Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua
dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat
untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu manajemen perawatan luka ini
berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan
kelainan metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa
tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat
terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Disamping itu perawat juga berkaitan dengan
biaya perawatan luka yang efektif. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan hal
tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan
produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk
memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
tentang perawatan luka dan aspek-aspek yang ada dalam perawatan luka.selain itu dapat
mengetahui

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda
tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R.
Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial
atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
2.1Kulit
Kulit adalah salah satu indera peraba pada tubuh manusia

2.2Tulang

2.3Fungsi Kulit
a.Sebagai pelindung tubuh atau protektor.
Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar, seperti:
bakteri, Sel-sel langerhans bagian dari sistem kekebalan tubuh.
b.Sebagai alat pengeluaran sekresi.
Minyak yang dihasilkan kelenjar minyak dikeluarkan melalui kulit. Kandungan urea hasil
metabolisme tubuh sebagian dikeluarkan melalui kulit (yaitu dengan berkeringat).
c.Sebagai thermoregulator atau pengatur suhu tubuh.
Dalam kulit juga terdapat syaraf-syaraf yang jika terstimulasi akan diteruskan ke otak sehingga
dapat memberikan sensasi panas, dingin, tekanan, getaran, rasa sakit. Kulit juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan air dan lemak, sekaligus mensintesa vitamin D, dengan bantuan sinar matahari
yang mengandung ultraviolet.
d.Menyimpan kelebihan lemak
2.4Klasifikasi Luka
Tindakan Terhadap Luka
1.Luka disengaja (Intentional Traumatis)
2.Luka tidak disengaja (Unintentional Traumatis)
Integritas Luka
1.Luka tertutup
2.Luka terbuka

Mekanisme Luka
1.Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi
akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh
darah yang luka diikat (Ligasi)
2.Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
4.Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6.Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian
awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7.Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
2.5 Tipe Luka
2.5.1 Aberasi
Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka tersebut akan sangat nyeri dan
mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi, karena benda asing dapat masuk ke lapisan kulit yang
lebih dalam dan dalam jaringan subkutan. Perdarahan biasanya sedikit.
2.5.2Punktur (Luka Tusuk)
Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku sampai pisau atau peluru.
Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan jaringan internal dan perdarahan dapat
sangat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan adanya benda asing pada
tubuh.
2.5.3 Avulsi
Avulsi terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek. Avulsi seringkali dihubungkan dengan
perdarahan yang hebat. Kulit kepala dapat tersobek dari tengkorak pada cedera degloving. Cedera
dramatis seringkali dapat diperbaiki dengan scar-scar kecil. Apabila semua bagian tubuh seperti
telinga, jari tangan tangan, jari kaki, mengalaqmi sobekan maka pasien harus dikirim ke rumah sakit
dengan segera untuk memungkinkan perbaikan (penyambungan kembali).
2.5.4 Insisi (Luka sayatan)
Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini seringkali menimbulkan
perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat kerusakan pada struktur dibawahnya sedemikian
rupa, seperti saraf, otot atau tendon. Luka-luka ini harus dilindungi utuk menghambat terjadinya
infeksi, bersamaan dengan pengontrolan perdarahan.
2.5.5 Laserasi
Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Serigkali meliputi kerusakan jaringan yang berat.
Luka-luka ini seringkali menyebabkan perdarahan yang serius dan kemudian pasien akan
mengalami syok hipovolemik.
Penolong pertama harus mempertimbangkan kondisi luka yang terjadi sepeti perlukaan itu dapat
merupakan akibat cedera oleh dirinya sendiri.
2.6Dekubitus
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang
terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau
benda keras lainnya dalam jangka panjang.
Penyebab
Berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran
darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan
meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus).

Tanda dan Gejala, stadium dan komplikasi


1. Stadium Satu
a. Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang
normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut: perubahan temperatur kulit (lebih
dingin atau lebih hangat)
b. perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)
c. perubahan sensasi ( gatal atau nyeri)
d. Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap.
Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru
atau ungu.
2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah
lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.
3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau
lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam
4. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan
pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam
stadium IV dari luka tekan.
Resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada:
1.Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, lemah)
2.Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke,
diabetes) dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.
3.Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak sebagai
pelindung
4.Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan terbentuknya
ulkus.
Pengobatan
Ulkus biasanya membaik dengan sendirinya setelah tekanan dihilangkan. Menjaga kesehatan
dengan mengkonsumsi protein dan kalori tambahan bisa mempercepat penyembuhan.
mencegah terbentuknya ulkus bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap 2 jam sekali untuk
mengurangi tekanan
Melindungi bagian tubuh yang tulangnya menonjol dengan bahan-bahan yang lembut (misalnya
bantal, bantalan busa)
Mengkonsumsi makanan sehat dengan zat gizi yang seimbang
Menjaga kebersihan kulit dan mengusahakan agar kulit tetap kering.
2.7Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara
normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung
proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan
menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).
Prinsip Penyembuhan Luka menurut Taylor (1997) yaitu:
1.Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan
keadaan umum kesehatan tiap orang,
2.Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga,
3.Respon tubuh secara sistemik pada trauma,

4.Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,


5.Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri
dari mikroorganisme, dan
6.Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
2.8 Tahap Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan
regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka
pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995
2.8.1 Hemostasis
Hemostasis
Definisi :
Hemostasis merupakan proses kesimbangan tubuh yang menyatukan beberapa faktor, terbaru
sebanyak lima faktor, antara lain: pembuluh darah, trombosit, faktor koagulasi, sistem fibrinolitik,
dan faktor inhibisi.
Hemostasis bertujuan :
untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah kehilangan darah karena
luka, memperbaiki aliran darah selama proses penyembuhan luka. Hemostasis juga bertujuan untuk
menghentikan dan mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang terluka.
Hemostasis terdiri dari 3 tahap:
1. Hemostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah,. Hemostasis primer ini melibatkan
tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan
sumbat trombosit. Hemostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika
hemostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka.
2. Hemostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat
trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang
melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Hemostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaringjaring fibrin. dan bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk
menutup luka, maka proses berlanjut ke hemostasis tersier.
3. Hemostasis Tersier.
Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan.
Hemostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
2.8.2 Inflamatory
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini
yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi
pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan
jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang
menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi.
Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat
benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahanbahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak
merah dan sedikit bengkak.

Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka.
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis.
Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung
epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses
penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
2.8.3 Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast
(menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan
kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka
sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak
dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka
membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini
disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.
2.8.4 Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus
mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas
luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.
2.9 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
1.Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena
penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2.Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.
3.Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4.Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak
subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang
gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi,
dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan
menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5.Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh
tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan
waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6.Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses
sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit
(sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).

7.Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh
akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu
ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
8.Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat
masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9.Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa
luka dapat gagal untuk menyatu.
10.Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi
penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap
infeksi luka.
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi
yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi
intravaskular.
2.10 Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1.Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya
berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2.Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi,
atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat
ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama
48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
pembedahan mungkin diperlukan.
3.Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu,
batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence
luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah
luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang
lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada
daerah
2.11Pengaruh Psikologi
Depresi.
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup, dan tidak berdaya
berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang sudah lama dan sukar untuk disembuhkan.
apati.
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus asa, tidak peduli
lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
Agresi
Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap orang memberikan

semangat hidup dan menasehatinya.


Rasa ketakutan terhadap dirinya, dan kehilangan akan semua yang ada disampingnya.
2.12KOMPLIKASI DARI LUKA
a. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi terhadap
perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.
b. Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses
peradangan biasanya muncul dalam 36 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya
meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan
Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh : terkumpulnya pus (bakteri,
jaringan nekrotik, Sel Darah Putih).
Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke sistem limphatik. Hal
ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
c. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah
Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka
d. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak terduga
dan tidak pada setiap orang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA
Pengkajian Luka
A. Kondisi luka
1.Warna dasar luka
Slough (yellow)
Necrotic tissue (black)
Infected tissue (green)
Granulating tissue (red)
Epithelialising (pink)
2.Lokasi ukuran dan kedalaman luka
3.Eksudat dan bau
4.Tanda-tanda infeksi
5.Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
6.Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
B. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
C. Status vascular : Hb, TcO2
D. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
E. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
Perencanaan
A. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam
jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja
(2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel
dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan
angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang
lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah
luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh
bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :
Apakah suplai telah tersedia?
Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
Bagaimana cara mengevaluasi?
B. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya
1. Film Dressing
Semi-permeable primary atau secondary dressings
Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
Conformable, anti robek atau tergores
Tidak menyerap eksudat
Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2. Hydrocolloid
Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
Occlusive > hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
Waterproof
Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3. Alginate
Terbuat dari rumput laut
Membentuk gel diatas permukaan luka
Mudah diangkat dan dibersihkan
Bisa menyebabkan nyeri
Membantu untuk mengangkat jaringan mati

Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita


Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4. Foam Dressings
Polyurethane
Non-adherent wound contact layer
Highly absorptive
Semi-permeable
Jenis bervariasi
Adhesive dan non-adhesive
Indikasi : eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
5. Terapi alternatif
Zinc Oxide (ZnO cream)
Madu (Honey)
Sugar paste (gula)
Larvae therapy/Maggot Therapy
Vacuum Assisted Closure
Hyperbaric Oxygen
Implementasi
A. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
Untuk merangsang granulasi
Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings
B. Luka Nekrotik
Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Hydrogels, hydrocolloid dressings
C. Luka terinfeksi
Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
Wound culture systemic antibiotics
Kontrol eksudat dan bau
Ganti balutan tiap hari
Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
D. Luka Granulasi
Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban
luka
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Moist wound surface non-adherent dressing
Treatment overgranulasi
Hydrocolloids, foams, alginates
E. Luka epitelisasi
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk re-surfacing

Transparent films, hydrocolloids


Balutan tidak terlalu sering diganti
F. Balutan kombinasi
Tujuan
Tindakan
Rehidrasi
Hydrogel + film
atau hanya hydrocolloid
Debridement (deslough)
Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Atau hydrofibre + film/foam
Manage eksudat sedang
s.d berat
Extra absorbent foam
Atau extra absorbent alginate + foam
Atau hydrofibre + foam
Atau cavity filler plus foam
Evaluasi dan Monitoring Luka
Dimensi luka : size, depth, length, width
Photography
Wound assessment charts
Frekuensi pengkajian
Plan of care
Dokumentasi Perawatan Luka
Potential masalah
Komunikasi yang adekuat
Continuity of care
Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
Harus bersifat faktual, tidak subjektif
Wound assessment charts

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah perawatan luka merupakan suatu tindakan pembersihan luka
dengan menggunakan prinsip bersih ataupun steril agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan
terkena infeksi.

SOP
Pengertian Memberikan tinadakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat
Tujuan

Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut

Kebijakan Seluruh perawat diijinklan melakukan penjahitan dan perawatan luka, tetapi tidak pada luka putus
tendon
Prosedur

PERSIAPAN ALAT :

Streril
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bak instrumen bensi


Spurt irigasi 50 cc
Soft koteker / tobe feeding
Pinset anatomis
Pinset chirrugis
Gunting jaringan
Arteri klem
Knop sonde
Container untuk cairan irigasi

Korentang dengan tempatnya


Kassa dan depres dalam tromol Handschone / gloves steril Neerbeken (bengkok) Kom kecil/ sedang
Pembalut sesuai kebutuhan
1. Kasa
2. Kasa gulung
Topical terapi
1. Betadine sol
2. Sutratol
Cairan pencuci luka dan disinfektan
1. Cairan NS / RL hangat sesuai suhu tubuh 34 0 -37 0 C
2. Alkohol 70 %
Non Streril
1. Schort / gown
2. Perlak + alas perlak / underpad
3. Handschone / gloves bersih
4. Sketsel / tirai
5. Gunting verband
6. Neerbeken / bengkok
7. Plester (adhesive) atau hipafix micropone
8. Tas plastik kotoran / tempat sampah
9. Alat tulis
10. Form inform consern
11. Form UGD
PENATALAKSAAN :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan kepada klien +inform concern


