada sendi
seperti pergelangan, lutut dan jari.

Gambar 2.8 Sprain


(Sumber : Boy Scouts of American Red Cross)

2.1 Gejala Sprain


▪ Nyeri lokal (saat menggerakan sendi)
▪ Pembengkakan akibat inflamasi
▪ Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam
jaringan sekitarnya

3. Strain

Strain adalah tarikan atau robeknya otot maupun tendon. Strain sering
disebebkan oleh kegiatan mengangkat sesuatu yang berat. Strain biasanya
melibatkan otot leher, punggung dan paha.

3.1 Gejala Strain

▪ Pembengkakan
▪ Luka terbuka akibat cidera
▪ Kejang otot
▪ Nyeri saat istirahat
▪ Memar atau kemerahan

Gambar 2.9 Strain


(Sumber : https://www.mountsinai.org/health-library/injury/strains)

4. Dislokasi
Dislokasi adaiah jenis cedera yang sangat sakit Ini mudah dikenali
karena perbedaan dengan anatomi normal manusia. Kebanyakan daridislokasi
tidak berbahaya tetapi harus diperhatikan ada/tidaknya komplikasi patah tulang.
Jadi penting dilakukan PMS jika berusaha untuk meluruskan extremity yang
cedera dengan menariknya, maka gunakan tarikan/usaha yang tidak lebih dari
10 pound. Tetapi penanganan terbaikadalah dengan membidai atau membalut
dengan posisi yang nyaman menurut penderita sampai dibawa ke sarana
kesehatan.

Gambar 2.10 Dislokasi


(Sumber : Boy Scouts of American Red Cross)

2.4 Penutup Luka

1. Penutup Luka

▪ Menutupi seluruh permukaan luka.


▪ Relatif bersih.
▪ Jangan menggunakan bahan atau bagian dari bahan yang dapat
tertinggal pada luka (tisue, kapas).
▪ Berfungsi untuk mengendalikan perdarahan, mencegah
kontaminasi,mempercepat penyembuhan, dan mengurangi rasa nyeri

2. Penutup Luka Oklusif (Kedap)

▪ Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada luka untuk mencegah
keluarmasuknya udara dan menjaga kelembaban organ dalam
2.5 Pembalut Luka

Pembalut adalah bagian yang digunakan untuk mempertahankan


penutupluka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.

Macam-macam pembalutan :

▪ Pembalutan segitiga pada kepala, kening.


▪ Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki.
▪ Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan.
▪ Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi.
▪ Pembalutan spiral pada tangan.

Gambar 2.11 Cara Pembalutan


(Sumber:http://inspirasipathfinder.blogspot.com/2012/05/teknikmembalut.html)

2.6 Perawatan pada Luka-Luka Lainnya


1. Perawatan Luka Terbuka
▪ Pastikan daerah luka terlihat.
▪ Bersihkan daerah sekitar luka.
▪ Kontrol perdarahan bila ada.
▪ Cegah kontaminasi lanjut
▪ Beri penutup luka dan balut.
▪ Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan luka cukup
parah.
▪ Tenangkan penderita
▪ Rujuk ke fasilitas kesehatan.

2.Perawatan Luka Tertutup


▪ Khusus untuk memar yang ringan dapat dilakukan pertolongan sebagai
berikut:
▪ Berikan kompres dingin.
▪ Balut tekan.
▪ Istirahatkan anggota gerak.
▪ Bila terjadi pada alat gerak, maka tinggikan lebih tinggi dari jantung
untuk mengurangi pembengkakan.

Atau Dengan akronim R I C E


R = Rest (istirahatkan bagian luka)

I = Ice (beri es/ kompres dingin)

C = Comprestion (balut penekan)

E = Elevasi (tinggikan)

3. Perawatan Luka dengan Benda Asing Menancap


▪ Stabilkan benda yang menancap secara manual
▪ Jangan dicabut.
▪ Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
▪ Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka
tebal.
▪ Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
▪ Rujuk ke fasilitas kesehatan.

4. Cedera Kulit Kepala


Dalam melakukan perawatan pada cedera kulit kepala penolong
harusmengenali dengan baik keadaan yang sedang dihadapinya terutama
berhubungan dengan ada tidaknya patah tulang tengkorak yang menyertai luka
pada daerah tersebut. Hal yang harus mendapat perhatian adalah bila penolong
mencurigai terjadinya patah tulang tengkorak adalah :

▪ Jangan coba bersihkan kulit kepala.


▪ Jangan gunakan tekanan langsung.Perawatan luka kulit kepala :
▪ Kendalikan pendarahan dengan penekanan langsung pada luka dan
beri penutup luka.
▪ Pasang pembalut.
▪ Tinggikan, bila tak ada patah tulang tengkorak, cedera tulang
belakang ataudada.
▪ Curigai juga kemungkinan terjadinya cedera spinal.
BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1 Peralatan Yang Digunakan

Dalam melakukan percobaan ini peralatan yang dibutuhkan antara lain:

1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Termometer badan
4. Stopwatch (stopwatch hp)
5. Senter kecil
6. Bidai
7. Mitela

3.2 Langkah Percobaan

3.2.1 Penilaian Keadaan

Penolong harus melakukan pengamatan pada lokasi kejadian. Hal


utama yang perlu diperhatikan yaitu keadaan saat ini, kemungkinan yang bisa
terjadi, dan cara mengatasinya.

3.2.2 Penilaian Dini

Di tahap ini penolong harus menenali dan mengatasi keadaan yang


mengancam nyawa penderita dengan tepat, cepat dan sederhana. Langkah-
langkah penilaian dini :

1. Kesan Umum

Identifikasi kasus apa yang dihadapi, apakah kasus trauma atau medis.

2. Memeriksa Respon
Pada langkah ini untuk mengetahui berat atau ringannya gangguan
pasda otak penderita. Ada empat tingkatan respon (ASNT), yaitu :

a. Awas
b. Suara
c. Nyeri
d. Tidak respon
3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan nafas (airway) dan
pernafasan (breathing).

CIRCULATION

Pada langkah ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja dengan
baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya peredaran darah adalah

a. Penderita respon baik

Periksa nadi radial (pergelangan tangan), brakial (bagian dalam


lengan) dan karotis (leher) untuk melihat ada/tidaknya kerja
jantung.

b. Penderita tidak respon Periksa nadi seperti pada penderita


respon baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR.

AIRWAY

a. Penderita dengan respon

Memastikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya


suara atau gangguan bicara.

b. Penderita dengan tidak respon

1. Tekan dahi penderita

2.Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang


belakang dan tulang leher)
BREATHING

Untuk mengetahui ada/tidaknya nafas pada penderita, dapat dilakukan


dengan Teknik LDR (Lihat, Dengar, Rasakan)

• Lihat naik turunnya dada penderita


• Dengar ada / tidaknya hembusan dan tarikan nafas
• Rasakan ada/tidaknya hembusan nafas

Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung paru
(RJP)/CPR.

3.2.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaa seluruh anggota badan


penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung kaki.
Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan pengelihattan (inspeksi), perabaan
(palpasi) dan pendengaran (aukultasi). Pada penderita trauma harus dicari :

i. Perubahan bentuk (P)


ii. Luka terbuka (L)
iii. Nyeri tekan (N)
iv. Bengkak (B)
H. Pengukuran Tanda Vital

1. Denyut nadi :

2. Frekuensi nafas :

3. Suhu badan :

Tekanan darah

Sistolik :

Diastolik :

3.2.4 Riwayat Penderita

Mencari tahu riwayat penderita dilakukan saat atau setelah korban sadar
(jika pingsan). Tahap ini dilakukan dengan cara wawancara dimana
pertanyaannya meliputi KOMPAK (Keluhan utama, Obatobatan yang
dikonsumsi, Makanan atau minuman yang terakhir dikonsumsi, penyakit yang
diderita, alergi yang diderita, kejadian).

1. K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)

Gejala adalah hal – hal yang dapat dirasakan penderita. Tanda adalah
hal-hal yang diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar maupun
diraba. Gunakan pertanyaan yang terbuka untuk mewawancarai
korban.

2. O = Obat – obatan yang diminum

Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu


pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa
minum atau menelan obat tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam
menghadapi kasus medis.
3. M = makanan / minuman terakhir

Informasi dari makanan/minuman yang terkahir diminum bermanfaat


dalam menangani kasus keracunan yang terjadi pada saluran
pencernaan.

4. P = Penyakit yang diderita

Kasus yang dialami korban mungkin berhubungan dengan riwayat


penyakit yang dideritanya sehingga sangat penting untuk menanyakan
hal ini.

5. A = alergi yang dialami

Alergi terhadap bahan-bahan tertentu juga bisa menjadi kemungkinan


kasus yang dialami korban

6. K = Kejadian

Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang


kita hadapi murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.

3.2.5 Pemeriksaan Berkala

Pemeriksaan berkala wajib dilakukan penolong agar tidak terjadi


adanya luka atau gangguan yang terlewat serta mengetahui jika terjadi
perkembangan pada tubuh korban.

3.2.6 Pelaporan

Pelaporan dilakukan secara singkat dan tepat dari penolong pertama


pada penolong selanjutnya agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya.
Dalam laporan sebaiknya dicantumkan:
1. Umur dan jenis kelamin penderita
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan napas
5. Pernapasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus


Seorang pekerja di sebuah konstruksi kapal Bernama Dono pada hari Senin, 15
April 2021 mengalami kecelakaan kerja akibat terjatuh dari bangunan kapal yang
sedang ia kerjakan. Sore itu setelah selesai bekerja, Dono hendak berkeliling untuk
mengecek pekerjaannya dengan teman teman pada hari itu. Ia ingin melihat bagian atas
kapal sambil berjalan mundur. Begitu seriusnya ia memperhatikan hingga tak sadar ia
telah berada di tepi bangunan kapal. Dono pun terjatuh dari ketinggian 2,5 meter denga
posisi tangan kanan mendarat terlebih dahulu. Naasnya ia jatuh diatas potongan besi
yang digunakan untuk membangun kapal. Dono masih dalam keadaan sadar Ketika
ditolong namun memiliki luka tusuk di tangan kanan, memar pada betis kiri, patah
tulang terbuka di paha kanan dan dislokasi pada bahu kiri.

4.2 Hasil Praktikum


4.2.1 Penilaian Keadaan
Ketika kecelakaan terjadi, penolong berusaha mengamankan
diri dan keadaan terlebih dahulu. Penolong meminta orang-orang untuk
tidak mengerumuni Dono. Setelah keadaan dipastikan aman, penolong
segera memberikan pertolongan pertama dengan melakukan
pemeriksaan dini terlebih dahulu.

4.2.2 Penilaian Dini

1. Kesan Umum
Alasan : karena kasus murni disebabkan karena kecelakaan, bukan
penyakit

2. Memeriksa Respon
A : Awas

S : Suara ✔
N : Nyeri
T : Tidak respon

Alasan : karena korban merespon dengan suara

3. Memeriksa CAB atau peredaran darah (circulation), jalan


napas (airway), pernafasan (breathing)

Circulation

Penderita respon baik

Nadi penderita : ✔ Ada Tidak

Kesimpulan : penderita tidak respon sehingga perlu


dilakukan RJP
Airway
Penderita respon baik

Jalan nafas : ✔ Ada Tidak


penderita

Breathing

Cara melihat ada/tidaknya nafas :

• Lihat naik turunnya dada penderita


• Dengar ada / tidaknya hembusan dan tarikan nafas
• Rasakan ada/tidaknya hembusan nafas
Nafas penderita : ✔ Ada Tidak

4.3.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengam memeriksa seluruh


anggota badan penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung
rambut sampai dengan ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan
dengan pengelihatan (inspeksi), perabaan (palpasi) dan pendengaran
(aukultasi). Pada penderita trauma harus dicari:

1. Perubahan bentuk (P)


2. Luka terbuka (L)
3. Nyeri tekan (N)
4. Bengkak (B)
Gambaran Umum : ada perubahan bentuk dari luka tusuk di tangan
kanan dan patah tulang terbuka di paha kanan. Bengkak dari
dislokasi pada bahu kiri.

Gambaran umum : ada nyeri tekan dari memar pada betis kiri

Pengukuran Tanda Vital


▪ Denyut nadi : 65 kali/menit
▪ Frekuensi napas : 19 kali/menit
▪ Suhu badan : 37,6 °C
▪ Tekanan darah :
o Sistolik : 115 mmHg
o Diastolik : 75 mmHg
Penanganan Luka

a. Luka tusuk tangan kanan


▪ Membuat pembalut donat
▪ Memasukkan pembalut donat ke benda yang menancap di
tangan tanpa melakukan pencabutan
▪ Membalut pembalut donat dengan pembalut gulung agar tidak
mudah bergerak

b. Patah tulang terbuka paha kanan


▪ Memberikan cairan antiseptic pada luka
▪ Menutuo luka terbuka dengan penutup luka steril
▪ Membalut luka dengan mempertahankan penutup luka
▪ Melakukan pembidaian : memasang bidai mengapit paha kanan
lalu diikat pada paha kiri agar tidak mudah bergerak

c. Dislokasi bahu kiri


▪ Dipasang ransel verban.
▪ Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.
▪ Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui
punggung ke ketiak kanan.
▪ Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak
kanan disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan, akhirnya
diberi peniti/ diikat.

d. Memar betis kiri


▪ Rest : mengistirahatkan betis kiri
▪ Ice : memberi kompres dingin pada betis kiri
▪ Compression : tekan pada luka dengan kuat untuk membantu
proses pemulihan pembuluh darah
▪ Elevation : meninggikan betis kiri lebih tinggi daripada jantung

4.2.4 Riwayat Penderita


1. K = Keluhan Utama
▪ Saya merasakan rasa sakit dari luka tusuk di tangan kanan
dan patah tulang terbuka di paha kanan. Bengkak dari
dislokasi pada bahu kiri.
2. O = Obat yang dikonsumsi
▪ Tidak sedang dalam pengobatan apapun
3. M = Makanan
▪ Makanan yang terakhir dikonsumsi adalah nasi goreng dan
teh hangat
4. P = Penyakit bawaan
▪ Tidak memiliki Riwayat penyakit
5. A = Alergi
▪ Tidak memiliki alergi apapun
6. K = Kronologi
▪ Tadi sore saya sedang melihat hasil pengerjaan kapal. Saya
sangat serius berkeliling sambil berjalan mundur hingga
tidak sadar berada di ujung. Saya kemudian terjatuh dari
ketinggian 2,5 meter di atas potongan bahan bangunan kapal
sehingga saya mendapati luka patah tulang terbuka,
dislokasi, dan memar pada tangan dan kaki.
4.2.5 Pemeriksaan Berkala

Pemeriksaan ulang dilakukan tiap 5-10 menit sekali secara teratur untuk
memastikan tidak ada perkembangan atau luka penting yang tertinggal.

4.2.6 Pelaporan
1. Umur dan jenis kelamin penderita
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Keluhan utama
Luka cedera jaringan lunak dan ekstremitas pada tangan dan kaki
3. Tingkat respon
Tingkat respon korban yaitu nyeri
4. Keadaan jalan napas
Bebas dari sumbatan
5. Pernapasan
Normal
6. Sirkulasi
Denyut nadi normal
7. Pemeriksaan Fisik yang penting
▪ Denyut nadi : 65 kali/menit
▪ Frekuensi napas : 19 kali/menit
▪ Suhu badan : 37,6 °C
▪ Tekanan darah :
o Sistolik : 115 mmHg
o Diastolik : 75 mmHg
8. Wawancara penting
Pertanyaan : Bagaimana kronologi kejadian?
Jawaban : Tadi sore saya sedang melihat hasil pengerjaan
kapal. Saya sangat serius berkeliling sambil
berjalan mundur hingga tidak sadar berada di
ujung. Saya kemudian terjatuh dari ketinggian
2,5 meter di atas potongan bahan bangunan kapal
sehingga saya mendapati luka patah tulang
terbuka, dislokasi, dan memar pada tangan dan
kaki.
9. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama pada korban dilakukan dengan
mengamankan situasi disekitar lokasi kejadian agar penolong
bisa leluasa. Korban mendapati 4 jenis luka yang ditangani
dengan cara yang berbeda-beda. Luka tusuk dibalut dengan
pembalut donat agar besi yang menusuk tidak banyak bergerak.
Selanjutnya pembidaian patah tulang terbuka pada paha
dilakukan dengan mengikat paha kanan dengan paha kiri.
Dislokasi pada bahu juga di bidai dengan metode ransel verban.
Luka memar pada betis ditangani dengan metode RICE (Rest,
ice, compression dan elevation). Selanjutnya korban dibawa ke
fasilitas Kesehatan terdekat.
10. Perkembangan Penting
Tidak ada perkembangan penting selama kasus
pertolongan pertama pada korban
BAB 5
KESIMPULAN

Pertolongan pertama dilakukan dengan Langkah sebagai berikut.

1. Penilaian keadaan
2. Penilaian dini,

3. Penilaian dini, terdiri dari kesan umum, pemeriksaan respon, dan pemeriksaan
CAB (Circulation, Airway, Breathing). Pada kasus ini CAB korban normal
sehingga tidak diperlukan RJP maupun bantuan nafas
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah ada PLNB
(Perubahan bentuk, Luka terbuka, Nyeri, Bengkak) serta pemeriksaan
vital. Pada kasus ini korban mengalami perubahan bentuk, luka
terbuka dan bengkak pada tangan, kaki dan bahu
5. Riwayat penderita yang ditanyakan adalah KOMPAK (Keluhan utama,
Obat yang diminum, Makanan/minuman terakhir dikonsumsi, Penyakit
yang diderita, Alergi, dan Kejadian). Hal ini ditanyakan untuk
memperbanyak data sehingga membantu penanganan selanjutnya untuk
korban.
6. Pemeriksaan berkala tiap 5-10 menit dilakukan untuk memastikan
tidak ada pemeriksaanyang tertinggal serta mengetahui jika terjadi
perkembangan pada korban.
7. Pelaporan dilakukan secara tepat dan singkat.
DAFTAR PUSTAKA

Mediarti, Devi Dkk. 2012. Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri Pada
Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup Di IGD RSMH Palembang Tahun2012.
Palembang : Poltekkes Kemenkes Palembang

Modul Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. 2018. Santiasih, Indri. Surabaya


:Politeknik Pertolongan Negeri Surabaya

Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja
Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Jakarta : Universitas
Indonesia

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses,
Dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Jakarta : EGC

Santiasih, Indri, S.K.M. 2014. “Modul Praktikum Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan”. Politeknik Pekapalan Negri Surabaya

Smeltzer., Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner And Suddarth Vol
2.Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai