PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua
dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat
untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu manajemen perawatan luka ini
berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan
kelainan metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa
tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat
terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Disamping itu perawat juga berkaitan dengan
biaya perawatan luka yang efektif. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan hal
tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan
produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk
memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
tentang perawatan luka dan aspek-aspek yang ada dalam perawatan luka.selain itu dapat
mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda
tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R.
Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial
atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
2.1Kulit
Kulit adalah salah satu indera peraba pada tubuh manusia
2.2Tulang
2.3Fungsi Kulit
a.Sebagai pelindung tubuh atau protektor.
Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar, seperti:
bakteri, Sel-sel langerhans bagian dari sistem kekebalan tubuh.
b.Sebagai alat pengeluaran sekresi.
Minyak yang dihasilkan kelenjar minyak dikeluarkan melalui kulit. Kandungan urea hasil
metabolisme tubuh sebagian dikeluarkan melalui kulit (yaitu dengan berkeringat).
c.Sebagai thermoregulator atau pengatur suhu tubuh.
Dalam kulit juga terdapat syaraf-syaraf yang jika terstimulasi akan diteruskan ke otak sehingga
dapat memberikan sensasi panas, dingin, tekanan, getaran, rasa sakit. Kulit juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan air dan lemak, sekaligus mensintesa vitamin D, dengan bantuan sinar matahari
yang mengandung ultraviolet.
d.Menyimpan kelebihan lemak
2.4Klasifikasi Luka
Tindakan Terhadap Luka
1.Luka disengaja (Intentional Traumatis)
2.Luka tidak disengaja (Unintentional Traumatis)
Integritas Luka
1.Luka tertutup
2.Luka terbuka
Mekanisme Luka
1.Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi
akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh
darah yang luka diikat (Ligasi)
2.Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
4.Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6.Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian
awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7.Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
2.5 Tipe Luka
2.5.1 Aberasi
Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka tersebut akan sangat nyeri dan
mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi, karena benda asing dapat masuk ke lapisan kulit yang
lebih dalam dan dalam jaringan subkutan. Perdarahan biasanya sedikit.
2.5.2Punktur (Luka Tusuk)
Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku sampai pisau atau peluru.
Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan jaringan internal dan perdarahan dapat
sangat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan adanya benda asing pada
tubuh.
2.5.3 Avulsi
Avulsi terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek. Avulsi seringkali dihubungkan dengan
perdarahan yang hebat. Kulit kepala dapat tersobek dari tengkorak pada cedera degloving. Cedera
dramatis seringkali dapat diperbaiki dengan scar-scar kecil. Apabila semua bagian tubuh seperti
telinga, jari tangan tangan, jari kaki, mengalaqmi sobekan maka pasien harus dikirim ke rumah sakit
dengan segera untuk memungkinkan perbaikan (penyambungan kembali).
2.5.4 Insisi (Luka sayatan)
Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini seringkali menimbulkan
perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat kerusakan pada struktur dibawahnya sedemikian
rupa, seperti saraf, otot atau tendon. Luka-luka ini harus dilindungi utuk menghambat terjadinya
infeksi, bersamaan dengan pengontrolan perdarahan.
2.5.5 Laserasi
Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Serigkali meliputi kerusakan jaringan yang berat.
Luka-luka ini seringkali menyebabkan perdarahan yang serius dan kemudian pasien akan
mengalami syok hipovolemik.
Penolong pertama harus mempertimbangkan kondisi luka yang terjadi sepeti perlukaan itu dapat
merupakan akibat cedera oleh dirinya sendiri.
2.6Dekubitus
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang
terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau
benda keras lainnya dalam jangka panjang.
Penyebab
Berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran
darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan
meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus).
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka.
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis.
Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung
epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses
penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
2.8.3 Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast
(menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan
kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka
sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak
dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka
membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini
disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.
2.8.4 Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus
mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas
luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.
2.9 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
1.Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena
penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2.Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.
3.Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4.Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak
subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang
gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi,
dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan
menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5.Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh
tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan
waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6.Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses
sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit
(sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).
7.Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh
akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu
ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
8.Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat
masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9.Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa
luka dapat gagal untuk menyatu.
10.Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi
penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap
infeksi luka.
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi
yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi
intravaskular.
2.10 Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1.Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya
berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2.Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi,
atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat
ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama
48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
pembedahan mungkin diperlukan.
3.Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu,
batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence
luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah
luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang
lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada
daerah
2.11Pengaruh Psikologi
Depresi.
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup, dan tidak berdaya
berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang sudah lama dan sukar untuk disembuhkan.
apati.
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus asa, tidak peduli
lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
Agresi
Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap orang memberikan
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan
angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang
lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah
luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh
bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :
Apakah suplai telah tersedia?
Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
Bagaimana cara mengevaluasi?
B. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya
1. Film Dressing
Semi-permeable primary atau secondary dressings
Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
Conformable, anti robek atau tergores
Tidak menyerap eksudat
Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2. Hydrocolloid
Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
Occlusive > hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
Waterproof
Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3. Alginate
Terbuat dari rumput laut
Membentuk gel diatas permukaan luka
Mudah diangkat dan dibersihkan
Bisa menyebabkan nyeri
Membantu untuk mengangkat jaringan mati
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah perawatan luka merupakan suatu tindakan pembersihan luka
dengan menggunakan prinsip bersih ataupun steril agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan
terkena infeksi.
SOP
Pengertian Memberikan tinadakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat
Tujuan
Kebijakan Seluruh perawat diijinklan melakukan penjahitan dan perawatan luka, tetapi tidak pada luka putus
tendon
Prosedur
PERSIAPAN ALAT :
Streril
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
21. Meletakan pinset dan gunting dalam bengkok yang berisi cairan desinfektan
22. Melepaskan gloves dengan bagian luar , kemudian buang kedalam tas plastik
23. Membereskan peralatan dan memberikan kenyamanan bagi klien
24. Mencuci tangan
Mengecek pembalut dan area luka tiap shift, mencatat di chart tentang penggantian pembalut, penamilan luka dan gambaran cairan luka
6. Vulnus schlopetorum
Ini adalah jenis luka akibat peluru atau tembakkan jadi jenis luka ini adalah luka yang dalam.
7. Vulnus morsum (luka gigitan)
Luka jenis ini adalah luka yang disebabkan oleh gigitan gigi, bias karena manusia, anjing, Babi,
monyet dan lain-lainlah.. pokoknya digigit, bukan diemut.
8. Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau
proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
9. Vulnus amputatum
Kalo denger kata amputatum tentunya gak asing dengan amputasi. Jadi vulnus amputatum adalah
luka dalam bentuk terpotongnya salah satu bagian tubuh kita sehinnga terpisah dari badan/tubuh.
10. Vulnus combustion (luka bakar)
Luka jenis ini adalah segala jenis luka bakar yang disebabkan oleh karena thermis, radiasi, elektrik
ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula
carbonisasi/hangus).
Bersambung.
Diposkan oleh Ners
tetapi pernyataan ini tidak disertai dengan kenyataan bahwa tubuh kita mempunyai system
imun yang sangat efisien. Segala jenis luka dengan berbagai tingkat kesterilannya memang
merupakan bentuk kolonisasi dari bakteri, tapi koloni bakteri tersebut selama masih dalam
jumlah yang wajar tidak menimbulkan risiko infeksi. Masalah akan timbul jika bakteri tersebut
mulai melipatgandakan koloninya. Jika tubuh kita dalam kondisi yang normal, maka antibody
dalam tubuh akan dapat mencegah bakteri untuk tidak bermitosis.
Klien dengan luka biasanya akan lebih jarang mengeluhkan rasa nyeri atau sakit yang
dirasakan ketika luka dibiarkan dalam lingkungan yang lembab yaitu dengan pembalutan yang
lembab. Balutan tersebut akan menjaga saraf dari lingkungan luar dengan memberikan
lingkungan yang lembab, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Jika dengan balutan yang
kering, dikhawatirkan saraf akan mudah mengalami risiko kerusakan selama berproliferasi.