Meletakakan perlak + alas dibawah tubuh klien
Menempatkan bengkok dibawah luka untuk menopang cairan irigasi luka
Membantu mengatur posisi klien agar cairan irigasi dapat mengalir dari ujung atas ke ujung bawah luka
Membuka dan menempatkan tas plastik kotoran didekat area kerja
Mencuci tangan dengan sabun
Mengenakan schort / gown plastik
Bila plester kotor, mengenkan gloves non steril,menyemprotkan alkohol 70 % pada plester yang menempel dikulit klien untuk
melepaskannya.
Melepaskan / mengangkat pembalut kotor bila pembalut lengket pada luka, basahi dengan ns / rl steril sampai balutan dapat
dilepas dengan mudah
Membuang pembalut lama / kotor kedalam tas plastik, kemudian lepaskan gloves (bagian luar berada didalam) dan buang
kedalam tas plastik
Mengkaji jumlah , jenis dan bau cairan luka, observasi kondisi luka (warna dasar luka, ukur dalamnya goa luka, jaringan
nekrotik, granulasi dan epitel, kontraksi luka, kulit sekitar luka)
Menuangkan solution irigasi steril yang hangat kedalam kom steril 200 500 ml atau tergantung luas dan kedalaman luka
Mengenakan hndschone steril
Menghisap solution irigasi RL/ NS hangat kedalam spuit 30 cc (sambungkan dengan soft koteler / baby feeding tube bila dipakai
mengirigasi luka berongga dalam)
Jika luka berongga dalam masukan soft kateler / baby feeding tube kedalam luka sampai menyentuh dasar luka paling dalam
Menyemprotkan solution irigasi langsung kedalam luka secara perlatton. Jika luka tidak berongga, semprotkan cairan irigasi dan
pertahankan ujung spuit 2,5 cm diatas luka
Melakukan irigasi beberapa kali sampai cairan irigasi tampak bening dan bersih
Mengeringkan sekitar luka dengan betadine sampai radius 4-5 cm dari tepi luka
Menutup luka dengan pembalut / topical terapi :
Menutup luka dengan kasa (ketebalan kassa disesuiakan dengan kebutuhan) dan rekatkan denga plester ( adhesive dan hipafix/
micrope untuk memfiksasi

21. Meletakan pinset dan gunting dalam bengkok yang berisi cairan desinfektan
22. Melepaskan gloves dengan bagian luar , kemudian buang kedalam tas plastik
23. Membereskan peralatan dan memberikan kenyamanan bagi klien
24. Mencuci tangan
Mengecek pembalut dan area luka tiap shift, mencatat di chart tentang penggantian pembalut, penamilan luka dan gambaran cairan luka

10 Jenis Luka dan Perawatan awalnya


Label: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Diposkan oleh Agus Hariyanto 11.16.2011
Belajar Ilmu Bedah sudah, Keperawatan Medikal Bedah lewat tapi terkadang pas lagi praktek
entah lupa apalan atau emang males ngapal (ketahuan banget kan kalo males.) segala apa yang
ada sudah buyar dari inget.. apa yang sudah apal ngelotok diluar kepala bener-bener ngelotok sampe
tak tersisa lagi duh kali ini pengen iseng nulis pengalaman-pengalaman aja, pengen nulis cara
bodoh berbagai pernak-pernik tentang luka dan bagaimana cara menanganinya kalo mau cari
definisi secara tekstual sepertinya bisa tuh dicari dimana-mana blog-blog tetangga juga banyak
yang muat so.. kalo masih minat lanjut bacanya monggo diteruskan
Jenis-Jenis Luka Berdasarkan Penyebab
Rumus awal sebelum memulai semuanya, yang kudu diinget luka itu bahasa jawanya Vulnus
(kidding yang bener bahasa latinnya), jadi kalo denger kata vulnus gesit deh itu pasti luka
nah biasanya disingkat v, jadi kalo dirumah sakit ada diagnosa diawali V itu berarti Vulnus =
luka, bukan pembuluh darah vena. Nah sekarang, sjenis-jenisnya apa saja?
1. Vulnus laceratum (Laserasi)
Pernah bayangin gak kalo misalnya kita tertembak pistol laser??? Apa ya kira-kira yang akan
terjadi?? Nah, bayangin aja kalo kita terkena laser pasti akan luka,.yang tentunya akan merobek
bagian tubuh kita nah jadi kalo ketemu kata Vulnus Laceratum, berarti bayangin aja luka akibat
laser yang akan merobek bagian tubuh kita, jadi pasti lukanya adalah luka robek. Nah Vulnus
Laceratum ini adalah luka robekan yang bias diakibatkan karena terjatuh, terkena ranting pohon,
terkena batu asalkan terjadi robekan itu adalah Vulnus Laceratum. Kuncinya adalah, robekan itu
memiliki panjang, lebar dan dalam jadi 3 dimensi. Biasanya Vulnus Laceratum disingkat VL
so.. kalo ada pasien di gawat darurat tertulis VL berarti pasien tersebut mengalami luka robek.
2. Vulnus excoriasi (Luka lecet)
Nah yang ini lain lagi, luka ini adalah luka lecet, luka jenis ini biasanya sih disebabkan karena
gesekan yang keras terhadap benda keras nah yang sering sih pada pasien-pasien kecelakaan,
kaki mencium aspal, muka mencium aspal jadilah Vulnus Excoriasi biasanya disingkat VE inget
ya.. VE . nah kalo VL dengan 3 dimensinya, maka untuk VE hanya 2 dimensi, Panjang dan
Lebar.
3. Vulnus punctum (Luka tusuk)
Segala luka yang terkena tusukkan benda tajam disebut dengan Vulnus Punctum, bias karena pisau,
tombak atau segala sesuatu yang mengakibatkan bentuk luka sempit dan dalam nah
pengukurannya menggunakan 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan dalam.
4. Vulnus contussum (luka kontusiopin)
Jenis luka ini adalah luka yang tidak terjadi perdarahan keluar atau tidak terjadi robekan kulit jadi
luka jenis ini adalah luka yang diakibatkan karena benturan keras, sehingga pembuluh darah
dibawah kulit pecah, sehingga perdarahan hanya tertimbun saja tanpa mengalir sehingga
penampakannya bisanya berwarna merah kehitaman ataupun kebiruan.
5. Vulnus insivum (Luka sayat)
Jenis luka ini adalah luka kecil dan tipis.. biasanya luka ini adalah jenis luka yang disengaja dalam
proses pengobatan

6. Vulnus schlopetorum
Ini adalah jenis luka akibat peluru atau tembakkan jadi jenis luka ini adalah luka yang dalam.
7. Vulnus morsum (luka gigitan)
Luka jenis ini adalah luka yang disebabkan oleh gigitan gigi, bias karena manusia, anjing, Babi,
monyet dan lain-lainlah.. pokoknya digigit, bukan diemut.
8. Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau
proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
9. Vulnus amputatum
Kalo denger kata amputatum tentunya gak asing dengan amputasi. Jadi vulnus amputatum adalah
luka dalam bentuk terpotongnya salah satu bagian tubuh kita sehinnga terpisah dari badan/tubuh.
10. Vulnus combustion (luka bakar)
Luka jenis ini adalah segala jenis luka bakar yang disebabkan oleh karena thermis, radiasi, elektrik
ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula
carbonisasi/hangus).
Bersambung.
Diposkan oleh Ners

PERAWATAN LUKA; DAHULU DAN SEKARANG


Label: KEBUTUHAN DASAR MANUSIA, KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Diposkan oleh
Agus Hariyanto 11.16.2011
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh. Kulit juga mempunyai peranan yang sangat
penting yang dapat menjaga kita agar tetap sehat. Peranan kulit terpenting antara lain yaitu
sebagai pengatur suhu tubuh dan bertindak sebagai pelindung. Kulit juga bertindak sebagai
system alarm tubuh ketika menerima rangsang panas, dingin ataupun nyeri. Pada kondisi
tubuh yang optimal, jaringan kulit dapat memulihkan luka secara efisien dengan membentuk
jaringan kembali.
Banyak cara yang telah dikembangkan untuk membantu penyembuhan luka, seperti dengan
menjahit luka, menggunakan antiseptic dosis tinggi, dan juga pembalutan dengan
menggunakan bahan yang menyerap. Namun, ketika diteliti lebih lanjut, ternyata cara
penyembuhan seperti ini sama sekali tidak membantu bahkan berisiko memperburuk luka.
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita akan menggunakan antiseptic pada luka dengan
tujuan menjaga luka tersebut agar menjadi steril. Bahkan antiseptic seperti hydrogen
peroxide, povidone iodine, acetic acid, dan chlorohexadine selalu tersedia di kotak obat.
Sekarang perlu diketahui, bahwa antiseptik-antiseptik seperti itu dapat mengganggu proses
penyembuhan dari tubuh kita sendiri.
Masalah utama yang timbul adalah antiseptic tersebut tidak hanya membunuh kuman-kuman
yang ada, tapi juga membunuh leukosit yaitu sel darah yang dapat membunuh bakteri
pathogen dan jaringan fibroblast yang membentuk jaringan kulit baru. Sehingga untuk
membersihkan luka, cara yang terbaik adalah dengan membersihkannya dengan
menggunakan cairan saline dan untuk luka yang sangat kotor dapat digunakan water-presure.
Untuk perawatan di rumah, dapat menggunakan air yang mengalir atau menggunakan shower.
Demikian pula dengan penggunaan balutan. Zaman dahulu orang percaya bahwa membiarkan
luka dalam kondisi bersih dan kering akan mempercepat proses penyembuhan. Sehingga,
pada zaman dahulu luka dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tipis yang
memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka mengering hingga berbentuk
koreng.Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, pertanyaan tersebut dibantah.
Pengatahuan sekarang telah membuktikan bahwa luka dalam kondisi kering dapat
memperlambat proses penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka.
Balutan dalam kondisi lembab atau sedikit basah merupakan cara yang paling efektif untuk
menyembuhkan luka. Balutan tersebut tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan zat-zat
udara yang lain. Kondisi yang demikian merupakan lingkungan yang baik untuk sel-sel tubuh
tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimum, karena pada dasarnya sel dapat di
lingkungan yang lembab atau basah. Kecuali sel kuku dan rambut, sel-sel tersebut merupakan
sel mati.
Pengetahuan dahulu menyatakan bahwa scab atau bekas luka yang mengering atau
koreng merupakan penghalang alami untuk mencegah hilangnya kelembaban. scab juga
mencegah sel-sel baru untuk berkolonisasi di area luka. Ketika scab tersebut mulai berubah
bentuk, sel epidermis harus masuk ke lapisan dermis yang paling dalam sebelum melakukan
proliferasi, karena disanalah daerah yang lembab sehingga sel dapat hidup. Dan dari proses itu
kita dapat mengetahui bahwa dalam lingkungan kering, luka akan memulih dari dalam ke luar.
Sedangkan, bila kita dapat mengoptimalkan lingkungan yang lembab pada luka, proses
penyembuhan akan berlangsung dari daerah pinggir/sekitar dan dari dalam secara serempak.
Namun, penyembuhan dengan menggunakan lingkungan yang lembab masih menjadi hal yang
baru dan jarang diaplikasikan di masyarkat. Masyarakat kebanyakan berpendapat bahwa
lingkungan yang lembab akan menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit. Akan

tetapi pernyataan ini tidak disertai dengan kenyataan bahwa tubuh kita mempunyai system
imun yang sangat efisien. Segala jenis luka dengan berbagai tingkat kesterilannya memang
merupakan bentuk kolonisasi dari bakteri, tapi koloni bakteri tersebut selama masih dalam
jumlah yang wajar tidak menimbulkan risiko infeksi. Masalah akan timbul jika bakteri tersebut
mulai melipatgandakan koloninya. Jika tubuh kita dalam kondisi yang normal, maka antibody
dalam tubuh akan dapat mencegah bakteri untuk tidak bermitosis.
Klien dengan luka biasanya akan lebih jarang mengeluhkan rasa nyeri atau sakit yang
dirasakan ketika luka dibiarkan dalam lingkungan yang lembab yaitu dengan pembalutan yang
lembab. Balutan tersebut akan menjaga saraf dari lingkungan luar dengan memberikan
lingkungan yang lembab, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Jika dengan balutan yang
kering, dikhawatirkan saraf akan mudah mengalami risiko kerusakan selama berproliferasi.
Cara-cara merawat luka:

Usahakan agar luka tetap bersih selama proses penyembuhan. Bersihkan luka dengan

larutan saline sollution: larutkan dua sendok teh garam ke dalam air panas, lalu biarkan
dingin.
Gunakan antiseptic yang alamiah. Dapat menggunakan Echinacea angustifolia, calendula,

daun teh dan lavender.


Perbanyak intake protein dalam tubuh ketika sedang terluka. Terutama pasca operasi,

kebutuhan kalori dan protein dalam tubuh akan meningkat 20-50 persen.
Perbanyak intake berbagai vitamin dan zat lainnya:
o Vitamin A untuk membantu pembentukan jaringan yang luka
o Vitamin B1 untuk mensintesis kolagen
o Vitamin B5 untuk mempercepat proses penyembuhan
o Vitamin C untuk mempercepat pembentukan kolagen dan elastin, juga untuk

mempercepat pertumbuhan
o Vitamin E untuk membantu menghilangkan bekas luka
o Zn untuk menstimulasi proses penyembuhan luka
o Lemak essensial untuk memnyempurnakan proses penyembuhan luka
Gunakan madu untuk menyembuhkan luka. Madu mengandung enzim-enzim dan zat antiviral, dapat mempercepat penyembuhan luka, dan menurunkan risiko infeksi lebih banyak
dibandingkan dengan menggunakan balutan sintetik semi-oklusif. Madu juga dapat
mempercepat pertumbuhan sel-sel yang baru.

Selain beberapa pengobatan-pengobatan yang telah disebutkan diatas, ada juga metode
penyembuhan luka yang juga dianjurkan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
terapi tekan. Terapi ini lebih dipergunakan untuk klien dengan luka pada kaki yang mana saraf
pada kaki pun ikut terganggu. Terapi ini sangat efektif untuk membantu proses penyembuhan
dan dapat mencegah risiko terjadinya luka ini kembali.
Metode terapi tekan ini biasanya menggunakan balutan non elastis, dua atau empat lapis balut
tekan, dan pembalut yang pendek dan lentur. Balut tekan terdapat mermacam-macam cara,
namun tetap dapat memberikan tekanan secara permanent atau terus-menerus. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan struktur dan kandungan dari serabut elastometric.
Balut tekan berguna untuk manajemen luka saraf. Balutan ini sangat mudah digunakan ketika
kita ingin mengganti balutan yang lama. Balutan ini harus sering diganti, dengan tujuan untuk
mengurangi pembengkakkan. Pembalut ini sangat elastis, sehingga dapat mengukur seberapa
bengkak luka yang ada. Kekuatan tekanan yang dihasilkan merupakan interaksi dari beberapa
prinsip, yaitu:

Struktur fisik dan elastomeric properties pembalut tersebut.


Ukuran dan bentuk dari tubuh ketika balutan itu sedang digunakan.

Teknik dan keterampilan yang memasang balutan tersebut.


Aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien.

Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan tetap digunakan dengan
tujuan untuk mengontrol risiko pembengkakkan, memperbaiki system saraf dan mencegah
risiko terjadinya luka ini kembali.
Sebelum kita melakukan intervensi terhadap luka, ada baiknya kita melakukan pengkajian
terlebih dahulu. Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat
merupakan komponen penting dalam manajemen luka. Kemampuan untuk melakukan
pengkajian luka tersebut membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang
cukup. Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan namun dalam perencanaan tersebut
dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi rencana tersebut.
Pedoman parameter untuk perawatan luka juga harus di masukkan dalam perencanaan
tersebut, meliputi juga klasifikasi dari luka itu sendiri, penampilan luka, cairan yang keluar dari
luka, rasa nyeri yang timbul dan kondisi kulit sekitar luka. Manajemen perawatan luka pada
klien akan meningkat kualitasnya dengan komunikasi yang baik dan juga dengan dokumentasi
yang efektif.

DAFTAR RUJUKAN

Burfeind, Daniel B. WOUND CARE UPDATE; Copyright Anthony J. Jannetti, Inc. Feb
2007. Dermatology Nursing. Pitman: Feb 2007. Vol. 19, Iss. 1; pg. 93, 1
pgs. http://proquest.umi.com/pqdweb?

did=1258197551&sid=8&Fmt=3&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD

Benbow, Maureen. DIAGNOSING AND ASSESSING WOUND; Copyright PTM


Publishers Limited Aug 2007.Journal of Community Nursing. Sutton, Surrey: Aug 2007.
Vol. 21, Iss. 8; pg. 26, 5 pgs.http://proquest.umi.com/pqdweb?

did=1314738241&sid=3&Fmt=3&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD

Thomas. Pat. HOW TO BE HEALTHY: WOUND HEALING; Copyright Ecosystems


Limited Jul/Aug 2007. The Ecologist Sturminster Newton: Jul/Aug 2007. Vol. 37, Iss. 6; pg.
58, 2 pgs http://proquest.umi.com/pqdweb?

did=1313668981&sid=3&Fmt=4&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD

Hoskin, Sue. WOUND CARE SOLUTIONS: COMPRESSION BANDAGES; Copyright


Australian Nurses Federation Nov 2005. Australian Nursing Journal. North Fitzroy: Nov
2005. Vol. 13, Iss. 5; pg. 21, 1 pgshttp://proquest.umi.com/pqdweb?

did=928878031&sid=10&Fmt=4&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD

Anda mungkin juga menyukai