Cara-cara merawat luka:
Usahakan agar luka tetap bersih selama proses penyembuhan. Bersihkan luka dengan
larutan saline sollution: larutkan dua sendok teh garam ke dalam air panas, lalu biarkan
dingin.
Gunakan antiseptic yang alamiah. Dapat menggunakan Echinacea angustifolia, calendula,
kebutuhan kalori dan protein dalam tubuh akan meningkat 20-50 persen.
Perbanyak intake berbagai vitamin dan zat lainnya:
o Vitamin A untuk membantu pembentukan jaringan yang luka
o Vitamin B1 untuk mensintesis kolagen
o Vitamin B5 untuk mempercepat proses penyembuhan
o Vitamin C untuk mempercepat pembentukan kolagen dan elastin, juga untuk
mempercepat pertumbuhan
o Vitamin E untuk membantu menghilangkan bekas luka
o Zn untuk menstimulasi proses penyembuhan luka
o Lemak essensial untuk memnyempurnakan proses penyembuhan luka
Gunakan madu untuk menyembuhkan luka. Madu mengandung enzim-enzim dan zat antiviral, dapat mempercepat penyembuhan luka, dan menurunkan risiko infeksi lebih banyak
dibandingkan dengan menggunakan balutan sintetik semi-oklusif. Madu juga dapat
mempercepat pertumbuhan sel-sel yang baru.
Selain beberapa pengobatan-pengobatan yang telah disebutkan diatas, ada juga metode
penyembuhan luka yang juga dianjurkan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
terapi tekan. Terapi ini lebih dipergunakan untuk klien dengan luka pada kaki yang mana saraf
pada kaki pun ikut terganggu. Terapi ini sangat efektif untuk membantu proses penyembuhan
dan dapat mencegah risiko terjadinya luka ini kembali.
Metode terapi tekan ini biasanya menggunakan balutan non elastis, dua atau empat lapis balut
tekan, dan pembalut yang pendek dan lentur. Balut tekan terdapat mermacam-macam cara,
namun tetap dapat memberikan tekanan secara permanent atau terus-menerus. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan struktur dan kandungan dari serabut elastometric.
Balut tekan berguna untuk manajemen luka saraf. Balutan ini sangat mudah digunakan ketika
kita ingin mengganti balutan yang lama. Balutan ini harus sering diganti, dengan tujuan untuk
mengurangi pembengkakkan. Pembalut ini sangat elastis, sehingga dapat mengukur seberapa
bengkak luka yang ada. Kekuatan tekanan yang dihasilkan merupakan interaksi dari beberapa
prinsip, yaitu:
Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan tetap digunakan dengan
tujuan untuk mengontrol risiko pembengkakkan, memperbaiki system saraf dan mencegah
risiko terjadinya luka ini kembali.
Sebelum kita melakukan intervensi terhadap luka, ada baiknya kita melakukan pengkajian
terlebih dahulu. Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat
merupakan komponen penting dalam manajemen luka. Kemampuan untuk melakukan
pengkajian luka tersebut membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang
cukup. Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan namun dalam perencanaan tersebut
dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi rencana tersebut.
Pedoman parameter untuk perawatan luka juga harus di masukkan dalam perencanaan
tersebut, meliputi juga klasifikasi dari luka itu sendiri, penampilan luka, cairan yang keluar dari
luka, rasa nyeri yang timbul dan kondisi kulit sekitar luka. Manajemen perawatan luka pada
klien akan meningkat kualitasnya dengan komunikasi yang baik dan juga dengan dokumentasi
yang efektif.
DAFTAR RUJUKAN
Burfeind, Daniel B. WOUND CARE UPDATE; Copyright Anthony J. Jannetti, Inc. Feb
2007. Dermatology Nursing. Pitman: Feb 2007. Vol. 19, Iss. 1; pg. 93, 1
pgs. http://proquest.umi.com/pqdweb?
did=1258197551&sid=8&Fmt=3&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD
did=1314738241&sid=3&Fmt=3&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD
did=1313668981&sid=3&Fmt=4&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD
did=928878031&sid=10&Fmt=4&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD